Anda di halaman 1dari 3

PENGANTAR

Pendidikan dapat dimaknai sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan


manusia, yaitu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Berkenaan dengan itu, dalam merealisasikan hakikat
manusia secara total, pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara
sadar dengan bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia. Hidup bagi manusia
bukan sekadar hidup sebagaimana hidupnya tumbuhan atau hewan, melainkan hidup
sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk mendapatkan
pendidikan. Hak inilah belakangan ini yang diperjuangkan berbagai organisasi
internasional untuk dimasukkan sebagai tambahan daftar hak asasi manusia.
Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah Eropa pada masa monarki dan absolutisme
yang mencatat diijak-ijaknya hak asasi manusia oleh penguasa (pemerintahan) dalam
memperoleh pendidikan. Pada awalnya melalui pendidikan hak asasi diupayakan agar
diperoleh setiap individu warga negara. Namun kemudiam selanjutnya, hak asasi manusia
mengimplikasikan hak pendidikan yang mesti bersifat demokratis dan dilaksanakan
kewajiban belajar.
Bangsa Indonesia, sehari setelah proklamasi kemerdekaannya telah menyatakan
bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Sekalipun menghadapi berbagai
kendala, program wajib belajar telah dimulai sejak 1950 dan sampai kini masih terus
berlangsung. Orang tua, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai hak
dan kewajiban dalam bidang pendidikan sebagai jaminan akan hak pendidikan bagi setiap
individu atau warga negara. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam UU RI No. 20
Tahun 2003. Sebagaimana telah dikemukakan, hal ini tidak lepas dari hakikat manusia.
Permasalahan tentang hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang
metafisika, yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat
gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusi di
dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan ”prinsip adanya” (principlede’etre)
manusia. Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya,
serta karakteristik dan makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah kesatuan badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan
diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan hidup.
Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan
bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya.
Dalam eksistensinya manusia memiliki berbagai aspek kehidupan individualisme,
sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interasksi atau
komunikasi, historisitas, dan dinamika.
Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia.
Untuk menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini
Lengeveld (1980) menyebut manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat tiga asas
antropologis yang mengimplikasikan bahwa perlunya manusia dididik dan mendidik diri,
yaitu: (1) manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia; (2) tugas dan
tujuan manusia adalah menjadi manusia; dan (3) bahwa perkembangan manusia bersifat
terbuka. Perlunya manusia dididik dan mendidik diri menyiratkan makna bahwa manusia
dapat dididik, yang menurut Langeveld (1980) menyebutnya Animal Educabile. Terdapat
lima asas antropologis yang mengimplikasikan kemungkinan manusia untuk dapat
dididik, yaitu:· (1) asas potensialitas; (2) asas sosialitas; (3) asas individualitas; (4) asas
moralitas; dan (5) asas dinamika.
Berkenaan dengan pendidikan, perkembangan pemikiran manusia dalam
memberikan batasan tentang makna dan pengertiannya selalu menunjukkan adanya
perkembangan yang didasarkan atas berbagai temuan dan perubahan di lapangan yang
berkaitan dengan semakin bertambahnya komponen sistem pendidikan yang ada.
Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan, dan pengamat
pendidikan telah membuahkan pemikiran-pemikiran baru berkenaan dengan makna dan
pengertian pendidikan. Kemajuan alat teknologi turut andil dalam mewarnai
perkembangan pendidikan tersebut. Pada saat yang sama, pendidikan dan pembelajaran
selalu eksis dan terus berlangsung. Berkenaan dengan itu, bisa jadi pandangan seseorang
tentang makna atau pengertian pendidikan yang dianut oleh suatu negara tertentu, pada
saat yang berbeda dan di tempat yang berbeda menjadikan makna dan pengertian
pendidikan itu justru tidak relevan. Namun demikian, selama belum ada teori dan temuan
baru tentang makna dan pengertian pendidikan, maka teori dan temuan yang telah ada
masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai acauan
Ilmu pendidikan bertujuan memberikan informasi atau keterangan tentang dasar-
dasar pendidikan dalam berbagai situasi atau interaksi pendidikan, jalur dan jenis jenjang
pendidikan untuk membekali peserta didik mencapai kehidupan yang berbudaya dan
mandiri yang lebih baik di masa depannya. Memberikan informasi dalam arti
menjelaskan permasalahan, sebab-sebab dan kemungkinan mengupayakan dan
pembekalan bagi pendidik dalam mendidik putra putrinya atau generasi berikutnya
Ilmu Pendidikan memandang manusia tidak saja sebagai objek, tetapi juga
sekaligus sebagai subjek. Dijadikannya sebagai objek karena manusia dijadikan sasaran
pendidikan, terutama dalam kapasitasnya sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan
berkembang. Berkenaan dengan itu, yang menjadi perhatian pendidikan untuk
dipengaruhi lebih ditekankan pada ciri-ciri, sifat-sifat dari pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Dijadikannya sebagai subjek karena manusia dengan potensi-
potensinya memiliki daya untuk pengembangan diri, yang kemudian menjadikan dirinya
makhluk yang berkepribadian dan berwatak. Manusia adalah makhluk yang membentuk
diri pribadinya. Implementasi Ilmu Pendidikan secara jelas akan terlihat dalam praktek
pendidikan.
Memperhatikan pandangan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan
suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam
berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta
berkepribadian dan dapat berperilaku dengan disertai akhlak mulia. Hal ini berarti bahwa
dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam
seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya
mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.
Sementara dalam pengembangan kompetensi pendidik sebagai perancang masa depan,
hal yang penting adalah membangun kemandirian di kalangan tenaga pendidik sehingga
dapat lebih mampu untuk mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai