100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
11 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat manusia dan pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai upaya memanusiakan manusia dengan membantu manusia merealisasikan martabatnya sebagai manusia. Pendidikan juga diartikan sebagai hak setiap warga negara. Manusia perlu dididik karena belum selesai menjadi manusia dan pendidikan bertujuan membentuk manusia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat manusia dan pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai upaya memanusiakan manusia dengan membantu manusia merealisasikan martabatnya sebagai manusia. Pendidikan juga diartikan sebagai hak setiap warga negara. Manusia perlu dididik karena belum selesai menjadi manusia dan pendidikan bertujuan membentuk manusia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat manusia dan pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai upaya memanusiakan manusia dengan membantu manusia merealisasikan martabatnya sebagai manusia. Pendidikan juga diartikan sebagai hak setiap warga negara. Manusia perlu dididik karena belum selesai menjadi manusia dan pendidikan bertujuan membentuk manusia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.
Pendidikan dapat dimaknai sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan
manusia, yaitu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Berkenaan dengan itu, dalam merealisasikan hakikat manusia secara total, pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia. Hidup bagi manusia bukan sekadar hidup sebagaimana hidupnya tumbuhan atau hewan, melainkan hidup sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak inilah belakangan ini yang diperjuangkan berbagai organisasi internasional untuk dimasukkan sebagai tambahan daftar hak asasi manusia. Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah Eropa pada masa monarki dan absolutisme yang mencatat diijak-ijaknya hak asasi manusia oleh penguasa (pemerintahan) dalam memperoleh pendidikan. Pada awalnya melalui pendidikan hak asasi diupayakan agar diperoleh setiap individu warga negara. Namun kemudiam selanjutnya, hak asasi manusia mengimplikasikan hak pendidikan yang mesti bersifat demokratis dan dilaksanakan kewajiban belajar. Bangsa Indonesia, sehari setelah proklamasi kemerdekaannya telah menyatakan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Sekalipun menghadapi berbagai kendala, program wajib belajar telah dimulai sejak 1950 dan sampai kini masih terus berlangsung. Orang tua, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan sebagai jaminan akan hak pendidikan bagi setiap individu atau warga negara. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003. Sebagaimana telah dikemukakan, hal ini tidak lepas dari hakikat manusia. Permasalahan tentang hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika, yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusi di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan ”prinsip adanya” (principlede’etre) manusia. Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya, serta karakteristik dan makna eksistensinya di dunia. Manusia adalah kesatuan badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya. Dalam eksistensinya manusia memiliki berbagai aspek kehidupan individualisme, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interasksi atau komunikasi, historisitas, dan dinamika. Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini Lengeveld (1980) menyebut manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat tiga asas antropologis yang mengimplikasikan bahwa perlunya manusia dididik dan mendidik diri, yaitu: (1) manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia; (2) tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia; dan (3) bahwa perkembangan manusia bersifat terbuka. Perlunya manusia dididik dan mendidik diri menyiratkan makna bahwa manusia dapat dididik, yang menurut Langeveld (1980) menyebutnya Animal Educabile. Terdapat lima asas antropologis yang mengimplikasikan kemungkinan manusia untuk dapat dididik, yaitu:· (1) asas potensialitas; (2) asas sosialitas; (3) asas individualitas; (4) asas moralitas; dan (5) asas dinamika. Berkenaan dengan pendidikan, perkembangan pemikiran manusia dalam memberikan batasan tentang makna dan pengertiannya selalu menunjukkan adanya perkembangan yang didasarkan atas berbagai temuan dan perubahan di lapangan yang berkaitan dengan semakin bertambahnya komponen sistem pendidikan yang ada. Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan, dan pengamat pendidikan telah membuahkan pemikiran-pemikiran baru berkenaan dengan makna dan pengertian pendidikan. Kemajuan alat teknologi turut andil dalam mewarnai perkembangan pendidikan tersebut. Pada saat yang sama, pendidikan dan pembelajaran selalu eksis dan terus berlangsung. Berkenaan dengan itu, bisa jadi pandangan seseorang tentang makna atau pengertian pendidikan yang dianut oleh suatu negara tertentu, pada saat yang berbeda dan di tempat yang berbeda menjadikan makna dan pengertian pendidikan itu justru tidak relevan. Namun demikian, selama belum ada teori dan temuan baru tentang makna dan pengertian pendidikan, maka teori dan temuan yang telah ada masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai acauan Ilmu pendidikan bertujuan memberikan informasi atau keterangan tentang dasar- dasar pendidikan dalam berbagai situasi atau interaksi pendidikan, jalur dan jenis jenjang pendidikan untuk membekali peserta didik mencapai kehidupan yang berbudaya dan mandiri yang lebih baik di masa depannya. Memberikan informasi dalam arti menjelaskan permasalahan, sebab-sebab dan kemungkinan mengupayakan dan pembekalan bagi pendidik dalam mendidik putra putrinya atau generasi berikutnya Ilmu Pendidikan memandang manusia tidak saja sebagai objek, tetapi juga sekaligus sebagai subjek. Dijadikannya sebagai objek karena manusia dijadikan sasaran pendidikan, terutama dalam kapasitasnya sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang. Berkenaan dengan itu, yang menjadi perhatian pendidikan untuk dipengaruhi lebih ditekankan pada ciri-ciri, sifat-sifat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dijadikannya sebagai subjek karena manusia dengan potensi- potensinya memiliki daya untuk pengembangan diri, yang kemudian menjadikan dirinya makhluk yang berkepribadian dan berwatak. Manusia adalah makhluk yang membentuk diri pribadinya. Implementasi Ilmu Pendidikan secara jelas akan terlihat dalam praktek pendidikan. Memperhatikan pandangan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian dan dapat berperilaku dengan disertai akhlak mulia. Hal ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat. Sementara dalam pengembangan kompetensi pendidik sebagai perancang masa depan, hal yang penting adalah membangun kemandirian di kalangan tenaga pendidik sehingga dapat lebih mampu untuk mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas.