Dalam konteks itulah kita membaca kembali karya-karya Prof. Dr. N. Driyarkara,
yang dapat dirumuskan dalam empat prinsip pendidikan ialah: humanisme,
humanisasi, humaniora dan humanitas.
Kalau humanisme merupakan visi menyeluruh tentang pendidikan, visi itu harus
dikonkritkan dalam suatu kegiatan. Visi humanisme itu melihat pendidikan
bertujuan menyempurnakan kemanusiaan. Tujuan itu harus dicapai melalui
proses yang manusiawi pula, yaitu humanisasi, yang dengan sendirinya
mengimplikasikan hominisasi. “Manusia tidak hanya harus menjadi homo
(manusia): dia juga harus menjadi homo yang human, artinya berkebudayaan
lebih tinggi. Ini juga memuat perhalusan.” (Karya Lengkap: 371). Itulah
pendidikan. Apakah implikasi dari pendidikan sebagai hominisasi dan
humanisasi itu?
Pendidikan HAM/
kewarganegaraanPartisipasi sebagai warganegara
Indonesia
Catatan:
(1) Alan Milchman and Alan Rosenberg, “Martin Heidegger and the University as
a Site for the Transformation of Human Existence”, The Review of Politics 59
(Winter 1997), No. 1, 78-79.
(2) Permasalahan ini dikemukakan oleh Alison Mearns Benders, “Renewing the
Identity of Catholic Colleges: Implementing Lonergan’s Method in Education”,
Teaching Theology and Religion, 10 (2007), No. 4, 215-222. Mengenai kajian
lebih lanjut B. Lonergan, Insight. A Study of Human Understanding. San
Francisco: Harper & Row, 1978. B. Lonergan, Method in Theology. New York:
Seabury Press, 1979.
(3) Lihat, Jeffrey Centeno, “Learning-to-Be: Reflections on Bernard Lonergan’s
Transcendental Philosophy of Education”, http://www.metanexus.net.
(4) Alan Milchman and Alan Rosenberg, “Martin Heidegger and the University as
a Site for the Transformation of Human Existence”, The Review of Politics 59
(Winter 1997), No. 1, 78-79.
Daftar Kepustakaan
Wear, Delese and Bickel, Janet, Educating for Professionalism. Creating Culture of
Humanism in Medical Education. Iowa: University of Iowa Press, 2000.