1
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
DAFTAR ISI
2
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
3
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Dasar Pendidikan Nasional adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap
tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka
pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar
yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting
untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di
lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah
dirumuskan antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,
Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan
1
Agus Taufiq, Modul 1 Hakikat Pendidikan Di Sekolah Dasar, hlm. 5
4
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
2
H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.201
5
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
6
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
7
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
8
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
kemampuan dan tingkat pemahaman dari peserta didik. Salah satunya yang selalu
dijadikan penilaian dari pendidikan nasional Indonesia adalah melalui Ujian Nasional
(UN). Namun sebenarnya dengan Ujian Nasional belum dapat dijadikan sebagai cara
untuk mengukur tujuan pendidikan lainnya, seperti membentuk akhlak, spritual
keagamaan, kepribadian, dan lain-lain. Dengan Ujian Nasional di akhir pendidikan,
yang dapat dinilai hanyalah yang berhubungan dengan penyampaian materi selama
masa pendidikan saja, bukan karakter kepribadian.
Kemudian tujuan pendidikan nasional Indonesia sesuai dengan undang-
undang No. 20 tahun 2003 yaitu, Pendidikan diupayakan dengan berawal dari
manusia apa adanya (aktualisasi) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan
yang apa adanya (potensialitas), dan diarahkan menuju terwujudnya manusia yang
seharusnya atau manusia yang dicita-citakan (idealitas). Tujuan pendidikan itu tiada
lain adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya; mampu
memenuhi berbagai kebutuhan secara wajar, mampu mengendalikan hawa nafsunya
berkepribadian, bermasyarakat dan berbudaya. Implikasinya, pendidikan harus
berfungsi untuk mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada
manusia dalam konteks dimensi keberagaman, moralitas, moralitas,
individualitas/personalitas, sosialitas dan keberbudayaan secara menyeluruh dan
terintegrasi. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia.
Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS
No.XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, maka
dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila
sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989
ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan demikian pendidikan Indonesia lebih cenderung mengutamakan
pembangunan sikap sosial dan religius dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Hal tersebut sesuai dengan Pancasila sila kesatu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
didakan sila tersebut menujukan bahwa Indonesia sangat mengedepakan sikap
spiritual dan pengakuan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
tidaklah diragukan bahwa negara Indonesia dapat dikatakan negara yang paling
religius setelah negara Pakistan.3
3
Adi Widya,” Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1.
9
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
A. Pengertian Profesi
4
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2017), Cet. Ke 1, hlm 149
5
Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Erlangga,
2015), hlm. 12
10
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
6
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2017), Cet. Ke 1, hlm. 151
7
Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Erlangga,
2015), hlm. 12
11
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
12
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Kini situasinya memang sudah lebih baik sehubungan dilakukannya secara ketat
sertifikat mengajar yang hanya membolehkan orang-orang berwenang untuk
berdiri di muka kelas.
Ada beberapa hal yang menyebabkan profesi mengajar/keguruan/
kependidikan suit mengapai posisi tangguh dan terhormat.
a. Sulit sekali didefinisikan apa sesungguhnya profesi mengajar itu dan apa
bidang garapannya yang khas, serta tingkat keahian yang bagaimana yang
dituntut.
b. Sejarah mengajar dan guru memang kabur. Dulu siapa saja boleh
mengajar dengan tingkat pendidikan apa pun asal bias tulis baca, dan
sekarang sudah ada pembatasannya.
c. Penambahan guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar mutu
guru dikontrol dan dijaga
d. PGRI cenderung bergerak di “pertengahan” antara pemerintah dan guru-
guru.
e. Tuntutan masyarakat terus meningkat dan berubah membuat guru makin
tertantang.8
8
David Sigalingging, Buku Profesi Pendidikan., hal. 3
13
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
A. Pengertian Profesi
Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profession”, dalam bahasa Belanda
“professie” yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “professio”
yang bermakna pengakuan atau pernyataan. Kata profesi juga terkait secara
generik dengan kata okupasi (Indonesia), accupation (Inggris), accupatio (Latin)
yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau pekerjaan atau mata pencaharian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan
sebagainya) tertentu. Menurut Tilaar (2002:86) profesi merupakan pekerjaan,
dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hirarki birokrasi yang
menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut
serta pelayanan baku terhadap masyarakat. Hal senada dipaparkan Nata
(2003:138) bahwa profesi adalah pernyataan atau pengakuan tentang bidang
pekerjaan atau bidang pengabdian yang dipilih.
Vollmer dan Mills sebagaimana dikutip Danim (2010:56) menyatakan profesi
adalah suatu pekerjaan yang menuntut kemampuan intelektual khusus yang
diperoleh melalui kegiatan belajarr dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis
kepada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Menurut Mudlofir (2014:17) profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian ( expertise ) dari para anggotanya, artinya, profesi tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara
khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang
disebut profesionalisasi yang dilakukan sebelum seorang menjalani profesi itu
maupun setelah menjalani suatu profesi.
Danim (2012:102) menyatakan profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang
dimaksudkan adalah ada persyaratan pengetahuan teoretis sebagai instrumen
untuk melakukan perbuatan praktis.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa profesi sebagai
terminologi memiliki banyak makna, hanya saja jika disederhanakan profesi itu
dapat dimaknai sebagai pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian,
keterampilan, kejujuran dan sebagainya, sedangkan profesional berkaitan dengan
profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan
14
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
9
Amiruddin, profesi pendidikandan tenaga kependidikan, (Medan : LPPPI, 2018) hlm.1-2.
10
Irwan Safari dan Yeni Nopiyanti, Paradigma baru profesi guru, (Bandung : Mujahid Press, 2010)
hlm. 22
15
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
16
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
11
https://www.google.com/amp/s/penerusbangsasite.wordpress.com/2017/02/12/profesikependidikan/a
mp/
17
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
12
Karuru Perdy dan Daud Kuddi Tangkeallo, Profesi Kependidikan (Toraja: UKI Toraja Press, 2017),
hal 1-2.
18
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
B. Tingkat Profesi
Tingkat profesi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang
telah dicapai (kualifikasi akademik). Berdasarkan jenjang kualifikasi akademik
tingkat profesi dibedakan menjadi beberapa kelompok:
a) Pra Profesional
Orang yang tugasnya membantu profesional. Pendidikan pra profesional lebih
rendah dari seorang profesional. Pendidikan pra profesional hanya sampai
program diploma I-III. Contoh, paramedis (perawat) yang tugasnya membantu
tenaga medis (dokter).
b) Profesional
Yaitu orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal sarjana
dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi. Disamping lulus
pendidikan sarjana dalam bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi
(diklat khusus profesi). Misalnya diklat calon hakim dan pengawas. Dengan cara
demikian profesional dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain diklat
yang bersifat khusus, sebagai profesi biasanya juga mengikuti pendidikan dan
latihan yang berkaitan dan menunjang tugas keprofesian.13
Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang
yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Pendidikan dan pelatihan
dimaksud berupa pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
dalam rangka pengembangan atau peningkatan kopetensi dalam melaksanakan
tugas sebagai profesi, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
nasional maupun internasional.
c) Profesional spesialis
Yaitu tingkat tertinggi dalam dunia profesional. Profesional spesialis adalah
mereka yang pendidikannya minimal pascasarjana (Master, S2) atau graduate
study. Selain jenjang strata 2, dewasa ini beberapa profesi tertentu semisal profesi
dosen, mensyaratkan kualifikasi akademik minimal doctor (S3), Khususnya
diperuntukkan bagi para dosen yang akan mengampu jenjang pendidikan bagi
program magister dan program doktor sendiri. Hal yang sama untuk profesi
dokter dewasa ini juga dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik spesialis
yaitu suatu jenjang yang setingkat dengan doktor (S-3).
Dengan demikian semakin tinggi jenjang kualifikasi akademik seseorang
(profesi), maka semakin pula tingkat profesionalisasi profesi tersebut. Dengan kata
13
Yasaratodo Wau, Profesi Kependidikan, (Medan : Unimed Press, 2013), hal 6-7.
19
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
20
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
21
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
22
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
23
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
24
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa orang-orang yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut tidak dapat dikenakan aturan yang ada di dalam
kode etik tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang
kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang
yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi
profesi yang bersangkutan.14
2. Profesi Kependidikan
Dalam arti luas, profesi berarti kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Dalam arti
sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu
dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik
(H.M.Surya:2007).
Kependidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk
mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek
tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan
yang telah diperolehnya (H.M.Surya:2007).
Profesi kependidikan adalah suatu tenaga pendidik (guru) yang memiliki
peranan penting dalam proses pembelajaran yang mensyaratkan persiapan
akademik dalam waktu relative lama baik dalam social, eksakta, maupun seni
dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelektual dari pada fisik manual yang
dalam mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada
profesi kependidikan adalah adanya ikatan profesi, adanya kode etik,
pengendalian batas kewenangan dan adanya pengaturan hokum untuk
mengontrol praktik (Sudarwan denim:2010).15
B. Gambaran Umum Kode Etik Profesi Kependidikan
1. Kode Etik Umum
a. Tenaga Kependidikan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban di
lakukan dengan penuh Pengabdian dan penuh tanggungjawab senantiasa
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., menjunjung tinggi nilai
kebenaran, kejujuran, kemanusiaan, dan keadilan berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam Pancasila, mentaati dan mematuhi hukum yang
berlaku.
b. Tenaga Kependidikan wajib menjunjung tinggi peraturan dan tata tertib
yang berlaku di organisasi serta wajib menjaga martabat diri dan nama
baik organisasinya.
14
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/kode-etik-kependidikan.html?m=1
15
http://kelompoktiga551.blogspot.com/2012/05/profesi-kependidikan.html?m=1
25
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
26
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
16
http://sipeg.unj.ac.id/sipeg_baru/pages/UI/uud/buku-5-Pedoman-Kode-Tenaga-kependidikan-Di-
Universitas-Negeri-Jakarta.pdf
27
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
28
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
29
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
30
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
31
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
32
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
33
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
17
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/organisasi-profesi-kependidikan.html
34
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
A. Pengertian Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibaan;
kejujuran Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai,
metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas
dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau
akurasi dari tindakan seseorang. . Kata “integritas” berasal dari kata sifat Latin
integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin
“keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter.
Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan “memiliki integritas pendidik”
sejauh ia bertindak sesuai dengan, nilai, etika, norma dan prinsip-prinsip
keguruan.
B. Integritas kepribadian pendidikan profesional
Untuk menjadi guru yang memiliki integritas yang tinggi, harus memenuhi
tujuh hal, yakni :
1. Sifat; pendidik yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif,
mendorong peserta didik untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan
pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan
mudah menyesuaikan diri, domokratis, penuh harapan bagi peserta didik,
tidak semata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi stereotip peserta
didik, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar peserta didik, mampu
menyampaikan perasaannya, dan memiliki pendengaran yang baik.
2. Pengetahuan; pendidik yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai
dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam
bidang ilmunya itu.
3. Apa yang disampaikan; pendidik yang baik juga mampu memberikan
jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan
yang diharapkan peserta didik secara maksimal.
4. Bagaimana mengajar; pendidik yang baik mampu menjelaskan berbagai
informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang variatif,
menciptakan dan memelihara momentum, menggunakan kelompok kecil
secara efektif, mendorong semua peserta didik untuk berpartisipasi,
memonitor dan bahkan serig mendatangi peserta didik, mampu mengambil
berbagai keuntungan dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan,
melibatkan peserta didik dalam tutorial atau pengajaran sebaya,
35
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
36
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
37
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Kompetensi-Kompetensi Pendidik ;
a) Kompetensi personal-religius, kemampuan yang berkaitan dengan kepribadian
agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak
ditransinternalisasikan kepada peserta didiknya: (Kejujuran, amanah,
kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan,
kedisiplinan, ketertiban, dsb).
b) Kompetensi social-religius, yakni kemampun yang berkaitan dengan masalah-
masalah social selaras dengan dakwah Islam: ( sikap gotong royong, tolong
menolong, egaliter (persamaan derajat antara manusia), sikap toleransi dsb.
c) Kompetensi professional-religius, yakni kemampuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas keguruannya secara professional, dalam arti mampu
membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahlian dalam
perspektif Islam.18
18
https://teplerry.blogspot.com/2018/08/integritas-kepribadian-dan-sikap.html
38
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
19
http://neshafitrya.blogspot.com/2017/02/ruang-lingkup-profesi-kependidikan.html
20
http://bilamunu.blogspot.com/2012/11/tujuan-instruksional.html?m=1
39
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
1. Analisis kurikulum,
2. Tujuan instruksional,
3. Rencana kegiatan,
4. Rencana evaluasi
b) Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas
Pembelajaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik
baik sebagai dampak instruksional maupun dampak pengiring. Proses
pembelajaran berlangsung dalam suatu adengan yang perlu ditata dan dikelola
menjadi suatu lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif.
Pendekatan pluralistik dalam manajemen kelas memadukan berbagai
pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan
untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif.
Masalah pengajaran dan manajemen kelas adalah dua hal yang dapat
dibedakan tetapi sulit dipisahkan. Keduanya saling terkait; manajemen kelas
merupakan prasyarat bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.
Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan memperhatikan
faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas
dikembangkan melalui tahap-tahap: perumusan kondisi ideal, analisis
kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi.
Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting dalam manajemen
kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan peserta didik
c) Peran guru dalam evaluasi pembelajaran
Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk judgment
dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diperlukan untuk kepentingan
evaluasi dijaring dengan teknik-teknik inkuiri, observasi, analisis, tes. Pemilihan
teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi yang harus diungkap
sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai teknik sekaligus.
Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi
proses dan hasil belajar
d) Peran guru dalam membantu pengembangan siswa
40
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Ada pun kompetensi- kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/ guru
dalam belajar dan mengajar di sekolah, sebagai guru yang profesional harus memiliki
kemampuan pada kompetensi-kompetensi sebagai berikut :
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
3. Kompetensi sosial
41
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
21
http://suansusantrisuan.blogspot.com/2015/10/profesi-kependidikan-di-bidang-layanan.html
42
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
22
http://blogguelestari.blogspot.com/2016/09/makalah-profesi-kependidikan.html
43
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
44
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
23
Pengertian, Tujuan, Landasan, Prinsip dan Peran Profesi Guru di bidang layanan Administrasi
Pendidikan – usmangaybel.mhtml
45
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
46
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konseer yaitu
siswa yang menuntut guru pembimbing atau konseler memerlukan
pelayanan pengajar atau latihan khusus (seperti pengajaran atau latihan
perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa
seperti konferensi kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.24
24
http://lilissuryanisuryana.blogspot.com/2013/09/profesi-kependidikan-di-bidang-layanan.html
47
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
25
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.lppmunindra.ac.id/index.p
hp/RDJE/article/view/1469&ved=2ahUKEwim0bPcmsLoAhWPSH0KHZj_D04QFjAAegQIBBAC&u
sg=AOvVaw3DSgSjmow5Q9ABkhKYaiPH
48
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Salah satu tugas kepala sekolah terhadap guru salah satunya adalah melakukan
penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk mengetahui
kinerja yang telah dicapai oleh guru, baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini
penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan
kegiatannya. Penilaian kinerja/prestasi menurut Hasibuan adalah kegiatan
manajer untuk mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya (Malayu, 1999:87).
Sehubungan dengan hal di atas, maka penilaian kinerja guru harus berdasarkan
Standar Kompetensi Guru. Dalam bukunya yang berjudul Guru sebagai
Profesi, Suparilan mengatakan bahwa standar kompetensi guru dapat diartikan
sebagai "suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan". Lebih lanjut
dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan
atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku
perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan
fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru dibagi dalam tiga
komponen yang saling terkait, yaitu:
1. Pengelolaan pembelajaran
2. Pengembangan profesi, dan
3. Penguasaan akademik.
Ketiga komponen standar kompetensi guru tersebut, masing-masing terdiri atas
beberapa kompetensi, komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen
kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga terdiri atas dua kompetensi.
Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi 7 (tujuh)
kompetensi dasar, yaitu:
1. Penyusunan rencana pembelajaran
2. Pelaksanaan interaksi belajar- mengajar
3. Penilaian prestasi belajar peserta didik
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
5. Pengembangan profesi
6. Pemahaman wawasan kependidikan
7. Penguasaan bahan kajian akademik sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan (Peraturan Pemerintah RI No. 19,2005:25).
Sedangkan menurut Agus Sunyato dalam bukunya Anwar Prabu
Mangkunegara mengemukakan bahwa sasaran sasaran dan penilaian kinerja
karyawan sebagai berikut:
1. Membuat analisa kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan dan
periodik, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.
49
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
26
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/idaarah/article/viewFile/4133/3818&ved=2ahUKEwiVrs2wm8LoAhVLWH0
KHRHcB6AQFjAAegQIBBAC&usg=AOvVaw0ekDYkEZnKWYjkpzKLWjGU
27
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.lppmunindra.ac.id/index.p
hp/RDJE/article/view/1469&ved=2ahUKEwim0bPcmsLoAhWPSH0KHZj_D04QFjAAegQIBBAC&u
sg=AOvVaw3DSgSjmow5Q9ABkhKYaiPH
50
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja
guru menurut T.R. Mithcell (1978) yaitu:
1. Motivasi
Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan abilitas adalah
unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru.
Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan
perilaku individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting
dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau
pekerjaan individu.
Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor penyebab
yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Menurut
Maslow (1970: 35) sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuhan hidup
individu dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan
aktualisasi diri.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan insentif keuangan
sebagaimana dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja
sebagaimana dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262), dan pendekatan
analisis pekerjaan dan struktur penggajian (job analysis and wage structure
approach) yaitu mengklasifikasikan sikap, skill, dan pengetahuan dalam usaha
untuk mempertemukan kemampuan dan skill individu dengan persyaratan
pekerjaan. Analisis tugas adalah suatu proses pengukuran sikap pegawai dan
penetapan tingkat pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan kompensasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, maka di kalangan para guru, jabatan guru dapat
dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memotivasi (pemotivasi)
para guru untuk meningkatkan kemampuannya.
2. Abilitas
Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja,
abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
individu. Menurut Bob Davis at. al. (1994: 235) skill dan abilitas adalah dua hal
yang saling berhubungan. Abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang
diwujudkan melalui tindakannya.
Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan guru A. Samana (1994:51)
menjelaskan bahwa, ”Kecakapan profesional guru menunjuk pada suatu tindakan
kependidikan yang berdampak positif bagi proses belajar dan per- kembangan
pribadi siswa”. Bentuk tindakan dalam pendidikan dapat berwu- jud keterampilan
mengajar (teaching skills) sebagai akumulasi dari pengetahuan (knowledge) yang
51
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
diperoleh para guru pada saat menempuh pendidikan seperti SPG, PGSD, atau
sejenisnya.
3. Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang
meliputu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan
melakukan penilaian hasil belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi dan abilitas
guru dapat digambarkan sebagai berikut:28
28
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.
com/2010/06/22-kode-04-b3-penilaian-kinerja-
guru.pdf&ved=2ahUKEwj0ro2HmsLoAhVTOSsKHe4gAlkQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw2-
MoJS1BSXmFFQ1WwfAPwx&cshid=1585571871202
52
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
A. Pengertian Perlindungan
Perlindungan merupakan sesuatu hal yang menjadi aspek terpenting di
dalam kehidupan manusia dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Dikatakan
sebagai aspek terpenting karena perlindungan memberi suatu jaminan untuk
keselamatan, kesehatan, dan keamanan dalam hidup manusia. Republik
Indonesia yang merupakan negara yang berlandaskan hukum masalah
perlindungan diatur dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia”. Oleh karena itu tujuan tersebut harus
diwujudkan demi terwujudkan tujuan negara yang sesungguhnya.
Juga berdasarkan alinea keempat tersebut, salah satu bentuk perlindungan
yang diberikan adalah dalam hal Pendidikan, dimana Negara Indonesia
memberikan jaminan kepada seluruh rakyat untuk dapat memilih dan
menikmati pendidikan dan pengajaran, sebagaimana juga yang tertuang
didalam pasal 31 UUD 1945.
Pendidikan pertama–tama dapat dilihat sebagai aktivitas untuk mengubah
posibilitas, yaitu kemungkinan–kemungkinan yang didasarkan atas
keterbukaan manusia itu menjadi aktualitas. Implikasi kedua ialah bahwa
perilaku manusia tidak ditentukan sebelumnya. Perilaku manusia diperoleh
melalui proses belajar. Pendidikan adalah bagian dari proses manusia
membangun dunianya atau kebudayaanya. Karena itu, dapat dikatakan,
pendidikan adalah suatu “keharusan” dalam hidup manusia.29
Dalam dunia pendidikan, guru dan murid merupakan elemen dalam
mendukung terciptanya kegiatan belajar dan mengajar. Baik dalam
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru memang menempati
kedudukan yang terhormat di masyarakat. Guru dapat dihormati oleh
masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masyarakat tidak meragukan
figur seorang guru. Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka
dapat mendidik dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik
agar mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang
bertanggungjawab. Jadi dalam pengertian yang sederhana, guru dapat
diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik.
29
Tony D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2004), hal. 6
53
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Seorang guru mempunyai kepribadian yang khas. Disatu pihak guru harus
ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan
menciptakan suasana aman. Akan tetapi di lain pihak, guru harus memberikan
tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, menegur, menilai, dan
mengadakan koreksi. Dengan demikian, kepribadian seorang guru seolah-olah
terbagi menjadi 2 bagian. Di satu pihak bersifat empati, di pihak lain bersifat
kritis. Di satu pihak menerima, di lain pihak menolak. Maka seorang guru
yang tidak bisa memerankan pribadinya sebagai guru, ia akan berpihak kepada
salah satu pribadi saja. Dan berdasarkan hal-hal tersebut, seorang guru harus
bisa memilah serta memilih kapan saatnya berempati kepada siswa, kapan
saatnya kritis, kapan saatnya menerima dan kapan saatnya menolak. Dengan
perkatan lain, seorang guru harus mampu berperan ganda. Peran ganda ini
dapat di wujudkan secara berlainan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru
sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.
Dunia pendidikan mengenal adanya pemberian penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment), sebagai salah satu alat pendidikan pemberian
hukuman (punishment) kepada siswa yang melanggar bertujuan untuk
mendidik siswa tersebut. Hukuman yang diberikan bisa dalam bentuk teguran
lisan ataupun tertulis, bisa juga dalam bentuk hukuman lain yang bersifat
mendidik, memberikan efek jera untuk tidak mengulanginya. Tujuannya
adalah agar siswa tahu akan norma dan aturan yang berlaku.30
Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum,
perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan HAKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS
maupun bukan PNS.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang
Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru. perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini
mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya mewujudkan kepastian
hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesionalnya.
30
http://admelia.blogspot.com/2013/12/polemik-pemberian-hukuman-punishment.html
54
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
31
https://renirr.wordpress.com/2019/04/13/perlindungan-dan-penghargaan-terhadap-guru
55
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
56
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
57
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
1) Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan bertugas di daerah khusus
berhak memperoleh penghargaan.
2) Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus memperoleh
penghargaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Pasal 37:
1) penghargaan dapat diberikan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesidan satuan pendidikan.
2) penghargaan dapat diberikan pada tingkat sekolah, tingkat kelurahan, tingkat
kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional dan
tingkat internasional.
3) penghargaan kepada guru dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan
pangkat istimewa, finansial, piagam atau penghargaan lain.
4) penghargaan kepada guru dilaksanakan dalam rangka memperingati hari
ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari guru nasional,hari
pendidikan nasional, dan lain-lain.
Pasal 38:
Pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai penghargaan
kepada guru yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.33
D. Perlindungan Atas Hak-Hak Guru
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang
secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh
karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berikut
ranah perlindungannya seperti berikut ini.
1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau
satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas.
2) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan,
ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan
tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi atau pihak lain.
4) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesidan
33
Subijanto, profesi guru sebagai profesi yang menjanjikan pasca undang-undang guru dan dan
dosen, 2007. hlm.67
58
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
59
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
60
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
61
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
berada di kecamatan dan pulau kecil terluar dengan luas area kurang
atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan
garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan
Nasional.
c) Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di
wilayah yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api,
banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap layanan pendidikan
dalam waktu tertentu.
d) Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan
ekonomi yang membahayakan guru dalam melaksanakan tugas dan
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
e) Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam
keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami
bahaya, kelaparan dan sebagainya yang memerlukan penanggulangan
dengan segera. Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu
kali gaji pokok guru yang diangkat oleh Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru BadanPSDMPK-PMP. satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat,
masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan Daerah Khusus ini
rumit dan tentatif adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun
2007, pemerintah memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang
bertugas di Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di
Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp
1.350.000 per bulan. Harapan yang ingin dicapai dari pemberian
tunjangan khusus ini adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru
sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat sulit, juga
memotivasi guru untuk tetap mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi
lain, pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru
untuk bersedia mengajar di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya
jumlah guru di daerah terpencil diharapkan juga semakin mudah
dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini.
4. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam
rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya
sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi
(Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan
62
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
63
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
A. Pengertian Profesionalisasi
1. Makna Profesional, Profesionalisme, dan profesionalisasi
Berbicara mengenai profesional pemikiran kita akan tertuju pada
pekerjaan. Menurut Danim Sudarman, makna profesional merujuk pada dua
hal. Pertama orang yang menyandang suatu profesi. Orang yang profesional
biasanya melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya dan mengabdikan
diri pada pengguna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan
profesionalnya itu. Kedua, kinerja atau performance seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme berasal dari bahasa inggris Profesionalism yang secara
leksikal berarti sifat profesional. Menurut Jasin, Anwar profesionalisme dapat
diartikan sebagai kometmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-
strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan
profesinya itu.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk standar ideal dari
penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama , yaitu peningkatan
status dan peningkatan kemampuan-praktis.34
2. Profesionalime Tenaga pendidik
Jabatan tenaga pendidik merupakan suatu jabatan profesional, hal ini
dapat diuraikan sebagai berikut Jabatan tenaga pendidik bukan hanya
menuntut kemampuan spisialisasi tenaga pendidik dalam arti menguasai
pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang relevan dengan
bidang tugasnya sebagai Pendidik, tetapi juga tingkat kedewasaan dan
tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi dalam mengambil keputusan.
Kemampuan-kemampuan itu membuat tenaga pendidik memiliki nilai lebih
dan kewibawaan yang tinggi terhadap peserta didik yang diajarnya Sesuai
dengan nilai sosial budaya kita, secara historis kedudukan tenaga pendidik itu
lebih tinggi dalam masyarakat kita. Tenaga pendidik adalah seorang yang
patut dipatuhi, ditiru/ (diteladani) kata dan perbuatannya. Motif utama
menjadi tenaga pendidik bukan imbalan gaji atau kebendaan, tetapi adalah
panggilan (calling) untuk mengabdi kepada tuhan, masyarakat dan
34
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009), hal. 98
64
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
35
Ibid., hlm. 99
36
Makmun, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, (Bandung: PPS IKIP,1996)
hlm. 102-103
65
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
66
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
67
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
38
Ibid.hlm. 30-31
68
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk
mencapai kompetensi.
4. Program Supervisi pendidikan Dalam praktik pembelajaran di kelas masih
sering ditemui guru-guru yang ditingkatkan profesionalismenya dalam
proses belajar mengajarnya. Sering ada persepsi yang salah atau kurang
tepat dimana tugas supervisor dimaknai sebagai tugas untuk mencari
kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Ciri utama
supervisi adalah perubahan kearah yang lebih baik, positif proses belajar
mengajar lebih efektif dan efesien.
5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri
dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata
pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh
dan bertanggung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang ditetapkan
dalam kurikulum.
6. Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum di kelas. Dalam hal ini
dituntut kerjasama yang optimal diantara para guru. Dengan MGMP
diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi
ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan
keprofesionalan para anggotanya.
7. Simposium Guru Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan
sebagai wadah untuk saling berbagi pengalaman dan pemecahan
masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu simposium. Melalui
forum simposium guru ini diharapkan para guru menyebarluaskan upaya-
upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media
untuk sharing pengalaman, juga berfungsi untuk kompetisi antar guru,
dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang,
misalnya dalam pengunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan
kelas atau penulisan karya ilmiah.
8. Program pelatihan tradisional lainnya Berbagai pelatihan sampai saat ini
banyak dilakukan. Bentuk-bentuk pelatihan ini sudah lama ada dan diakui
cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa seringkali berbagai bentuk
kursus/pelatihan tradisional ini sering kali tidak dapat memenuhi
kebutuhan praktis dan pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi
antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat efektif
69
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
70
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
39
Ibid. hlm.45-47
40
http://ratnadewi87.wordpress.com/tag/upaya-meningkatkan-profesional-guru/
71
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
41
Saryadi Al-Faqier. 2011. Profesionalitas guru, Tantangan, dan Solusinya. Diakses pada tanggal 18
februari 2020 pada pukul 14.23 WIB dari situs: http://jhaylover.blogspot.com/2011/05/profesional-
guru-tantangan-dan.html?m=1
72
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
tantangan guru profesional dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari
masyarakat dunia di era global.42
1. Tantangan Internal
Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam
dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap
kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai
adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, menurunnya
rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya
benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling
menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat
mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.
Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik
dan tantangan nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru memiliki
kepribadian yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai
moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa
kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti
bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati
pula bangsa terhadap kebudayaan Indonesia yang menjunjung tinggi etika
dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat
mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.
2. Tantangan Eksternal
Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai
dimensi domestik dan global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan
seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan
situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang untuk
meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang
profesional.
Untuk itu, tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi
globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada
peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan
sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian para sisiwa
mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian
yang kuat sebagai bangsa Indonesia.43
Adapun problematika-problematika lain yang harus dihadapi dalam
perkembangan profesionalisasi guru antara lain:
42
Dedestia. 2015. Tantangan Pengembangan Profesi Guru. Diakses pada tanggal 18 februari 2020
pada pukul 14.30 WIB dari situs: https://dedestiia.wordpress.com/2015/04/26/tantangan-
pengembangan-profesi-guru/
43
Ibid.,
73
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
74
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang
dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan
aspek kehidupan misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul,
berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah yang
ringan maupun yang berat.
5. Kemampuan mengajar
Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan
kemampuan merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran,
menyajikan bahan pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa,
mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan
mengevaluasi hasil belajar. Kompetensi guru adalah kemampuan atau
kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya adalah
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bukanlah apa yang harus
dipelajari, guru dituntut mampu menciptakan dan menggunakan keadaan
positif untuk membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan kompetensinya.
6. Antar hubungan dan komunikasi
Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil dan begitu pula sebaliknya. Misalnya kepala sekolah tidak
menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai
sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak datang mengajar.
7. Hubungan dengan masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat
dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah
merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih,
dan membimbing generasi muda bagi peranannya dimasa depan, sementara
masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Manfaat hubungan
dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui
peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi ysng kontinu dan
proses saling memberi dan saling menerima serta membuat instropeksi
sekolah dan guru menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat
diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan
kinerja yang lebih baik. Hal ini dipertegas Pidarta (1999) yang menyatakan
bahwa bila guru tidak mau belajar dan tidak mampu menampilkan diri
sangat mungkin masyarakat tidak menghiraukan mereka. Keadaan ini
seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru.
8. Kedisiplinan
75
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
44
Rahmat Alpha. 2015. Problematika Pengembangan Profesionalisasi Guru. Diakses pada tanggal 18
februari 2020 pukul 14.15 WIB dari situs: http://rahmatalpha.blogspot.com/2015/09/problematika-
pengembangan.html?m=1
76
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
45
Saryadi Al-Faqier. 2011. Profesionalitas guru, Tantangan, dan Solusinya. Diakses pada tanggal 18
februari 2020 pada pukul 14.23 WIB dari situs:http://jhaylover.blogspot.com/2011/05/profesional-
guru-tantangan-dan.html?m=1
77
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
A. Supervisi Pendidikan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau
mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Colligate Dictionary disebutkan bahwa
supervisi merupakan “A critical watching and directing”. Beberapa sumber
lainnya menyatakan bahwa supervisi berasal dari dua kata, yaitu “superior” dan
“vision”. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepala sekolah digambarkan sebagai
seorang “expert” dan “superior” , sedangkan guru digambarkan sebagai orang
yang memerlukan kepala sekolah.
Supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif
(Purwanto,2000). Manullang (2005) menyatakan bahwa supervisi merupakan
proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar
guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik.46
Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis
edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik material.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa
proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan
terhadap situasi yang menyababkannya.47 Aktivitas dilakukan dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang
menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya
baik. Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa
perbaikan dalam bentuk pembinaan. Fungsi pengawasan atau supervisi dalam
pendidikan bukan hanya sekadar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi
lebih dari itu.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkataan supervisi belum begitu
populer. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang lebih mengenal
kala "inspeksi" daripada supervisi. Pengertian "inspeksi" sebagai warisan
pendidikan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat otokratis,
yang berarti "mencari kesalahan-kesalahan guru dan kemudian menghukumnya".
46
Donni Juni Priansa, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung : Alfabeta ),
h. 84
47
Dadang suhardan, supervisi profesional, (Bandung : Alfabeta , 2010 ) h. 39
78
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
48
Ibid., h. 47
79
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
2. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket,
observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
3. Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis terencana.
b. Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusian yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman
untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan
bawahan.
c. Prinsip Kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi “ sharing
of idea, sharing of experience ” memberi support mendorong, menstimulasi
guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.49 Dari uraian diatas
dapat kita ketahui, bahwa betapa banyak dan besarnya tanggung jawab
seorang kepala sekolah sebagai supervisor.
Dalam toeri lain juga menyebutkan tentang prinsip yang harus dipenuhi dalam
program supervisi. Pelaksanaan supervisi akademik perlu mengacu pada prinsip-
prinsip yang ada dalam supervisi akademik. Menurut Dodd dalam buku Pnduan
Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010) dinyatakan bahwa sejumlah prinsip
dalam supervisi akademik meliputi :50
1. Praktis
Berkaitan dengan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan supervisi sesuai
dengan kondisi sekola.
2. Sistematis
Berkaitan dengan perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan
pembelajaran.
3. Objektif
Berkaitan dengan masukan sesuai aspek-aspek instrumen yang akan
digunakan dalam supervisi.
4. Realitis
Berkaitan dengan kenyataan sebenarnya dalam melakukan supervisi.
49
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan
SDM, (Jakarta : Rineka Cipta , 2008), h. 19
50
Donni Juni Priansa Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Bandung : Alfabeta) , h.110
80
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
5. Antisipatif
Berkaitan dengan kemampuan dalam menghadapi masalah-masalah yang
mungkin akan terjadi.
6. Konstruktif
Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dan inovasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran.
7. Kooperatif
Berkaitan dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam
mengembangkan pembelajaran.
8. Kekeluargaan
Berkaitan dengan pertimbangan saling asah,asih, dan asuh dalam
mengembangkan pembelajaran
9. Demokrasi
Berkaitan dengan pemahaman bahwa supervisor tidak boleh mendominasi
pelaksanaan supervisi akademik.
10. Aktif
Berkaitan dengan keaktifan guru dan supervisor untuk berpartisipasi
11. Humanis
Berkaitan dengan kemampuan guru menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, terbuka,jujur, ajeg, sabar, antusias,dan penuh humor.
12. Berkesinambungan
Berkaitan dengan kesinambungan kegiatan supervisi akademik oleh kepala
sekolah.
13. Terpadu
Berkaitan dengan kesatuan dengan program pendidikan
14. Komprenhensip
Berkaitan dengan pemenuhan ketiga tujuan supervisi akademik.51
3. Tujuan Supervisi Pendidikan
51
Ibid, h.111
52
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan
SDM, (Jakarta : Rineka Cipta ,2008), h. 19
81
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
53
Ibid., h.21
54
Ibid., h. 25
82
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
83
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
84
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
dalam dirinya yang akan membantunya menjadi diri yang lebih baik. Keyakinan
yang membatasi dalam banyak pendidik/guru tampaknya belum menjadi hal yang
begitu perlu mendapat perhatian lebih bagi para peneliti pengembangan profesi
guru. Hal ini dapat dilihat dari masih relatif sedikitnya referensi-referensi yang
membahas secara khusus pentingnya refleksi diri bagi guru dalam pengembangan
profesionalismenya. Secara lebih spesifik, keyakinan untuk memulai perubahan
yang baik bagi pendidik/guru akan berdampak kepada peningkatan kompetensi
diperlukan untuk memperdalam pengembangan profesional guru; tidak hanya
kompetensi dipengaruhi oleh keyakinan orang, tetapi keyakinan bahwa mereka
memiliki atau dapat mengembangkan kompetensi untuk memiliki dampak yang
lebih besar bagi pengembangan profesionalisme mereka Pada akhirnya,
memberikan perhatian lebih untuk melakukan refleksi diri dalam pengembangan
profesional mereka dapat membantu guru untuk menjadi lebih sadar akan kualitas
peserta didik mereka, sehingga mereka akan lebih mampu untuk membimbing
anak-anak ini dalam pembelajaran mereka, dan membantu mereka memobilisasi
kualitas peserta didik di sekolah dan dalam kehidupan masa depan mereka. Hal
ini penting dalam proses konstruksi pengetahuan, sikap dan keterampilan baik
guru maupun siswanya itu sendiri.55
55
Bujang Rahman, “Refleksi Diri dan Peningkatan Profesionalisme Guru”, Jurnal Paedagogia, Vol.
17 No. 1 Tahun 2014, h.1-12.
85