Anda di halaman 1dari 85

Bahan Ajar

Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

1
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

DAFTAR ISI

1. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional .............................................................3

2. Hakikat dan Profesi Kependidikan......................................................................10

3. Perkembangan Profesi diIndonesia ....................................................................14

4. Tingkat dan Jenis Profesi Kependidikan ............................................................18

5. Kode Etik Profesi Kependidikan ........................................................................23

6. Organisasi Profesi Kependidikan .......................................................................28

7. Integritas Kepribadian dan Sikap Profesional Dalam Kependidikan .................35

8. Profesi Kependidikan Dibidang Layanan Intruksional ......................................39

9. Profesi Kependidikan Dibidang Administrasi dan Bimbingan ..........................43

10. Penilaian Kinerja Guru .......................................................................................48

11. Perlindungan dan Penghargaan Profesi Kependidikan ......................................53

12. Perkembangan dan Peningkatan Profesionalisasi Guru .....................................64

13. Tantangan Problematika Perkembangan Profesionalisme Guru

Serta Pemecahannya ...........................................................................................72

14. Supervisi Pendidikan Serta Refleksi Individu ..................................................78

2
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

A. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam proses pendidikan terjadi proses perkembangan. Pendidikan adalah


proses membantu peserta didik agar berkembang secara optimal; yaitu
berkembang setinggi mungkin, sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang
dianutnya dalam masyarakat. Pendidikan bukanlah proses memaksakan kehendak
orang dewasa (guru) kepada peserta didik, melainkan upaya menciptakan kondisi
yang kondusif bagi perkembangan anak, yaitu kondisi yang memberi kemudahan
kepada anak untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Ini berarti bahwa di
dalam proses pendidikan anak aktif mengembangkan diri dan guru aktif
membantu menciptakan kemudahan (facilitating) untuk perkembangan yang
optimal itu.

Betapapun sulitnya mendefinisikan pendidikan, namun untuk keperluan


aplikasinya tetap perlu memiliki pegangan tertentu, agar apa yang Anda lakukan
di sekolah memiliki pijakan yang mantap. Sekarang Bangsa Indonesia telah
memiliki Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dengan adanya Undang-undang ini, maka penyelenggaraan pendidikan,
terutama pendidikan formal di sekolah telah memiliki pijakan legal yang mantap,
bahkan mengikat berbagai pihak termasuk Anda sebagai guru untuk
melaksanakannya secara konsekuen. Akhirnya makna pendidikan yang mantap
dinyatakan di dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 (1) dinyatakan pendidikan sebagai “… usaha sadar
untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.”

Jika dikaji lebih mendalam, makna pendidikan tersebut mengandung beberapa


hal, yaitu:

1. Pendidikan itu merupakan usaha sadar, artinya tindakan mendidik bukan


merupakan tindakan yang bersifat refleks atau spontan tanpa tujuan dan
rencana yang jelas, melainkan merupakan tindakan yang rasional,
disengaja, disiapkan, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tindakan mendidik harus didasarkan atas tujuan dan dengan alasan-alasan
yang rasional dan normatif, bukan tindakan serampangan atau asal-asalan;

3
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

2. Paradigma baru praktek pendidikan lebih menekankan kepada


pembelajaran alih-alih kepada proses mengajar yang mengutamakan peran
guru, melainkan secara sengaja dan terencana guru memanfaatkan
berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan untuk
mencapai keberhasilan belajar anak;

3. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif


menjadi fokus utama proses pendidikan;

4. Anak harus aktif, artinya bukan hanya mendengarkan saja, melainkan


harus lebih banyak bertanya, melakukan kegiatan tertentu, mencari
sumber belajar, mencoba dan menemukan sendiri;

5. Tujuan pendidikan adalah menumbuhkembangkan pribadi-pribadi yang


beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cerdas dan memiliki keterampilan
yang bermanfaat bagi kehidupan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut, lahirlah pendidikan nasional di Negara
Indonesia. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.Untuk mewujudkan semua itu juga perlu yang namanya system pendidikan yang
merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan
yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional tersebut.1
1. Dasar Pendidikan Nasional

Dasar Pendidikan Nasional adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap
tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka
pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar
yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting
untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di
lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah
dirumuskan antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,
Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan

1
Agus Taufiq, Modul 1 Hakikat Pendidikan Di Sekolah Dasar, hlm. 5

4
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila,


Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi:
Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.
3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab
IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian
Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989
dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di
tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak
dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan
pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru.
Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu
mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan
perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
2. Fungsi pendidikan nasional

Sebagai suatu bangsa, pendidikan nasional merupakan salah satu unsur


pengikat, pelestari, penumbuh, pengembang, pengarah cita-cita bangsa. Kejadian-
kejadian dewasa ini di Eropa Timur dengan pupus tenggelamnya beberapa negara
menunjukkan betapa peran pendidikan dalam menjaga eksitensi suatu bangsa. Sistem
politik yang menggila nilai-nilai kemerdekaan manusia yang di tunjang oleh sistem
pendidikannya yang mengkondisikan aspirasi politik tersebut, akhirnya tidak dapat
menahan arus perubahan yang beroerientasi kepada asas pengakuan kepada hak
individu untuk berbeda dalam kesatuan nasional. Undang-undang dasar 45 dengan
sangat jelas menekankan kepada kesatuan Nasional, begitu pula terhadap
kemajemukan masyarakat Indonesia. 2

2
H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.201

5
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia telah diatur didalam undang-


undang No. 20 tahun 2003 tentang sisutrem pendidikan nasional. Di dalam undang-
undang tersebut memuat segala hal yang bersangkuta dengan pelaksanaan pendidikan
nasional di Indonesia yang meliputi dari pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan
pendidikan, jenis-jenis pendidikan, jenjang pendidikan, standart penddidikan dan lain
sebagainya. Dengan demikian arah pendidikan di Indonesia sudah ditentukan dengan
sedemikian rupa. Mengacu pada undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang menyatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat
dari kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi pendidikan Indonesia menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Fungsi pendidikan nasional juga memberikan suatu pengajaran dengan ilmu
pengetahuan untuk membentuk karakter bangsa yang takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta mencetak karakter, kreativitas dan kecerdasan anak sejak dini.
Dasar dan fungsi tujuan pendidikan sesuai dengan pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan Undang-undang Nasar Negara Republik Indonesia Tahun
1924 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sesuai yang tercantum didalam UU NO.20/2003 tentang Sisdiknas, Bab II pasal 2-3:
Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, melahirkan butiran-butiran sebagai
berikut:
a. Pasal 2
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

6
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Setidaknya ada dua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang


pernah dimiliki Indonesia yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih di kenal
dengan nama UUSPN. Dan yang kedua Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UU
SISDIKNAS, sebelum adanya kedua Undang-Undang yang mengatur tentang system
pendidikan nasional, Indonesia hanya memiliki Undang-undang tentang pokok-pokok
pengajaran dan pendidikan yaitu Undang-undang Nomor 4 tahun 1950.Adanya
perubahan UUSPN No.2 tahun 1989 menjadi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003
dimaksudkan agar system pendidikan nasional kita bisa menjadi jauh lebih baik
dibanding dengan system pendidikan sebelumnya.
Pendidikan adalah suatu rencana untuk membentuk generasi penerus bangsa
dalam suasana pembelajaran dengan memberikan ilmu pengetahuan agar tercapai
kemampuan, spritual keagamaan, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta
pengendalian diri.
Pendidikan nasional merupakan pendidikan berasas Undang-undang Dasar
1945 dan Pancasila dengan akar nilai-nilai agama serta keaneragaman budaya yang
ada di Indonesia, Sedangkan, sistem pendidikan nasional adalah sekumpulan
komponen terpadu yang saling berkaitan untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan
nasional.
Sistem pendidikan yang telah berlangsung saat ini masih cenderung
mengeksploitasi peserta didik, indikator yang digunakanpun cenderung menggunakan
indikator kepintaran, sehingga secara nilai dirapot menunjukkan peserta didik akan
mampu bersaing maupun bertahan di tengah gencarnya industrialisasi yang
berlangsung saat ini.
Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia menciptakan anak bangsa yang
memiliki sensitifitas terhadap lingkungan hidup yang krisis sumber-sumber
kehidupan, serta mendorong terjadinya sebuah kebersamaan dalam keadilan hak.
Sistem pendidikan harus lebih ditunjukan agar terjadi keseimbangan terhadap
ketersediaan sumber daya alam serta kepentingan-kepentingan ekonomi dengan tidak
meninggalkan sistem sosial dan budaya yang telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan nasional ini tentulah kita sudah bisa mengatakan bahwasanya
tujuan pendidikan nasional ini sangatlah mulia, namun akan tetapi pada kenyataannya
belum sepenuhnya tercapai. Sebagaimana yang sering kita lihat di televisi tawuran
pelajar yang sering terjadi di mana-mana, tingkat koruptor yang sangat tinggi, tindak
kejahatan yang tak bermoral, dan lain sebagainya. Hal tersebut sudah menunjukkan
potret dari ketidakberhasilan sistem pendidikan nasional sepenuhnya. Ini
menunjukkan harus adanya terobosan-terobosan baru yang dapat mengatasi itu
semua.

7
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Sementara di berbagai daerah, pendidikan pun masih berada dalam kondisi


keprihatinan. Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan hingga
sukarnya masyarakat untuk mengikuti pendidikan karena permasalahan ekonomi dan
kebutuhan hidup. Pada beberapa wilayah, anak-anak yang memiliki keinginan untuk
bersekolah harus membantu keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup karena
semakin sukarnya akses masyarakat terhadap sumber kehidupan mereka. Karena
pendidikan erat kaitannya dengan permasalahan ekonomi, maka permasalahan
ekonomi pun mempengaruhi pendidikan anak-anak negeri ini.
Pendidikan juga saat ini telah menjadi sebuah industri. Hal ini mengakibatkan
terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi
diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar,
pertumbuhan bisnis-bisnis pendidikan itu yang mau tidak mau semakin membuat
rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang
telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan
hanyalah sebuah mimpi. Betul adanya telah ada usah dari pemerintah untuk
mengusahakan pendidikan ini, semisal dari adanya beasiswa, bantuan operasional
siswa, pembaharuan kurikulum, dan lain sebagainya. Namun itu semua masih belum
seutuhnya mampu mengatasi masalah pendidikan yang sangat kompleks di Indonesia
ini.
3. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional harus sesuai dengan Tap MPRS No


XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, sehingga
dirumuskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk manusia Pancasila
sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Dalam UU No. 2 tahun 1989 juga
ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan artian bahwa manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur,
memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
pribadi yang baik, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan,
kebangsaan.
Tujuan pendidikan nasional yaitu bertujuan untuk membentuk karakter bangsa
serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan-tujuan terserbut dapat
dipantau sejak anak atau seseorang memulai pendidikan dari awal hingga akhir,
dengan adanya suatu penilaian selama menjalani masa pendidikan.
Pendidikan nasional yang ada di Indonesia menggunakan sistem pendidikan
yang diberikan dengan memberikan pembelajaran atau mengajarkan materi tertentu,
dan pada akhir materi akan diberikan suatu penilaian untuk mengukur kemampuan
siswa. Dengan adanya penilaian maka dapat dipantau seberapa besar kemajuan,

8
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

kemampuan dan tingkat pemahaman dari peserta didik. Salah satunya yang selalu
dijadikan penilaian dari pendidikan nasional Indonesia adalah melalui Ujian Nasional
(UN). Namun sebenarnya dengan Ujian Nasional belum dapat dijadikan sebagai cara
untuk mengukur tujuan pendidikan lainnya, seperti membentuk akhlak, spritual
keagamaan, kepribadian, dan lain-lain. Dengan Ujian Nasional di akhir pendidikan,
yang dapat dinilai hanyalah yang berhubungan dengan penyampaian materi selama
masa pendidikan saja, bukan karakter kepribadian.
Kemudian tujuan pendidikan nasional Indonesia sesuai dengan undang-
undang No. 20 tahun 2003 yaitu, Pendidikan diupayakan dengan berawal dari
manusia apa adanya (aktualisasi) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan
yang apa adanya (potensialitas), dan diarahkan menuju terwujudnya manusia yang
seharusnya atau manusia yang dicita-citakan (idealitas). Tujuan pendidikan itu tiada
lain adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya; mampu
memenuhi berbagai kebutuhan secara wajar, mampu mengendalikan hawa nafsunya
berkepribadian, bermasyarakat dan berbudaya. Implikasinya, pendidikan harus
berfungsi untuk mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada
manusia dalam konteks dimensi keberagaman, moralitas, moralitas,
individualitas/personalitas, sosialitas dan keberbudayaan secara menyeluruh dan
terintegrasi. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia.
Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS
No.XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, maka
dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila
sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989
ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan demikian pendidikan Indonesia lebih cenderung mengutamakan
pembangunan sikap sosial dan religius dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Hal tersebut sesuai dengan Pancasila sila kesatu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
didakan sila tersebut menujukan bahwa Indonesia sangat mengedepakan sikap
spiritual dan pengakuan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
tidaklah diragukan bahwa negara Indonesia dapat dikatakan negara yang paling
religius setelah negara Pakistan.3

3
Adi Widya,” Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1.

9
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

HAKIKAT DAN PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Profesi

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu


profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Adapun secara
terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan
tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya
persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrument untuk melakukan
perbuatan4
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu.
Artinya, jabatan profesional tidak bisa dilakukan atau dipegang oleh sembarang
orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Melainkan melalui proses pendidikan dan pelatihan
yang disiapkan secara khusus untuk bidang yan diembannya. Misalnya, seorang
guru profesioanal yang memiliki kopetensi keguruan melalui pendididkan guru
seperti (S-1-PGSD, S-1 Kependidikan, AKTA Pendidikan) yang diperoleh dari
pendidikan khusus untuk bidang tersebut. Jadi, kompetensi guru tersebut
diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik
sebelum seseorang menjalani profesi itu (pre service training atau pra-jabatan)
maupun setelah menjalani suat profesi (inservice training). Profesi dapat
diartikan juga sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperolehnya dari pendidikan
akademis yang intensif.
Profesi bukan hanya sekedar pekerjaan atau vocation, melainkan suatu
vokasi khusus yang mempunyai cirri-ciri expertis (keahlian), responsibility
(tanggung jawab) dan rasa kesejawatan. Berkaitan dengan profesi, ada beberapa
istilah yang hendaknya tidak dicampuradukkan, yaitu profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi.5
a. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak
dapat dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara
khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan.

4
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2017), Cet. Ke 1, hlm 149
5
Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Erlangga,
2015), hlm. 12

10
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

b. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh


seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut
Djam’an Satori Profesional menunjukk kepada dua hal. Pertama, orang
yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan ‘Dia seorang
professional.’ Kedua, sifat penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. dalam kegiatan sehari-hari
seorang profesional melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang
ilmu yang telah dimilikinya, jadi tidak asal-asalan.6

c. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinnya suatu bidang


pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.
Profesionalisme mengacu kepada sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.

d. Profesionalitas merujuk kepada kualitas para anggota atau petugas


dalam suatu profesi.

e. Profesionalisasi menunjukan pada proses peningkatan kualifikasi


maupun kualitas atau kemmapuan para anggota atau petugas suatu
profesi dalam memenuhi criteria serta penampilan standar sebagai
anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan
serangkaian proses pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan
melalui pendidikan/latihan dalam jabatan (in-service training). Oleh
sebab itu, profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung
sepanjang hayat, sejagat hayat dan tanpa henti7

B. Hakikat Profesi Kependidikan

Tenaga kependidikan secara umum adalah orang-orang yang peduli dengan


masalah-masalah kependidikan dan memiliki tugas dan wewenang tertentu di
bidang kependidikan. Peraturan pemerintah No. 38/1992 pasal 1 dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah :

Ayat 1: Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi


diri secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan.

6
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2017), Cet. Ke 1, hlm. 151
7
Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Erlangga,
2015), hlm. 12

11
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Ayat 2: Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas


membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik.
Ayat 3: Tenaga pembimbing adalah yenaga pendidik yang bertugas
membimbing peserta didik.
Ayat 4 : Tenaga pengajar adalah pendidik yang bertugas utama mengajar
peserta didik
Ayat 5: Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang bertugas utama
melatih peserta didik
Pasal 3
Peraturan pemerintah No. 38/1992 menjelaskan tentang jenis tenaga
kependidikan, terdiri atas :
Ayat1: Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembnagan di
bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar
penguji.
Ayat 2: Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
Ayat 3: Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah direktur,
rector.
C. Harapan dan Tantangan Profesi Tenaga Kependidikan
Salah satu ciri profesi adalah kontrol yang ketat atas para anggotanya. Suatu
profesi ada dan diakui masyarakat karena ada usaha dari orang-orangnya untuk
menghimpun diri. Lewat organisasi itu, profesi dilindungi dan kemungkinan
penyalahgunaan yang bisa membahayakan keutuhan dan wibawa profesi itu.
Kode etik pun disusun dan disepakati oleh para anggotanya.
Bagaimana dengan profesi mengajar atau keguruan? Profesi ini termasuk yang
bernasib kurang baik. Ada yang ngotot menyebutnya profesi. Ada juga yang
menganggapnya bukan. Ada yang mengambil jalan tengah dengan menyebut
mengajar/keguruan sebagai “semi profesional”. Kriteria profesi boleh saja
diurutkan satu persatu, tetapi percuma. Keguruan tetap saja begini, dianggap
profesi antara ada dan tiada. Disebut ada, memang ada, terbukti dari adanya
kegiatan belajar mengajar dan ada jutaan guru. Dikatakan tiada, bisa juga, karena
profesi ini tidak jelas defenisinya.
Profesi dalam dirinya mengandung pengertian penyerahan, pengabdian penuh
pada suatu jenis pekerjaan yang mengimplikasikan tanggung jawab pada diri
sendiri, orang lain dan profesi. Seorang profesional bukan hannya berkerja,
melainkan ia tahu mengapa dan untuk apa ia berkerja serta tanggung jawab apa
yang melekat dalam pekerjaannya. Jadi ia tidak boleh semaunya dalam berkerja.
Guru pada jenjang kebawahlah sering menjadi sorotan. Pada mereka,
mengajar sebagai suatu kegiatan profesional masih dipertanyakan kebenarannya.

12
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Kini situasinya memang sudah lebih baik sehubungan dilakukannya secara ketat
sertifikat mengajar yang hanya membolehkan orang-orang berwenang untuk
berdiri di muka kelas.
Ada beberapa hal yang menyebabkan profesi mengajar/keguruan/
kependidikan suit mengapai posisi tangguh dan terhormat.
a. Sulit sekali didefinisikan apa sesungguhnya profesi mengajar itu dan apa
bidang garapannya yang khas, serta tingkat keahian yang bagaimana yang
dituntut.
b. Sejarah mengajar dan guru memang kabur. Dulu siapa saja boleh
mengajar dengan tingkat pendidikan apa pun asal bias tulis baca, dan
sekarang sudah ada pembatasannya.
c. Penambahan guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar mutu
guru dikontrol dan dijaga
d. PGRI cenderung bergerak di “pertengahan” antara pemerintah dan guru-
guru.
e. Tuntutan masyarakat terus meningkat dan berubah membuat guru makin
tertantang.8

8
David Sigalingging, Buku Profesi Pendidikan., hal. 3

13
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

PERKEMBANGAN PROFESI DIINDONESIA

A. Pengertian Profesi
Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profession”, dalam bahasa Belanda
“professie” yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “professio”
yang bermakna pengakuan atau pernyataan. Kata profesi juga terkait secara
generik dengan kata okupasi (Indonesia), accupation (Inggris), accupatio (Latin)
yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau pekerjaan atau mata pencaharian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan
sebagainya) tertentu. Menurut Tilaar (2002:86) profesi merupakan pekerjaan,
dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hirarki birokrasi yang
menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut
serta pelayanan baku terhadap masyarakat. Hal senada dipaparkan Nata
(2003:138) bahwa profesi adalah pernyataan atau pengakuan tentang bidang
pekerjaan atau bidang pengabdian yang dipilih.
Vollmer dan Mills sebagaimana dikutip Danim (2010:56) menyatakan profesi
adalah suatu pekerjaan yang menuntut kemampuan intelektual khusus yang
diperoleh melalui kegiatan belajarr dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis
kepada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Menurut Mudlofir (2014:17) profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian ( expertise ) dari para anggotanya, artinya, profesi tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara
khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang
disebut profesionalisasi yang dilakukan sebelum seorang menjalani profesi itu
maupun setelah menjalani suatu profesi.
Danim (2012:102) menyatakan profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang
dimaksudkan adalah ada persyaratan pengetahuan teoretis sebagai instrumen
untuk melakukan perbuatan praktis.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa profesi sebagai
terminologi memiliki banyak makna, hanya saja jika disederhanakan profesi itu
dapat dimaknai sebagai pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian,
keterampilan, kejujuran dan sebagainya, sedangkan profesional berkaitan dengan
profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan

14
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (Nasution dan Siahaan,


2009:46).9
Kemudian dalam menjalani profesinya sebagai guru (UU RI No.20 Tahun
2003), di tuntut untuk bekerja dan berbuat secara professional. Kompetensi
sebagai guru menjadi harga mati, tanggung jawab,terhadap profesinya dapat
menjadi tolak ukur terhadap perannya dalam mempersiapkan generasi bangsa
ini.10
B. Perkembangan Pendidikan di Indonesia
Pada mulanya guru-guru indonesia di angkat dari orang-orang yang tidak
berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Dalam bukunya sejarah
pendidikan indonesia, nasution (1987) sejarah jelas melukiskan perkembangan
guru di indonesia. Pada mulanya guru di angkat dari orang-orang yang tidak
memiliki pendidikan khusus yang di tambah dengan orang-orang yang lulus dari
sekolah guru yang pertamakali didirikan di solo tahun 1852.
Perkembangan profesi kependidikan dapat di bagi menjadi beberapa priodisasi,
yakni :
1. Masa penjajahan
Dalam bukunya sejarah pendidikan di indonesi, Nasution (1987)
mengatakan zaman penjajahan merupakan bagian sejarah profesi
kependidikan. Pada zaman penjajahan, guru tampil dan ikut mewarnai
perjuangan bangsa Indonesia yang pada mulanya di angkat dari orang-
orang yang tidak di didik untuk menjadi seorang guru. Secara berangsur-
angsur di tambah dan di lengkapi oleh guru-guru lulusan sekolah guru
(Kwekschool) yang pertama kali didirikan pertama kali di Solo (1852).
Karena kebutuhan guru yang semakin mendesak maka pemerintah Hindia
Belanda mengangkat 5 macam guru yaitu:
1. Guru lulusan sekolah guru.
2. Bukan lulusan sekolah guru tapi lulus ujian untuk menjadi guru.
3. Guru bantu (guru yang lulus tes guru bantu).
4. Guru yang di magangkan kepada guru sineor( merupakan calon guru).
5. Guru dari warga yang pernah mengecap pendidikan.

Dan pada tahun 1912 merekamen dirikan organisasi perjuangan guru-


guru pribumi yakni Persatuan Guru Hindia Belanda yang
beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik
sekolah. Kemudian pada 1932, HIS mengambil langkah ekstrim dengan
mengubah namanya menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).PGI

9
Amiruddin, profesi pendidikandan tenaga kependidikan, (Medan : LPPPI, 2018) hlm.1-2.
10
Irwan Safari dan Yeni Nopiyanti, Paradigma baru profesi guru, (Bandung : Mujahid Press, 2010)
hlm. 22

15
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

tetap eksis sampai penjajahan belanda berakhir karena semangat


nasionalisme yang tinggi.
Dalam masa penjajahanJepang, PGI tidak bisa bearktivitas secara
terang-terangan, karena semua organisasi di anggap membahayakan.
Peran guru pada masa penjajahan amatlah penting karena guru
mempunyai nilai strategi suntuk membangkitkan nasionalisme, meskipun
banyak aral melintang dalam proses penanaman nasionalisme tersebut.
2. Masa Kemerdekaan
Masa inilah peran guru dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat lebih terbuka dan maksimal. Pada 24-25 November 1945
diselenggarakan Kongres Guru Indonesia di Surakarta. Pada tanggal 25
November 1945 lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita
perjuangan bangsa (Hermawan S., 1989).
Dengan adanya Kongres Guru Indonesia, maka semua guru yang ada
di Indonesia melebur dan menyatu dalam suatu wadah, yakni PGRI
sehingga tiada lagi perbedaan latarbelakang. Bahkan pada kelanjutannya,
25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Melalui Kepres
No.78 Tahun 1994, kiprah PGRI makin bersinar. Namun kiprah PGRI
terseret dalam kepentingan penguasa karena kedekatannya dengan partai
politik tertentu.
Mungkin anggapan banyak orang bahwa guru bukanlagi satu-satunya
tempat bertanya bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih
tinggi dari guru, dan kewibawaan guru berkurang antara lain karena status
guru dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai
pendapatan yang lebih baik. Akan tetapi pada zaman reformasi saat ini,
guru lebih berani berekspresi untuk menyampaikan aspirasi dan
keluhannya, seperti menuntut perbaikan kesejahteraan dll. Tuntutan
perbaikan kesejahteraan guru akhirnya di respon pemerintah. Pemerintah
menempatkan peningkatan kesejahteraan guru dalam konteks
kompetensi.Guru yang dulunya belum sepenuhnya di anggap sebagai
profesi akhirnya di akui sebagai profesi dengan adanya pencanangan guru
sebagai profesi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2
Desember 2004.
C. Perkembangan Profesi Kependidikan Saat Ini.
Secara kuantitatif kita dapat mengatakan bahwa pendidikan di indonesia
telah mengalami kemajuan. Indikator keberhasilan pendidikan ini dapat di
lihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal ini
sebagai akibat dari program pemerataan pendidikan, terutama melalui

16
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

IMPRES SD yang dibangun pada rezim Orde Baru. Namun demikian,


keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil
membangun karakter bangsa yang cerdas dankreatif, apalagi yang unggul.
Banyak lulusan lembaga pendidikan formal, baik dari tingkat sekolah
menengah maupun dari perguruan tinggi, terkesan belum mampu
mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Lulusan sekolah
menengah sukar untuk bekerja di sektor formal, kerena belum memiliki
keahlian khusus. Bagi sarjana, mereka yang dapat berperan secara aktif dalam
bekerja di sektor formal terbilang hanya sedikit. Keahlian dan profesionalisasi
yang melekat pada suatu lembaga pendidikan tinggi terkesan hanyalah symbol
belaka, lulusannya tidak profesional.
Dalam laporan UNDP (United Nations Development Programe) terlihat
bahwa dari 174 negara yang diurutkan berdasarkan kualitas manusia atau
bangsanya, Indonesia hanya berada pada peringkat ke-112. Kualitas manusia
Indonesia memang masih jauh dari memadai untuk bersaing dengan manusia
atau bangsa-bangsa lain.11

11
https://www.google.com/amp/s/penerusbangsasite.wordpress.com/2017/02/12/profesikependidikan/a
mp/

17
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

TINGKAT DAN JENIS PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Profesi Kependidikan


Secara klasikal, pengertian profesi mengandung dua makna: 1) menunjukkan
suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan menjadi keyakinan (to
belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama), atau kredibilitas seseorang, 2)
menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan
tinggi bagi pelakunya dan berhubungan dengan pekerjaan mental (bukan
manual), seperti mengajar, keinsinyuran, kedokteran, dsb (Hornby,1962).
Sementara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa istilah profesi ada dalam jenis
pendidikan yang mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus, selanjutnya dijelaskan bahwa gelar kademik,
profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi
yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.12
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih
luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi
berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi
adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan dari pelakunya
dan membutuhkan pelatihan serta penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Kemudian kependidikan adalah proses pembelajaran bagi individu untuk
mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek
tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan
yang telah diperolehnya.
Profesi kependidikan adalah suatu tenaga kependidikan yang memiliki
peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang dalam mekanisme kerjanya di
kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada profesi kependidikan adalah
adanya ikatan profesi, adanya kode etik, pengendalian batas kewenangan dan
adanya pengaturan hukum untuk mengontrol praktik.

12
Karuru Perdy dan Daud Kuddi Tangkeallo, Profesi Kependidikan (Toraja: UKI Toraja Press, 2017),
hal 1-2.

18
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

B. Tingkat Profesi
Tingkat profesi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang
telah dicapai (kualifikasi akademik). Berdasarkan jenjang kualifikasi akademik
tingkat profesi dibedakan menjadi beberapa kelompok:
a) Pra Profesional
Orang yang tugasnya membantu profesional. Pendidikan pra profesional lebih
rendah dari seorang profesional. Pendidikan pra profesional hanya sampai
program diploma I-III. Contoh, paramedis (perawat) yang tugasnya membantu
tenaga medis (dokter).
b) Profesional
Yaitu orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal sarjana
dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi. Disamping lulus
pendidikan sarjana dalam bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi
(diklat khusus profesi). Misalnya diklat calon hakim dan pengawas. Dengan cara
demikian profesional dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain diklat
yang bersifat khusus, sebagai profesi biasanya juga mengikuti pendidikan dan
latihan yang berkaitan dan menunjang tugas keprofesian.13
Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang
yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Pendidikan dan pelatihan
dimaksud berupa pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
dalam rangka pengembangan atau peningkatan kopetensi dalam melaksanakan
tugas sebagai profesi, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
nasional maupun internasional.
c) Profesional spesialis
Yaitu tingkat tertinggi dalam dunia profesional. Profesional spesialis adalah
mereka yang pendidikannya minimal pascasarjana (Master, S2) atau graduate
study. Selain jenjang strata 2, dewasa ini beberapa profesi tertentu semisal profesi
dosen, mensyaratkan kualifikasi akademik minimal doctor (S3), Khususnya
diperuntukkan bagi para dosen yang akan mengampu jenjang pendidikan bagi
program magister dan program doktor sendiri. Hal yang sama untuk profesi
dokter dewasa ini juga dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik spesialis
yaitu suatu jenjang yang setingkat dengan doktor (S-3).
Dengan demikian semakin tinggi jenjang kualifikasi akademik seseorang
(profesi), maka semakin pula tingkat profesionalisasi profesi tersebut. Dengan kata

13
Yasaratodo Wau, Profesi Kependidikan, (Medan : Unimed Press, 2013), hal 6-7.

19
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

lain, bahwa jenjang profesionalisasi profesi berbanding lurus dengan tingkat


kualifikasi akademik (Trianto, 2010).
C. Jenis Profesi
Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5) menyebutkan
bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya pada ayat (6) dijelaskan pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
a) Tenaga Kependidikan
Orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan disatuan
pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan,
diantaranya:
1. Kepala Satuan Pendidikan, yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung
jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan
harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator
(Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah:
a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin pada sebuah sekolah dan
merupakan manajer tingkat atas pada sebuah organisasi pendidikan
(khususnya SD, SMP, SMA atau SMK). Kepala sekolah mempunyai dua
peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua
memberikan pimpinan dalam manajemen.
b. Rektor
Rektor dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pimpinan lembaga
perguruan tinggi. Di dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional 2009
(UU SISDIKNAS), Rektor adalah pimpinan tertinggi perguruan tinggi yang
berkewajiban memajukan ilmu pengetahuan di masing-masing institusi
melalui pendidikan dan penelitian, serta memberikan kontribusi maksimal
kepada hal layak luas.
2. Wakil/Kepala Urusan, umumnya pendidik yang mempunyai tugas tambahan
dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan pada institusi tersebut.
3. Tata Usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang
administrasi instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya;

20
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

a. Administrasi surat menyurat dan pengarsipan,


b. Administrasi Kepegawaian,
c. Administrasi Peserta Didik,
d. Administrasi Keuangan,
e. Administrasi Inventaris dan lain-lain.
4. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan
bahan di Laboratorium.
5. Pustakawan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu
orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain.
6. Pelatih ekstrakurikuler.
7. Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas kebersihan, dan lainya.
b) Tenaga Pendidik
Pendidik atau di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga
kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan
tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai
kekhususannya yaitu:
1. Guru
Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1, Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
2. Dosen
Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1,
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
3. Konselor
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan Konselor adalah
pendidik dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2005 mengemukakan Konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah.
Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan
konseling. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari
jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK),
atau Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai organisasi profesi bernama
Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN).
4. Pamong Belajar

21
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Menurut Permenpan dan RB (Peraturan Menteri Pendayagunaan dan


Reformasi Birokrasi) No. 15 Tahun 2012, Pamong Belajar adalah pendidik
dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian program,
dan pengembangan model pendidikan nonformal dan informal (PNFI) pada unit
pelaksana teknis (UPT) atau unit pelaksana teknis daerah (UPTD) dan satuan
PNFI. Pamong belajar merupakan jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh
seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. PNFI sekarang
berganti nama menjadi PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan
Informal).
5. Widyaiswara
Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat
fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab,
wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih pegawai negeri sipil
(PNS) pada lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) pemerintah.
6. Tutor
Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi proses
pembelajaran di kelompok belajar (Chairudin Samosir, 2006:15). Tutor
merupakan pembimbing dan pemotivasi peserta didik untuk mempelajari sendiri
materi ajar yang tersaji dalam modul pembelajarannya.
Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau
bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya
dalam belajar di kelas. (Hamalik dalam Abi Masiku, 2013).
7. Instruktor
Instruktor adalah orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus
memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih; dan pengasuh (sumber
: KBBI online).
8. Fasilitator
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai
tujuan. Tugas fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran pada hakikatnya
mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau materi pelajaran
yang ditawarkan atau yang disediakan melalui atau oleh penemuannya sendiri.

22
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Kode Etik Profesi Kependidikan


1. Kode Etik
a. Pengertian Kode Etik
Setiap profesi harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan
dokter, notaris, arsitek, guru, dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan
profesi mempunyai kode etik.
Secara etimologis, “kode etik” berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis
berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang
atau masyarakat tertentu.
b. Tujuan dan Fungsi Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan kode etik adalah sebagai berikut:
a) Untuk Menjunjung Tinggi Martabat Profesi
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh
terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari
segi ini, kode etik juga seringkali disebut kode kehormatan.
b) Untuk Menjaga Dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggotanya
Kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material) maupun
kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir,
kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi
honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga apabila
terdapat tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-
rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin kode etik umumnya memberi
petunjuk-petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan pofesinya.
Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan
membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
c) Untuk Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi

23
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Kode etik juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,


sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena
itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
d) Untuk Meningkatkan Mutu Profesi
Kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota
organisasi profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
e) Untuk Meningkatkan Mutu Organisasi Profesi
Setiap anggota profesi diwajibkan secara aktif berpartisipasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
f) Untuk Meningkatkan Layanan Di Atas Keuntungan Pribadi
Kode etik menjadi suatu acuan dalam memberikan pelayanan kepada sasaran
suatu profesi. Selain itu, keuntungan pribadi juga ditetapkan agar tidak terjadi
kesemerawutan dalam melaksanakan profesinya. Karena hal inilah, dikatakan
kode etik dapat meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g) Untuk Mempunyai Organisasi Profesional Yang Kuat Dan Terjalin Erat
Dengan adanya kode etik, maka dapat tercipta suatu organisasi professional
yang menaungi para professional. Dengan bergabungnya mereka di suatu
wadah, maka akan terciptalah organisasi professional yang kuat dan terjalin
erat karena dilandasi oleh kesamaan visi dan misi antara personil organisasi
tersebut.
h) Untuk Menentukan Baku Standarnya Sendiri
Suatu profesi memiliki perbedaan standar dengan profesi lainnya. Dalam hal
menentukan baku standar, kode etik menjadi jawaban untuk menetapkan baku
standarnya sendiri.
Sedangkan fungsi kode etik diantaranya:
a) Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
b) Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
c) Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
c. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh
dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-
orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi

24
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa orang-orang yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut tidak dapat dikenakan aturan yang ada di dalam
kode etik tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang
kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang
yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi
profesi yang bersangkutan.14
2. Profesi Kependidikan
Dalam arti luas, profesi berarti kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Dalam arti
sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu
dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik
(H.M.Surya:2007).
Kependidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk
mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek
tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan
yang telah diperolehnya (H.M.Surya:2007).
Profesi kependidikan adalah suatu tenaga pendidik (guru) yang memiliki
peranan penting dalam proses pembelajaran yang mensyaratkan persiapan
akademik dalam waktu relative lama baik dalam social, eksakta, maupun seni
dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelektual dari pada fisik manual yang
dalam mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada
profesi kependidikan adalah adanya ikatan profesi, adanya kode etik,
pengendalian batas kewenangan dan adanya pengaturan hokum untuk
mengontrol praktik (Sudarwan denim:2010).15
B. Gambaran Umum Kode Etik Profesi Kependidikan
1. Kode Etik Umum
a. Tenaga Kependidikan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban di
lakukan dengan penuh Pengabdian dan penuh tanggungjawab senantiasa
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., menjunjung tinggi nilai
kebenaran, kejujuran, kemanusiaan, dan keadilan berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam Pancasila, mentaati dan mematuhi hukum yang
berlaku.
b. Tenaga Kependidikan wajib menjunjung tinggi peraturan dan tata tertib
yang berlaku di organisasi serta wajib menjaga martabat diri dan nama
baik organisasinya.

14
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/kode-etik-kependidikan.html?m=1
15
http://kelompoktiga551.blogspot.com/2012/05/profesi-kependidikan.html?m=1

25
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

c. Tenaga Kependidikan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, wajib


mematuhi dan berpedoman pada unsur-unsur Kode Etik sebagaimana
Keputusan yang telah ditetapkan di dalam organisasinya.
2. Ruang Lingkup Kode Etik Kependidikan
a. Etika terhadap diri sendiri;
Etika Tenaga Kependidikan terhadap diri sendiri diwujudkan dalam
bentuk:
1. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing;
2. Bersikap santun dan rendah hati dalam perilaku sehari-hari;
3. Proaktif dalam memperluas wawasan dan mengembangkan
kemampuan diri sendiri;
4. Menolak pemberian dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan
pekerjaannya;
5. Menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran dalam setiap perbuatan;
6. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani; dan
7. Berpenampilan rapi dan sopan.
b. Etika terhadap sesama tenaga kependidikan;
Etika Tenaga Kependidikan terhadap sesama tenaga kependidikan
diwujudkan dalam bentuk :
1. Saling menghormati sesama tenaga kependidikan yang memeluk
kepercayaan yang berbeda;
2. Menjalin kerjasama yang baik dan sinergis dengan pimpinan dan/atau
bawahan serta sesama tenaga kependidikan;
3. Tanggap, peduli, dan saling tolong menolong tanpa pamrih terhadap
sesama tenaga kependidikan;
4. Menghargai pendapat orang lain dan bersikap terbuka terhadap kritik
dalam pelaksanaan tugas;
5. Menghargai hasil karya sesama tenaga kependidikan.
c. Etika dalam berorganisasi;
Etika Tenaga Kependidikan dalam berorganisasi diwujudkan dalam
bentuk :
1. Melaksanakan tugas dan fungsi sesuai tanggung jawabnya;
2. Memegang teguh rahasia jabatan;
3. Memenuhi standar operasional prosedur kerja;
4. Bekerja secara inovatif dan visioner;
5. Memberikan pelayanan prima kepada setiap pelanggan;
6. Mematuhi jam kerja sesuai ketentuan;
7. Menghormati dan menghargai sesama tenaga kependidikan dan orang
lain dalam bekerja sama;

26
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

8. Menyampaikan laporan kepada atasan apabila terjadi penyimpangan


prosedur kerja yang dilakukan;
9. Tidak melakukan pemalsuan data dan informasi kedinasan;
10. Bersedia menerima tugas-tugas yang baru dengan penuh tanggung
jawab;
11. Memberikan penghargaan kepada tenaga kependidikan yang
berprestasi.
d. Etika dalam bermasyarakat;
1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang
lain;
2. Bergaya hidup wajar dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan;
3. Mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan
masalah di lingkungan masyarakat;
4. Tidak melakukan tindakan anarkis dan provokatif yang dapat
meresahkan dan mengganggu keharmonisan masyarakat;
5. Menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan sekitar;
6. Berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan;
7. Membudayakan sikap tolong menolong dan bergotong royong di
lingkungan masyarakat.
e. Etika dalam bernegara.
1. Mengamalkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 secara
konsisten dan konsekuen;
2. Menghormati lambang-lambang dan simbol Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan;
4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa dan negara;
5. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
6. Menggunakan keuangan negara dan barang milik negara sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Mematuhi dan melaksanakan peraturan perundang-undangan;
8. Menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa;
9. Menggunakan sumber daya alam secara arif dan bertanggungjawab;
10. Menjaga dan menggunakan fasilitas umum dengan baik sesuai
peruntukkannya16

16
http://sipeg.unj.ac.id/sipeg_baru/pages/UI/uud/buku-5-Pedoman-Kode-Tenaga-kependidikan-Di-
Universitas-Negeri-Jakarta.pdf

27
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Organisasi Profesi Kependidikan


1. Pengertian Organisasi Profesi Kependidikan
Organisasi modern saat ini, tidak lagi mengutamakan segi kuantitas anggota
belaka, namun lebih fokus terhadap kualitas massanya. Lebih utama lagi jika yang
dimaksud merupakan organisasi profesi. Organisasi profesi harus mampu menjadi
dan dijadikan wadah pengembangan anggota. Kesadaran anggota terhadap
pentingnya organisasi profesi tersebut, menuntunnya masuk dan mengembangkan
diri di dalam organisasi tersebut. Organisasi profesi kependidikan adalah wadah
yang berfungsi sebagai penampungan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi yang berkaitan dengan pendidikan dan diselesaikan secara bersama.
Sebagai suatu organisasi, organisasi profesi keguruan mempunyai suatu
sistem yang senatiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak
komponen sistem yang tidak mengikuti atau meluruskannya. Dalam praktek
keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main organsasi akan
diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi dalam suatu organisasi profesi, ada aturan
yang jelas dan sanksi bagi pelanggar aturan.
Ada juga pengertian menurut para ahli :
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama.
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih.
B. Tujuan Organisasi Profesi Kependidikan
1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya
dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang
pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang
lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi
berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan karier setiap
anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu
memfasilitasi dan memotifasi anggotanya mencapai karier yang diharapkan
sesuai dengan tugas yang diembannya.

28
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupakan


upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan kekuatan
dan kewibawaan organisasi, para pengemban profesi akan memiliki kekuatan
moral untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.
3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional anggota,
merupakan upaya para profesional untuk menempatkan anggota suatu profesi
sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi keendidikan bertujuan
untuk megembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya
melalui pendidikan atau latihan terprogram.
4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya
organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan
tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan
nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi keendidikan
anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang tidak
mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.
5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya
organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir batin
anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati
urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak
kiprah organisasi profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota. Asprasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih
terindahkan dibandingkan individu.
C. Fungsi Organisasi Profesi Kependidikan
Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi
kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi
anggotanya. Organisasi profesi kependidikan Organisasi profesi kependidikan
selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu
seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan
memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi
tersebut dapat diuraikan berikut ini:
a. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk
membeantuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada
yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai.
Namun, umumnya dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan
ekstrinsik. Secara intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya
medapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya,

29
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

bahkan mungkin mereka terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik


dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan
masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari semakin klompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu
profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara
individual. Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk
organisasi profesi. Demikian pula organisasi profesi kependidikan, merupakan
organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat
pengguna pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut
diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan
dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya
untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi
kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan
profesional para pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi: Tenaga kependidikan dapat
membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan. PP tersebut menunjukkan adanya legalitas
formal yang secara tersirat mewajibkan para anggota profesi kependidikan untuk
selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan
profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31; ayat 4
dinyatakan bahwa:
Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut
dengan istilah kompetensi, yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa
kopetensi merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan
kependidikan. Guru yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk
mengerjakan pekerjaan kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
Peningkatan kemampuan profesional tenaga kependidikan berdasarkan
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur
dan tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat dan
dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar
yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan
demikian , Pada akhir program para peserta akan memperoleh sejumlah SKS yang

30
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

pada gilirannya dapat disertakan dengan kualifikasi tetrtentu tenaga kependidikan.


Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan
waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini
adalah:
1. Penataran tingkat nasional dan wilayah;
2. Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti
Kepala Sekolah, Kepala Bidang, Kakandep;
3. Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama tenaga
kependidikan sejenis melalui forum konunikasi, seperti MGI.
4. Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri
dengan partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainnya.
D. Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi para pengemban tugas keprofesian itu ternyata cukup
bervariasi dipandang dari segi derajat keeratan dan keterikatan dengan/dan antar
anggotanya. Dalam bidang pendidikan, dapat ditemukan berbagai bentuk
keorganisasian, antara lain:
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi


kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah
nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga
ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan
misi kesejahteraan.
Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai
penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan
sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun
1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi kependidikan serta selalu
meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.
Misi politis-ideologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalisme,
yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa
indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan
benegara, yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang
dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga
tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh
kepanjangan tangan orde baru.

31
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan


keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan
kode etik keelasan sruktur organisasi sangatlah diperlukan.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI
berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf
nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini
bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau
demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Artinya, PGRI memiliki
potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih
jauh lagi bangsa dan negara.
2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun


1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional
karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti
ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19
Mei 1984. Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
a. Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia.
b. Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para anggotanya.
c. Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan
Negara.
d. Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang
ilmu, seni, dan teknologi pendidikan.
e. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota.
f. Meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan;
g. Menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.

Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah


(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
3. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal


17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata
dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru
pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se

32
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai


ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
adalah sebagai berikut ini.
a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan,
teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang
bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan
keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan,


yaitu:
a. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
b. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
c. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin,
baik dalam maupun luar negeri; dan
d. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART


IPBI, 1975) sebagai berikut ini.
a. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan brosur
atau penerbitan lain.
b. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
c. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
d. Penelitian di bidang bimbingan.
e. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang
sejenis.
f. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.
E. Peranan Organisasi Kependidikan
Sebagai suatu organisasi profesi kependidikan yang menjadi wadah untuk
pengembangan diri di dalam berorganisasi serta sebagai wadah penampungan
dan penyelesaian masalah kependidikan, organisai kependidikan ini memiliki
peran dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar .
Adapun peran organisai keguruan dalam peningkatan kualitas pendidikan
dasar adalah sebagai berikut :

33
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dan memberikan masukan-


masukan pada pemerintah dalam menyusun perencanaan pendidikan
dasar.
b. Pendukung (supporting agency) yang bersifat pemikiran maupun tenaga
ahli dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan
dasar serta memberikan perlingdungan hukum terhdap guru dalm
melaksanakan profesinya maupun dalm tugas pengabdian kepada
masyarakat.
c. Mengkritisi dan mengontrol (controling agency) dalam rangka
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dasar.
d. Mediator (communicating agency) antara guru dengan pemerintah.17

17
http://misterphysicseducation.blogspot.com/2012/11/organisasi-profesi-kependidikan.html

34
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

INTEGRITAS KEPRIBADIAN DAN SIKAP PROFESIONAL


DALAM KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibaan;
kejujuran Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai,
metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas
dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau
akurasi dari tindakan seseorang. . Kata “integritas” berasal dari kata sifat Latin
integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin
“keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter.
Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan “memiliki integritas pendidik”
sejauh ia bertindak sesuai dengan, nilai, etika, norma dan prinsip-prinsip
keguruan.
B. Integritas kepribadian pendidikan profesional
Untuk menjadi guru yang memiliki integritas yang tinggi, harus memenuhi
tujuh hal, yakni :
1. Sifat; pendidik yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif,
mendorong peserta didik untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan
pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan
mudah menyesuaikan diri, domokratis, penuh harapan bagi peserta didik,
tidak semata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi stereotip peserta
didik, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar peserta didik, mampu
menyampaikan perasaannya, dan memiliki pendengaran yang baik.
2. Pengetahuan; pendidik yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai
dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam
bidang ilmunya itu.
3. Apa yang disampaikan; pendidik yang baik juga mampu memberikan
jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan
yang diharapkan peserta didik secara maksimal.
4. Bagaimana mengajar; pendidik yang baik mampu menjelaskan berbagai
informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang variatif,
menciptakan dan memelihara momentum, menggunakan kelompok kecil
secara efektif, mendorong semua peserta didik untuk berpartisipasi,
memonitor dan bahkan serig mendatangi peserta didik, mampu mengambil
berbagai keuntungan dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan,
melibatkan peserta didik dalam tutorial atau pengajaran sebaya,

35
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

menggunakan kelompok besar untuk pengajaran instructional, menghidari


kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan sajian
informasi,menggunakan beberapa bahan tradisional, menunjukkan pada
peserta didik tentang pentingnya bahan-bahan yang mereka pelajari,
menunjukkan proses berpikir yang penting untuk belajar, berpartisipasi dan
mampu memberikan perbaikan terhadap kesalahan konsepsi yang dilakukan
peserta didik.
5. Harapan; pendidik yang baik mampu memberikan harapan pada peserta
didik, dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan
akademik peserta didik.
6. Reaksi pendidik terhadap peserta didik; pendidik yang baik biasa berbagai
masukan, resiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada peserta
didiknya, konsisten dalam kesepakatan-kesepakatan dengan peserta didik,
bijaksana terhadap kritik peserta didik, menyesuaikan diri dengan kemajuan-
kemajuan peserta didik, pengajaran yang memerhatikan individu, mampu
memberikan jaminan atas kesetaraan partisipasi peserta didik, mampu
menyediakan waktu yang pantas untuk peserta didik bertanya, peduli dan
sensitif terhadap perbedaan-perbedaan latar belakang social ekonomi dan
kultur peserta didik, dan menyesuaikannya pada kebijakan-kebijakan
menghadapi berbagai perbedaan.
7. Management; pendidik yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian
dalam perencanaan, memiliki kemampuan meng-organi-sasi kelas sejak hari
pertama dia bertugas, cepat memulai kelas, melewati masa transisi dengan
baik, memiliki kemampuan dalam mengatasi dua atau lebih aktivitas kelas
dalam satu waktu yang sama, mampu memelihara waktu bekerja serta
menggunakannya secara efisien dan konsisten, dapat meminimalisasi
gangguan, dapat menerima suasana kelas yang rebut dengan kegiatan
pembelajaran, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, memberi hukuman
dengan bentuk yang paling ringan, dapat memelihara suasana tenang dalam
belajar, dan tetap menjaga peserta didik untuk tetap belajar menuju sukses
baik.

Integritas pendidik profesional sangat ditentukan oleh pendidik itu


sendiri dalam mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik, kemampuan
secara akademik, loyalitas, pelaksanaan pembelajaran, kompetensi, serta
keinginan dan kemauan yang kuat menjalankan tugas-tugas keguruan secara
baik. Di samping itu, pendidik selalu mengembangkan keilmuannya dalam
rangka meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Pendidik juga harus

36
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

mampu menerima kritaan dan masukan dari berbagai pihak, termasuk


peserta didik dalam rangka memperbaiki proses dan hasil pembelajarannya.
C. Kriteria Pendidik Profesional
Menurut Mukhtar Lutfi menyatakan bahwa ada delapan kriteria yang harus
dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu:
1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu.
2. Pengetahuan dan kecakapan/keahlian.
3. Kebakuan yang universal.
4. Pengabdian.
5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.
6. Otonomi.
7. Kode etik
8. dan klien

Dengan demikian, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk


menjadi pendidik profesional, yakni:
a) Berijazah,
b) Sehat jasmani dan rohani,
c) Takwa kepada tuhan yang maha esa dan berkelakuan baik,
d) Bertanggung jawab,
e) Berjiwa nasional.
Selain itu, pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
D. Kompetensi Pendidik
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Kompetensi juga diartikan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku pendidik yang tampak sangat berarti. Pendidik yang profesional harus
memiliki kompetensi-kompetensi yang lengkap meliputi:
a) Penguasaan materi yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan,
terutama pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
b) Penguasaan strategi mencakup: (pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan
termasuk kemampuan evaluasinya.
c) Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
d) Memahami prinsip-prinsip dalam hasil penelitian pendidikan, guna keperluan
pengembangan pendidikan masa depan.
e) Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung
yang mendukung kepentingan tugasnya.

37
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Kompetensi-Kompetensi Pendidik ;
a) Kompetensi personal-religius, kemampuan yang berkaitan dengan kepribadian
agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak
ditransinternalisasikan kepada peserta didiknya: (Kejujuran, amanah,
kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan,
kedisiplinan, ketertiban, dsb).
b) Kompetensi social-religius, yakni kemampun yang berkaitan dengan masalah-
masalah social selaras dengan dakwah Islam: ( sikap gotong royong, tolong
menolong, egaliter (persamaan derajat antara manusia), sikap toleransi dsb.
c) Kompetensi professional-religius, yakni kemampuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas keguruannya secara professional, dalam arti mampu
membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahlian dalam
perspektif Islam.18

18
https://teplerry.blogspot.com/2018/08/integritas-kepribadian-dan-sikap.html

38
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

PROFESI KEPENDIDIKAN DIBIDANG LAYANAN


INTRUKSIONAL

1. Pengertian Layanan Intruksional


Layanan intruksional adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar yang
menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang di ajarkan serta
wawasan yang berhubungan dengan materi itu, kemampuan mengemas materi
sesuai dengan latar perkembangan tujuan pendidikan serta menyajikan materi
dengan menggunakan kreatifitas.
Layanan instruksional berkaitan dengan PBM (Proses Belajar Mengajar) dan
kurikulum. Dalam PBM, yang akan disampaikan adalah kurikulum (Ilmu
pengetahuan), jadi sebelum melaksanakan PBM, guru harus berpedoman kepada
kurikulum. Kewajiban guru adalah mengembangkan kurikulum yang ada. Jika
tidak, siswa akan miskin ilmu pengetahuan.
Dalam mengembangkan kurikulum, guru tidak boleh salah, karena proses itu
tidak dapat diulangi lagi, hal ini disebut dengan “Einmalig” (pendidikan hanya
dilaksanakan satu kali). Untuk menjadi guru professional, harus mengikuti
program prajabatan terlebih dahulu, yaitu pendidikan yang harus dilaksanakan
sebelum memegang jabatan tertentu).
Pendidikan prajabatan untuk guru dilaksanakan di LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan), disana akan diberikan modal pendidikan
layanan instruksional.19
2. Tujuan Intruksional
Tujuan intruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik
sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur.
Tujuan intruksional dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan intruksional
umum dan tujuan intruksional khusus. Tujuan intruksional umum adalah tujuan
pengajaran yang perubahan perilaku siswa yang belajar masih merupakan
perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur. Tujuan intruksional
khusus adalah tujuan pengajarandimana perubahan perilaku siswa telah dapat
dilihat dan diukur.20
3. Klasifikasi Layanan Intruksional
Layanan intruksional dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :

19
http://neshafitrya.blogspot.com/2017/02/ruang-lingkup-profesi-kependidikan.html
20
http://bilamunu.blogspot.com/2012/11/tujuan-instruksional.html?m=1

39
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

a) Peran guru dalam pengembangan


Proses pembelajaran merupakan proses inkuiri dan reflektif, yang
menekankan pentingnya pengalaman dan penghayatan guru terhadap proses itu.
Rancangan pembelajaran harus dikembangkan atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang berorientasi kepada perkembangan siswa. Perkembangan
adalah tujuan pembelajaran. Rancangan pembelajaran baik rancangan jangka
pendek maupun jangka panjang mencakup komponen-komponen:

1. Analisis kurikulum,
2. Tujuan instruksional,
3. Rencana kegiatan,
4. Rencana evaluasi
b) Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas
Pembelajaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik
baik sebagai dampak instruksional maupun dampak pengiring. Proses
pembelajaran berlangsung dalam suatu adengan yang perlu ditata dan dikelola
menjadi suatu lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif.
Pendekatan pluralistik dalam manajemen kelas memadukan berbagai
pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan
untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif.
Masalah pengajaran dan manajemen kelas adalah dua hal yang dapat
dibedakan tetapi sulit dipisahkan. Keduanya saling terkait; manajemen kelas
merupakan prasyarat bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.
Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan memperhatikan
faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas
dikembangkan melalui tahap-tahap: perumusan kondisi ideal, analisis
kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi.
Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting dalam manajemen
kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan peserta didik
c) Peran guru dalam evaluasi pembelajaran
Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk judgment
dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diperlukan untuk kepentingan
evaluasi dijaring dengan teknik-teknik inkuiri, observasi, analisis, tes. Pemilihan
teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi yang harus diungkap
sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai teknik sekaligus.
Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi
proses dan hasil belajar
d) Peran guru dalam membantu pengembangan siswa

40
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Selagi pembelajaran merupakan proses pengembangan pribadi siswa maka


perkembangan siswa harus menjadi dasar bagi pembelajaran. Aspek-aspek
perkembangan siswa yang mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif,
pribadi, dan sosial mempunyai implikasi penting bagi proses pembelajaran.
Implikasi itu menyangkut pengembangan isi dan strategi pembelajaran, dan kerja
sama sekolah dengan orang tua.
1. As instructor : Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah
(kelas).
2. As counselor : Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar
mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya
sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. As leader : Guru mengadakan supefisi atas keiatan belajar murid,
mengadakan menajemen kelas, mengadakan manajemen belajar sebaik
baiknya, mengatur disiplin kelas secara demoktaris.
4. As scientist : Guru menyampaikan pengetahuan kepada murid dan
berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus memupuk
pengetahuan yang telah dimilikinya.
5. As person : Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang di
senangi oleh murid-muridnya oleh orang tua dan masyarakat.
6. As communicator : Guru sebagai pelaksana menghubungkan sekolah dan
masyarakat.
7. As modernisasi : Guru memegang peranan sebagai pembaharu.
8. As contruktor : Membantu berhasilnya rencana pembangun masyarakat.

Ada pun kompetensi- kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/ guru
dalam belajar dan mengajar di sekolah, sebagai guru yang profesional harus memiliki
kemampuan pada kompetensi-kompetensi sebagai berikut :
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
3. Kompetensi sosial

41
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan


bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.21

21
http://suansusantrisuan.blogspot.com/2015/10/profesi-kependidikan-di-bidang-layanan.html

42
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

PROFESI KEPENDIDIKAN DIBIDANG ADMINISTRASI


DAN BIMBINGAN

A. Pengertian Profesi Kependidikan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Profesi adalah bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampulan, kejuruan, dsb) tertentu.
Menurut Satori dalam bukunya materi pokok pofesi keguruan mengatakan
bahwa profesi dapat di artikan suatu jabatan atau pekerjaan yang menutut
keahlian dari para anggotanya, artinya ia tidak bisa di lakukan oleh sembarang
orang yang tidak terlatih dan tidak di siapkan secara khusus untuk melakukan
pekerjaan itu. Sedangkan keguruan adalah suatu profesi atau jabatan
yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan. Arti profesi juga dapat di
kemukakan oleh DR.H.A.Rusdiana dalam bukunya yang berhudul pendidikan
profesi keguruan bahwa profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian dan tanggung jawab serta kesetiaan dari para pelakunya.
Kunandar dalam bukunya yang berjudul Guru profesional mengemukakan
tentang ciri-ciri profesi keguruan menurut National Education
Association (NEA), sebagai berikut:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
4. Jabatan yang memerlukan yang latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan
Jadi dapat di simpulkan bahwa profesi kependidikan adalah suatu tenaga
kependidikan yang memiliki peranan penting dalam menunjang
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang dalam mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan
yang terdapat pada profesi kependidikan adalah adanya ikatan profesi, adanya
kode etik, pengendalian batas kewenangan dan adanya pengaturan hukum
untuk mengontrol praktik.22
B. Penerapan Administrasi Pendidikan dalam Perspektif Profesi
Kependidikan
Administrasi sangat perlu diterapkan bagi kelangsungan proses belajar
mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu tidak lepas dari keaktifan orang-
orang yang menguasai administrasi dalam sekolah. Orang yang sering
menganggap enteng administrasi tersebut, padahal kalau administrasi di
pegang sama orang-orang yang kurang terampil maka administrasi tersebut

22
http://blogguelestari.blogspot.com/2016/09/makalah-profesi-kependidikan.html

43
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

akan berantakan. Orang memenggang administrasi adalah orang yang sudah


teratih dalam bidangnya. Administrasi tidak hanya dalam hal keuangan saja
tetapi juga dalam kerapian/ keteraturan kita dalam pembukaan. Administrasi
tidak hanya dilakukan dalam waktu tertentu saja tetapi setap secara kontinyu.
Dalam bidang pendidikan, kebutuhan informasi mulai dari data lembaga,
sarana kurikulum sampai dengan data asal dan kondisi ekonomi siswa, sangat
diperlukan baik oleh perorangan maupun lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta, maupun untuk kepentingan penelitian mahasiswa. Karena administrasi
adalah upaya menjadikan kegiatan kerja sama antara guru dan karyawan agar
proses belajar mengajar lebih efektif maka dalam rangka memberikan
pelayanan yang baik, tentu hal ini menjadi tantangan bagi para pemikir
administrasi pendidikan untuk menciptkan format data administrasi
pendidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan yang
mampu mengakomodir berbagai keperluan.
Administrasi sangat lah penting dalam meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan operasional pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan suatu lembaga pendidikan serta untuk menentukan maju
mundurnya suatu intansi atau lembaga yang mereka kerjakan, suatu sekolah
dapat berjalan baik dan berarah jika setiap tahun sekolah itu menentukan dan
merencanakan kebijakan yang akan dijalankan pada tahun itu.
C. Peran Guru Dalam Pengadministrasi

Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru


dapat berperan sebagai berikut :
1. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilian kegiatan-kegiatan
pendidikan,
2. Pelaksanaan administrasi, disamping menjadi pengajar, guru pun
bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus
mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
3. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak ditangan
guru,
4. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepasa
masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.

Dalam menetapkan kebijakan dan melaksanakan proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian
kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah,
keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan
sumbangan, baik pikiran maupun tenaganya. Administasi sekolah adalah

44
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas


kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel
termasuk gutu harus terlibat.23
D. Pengertian Profesi Kependidikan Dalam Layanan Bimbingan
Menurut Jones, Staff ire dan Stewart, 1970 bimbingan adalah bantuan
yang di berikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan
penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas
prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk
memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain.
Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwariskan), tetapi
harus dikembangkan.
Menurut Lefever, dalam Mc. Daniel, 1959 bimbingan adalah bagian dari
proses pendidikan yang teratur dan sistimatik guna membantu pertumbuhan
anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya
sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman
yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat.
Bimbingan yang terdapat pada tiap sekolah tidak hanya diperuntukan bagi
siswa yang mendapat masalah. Tetapi, bimbingan membantu peran seorang
guru untuk menghadapi perkembangan psikologi anak didik (siswa-siswi).
Berbagai kesalah kaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan
bimbingan selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan “polisi sekolah”,
atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan, sangat
mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan
penguasaan konselor tentang landasan bimbingan. Dengan kata lain,
penyelenggaraan bimbingan dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di
atas apa yang seharusnya.
Dari pengertian-pengertian tentang bimbingan di atas, maka dapat di
kemukakan unsur-unsur pokok bimbingan yaitu sebagai berikut :
a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa
pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui
liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan
ini.
b. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. ”Bantuan“ di sini tidak
diartikan sebagai bantuan materiil (seperti uang, hadiah, sumbangan, dll).

23
Pengertian, Tujuan, Landasan, Prinsip dan Peran Profesi Guru di bidang layanan Administrasi
Pendidikan – usmangaybel.mhtml

45
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

c. Bantuan itu di berikan individu, baik perseorangan maupun kelompok.


Sasaran pelayanan bimbingan adalah orang yang di beri bantuan, baik
orang seorang secara individual ataupun secara kelompok.
d. Pemecahan masalah dalam bimbingan di lakukan oleh dan atas kekuatan
klien sendiri. Dalam kaitan ini, tujuan bimbingan adalah
memperkembangkan kemampuan klien (orang yang dibimbing) untuk
dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang di hadapinya, dan akhirnya
dapat mencapai kemandirian. (Prayitno dan Erman Amti, 2004).
E. Tujuan profesi kependidikan dalam layanan bimbingan
Bimbingan ditujukan untuk membimbing dan mengarahkan individu
melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi serta bertujuan agar
individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal atau sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa
depan ditujukan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengabil
keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang
pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.
Bimbingan disini suatu proses membantu individu melalui usaha sendiri
untuk menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial, maka dari itu peran dari sekolah,
orang tua murid, dan juga guru haruslah sinergi dalam membantu masalah-
masalah yang timbul dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
F. Peran profesi kependidikan dalam bidang layanan bimbingan
Di sekolah tugas dan tanggung jawab guru yang utama adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa akan tetapi bukan berarti dia lepas
sama sekali dengan kegiatan pelayanan bimbingan disekolah.eran dan
kontribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan bimbingan.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggungjawab guru-guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa.
b. Membantu guru pembimbing atau konselor mengidentifikasi siswa-
siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling serta
pengumpulan data tentang siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing atau konseler.

46
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing atau konseer yaitu
siswa yang menuntut guru pembimbing atau konseler memerlukan
pelayanan pengajar atau latihan khusus (seperti pengajaran atau latihan
perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa
seperti konferensi kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.24

24
http://lilissuryanisuryana.blogspot.com/2013/09/profesi-kependidikan-di-bidang-layanan.html

47
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

PENILAIAN KINERJA GURU

A. Pengertian Penilaian Kinerja Guru


Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK GURU adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir,
kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat
dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan,
penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang
dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Sistem PK GURU adalah sistem penilaian yang dirancang untuk
mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui
pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Secara umum, PK GURU memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut.
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi
dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan,
atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun
tersebut.
Hasil PK GURU diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai
kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi.
PK GURU dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas
pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan,
kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi
pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat
kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat
ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam
melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan.25

25
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.lppmunindra.ac.id/index.p
hp/RDJE/article/view/1469&ved=2ahUKEwim0bPcmsLoAhWPSH0KHZj_D04QFjAAegQIBBAC&u
sg=AOvVaw3DSgSjmow5Q9ABkhKYaiPH

48
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Salah satu tugas kepala sekolah terhadap guru salah satunya adalah melakukan
penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk mengetahui
kinerja yang telah dicapai oleh guru, baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini
penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan
kegiatannya. Penilaian kinerja/prestasi menurut Hasibuan adalah kegiatan
manajer untuk mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya (Malayu, 1999:87).
Sehubungan dengan hal di atas, maka penilaian kinerja guru harus berdasarkan
Standar Kompetensi Guru. Dalam bukunya yang berjudul Guru sebagai
Profesi, Suparilan mengatakan bahwa standar kompetensi guru dapat diartikan
sebagai "suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan". Lebih lanjut
dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan
atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku
perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan
fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru dibagi dalam tiga
komponen yang saling terkait, yaitu:
1. Pengelolaan pembelajaran
2. Pengembangan profesi, dan
3. Penguasaan akademik.
Ketiga komponen standar kompetensi guru tersebut, masing-masing terdiri atas
beberapa kompetensi, komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen
kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga terdiri atas dua kompetensi.
Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi 7 (tujuh)
kompetensi dasar, yaitu:
1. Penyusunan rencana pembelajaran
2. Pelaksanaan interaksi belajar- mengajar
3. Penilaian prestasi belajar peserta didik
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
5. Pengembangan profesi
6. Pemahaman wawasan kependidikan
7. Penguasaan bahan kajian akademik sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan (Peraturan Pemerintah RI No. 19,2005:25).
Sedangkan menurut Agus Sunyato dalam bukunya Anwar Prabu
Mangkunegara mengemukakan bahwa sasaran sasaran dan penilaian kinerja
karyawan sebagai berikut:
1. Membuat analisa kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan dan
periodik, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.

49
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui audit


keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan kemampuan
dirinya.
3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan dating dan memberikan tanggung
jawab perorangan sehingga untuk periode selanjutnya jelas apa yang harus
diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus dicapai.
Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi, dan
mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dengan pimpinannya itu untuk menyusun
suatu proposal lainnya, seperti imbalan. Jadi, penilaian kinerja merupakan sarana
untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam
organisasi.
Dalam organisasi pencapaian sasaran suatu kedudukan yang terbaik dan
terpercaya dalam bidangnya sangat bergantung kepada para pelaksanaannya,
yaitu para karyawan (Mangkunegara, 2004:67).26
B. Prinsip Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan PK GURU adalah sebagai
berikut.
1. Berdasarkan ketentuan
PK GURU harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mengacu pada
peraturan yang berlaku.
2. Berdasarkan kinerja
Aspek yang dinilai dalam PK GURU adalah kinerja yang dapat diamati
dan dipantau, yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan,
dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
3. Berlandaskan dokumen PK GURU
Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses PK GURU
harus memahami semua dokumen yang terkait dengan sistem PK
GURU. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan
indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang
aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian.
4. Dilaksanakan secara konsisten
PK GURU dilaksanakan secara teratur setiap tahun diawali dengan penilaian
formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun.27
C. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

26
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/idaarah/article/viewFile/4133/3818&ved=2ahUKEwiVrs2wm8LoAhVLWH0
KHRHcB6AQFjAAegQIBBAC&usg=AOvVaw0ekDYkEZnKWYjkpzKLWjGU
27
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.lppmunindra.ac.id/index.p
hp/RDJE/article/view/1469&ved=2ahUKEwim0bPcmsLoAhWPSH0KHZj_D04QFjAAegQIBBAC&u
sg=AOvVaw3DSgSjmow5Q9ABkhKYaiPH

50
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja
guru menurut T.R. Mithcell (1978) yaitu:

Performance = Motivation x Ability

1. Motivasi
Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan abilitas adalah
unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru.
Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan
perilaku individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting
dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau
pekerjaan individu.
Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor penyebab
yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Menurut
Maslow (1970: 35) sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuhan hidup
individu dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan
aktualisasi diri.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan insentif keuangan
sebagaimana dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja
sebagaimana dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262), dan pendekatan
analisis pekerjaan dan struktur penggajian (job analysis and wage structure
approach) yaitu mengklasifikasikan sikap, skill, dan pengetahuan dalam usaha
untuk mempertemukan kemampuan dan skill individu dengan persyaratan
pekerjaan. Analisis tugas adalah suatu proses pengukuran sikap pegawai dan
penetapan tingkat pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan kompensasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, maka di kalangan para guru, jabatan guru dapat
dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memotivasi (pemotivasi)
para guru untuk meningkatkan kemampuannya.
2. Abilitas
Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja,
abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
individu. Menurut Bob Davis at. al. (1994: 235) skill dan abilitas adalah dua hal
yang saling berhubungan. Abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang
diwujudkan melalui tindakannya.
Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan guru A. Samana (1994:51)
menjelaskan bahwa, ”Kecakapan profesional guru menunjuk pada suatu tindakan
kependidikan yang berdampak positif bagi proses belajar dan per- kembangan
pribadi siswa”. Bentuk tindakan dalam pendidikan dapat berwu- jud keterampilan
mengajar (teaching skills) sebagai akumulasi dari pengetahuan (knowledge) yang

51
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

diperoleh para guru pada saat menempuh pendidikan seperti SPG, PGSD, atau
sejenisnya.
3. Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang
meliputu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan
melakukan penilaian hasil belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi dan abilitas
guru dapat digambarkan sebagai berikut:28

Pelaksanaan Jabatan Skill/Keterampilan Kemampuan Guru


Fungsi Guru yang dikuasai Guru  Perencanaan
(Pemotivasian (Abilitas Guru) Pembelajaran
Guru)  Pelaksanaan
Pembelajaran/KBM
 Melakukan
penilaian hasil
pembelajaran
(Kinerja Guru)

Gambar Alur Kerja, Motivasi dan Abilitas Guru

28
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.
com/2010/06/22-kode-04-b3-penilaian-kinerja-
guru.pdf&ved=2ahUKEwj0ro2HmsLoAhVTOSsKHe4gAlkQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw2-
MoJS1BSXmFFQ1WwfAPwx&cshid=1585571871202

52
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

PERLINDUNGAN DAN PENGHARGAAN PROFESI


KEPENDIDIKAN

A. Pengertian Perlindungan
Perlindungan merupakan sesuatu hal yang menjadi aspek terpenting di
dalam kehidupan manusia dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Dikatakan
sebagai aspek terpenting karena perlindungan memberi suatu jaminan untuk
keselamatan, kesehatan, dan keamanan dalam hidup manusia. Republik
Indonesia yang merupakan negara yang berlandaskan hukum masalah
perlindungan diatur dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia”. Oleh karena itu tujuan tersebut harus
diwujudkan demi terwujudkan tujuan negara yang sesungguhnya.
Juga berdasarkan alinea keempat tersebut, salah satu bentuk perlindungan
yang diberikan adalah dalam hal Pendidikan, dimana Negara Indonesia
memberikan jaminan kepada seluruh rakyat untuk dapat memilih dan
menikmati pendidikan dan pengajaran, sebagaimana juga yang tertuang
didalam pasal 31 UUD 1945.
Pendidikan pertama–tama dapat dilihat sebagai aktivitas untuk mengubah
posibilitas, yaitu kemungkinan–kemungkinan yang didasarkan atas
keterbukaan manusia itu menjadi aktualitas. Implikasi kedua ialah bahwa
perilaku manusia tidak ditentukan sebelumnya. Perilaku manusia diperoleh
melalui proses belajar. Pendidikan adalah bagian dari proses manusia
membangun dunianya atau kebudayaanya. Karena itu, dapat dikatakan,
pendidikan adalah suatu “keharusan” dalam hidup manusia.29
Dalam dunia pendidikan, guru dan murid merupakan elemen dalam
mendukung terciptanya kegiatan belajar dan mengajar. Baik dalam
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru memang menempati
kedudukan yang terhormat di masyarakat. Guru dapat dihormati oleh
masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masyarakat tidak meragukan
figur seorang guru. Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka
dapat mendidik dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik
agar mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang
bertanggungjawab. Jadi dalam pengertian yang sederhana, guru dapat
diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik.

29
Tony D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2004), hal. 6

53
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Seorang guru mempunyai kepribadian yang khas. Disatu pihak guru harus
ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan
menciptakan suasana aman. Akan tetapi di lain pihak, guru harus memberikan
tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, menegur, menilai, dan
mengadakan koreksi. Dengan demikian, kepribadian seorang guru seolah-olah
terbagi menjadi 2 bagian. Di satu pihak bersifat empati, di pihak lain bersifat
kritis. Di satu pihak menerima, di lain pihak menolak. Maka seorang guru
yang tidak bisa memerankan pribadinya sebagai guru, ia akan berpihak kepada
salah satu pribadi saja. Dan berdasarkan hal-hal tersebut, seorang guru harus
bisa memilah serta memilih kapan saatnya berempati kepada siswa, kapan
saatnya kritis, kapan saatnya menerima dan kapan saatnya menolak. Dengan
perkatan lain, seorang guru harus mampu berperan ganda. Peran ganda ini
dapat di wujudkan secara berlainan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru
sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.
Dunia pendidikan mengenal adanya pemberian penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment), sebagai salah satu alat pendidikan pemberian
hukuman (punishment) kepada siswa yang melanggar bertujuan untuk
mendidik siswa tersebut. Hukuman yang diberikan bisa dalam bentuk teguran
lisan ataupun tertulis, bisa juga dalam bentuk hukuman lain yang bersifat
mendidik, memberikan efek jera untuk tidak mengulanginya. Tujuannya
adalah agar siswa tahu akan norma dan aturan yang berlaku.30
Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum,
perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan HAKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS
maupun bukan PNS.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang
Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru. perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini
mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya mewujudkan kepastian
hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesionalnya.
30
http://admelia.blogspot.com/2013/12/polemik-pemberian-hukuman-punishment.html

54
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menggambarkan


bagaimana pemerintah mencoba mengembangkan profesi pendidik melalui
perlindungan hukum dengan standar tertentu yang diharapkan dapat
mendorong pengembangan profesi pendidik. Perlindungan hukum memang
diperlukan terutama secara sosial agar civil effect dari profesi pendidik
mendapat pengakuan yang memadai. Sedangkan Menurut UU Pasal 39:
1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan satuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan
tugas.
2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi perlindungan
hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja.
3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup
perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4) Perlindungan profesi sebagai mana dimaksud pada ayat 2 mencakup
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imabalan yang tidak wajar,
pembatasan dala menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesidan
pembatasan atau palarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.
5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diaksud pada
ayat 2 mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja,kesehatan lingkungan kerja dan resiko lain.
Berdasarkan hal tersebut, perlindungan bagi guru merupakan: hal yang
mutlak. Namun demikian, banyak guru yang bekerja dengan tidak kepastian, baik
berkaitan dengan status kepegawaian, kesejahteraan, pengembangan profesi atau
pun advokasi hukum ketika terkena masalah hukum. Pengurus organisasi profesi
guru tampaknya perlu dilengkapi dengan personel yang tugas nya mealukan
advokasi hukum. Guru pun perlu di dorong untuk menjadi anggota profesi guru,
supaya ketika menghadapi masalah, guru dapat meminta bantuan kepada induk
organisasi untuk melaukan pendampingan atau bantuan hukum.31
B. Jenis Dan Upaya Perlindungan Hukum Bagi Guru
Jenis-jenis upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu, konsultasi, mediasi, negosiasi dan perdamaian, konsiliasi
dan perdamaian, advokasi litigasi, dan advokasi nonlitigasi.

31
https://renirr.wordpress.com/2019/04/13/perlindungan-dan-penghargaan-terhadap-guru

55
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

1. Konsultasi adalah contoh pemberian Saran Termasuk saran-saran atas bentuk-


bentuk penyelesaian sengketa atau perselisihan yang dihadapi oleh guru.
2. Mediasi dilakukan dengan membuat kesepakatan penyelesaian atau perbedaan
pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi pihak yang
bersengketa untuk dilaksanakan dengan itikad baik. Kesepakatan tertulis
antara guru dengan penyelenggara satua pendidikan wajib didaftarkan di
pengadilan negeri dalam waktu paling lam 30 hari terhitung sejak
penandatanganan. Dan wajib dilaksakan dalam waktu 30 hari sejak
pendaftaran. Mediator dapat dibedakan menjadi dua yaitu, 1) mediator yang
ditunjuk secara bersama oleh para pihak yang bersengketa, dan 2) mediator
yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa.
3. Negoisasi Menurut pasal 6 ayat 2 undang-undang No. 30 Tahun 1999, pada
dasarnya para pihak yang bersengketa dalam hal ini apabila guru dan
penyelenggara satuan pendidikan memiliki sengketa berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul diantara mereka. kesepakatan
mengenai penyelesaian sengkata tersebut selanjutnya dituangkan dalam
bentuk tertulis yang disetujui oleh kedua belah pihak. Negoisasi mirip dengan
perdamaian yang diatur dalam pasal 1851 sampai dengan pasal 1854 KUH
perdata. Dimana diatur perdamaian itu adalah suatu persetujuan dengan
dimana kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan
suatu barang. Mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau
mencegah timbunya suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis
dan tidak di bawah ancaman. Namun demikian ada beberapa hal yang
membedakan negoisasi dengan perdamaian. Pada segoisasi diberikan
tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari dan penyelesaian sengketa
tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh para pihak
yang bersengketa. Perbedaan yang lainnya adalah bahwa negoisasi
merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang
dilaksanakan diluar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik
sebelum proses persidangan maupun setelah sidang pengadilan dilaksanakan.
Pelaksanaan perdamaian dapat dilakukan di dalam atau diluar pengadilan
4. Konsiliasi apabila guru memiliki persengketaan dengan penyelenggara satuan
pendidikan harus diupayakan supaya membuka peluang untuk dapat
dilakukan pemecahannya dengan konsiliasi. Kosiliasi tidak dirumuskan
secara jelas dalam undang-undang No 30 Tahun 1999. Konsiliasi merupakan
suatu bentuk alternatif pemecahansengketa diluar pengadilan atau suatu
tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan. Unutk
mencegah dilaksanakan proses litigasi dalam setiap tingkat pengadilan yang

56
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

sedang berjalan, baik di di dalam maupun di luar pengadilan. Konsiliasi atau


perdamaian tetap daapt dilakukan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau
sengketa yang telah ditetapkan oleh suatu putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
5. Advokasi Litigasi Advokasi Litigasi adalah merupakan pembelaan hukum
yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang
berkaitan dengan praktik berbicara di pengadilan. Pengertian advokasi litigasi
semacam ini adalah sangat sempit, padahal sesungguhnya advokasi memiliki
pengertian yang luas yang memiliki berbagai pengertian seperti
menganjurkan, memajukan, menyokong atau memelopori. Dengan kata lain
advokasi litigasi bisa diartikan melakukan perubahan-perubahan secara
terorganisir dan sistematis.
6. Advokasi nonlitigasi adalah alternatif penyelesaian suatu sengketa yang
dilakukan diluar pengadilan. Alternatif penyelesaian nonlitigasi adalah suatu
pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan cara
mengesampingkan penyelesaian sengketa litigasi di pengadilan negeri. Pada
saat sekarang ini penyelesaian suatu sengketa melalui pengadilan banyak
mendapat kritik yang cukup tajam dari praktisi dan teoritis hukum. Peran dan
fungsi peradilan dianggap mengalami beban terlampau padat lamban dan
membuang waktu, biaya mahal, dan kurang tanggap terhadap kepentingan
hukum, atau dianggap terlalu formal dan teknis. Di dalam pasal 1 angka 10
undang-undang No 30 tahun 1999 disebutkan bahwa masyarakat
dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan dengan cara
konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.32
C. Pengertian Penghargaan
Menurut subijanto (2007:710) profesi guru sebagai pendidik, pengajar, dan
pembimbing, senantiasa di tuntut untuk secara profesional melaksanakan tugas
utamanya sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni seta olahraga. Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, wajar jika guru mendapatkan hak dan
kewajibannya sebaagaimana profesilainnya. Setiap guru memiliki peluang untuk
memperoleh penghargaan sesuai tugas dan prestasi kerjanya dalam bentuk:
1 .Tanda jasa
2. Kenaikan pangkat istimewa atau jabtan
3. Uang atau barang mamupun piagam penghargaan
4. Bentuk penghargaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Penghargaan artinya perbuatan menghargai atau sebagai bentuk apresiasi.
Sedangkan menurut UU Pasal 36 :
32
http://educationspiritzaidin.blogspot..com/2016/06/pengakuan-perlindungan-penghargaan

57
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

1) Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan bertugas di daerah khusus
berhak memperoleh penghargaan.
2) Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus memperoleh
penghargaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Pasal 37:
1) penghargaan dapat diberikan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesidan satuan pendidikan.
2) penghargaan dapat diberikan pada tingkat sekolah, tingkat kelurahan, tingkat
kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional dan
tingkat internasional.
3) penghargaan kepada guru dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan
pangkat istimewa, finansial, piagam atau penghargaan lain.
4) penghargaan kepada guru dilaksanakan dalam rangka memperingati hari
ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari guru nasional,hari
pendidikan nasional, dan lain-lain.
Pasal 38:
Pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai penghargaan
kepada guru yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.33
D. Perlindungan Atas Hak-Hak Guru
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang
secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh
karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Berikut
ranah perlindungannya seperti berikut ini.
1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau
satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas.
2) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan,
ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan
tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi atau pihak lain.
4) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesidan

33
Subijanto, profesi guru sebagai profesi yang menjanjikan pasca undang-undang guru dan dan
dosen, 2007. hlm.67

58
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

pembatasan /pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam


melaksanakan tugas.
5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada
waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
E. Penghargaan Dan Kesejahteraan Guru
Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada
guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau
bertugas di daerah khusus.
Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan,
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau
internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa,
bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional,
jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa
pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya
perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah khusus. Guru yang
gugur dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di daerah khusus,
putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan
tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang
diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku. Gaji pokok
dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberikan berdasarkan
perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak
yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan
tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi
dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan
dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain
yang menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka tunjangan dan kesejahteraan
lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan dimaksud mencakup tunjangan profesi,
tunjangan khusus, tunjangan fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan
maslahat tambahan.
F. Tunjangan Guru
1. Tunjangan Profesi

59
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi


akademik tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk
memberikan sertifikat pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud
merupakan pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru. Seiring
dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan profesi
kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa Pemerintah memberikan
tunjangan profesi kepada guru
Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan
berumur 60 tahun. Usia ini adalah batas pensiun bagi PNS guru. Setelah
berusia 60 tahun guru tetap berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru
tidak tetap maupun guru tetap yayasan untuk sekolah swasta, dan
menyandang predikat guru bersertifikat, namun tidak berhak lagi atas
tunjangan profesi. Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi
pendidik, mereka hanya berhak atas “satu” tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal
ini bermakna, bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan yang
setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik, masa kerja, serta
kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS, tunjangan
profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan jenjang
jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi tersebut
dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen.
2. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17
ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi tunjangan fungsional
diberikan kepada guru yang bertugas di sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan
subsidi tunjangan fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapat dan belanja daerah (pasal 17 ayat
3).

60
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS


seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. Namun
saat ini baru diberikan tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan pada
golongan/ruang kepangkatan/jabatannya. Khusus mengenai besarnya subsidi
tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan
tersendiri, berikut persyaratannya. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru –
Badan PSDMPK-PMP.
3. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta
Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk
terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, di samping
peningkatan profesionalismenya. Sesuai dengan amanat Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa
guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan
di di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan
setara dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada
guru di Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di
daerah khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan Daerah Khusus adalah daerah
yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami
bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat
lain.
a) Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor
geografis yang relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di
pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-
pulau terpencil; dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang
sulit dijangkau oleh jaringan transportasi maupun media komunikasi,
dan tidak memiliki sumberdaya alam.
b) Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah
yang mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
yang relatif rendah serta tidak dilibatkan dalam kelembagaan
masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan yang
mengakibatkan daerah belum berkembang Daerah perbatasan dengan
negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi
dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam
hal batas wilayah negara di darat maupun di laut kawasan perbatasan

61
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

berada di kecamatan dan pulau kecil terluar dengan luas area kurang
atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan
garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan
Nasional.
c) Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di
wilayah yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api,
banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap layanan pendidikan
dalam waktu tertentu.
d) Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan
ekonomi yang membahayakan guru dalam melaksanakan tugas dan
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
e) Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam
keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami
bahaya, kelaparan dan sebagainya yang memerlukan penanggulangan
dengan segera. Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu
kali gaji pokok guru yang diangkat oleh Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru BadanPSDMPK-PMP. satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat,
masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan Daerah Khusus ini
rumit dan tentatif adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun
2007, pemerintah memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang
bertugas di Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di
Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp
1.350.000 per bulan. Harapan yang ingin dicapai dari pemberian
tunjangan khusus ini adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru
sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat sulit, juga
memotivasi guru untuk tetap mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi
lain, pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru
untuk bersedia mengajar di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya
jumlah guru di daerah terpencil diharapkan juga semakin mudah
dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini.
4. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam
rangka implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya
sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi
(Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan

62
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,


beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh
pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk
kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh
guru dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi guru. Tujuan pemberian
maslahat tambahan ini adalah untuk:
a) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan
guru dalam melaksanakan tugas;
b) memberikan penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap
pengabdiannya dalam dunia pendidikan.
c) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dan
bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi.
Dengan demikian, pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk:
a) mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru.
b) memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi
guru.
c) merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten
terhadap profesi guru hingga akhir masa bakti.

63
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

PERKEMBANGAN DAN PENINGKATAN PROFESIONALISASI


GURU

A. Pengertian Profesionalisasi
1. Makna Profesional, Profesionalisme, dan profesionalisasi
Berbicara mengenai profesional pemikiran kita akan tertuju pada
pekerjaan. Menurut Danim Sudarman, makna profesional merujuk pada dua
hal. Pertama orang yang menyandang suatu profesi. Orang yang profesional
biasanya melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya dan mengabdikan
diri pada pengguna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan
profesionalnya itu. Kedua, kinerja atau performance seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme berasal dari bahasa inggris Profesionalism yang secara
leksikal berarti sifat profesional. Menurut Jasin, Anwar profesionalisme dapat
diartikan sebagai kometmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-
strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan
profesinya itu.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk standar ideal dari
penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama , yaitu peningkatan
status dan peningkatan kemampuan-praktis.34
2. Profesionalime Tenaga pendidik
Jabatan tenaga pendidik merupakan suatu jabatan profesional, hal ini
dapat diuraikan sebagai berikut Jabatan tenaga pendidik bukan hanya
menuntut kemampuan spisialisasi tenaga pendidik dalam arti menguasai
pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang relevan dengan
bidang tugasnya sebagai Pendidik, tetapi juga tingkat kedewasaan dan
tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi dalam mengambil keputusan.
Kemampuan-kemampuan itu membuat tenaga pendidik memiliki nilai lebih
dan kewibawaan yang tinggi terhadap peserta didik yang diajarnya Sesuai
dengan nilai sosial budaya kita, secara historis kedudukan tenaga pendidik itu
lebih tinggi dalam masyarakat kita. Tenaga pendidik adalah seorang yang
patut dipatuhi, ditiru/ (diteladani) kata dan perbuatannya. Motif utama
menjadi tenaga pendidik bukan imbalan gaji atau kebendaan, tetapi adalah
panggilan (calling) untuk mengabdi kepada tuhan, masyarakat dan

34
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi guru, (Bandung:Alfabeta,2009), hal. 98

64
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

kemanusian. Kesetiakawanan tenaga pendidik dapat berwujud organisasi


tenaga pendidik, baik itu dalam bentuk asosiasi (persatuan) maupun serikat
sekerja, sebagai wahana kerja sama untuk dapat saling membantu dan
berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya serta
memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.
3. Pengembangan Profesionalisme
Tenaga Pendidik Menurut Sudarwan pengembangan profesional
tenagapendidik dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan, pertama,
kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang
efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun kebutuhan-
kebutuhan sosial. Kedua kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk
membant staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara
luas. Dengan demikian tenaga pendidik dapat mengembangkan potensi sosial
dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam
lingkungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong
keinginan tenaga pendidik untuk menikmati dan mendorong keinginan
pribadinya, seperti halnya dia membantu peserta didiknya.35
Pembinaan tenaga pendidik oleh Perguruan Tinggi mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Memperdalam dan memperluas kemampuan dalam ilmu (kognitif)
Secara konvensional, upaya tersebut (sasaran vartikel) berupa;
a. Pendidikan Pascasarjana
b. Pendidikan jangka pendek
2. Meningkatkan kemampuan psikomotorik dan Afektif
a. Kemampuan menuangkan produk berfikir atau karya kedalam
tulisan ilmiah
b. Kemampuan menjelaskan tulisan ilmiah secara lisan dalam
perkuliahan, dan forum ilmiah/ profesional
c. Kemampuan dalam menyampaikan pendapat dalam forum
ilmiah
d. Kemampuan mengerjakan pekerjaan dalam ruang lingkup bidang
ilmu yang ditekuninya.
e. Pemahaman dan kebiasaan menerapkan etika akademik
f. Naluri keingintahuan, menghargai waktu, inovatif, kecintaan
terhadap bidang ilmu dan profesi, keteladanan.36
B. Model Pengembangan Guru

35
Ibid., hlm. 99
36
Makmun, Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan, (Bandung: PPS IKIP,1996)
hlm. 102-103

65
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan


perubahan, baik itu secara perorangan, kelompok atau dalam satu sistem yang
diatur oleh lembaga. Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat
dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. Sementara
Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru seperti pada
tabel berikut.

Model Pengembangan guru Keterangan


Individual Guided Staff Para guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka dan
Development mampu belajar aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para
(Pengembangan Guru yang guru harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar
Dipadu secara Individual) berdasar penilaian personil dari kebutuhan mereka
Observasi dan penilaian dari intruksi menyediakan guru
dengan data yang dapat direfleksikan dan dianalisis
untuk tujuan peningkatan belajar siswa. Refleksi oleh
Observation/Assessment guru pada praktiknya dapat ditingkatkan oleh observasi
(Observasi atau Penilaian) lainnya.
Involvement in a Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika mereka
development/Improvement perlu untuk mengetahui atau memecahkan suatu
Process masalah. Guru perlu untuk memperoleh pengatahuan
(keterlibatan dalam suatu proses atau keterampilan melalui keterlibatan pada proses
Pengembangan/Peningkatan) peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.
Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang pantas
untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru dapat merubah
perilaku mereka dan belajar meniru perilaku dalam
Training (Pelatihan) kelas mereka.
Pengembangan profesional adalah studi kerjasama oleh
para guru sendiri untuk permasalahan dan isu yang
Inquiry (Pemeriksaan) timbul dari usaha untuk membuat praktik mereka
konsisten dengan nilai-nilai bidang pendidikan.
Model Pengembangan Guru
Dari kelima model pengembangan guru di atas, model “training” merupakan
model pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga pendidikan swasta. Pada
lembaga pendidikan, cara yang populer untuk pengembangan kemampuan profesional
guru adalah dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam rangka
penyegaran (Refreshing) maupun peningkatan kemampuan(up–grading). Cara lain
baik dilakukan sendiri-sendiri (informal) atau bersama-sama, seperti : on the job

66
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

training, workshop, seminar, diskusi penel, rapat-rapat, simposium, konferensi, dan


sebagainya.37
Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru. Beberapa
model pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi pembaharuan
pendidikan. Candall mengemukakan model-model efektif pengembangan
kemampuan profesional guru, yaitu : model mentoring, model ilmu terapan atau
model “dari teori ke praktik”, dan model inquiry atau model reflektif. Model
mentoring adalah model dimana berpengalaman merilis pengetahuannya atau
melakukan aktifitas mentor pada guru yanng kurang berpengalaman. Model ilmu
terapan berupa perpaduan antara hasil-hasil reset yang relevan dengan kebutuhan–
kebutuhan praktis. Model inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru,
para guru harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat,
melakukan observasi, melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman
praktis mereka sekaligus meningkatnya, sedangkan menurut Soetjipto dan kosasi,
pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan selama dalam pendidikan
prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
1. Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya
nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi
siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi
perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi
harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga
pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan , contoh-contoh dan aplikasi
penerapan ilmu, keterampilan, bahkan sikap profesional dirancang dan
dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.
Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by
product) dari pengatahuan yang diperoleh calon guru.

2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan


Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru
selesai mendapatkan pendidikan para jabatan. Banyak usaha yang dapat
dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam
masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini
dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran,
37
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN-Malang Press,2009) hlm. 27

67
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal


melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi
lainnya. Kegiatan ini selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan.38
C. Strategi Pengembangan Profesional Guru
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Dapertemen Pendidikan
Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan
profesionalisme guru, sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru Sesuai dengan
peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah minimal
S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum
memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya program ini diperuntukkan
bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk
mengikuti pendidikan S1 atau S2 pendidikan keguruan.
2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi Program ini diperuntukkan bagi guru
yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau
bukan berasal dari program pendidikan keguruan. Hal ini terjadi karena
sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata pelaajaran
tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari
kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi
bukan kependidikan. Mereka dapat mengikuti program penyetaraan atau
sertifikasi.
3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru yang memenuhi
kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan pelatihan guna
meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan
adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu
kepada tuntutan kompetensi. Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat
persial dan pengembangan materi seringkali tumpang tindih, menghabiskan
banyak waktu tenaga dan biaya serta kurang efisien. Tidak jarang dalam
satu tahun seorang guru mengikuti tiga jenis pelatihan sehingga
mengganggu kegiatan PBM, sebaliknya tidak sedikit guru yang belum
pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam satu tahun. Oleh karenanya
pelatihan yang di usulkan adalah pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi (PTBK) yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang
akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi atau materi
pelatihan yang akan dilatihkan merupakan gabungan atau integrasi bidang-

38
Ibid.hlm. 30-31

68
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk
mencapai kompetensi.
4. Program Supervisi pendidikan Dalam praktik pembelajaran di kelas masih
sering ditemui guru-guru yang ditingkatkan profesionalismenya dalam
proses belajar mengajarnya. Sering ada persepsi yang salah atau kurang
tepat dimana tugas supervisor dimaknai sebagai tugas untuk mencari
kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal tujuannya untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Ciri utama
supervisi adalah perubahan kearah yang lebih baik, positif proses belajar
mengajar lebih efektif dan efesien.
5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri
dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata
pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri atau Swasta yang mengasuh
dan bertanggung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang ditetapkan
dalam kurikulum.
6. Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum di kelas. Dalam hal ini
dituntut kerjasama yang optimal diantara para guru. Dengan MGMP
diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi
ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan
keprofesionalan para anggotanya.
7. Simposium Guru Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan
sebagai wadah untuk saling berbagi pengalaman dan pemecahan
masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu simposium. Melalui
forum simposium guru ini diharapkan para guru menyebarluaskan upaya-
upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media
untuk sharing pengalaman, juga berfungsi untuk kompetisi antar guru,
dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang,
misalnya dalam pengunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan
kelas atau penulisan karya ilmiah.
8. Program pelatihan tradisional lainnya Berbagai pelatihan sampai saat ini
banyak dilakukan. Bentuk-bentuk pelatihan ini sudah lama ada dan diakui
cukup bernilai. Walaupun disadari bahwa seringkali berbagai bentuk
kursus/pelatihan tradisional ini sering kali tidak dapat memenuhi
kebutuhan praktis dan pekerjaan guru. Oleh karena itu, suatu kombinasi
antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat efektif

69
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini. Pelatihan ini pada


umumnya mengacu pada suatu aspek khusus yang sifatnya penting untuk
diketahui oleh para guru,misalnya: CTL, KTSP, Penelitian Tindakan Kelas,
Penulisan Karya Ilmiah, dan sebagainya.
9. Membaca dan Menulis jurnal atau Karya Ilmiah Sebagaimana diketahui
bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya secara
berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga
pendidikan maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya
ilmiah lainnya tersebut tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat
sumber belajar (perpustakaan, internet, dan sebagainya). Walaupun artikel
dalam jurnal cendrung singkat, tetapi dapat mengarahkan pembacanya
kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju kepada
perencanaan dan penelitian baru. Ia juga memiliki kolom berita yang
berkaitan dengan pertemuan, pameran, seminar, program pendidikan, dan
sebagainya yang mungkin menarik bagi guru.
10. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah Kegiatan ini dapat dilakukan oleh
masing-masing guru secara mandiri. Yang diperlukan adalah bagaimana
memotivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam berbagai pertemuan
ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna penting
untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru.
Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah
menyajiakan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang
tertentu.
11. Melakukan Penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas) Penelitian
tindakan kelas (PTK) merupakan studi sistematik yang dilakukan guru
melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka
merefleksikan dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara
terus-menurus juga strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme guru.
12. Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-
service atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru
profesional melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan
guru bidang studi tertentu. Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang
konvensional, fokos pelatihan magang ini adalah kombinasi antara materi
akademis dengan suatu pengalaman lapangan dibawah supervisi guru yang
senior dan berpengalaman.
13. Mengikuti Berita Aktual dan Media Pemberita Pemilihan yang hati-hati
program radio dan televisi, dan sering membaca surat kabar juga akan

70
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

meningkatkan pengatahuan guru mengenai pengembangan mutakhir dari


proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut sering kali memuat
artikel-artikel maupun program-program.
14. Berpartisifasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi Ikut serta menjadi
anggota organisasi/komunitas profesional juga akan meningkatkan
profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini yang terpenting adalah guru
harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat
memberi manfaat utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan
tenaga.
15. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat Kerjasama dengan teman
seprofesi sangat menguntungkan bagi pengembangan profesionalisme
guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan berkat kerjasama,
seperti: Penelitian Tindakan Kelas, berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah
dll.39
D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Untuk meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan dengan cara:
1. Sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:
a. Menekuni dan mempelajari sacara kontinu pengetahuan-pengetahuan yang
berhubungan dengan teknik atau cara atau proses belajar mengajar secara
umum. Misalnya, pengetahuan tentang PBM (Proses Belajar Mengajar)
atau ilmu-ilmu lainnya yang dapat meningkatkan tugas keprofesiannya.
b. Mencari spesialisasi bidang ilmu yang diajarkan.
c. Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas
keprofesiannya.
d. Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan
pengajaran.
2. Secara bersama-sama dapat dilakukan, misalnya dengan:
a. Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya.
b. Mengikuti program pembinaan kekohesifan secara khusus, misalnya
program akta, sertifikasi, dan lain sebagainya.40

39
Ibid. hlm.45-47
40
http://ratnadewi87.wordpress.com/tag/upaya-meningkatkan-profesional-guru/

71
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

TANTANGAN PROBLEMATIKA PERKEMBANGAN

PROFESIONALISME GURU SERTA PEMECAHANNYA

A. Tantangan dan Problematika Dalam Perkembangan Profesionalisme Guru


Terkait dengan guru, secara umum tantangan yang dihadapi guru di era
globalisasi dan multicultural ini adalah bagaimana pendidikan mampu mendidik
dan menghasilkan siswa yang memiliki daya saing tinggi (qualified), atau justru
malah “mandul” dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan yang penuh
dengan kompetensi dalam berbagai sector, mampu menghadapi tantangan di
bidang politik dan ekonomi, mampu melakukan risett secara koperhensif di era
reformasi serta mampu membangun kualitas kehidupan sumber daya manusia. Di
samping itu, dilihat dari segi aktualisasinya pendidikan merupakan proses
interaksi antara guru (pendidik) dengan siswa (peserta didik) untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Guru, siswa dan tujuan
pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk
triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pulalah hakikat pendidikan.
Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru dapat dibantu oleh unsur lain,
seperti media teknologi tetapi tidak dapat digantikan. Oleh karena itulah, tugas
guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. Peranan
guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai dipertanyakan
eksistensinya secara fungsional karena munculnya fenomena para lulusan
pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual
akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja atau bahkan dalam
bersaing untuk memasuki dunia pendidikan tinggi. Jika fenomena ini dijadikan
tolak ukur, maka peranan guru sebagai pendidik profesional baik langsung
maupun tidak langsung menjadi dipertanyakan.41
Tantangan guru profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 dapat
dibedakan menjadi tantangan yang bersifat internal dan eskternal. Tantangan
internal adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia,
diantaranya penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa,
pengembangan nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan
fenomena rendahnya mutu pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah

41
Saryadi Al-Faqier. 2011. Profesionalitas guru, Tantangan, dan Solusinya. Diakses pada tanggal 18
februari 2020 pada pukul 14.23 WIB dari situs: http://jhaylover.blogspot.com/2011/05/profesional-
guru-tantangan-dan.html?m=1

72
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

tantangan guru profesional dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari
masyarakat dunia di era global.42
1. Tantangan Internal
Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam
dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap
kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai
adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, menurunnya
rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya
benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling
menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat
mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.
Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik
dan tantangan nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru memiliki
kepribadian yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai
moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa
kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti
bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati
pula bangsa terhadap kebudayaan Indonesia yang menjunjung tinggi etika
dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat
mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.
2. Tantangan Eksternal
Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai
dimensi domestik dan global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan
seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan
situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang untuk
meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang
profesional.
Untuk itu, tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi
globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada
peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan
sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian para sisiwa
mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian
yang kuat sebagai bangsa Indonesia.43
Adapun problematika-problematika lain yang harus dihadapi dalam
perkembangan profesionalisasi guru antara lain:

42
Dedestia. 2015. Tantangan Pengembangan Profesi Guru. Diakses pada tanggal 18 februari 2020
pada pukul 14.30 WIB dari situs: https://dedestiia.wordpress.com/2015/04/26/tantangan-
pengembangan-profesi-guru/
43
Ibid.,

73
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

1. Kurangnya minat guru untuk meneliti.


Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri. Banyak
guru yang terjebak dalam rutinitas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak
muncul kepermukaan. Biasanya para guru akan sibuk meneliti bila mereka
mau naik pangkat saja. Karenanya guru harus diberikan bekal agar dapat
melakukan sendiri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.
2. Masalah kesejahteraan.
Guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera. Banyak guru yang
tak bertambah pengetahuannya karena tak sanggup membeli buku. Untuk
biaya hidupnya saja mereka sudah kembang kempis apalagi memiliki buku.
Banyak pula guru yang tak sanggup menyekolahkan anaknya hingga ke
perguruan tinggi, karena kecilnya penghasilan yang didapatnya setiap bulan.
Minimnya kesejahteraan guru telah menyebabkan konsentrasi guru
terpecah menjadi beberapa sisi. Di satu sisi seorang guru harus selalu
menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus memperbarui dan
berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas dirinya. Di
sisi lain, sebagai efek demonstrasi dari minimnya kesejahteraan, seorang
guru dituntut memenuhi kesejahteraannya secara berbarengan.
Dalam praktiknya, seorang guru sering kali lebih banyak berjibaku
(baca: berkonsentrasi) dengan usahanya dalam memenuhi kesejahteraan
keluarga. Akhirnya, seiring dengan perjalanan waktu, sisi-sisi peningkatan
kualitas akademis menjadi tersisihkan dan hal ini terus berlangsung sampai
sekarang. Minimnya kesejahteraan guru dalam jangka waktu lama telah
menggiring budaya/tradisi akademis menjadi terpinggirkan.
3. Kurang kreatifnya guru dalam membuat alat peraga dan media
pembelajaran.
Profesionalitas guru dalam menciptakan proses dan luaran pendidikan
persekolahan yang bermutu merupakan prasyarat terwujudnya sumber daya
manusia Indonesia yang kompetitif dan mandiri di masa datang. Oleh
karena itu diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan kontinyu bagi
peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional guru.
4. Kepribadian dan dedikasi
Setiap guru memilki kepribadian masing-masing sesuai ciri-ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru
dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah abstrak,
yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan ucapan, cara berpakaian
dalam menghadapi setiap persoalan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Zakiah Dahrajat (dalam Djamarah SB, 1994) bahwa kepribadian yang

74
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang
dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan
aspek kehidupan misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul,
berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah yang
ringan maupun yang berat.
5. Kemampuan mengajar
Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan
kemampuan merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran,
menyajikan bahan pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa,
mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan
mengevaluasi hasil belajar. Kompetensi guru adalah kemampuan atau
kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya adalah
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bukanlah apa yang harus
dipelajari, guru dituntut mampu menciptakan dan menggunakan keadaan
positif untuk membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan kompetensinya.
6. Antar hubungan dan komunikasi
Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil dan begitu pula sebaliknya. Misalnya kepala sekolah tidak
menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai
sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak datang mengajar.
7. Hubungan dengan masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat
dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah
merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih,
dan membimbing generasi muda bagi peranannya dimasa depan, sementara
masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Manfaat hubungan
dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui
peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi ysng kontinu dan
proses saling memberi dan saling menerima serta membuat instropeksi
sekolah dan guru menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat
diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan
kinerja yang lebih baik. Hal ini dipertegas Pidarta (1999) yang menyatakan
bahwa bila guru tidak mau belajar dan tidak mampu menampilkan diri
sangat mungkin masyarakat tidak menghiraukan mereka. Keadaan ini
seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru.
8. Kedisiplinan

75
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Kedisiplinan yang baik ditunukkan guru dalam melaksanakan tugas


dan kewajibannya akan memperlancar pekerjaan guru dan memberikan
perubahan dalam kinerja guru ke arah yang lebih baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Kondisi bukan saja berpengaruh pada pribadi guru
itu sendiri dan tuganya akan tetapi akan berimbas pada komponen lain
sebagai suatu cerminan dan acuan dalam menjalankan tugas dengan baik
dan menghasilkan hasil yang memuaskan.44
B. Solusi Atas Tantangan Problematika Dalam Perkembangan Profesionalisme
Guru
Permasalahan guru harus diselesaikan secara komprehensif yang menyangkut
dengan semua aspek yang terkait, yaitu aspek kualifikasi, kualitas, pembinaan,
training profesi, perlindungan profesi, manajemen, kesejahteraan guru, dan
tersedianya fasilitas yang memadai. Sungguh berat tugas guru, tetapi penghargaan
pada profesi guru kurang optimal, tetapi para guru selalu dinilai kinerjanya rendah
dan kurang optimal. Perlu ada perhatian yang serius kepada para guru, yaitu
mereka harus selalu mendapatkan pelatihan dalam bidang pengetahuan dan
keterampilan baru yang diperlukan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Perlu ada sistem peningkatan pengetahuan bagi guru secara tersistem
dan berkelanjutan atau ada inservice training yang baik bagi para guru. Para guru
harus siap untuk mempebaiki dan meningkatkan mutu kinerjanya agar memiliki
kompetensi yang optimal dalam usaha membimbing siswa agar siap menghadapi
kenyataan hidup [the real life] dan bahkan mampu memberikan contoh tauladan
bagi siswa, memiliki pribadi dan penampilan yang menarik, mengesankan dan
menjadi dambaan setiap orang.
Program pemerintah untuk melakukan sertifikasi guru perlu dihargai sebagai
wujud perhatian terhadap nasib guru yang terpinggirkan. Tetapi, pemerintah harus
mengikutsertakan guru-guru atau tenaga kependidikan sebagai variabel penting
dalam ”badan independen sertifikasi guru” tersebut dan badan tersebut tetap
berada dalam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan [LPTK] atau pemerintah
tidak perlu membentuk badan baru untuk melakukan sertifikasi tetapi akan lebih
baik jika Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan [LPTK] atau universitas
keguruan eks IKIP diberdayakan untuk melakukan sertifikasi guru. Lembaga-
lembaga kependidikan yang menyelenggarakan program Akta IV sebagai upaya
untuk sertifikasi guru, perlu ditingkatkan kualitasnya baik dari sisi profesional
penyelenggaraan, kurikulum, metode pembelajaran, sistem peneilaian dan

44
Rahmat Alpha. 2015. Problematika Pengembangan Profesionalisasi Guru. Diakses pada tanggal 18
februari 2020 pukul 14.15 WIB dari situs: http://rahmatalpha.blogspot.com/2015/09/problematika-
pengembangan.html?m=1

76
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

manajemennya, sehingga memiliki ”kualifikasi” untuk dapat mendidik para calon


guru yang profesional.45

45
Saryadi Al-Faqier. 2011. Profesionalitas guru, Tantangan, dan Solusinya. Diakses pada tanggal 18
februari 2020 pada pukul 14.23 WIB dari situs:http://jhaylover.blogspot.com/2011/05/profesional-
guru-tantangan-dan.html?m=1

77
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

SUPERVISI PENDIDIKAN SERTA REFLEKSI INDIVIDU

A. Supervisi Pendidikan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau
mengawasi. Menurut Merriam Webster’s Colligate Dictionary disebutkan bahwa
supervisi merupakan “A critical watching and directing”. Beberapa sumber
lainnya menyatakan bahwa supervisi berasal dari dua kata, yaitu “superior” dan
“vision”. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepala sekolah digambarkan sebagai
seorang “expert” dan “superior” , sedangkan guru digambarkan sebagai orang
yang memerlukan kepala sekolah.
Supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif
(Purwanto,2000). Manullang (2005) menyatakan bahwa supervisi merupakan
proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula. Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar
guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik.46
Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis
edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik material.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa
proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan
terhadap situasi yang menyababkannya.47 Aktivitas dilakukan dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang
menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya
baik. Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa
perbaikan dalam bentuk pembinaan. Fungsi pengawasan atau supervisi dalam
pendidikan bukan hanya sekadar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi
lebih dari itu.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkataan supervisi belum begitu
populer. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang lebih mengenal
kala "inspeksi" daripada supervisi. Pengertian "inspeksi" sebagai warisan
pendidikan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat otokratis,
yang berarti "mencari kesalahan-kesalahan guru dan kemudian menghukumnya".

46
Donni Juni Priansa, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung : Alfabeta ),
h. 84
47
Dadang suhardan, supervisi profesional, (Bandung : Alfabeta , 2010 ) h. 39

78
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Sedangkan supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam


pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/pegawai
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru,
bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi dalam kegiatan
supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan
diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat,
dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta
diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.
Ditinjau dari objek, ada tiga macam supervisi yaitu :
a. Supervisi Akademik
Yaitu yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses pembelajaran.
b. Supervisi Administrasi
Yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi
yang berfungsi sebagai pendukung dengan pelancar terlaksanannya pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga.
Yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada
di sentral madrasah. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan
pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama
baik madrasah atau kinerja madrasah.48 Untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut peran kepala madrasah sebagai supervisor sangatlah penting, karena
supervisi adalah suatu kegiatan-kegiatan pengawas kepala madrasah untuk
memperbaiki kondisi baik fisik maupun Non fisik untuk mencapai proses
pembelajaran yang lebih baik. Dari uraian diatas dapat difahami bahwa supevisi
bukan suatu perintah , akan tetapi merupakan bimbingan, pembinaan dan arahan
kepada guru. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada supervisi akademik.
2. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan

Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus


memperhatikan prinsip-prinsip supervisi agar dalam pelaksanaan supervisi dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
a. Prinsip Ilmiah.
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang 2diperoleh
dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.

48
Ibid., h. 47

79
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

2. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket,
observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
3. Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis terencana.
b. Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusian yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman
untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan
bawahan.
c. Prinsip Kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi “ sharing
of idea, sharing of experience ” memberi support mendorong, menstimulasi
guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.49 Dari uraian diatas
dapat kita ketahui, bahwa betapa banyak dan besarnya tanggung jawab
seorang kepala sekolah sebagai supervisor.

Dalam toeri lain juga menyebutkan tentang prinsip yang harus dipenuhi dalam
program supervisi. Pelaksanaan supervisi akademik perlu mengacu pada prinsip-
prinsip yang ada dalam supervisi akademik. Menurut Dodd dalam buku Pnduan
Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010) dinyatakan bahwa sejumlah prinsip
dalam supervisi akademik meliputi :50
1. Praktis
Berkaitan dengan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan supervisi sesuai
dengan kondisi sekola.
2. Sistematis
Berkaitan dengan perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan
pembelajaran.
3. Objektif
Berkaitan dengan masukan sesuai aspek-aspek instrumen yang akan
digunakan dalam supervisi.
4. Realitis
Berkaitan dengan kenyataan sebenarnya dalam melakukan supervisi.

49
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan
SDM, (Jakarta : Rineka Cipta , 2008), h. 19
50
Donni Juni Priansa Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Bandung : Alfabeta) , h.110

80
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

5. Antisipatif
Berkaitan dengan kemampuan dalam menghadapi masalah-masalah yang
mungkin akan terjadi.
6. Konstruktif
Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dan inovasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran.
7. Kooperatif
Berkaitan dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam
mengembangkan pembelajaran.
8. Kekeluargaan
Berkaitan dengan pertimbangan saling asah,asih, dan asuh dalam
mengembangkan pembelajaran
9. Demokrasi
Berkaitan dengan pemahaman bahwa supervisor tidak boleh mendominasi
pelaksanaan supervisi akademik.
10. Aktif
Berkaitan dengan keaktifan guru dan supervisor untuk berpartisipasi
11. Humanis
Berkaitan dengan kemampuan guru menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, terbuka,jujur, ajeg, sabar, antusias,dan penuh humor.
12. Berkesinambungan
Berkaitan dengan kesinambungan kegiatan supervisi akademik oleh kepala
sekolah.
13. Terpadu
Berkaitan dengan kesatuan dengan program pendidikan
14. Komprenhensip
Berkaitan dengan pemenuhan ketiga tujuan supervisi akademik.51
3. Tujuan Supervisi Pendidikan

Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya menjelaskan bahwa tujuan


supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas
mengajar guru dikelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar
siswa.52 Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan
dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, bukan saja memperbaiki
kemampuan mengajar tapi juga mengembangkan potensi kualitas guru.
4. Fungsi Supervisi Pendidikan

51
Ibid, h.111
52
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan
SDM, (Jakarta : Rineka Cipta ,2008), h. 19

81
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dengan


meningkatkan situasi belajar mengajar. Sehubungan hal tersebut diatas, maka piet
A. Sahertian memberikan 8 fungsi supervisi sebagai berikut:
a. Mengkoordinir semua usaha sekolah.
b. Memperlengkap kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru-guru.
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi faslitas dan penilaian yang terus-menerus.
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar.
g. Memberikan pengetahuan ddan keterampilan kepada setiap anggota staf
h. Memberikan wawasan yang lebih luas dan terintegerasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-
guru.53
5. Peran Supervisi Pendidikan

Supervisi berfungsi membantu, memberi, mengajak. Dilihat dari fungsinya,


tampak dengan jelas peranan supervisi itu. Seorang sopervisor dapat berperan
sebagai :
a. Koordinator
Sebagai koordinator ia dapat mengko-ordinasi program belajar mengajar,
tugas-tugas anggota sataf berbqagai kegiatan berbeda-beda diantara guru-
guru.
b. Konsultan
Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan yaitu bersama
mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual maupun
kelompok.
c. Pemimpin Kelompok
Sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam
mengembangklan potensi kelompok pada saat mengembangkan kurikulum,
materi pembelajaran dan kebutuhan professional guru-guru secara bersama.
d. Evaluator
Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan
proses belajar mengajar.54
B. Refleksi Individu
Belajar-mengajar merupakan proses yang kompleks. Seorang guru tidak
cukup hanya berbekal pengalaman saja untuk menjadi profesional dalam
mengola pembelajaran, Namun, membutuhkan banyak belajar tentang bagaimana
mengajar dan membelajarkan siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru

53
Ibid., h.21
54
Ibid., h. 25

82
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

dalam meningkatkan peran dan tanggung jawab profesionalnya adalah dengan


senantiasa melakukan refleksi diri. Menurut Bowman (1989), refleksi diri
merupakan elemen utama profesionalisme. Melakukan refleksi atas praktik-
praktik profesional guru, terutama belajar dan mengajar merupakan faktor
penting bagi terbentuknya inovasi dan revolusi pembelajaran di kelas (Loughran,
2005). Bahkan saat ini refleksi diri dalam konteks pengembangan profesional
berkelanjutan dijadikan sebagai konsep kunci pendidikan guru (Korthagen &
Vasalos, 2005).
Dengan demikian refleksi guru yang terus-menerus dalam karier
profesionalnya merupakan bagian dari literatur pendidikan guru (Howard, 2003).
Namun, jika kita mengamati langsung ke lapangan, jarang sekali guru baik secara
individu maupun sesama peer group-nya melakukan proses refleksi diri untuk
melakukan sejumlah perbaikan kinerja profesionalnya. Oleh karena itu, guru-
guru kita di lapangan kadang-kadang menghadapi kendala dalam praktik
profesionalnya, walaupun mereka sudah memiliki masa kerja yang cukup lama
menjadi guru. Padahal refleksi dapat dijadikan literatur utama guru dalam
mengembangkan strategi-strategi baru dalam menyelesaikan permasalahan
proses belajar dan mengajar sehingga secara kultur menjadi acuan dalam
pengembangan praktik profesional (Howard, 2003).
Korthagen & Vasalos (2005) menyatakan bahwa paling tidak terdapat 4 aspek
yang merupakan fokus refleksi guru dalam praktik profesionalnya, yaitu: (1)
Lingkungan, hal ini mengacu pada bagaimana upaya guru memanfaatkan
lingkungan belajar dalam pengembangan profesionalnya; (2) Perilaku
profesional, seperti respons positif terhadap perubahan atau inovasi; (3)
Kompetensi, terutama respons terhadap pentingnya meningkatkan kompetensi
profesional; dan (4) Keyakinan guru (beliefs) tentang profesinya.
Persoalan profesionalisme atau mutu guru adalah persoalan mendasar yang
tidak hanya berhenti pada bagaimana guru mengajar dan mempersiapkan peserta
didik untuk belajar ataupun sekedar menggugurkan kewajibannya di dalam kelas
saja. Akan tetapi bagaimana seorang guru selalu menambah wawasan dan
pengetahuannya, mengembangkan kompetensi dirinya juga merupakan hal
penting yang harus diperhatikan.
Hal yang paling penting dari beberapa faktor yang melekat pada
profesionalisme seorang guru sebagaimana disebutkan di atas adalah bagaimana
seorang guru menyadari dan mampu memposisikan dirinya menjadi bagian dari
komunitas profesional yang senantiasa bekerja bersama untuk meningkatkan
proses pembelajaran dikelas. Dengan hal ini, mau tidak mau guru akan senantiasa
terpacu untuk menggali informasi dan pengetahuan yang penting bagi dirinya
untuk dijadikan sebagai referensi dan bahan renungan dalam mengembangkan

83
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

potensi profesionalisme dirinya sebagai seorang pendidik. Artinya, tugas guru


bukan hanya berhenti pada mengajar, Namun, dirinya sendiri juga pada saat yang
sama sebagai pembelajar. Sama halnya dengan siswa, guru sebagai pembelajar
juga harus memperhatikan aspek-aspek pembelajaran yang akan membentuk
karakter sebagai seorang pembelajar.
Seorang pembelajar selalu berpikir bagaimana dengan proses belajarnya, atau
perubahan apa yang akan menjadi indikator keberhasilan pembelajaran. Dari
proses belajarnya tersebut, pada saat yang sama dia juga harus berpikir keras
bagaimana peserta didik juga melakukan hal yang sama.
Refleksi diri guru dalam kaitannya dengan upaya pengembangan
profesionalismenya juga sejalan dengan penelitian-penelitian lain dalam konteks
psikologi yang menunjukkan bahwa refleksi diri dapat memberikan dampak
positif terhadap perkembangan diri manusia. Hal ini dikaitkan dengan upaya
pengembangan kesadaran diri yang harus dipandang sebagai sesuatu yang
menyenangkan, pengalaman yang berharga untuk menggali potensi dalam diri
seseorang dan menggunakannya sebagai dasar dalam pengambilan suatu
tindakan. Dengan hal ini, seorang guru tidak perlu terlalu mendalam larut dalam
kesedihan atau keburukan masa lalunya dan dapat lebih terfokus pada upaya-
upaya pengembangan dirinya. Tentu saja, hal ini memberikan manfaat yang
sangat besar bagi seorang pendidik yang tentu saja juga sangat memberikan
pengaruh terhadap kehidupan siswa-siswanya. Jika seorang guru memiliki dan
menunjukkan sifat-sifat positif dalam dirinya ketika berada di depan siswa, hal
ini dapat memberikan transfer energi positif terhadap siswa siswanya (Korthagen
& Vasalos, 2005).
Dengan adanya refleksi diri, seorang guru dapat belajar untuk mengaktifkan
proses kesadaran keprofesionalan diri selama mereka mengajar, dan dengan cara
ini dapat membuat kontak dengan siswa dalam proses pembelajarannya dengan
baik. Kegiatan mengajar yang baik seyogyanya ditandai dengan adanya
keseimbangan yang tepat dari aspek kesadaran dirinya sebagai orang profesional
dan tuntutan-tuntutan profesonalisme seorang guru dalam berbagai hal baik
akademis maupun nonakademis. Idealnya, program pengembangan profesi guru
juga harus fokus pada potensi dan kebutuhan guru yang diawali dari adanya
proses refleksi yang dilakukan oleh seorang guru dalam pengembangan profesi
guru. Bagian ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan
proses kegiatan pengembangan profesi guru.

Refleksi diri memiliki potensi untuk merangsang kesadaran diri emosional


seseorang dengan cara yang lebih baik. Hal ini dapat membantu untuk
membuatnya lebih alami memasukkan perasaan, emosi, kebutuhan, dan nilai-nilai

84
Bahan Ajar
Etika Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

dalam dirinya yang akan membantunya menjadi diri yang lebih baik. Keyakinan
yang membatasi dalam banyak pendidik/guru tampaknya belum menjadi hal yang
begitu perlu mendapat perhatian lebih bagi para peneliti pengembangan profesi
guru. Hal ini dapat dilihat dari masih relatif sedikitnya referensi-referensi yang
membahas secara khusus pentingnya refleksi diri bagi guru dalam pengembangan
profesionalismenya. Secara lebih spesifik, keyakinan untuk memulai perubahan
yang baik bagi pendidik/guru akan berdampak kepada peningkatan kompetensi
diperlukan untuk memperdalam pengembangan profesional guru; tidak hanya
kompetensi dipengaruhi oleh keyakinan orang, tetapi keyakinan bahwa mereka
memiliki atau dapat mengembangkan kompetensi untuk memiliki dampak yang
lebih besar bagi pengembangan profesionalisme mereka Pada akhirnya,
memberikan perhatian lebih untuk melakukan refleksi diri dalam pengembangan
profesional mereka dapat membantu guru untuk menjadi lebih sadar akan kualitas
peserta didik mereka, sehingga mereka akan lebih mampu untuk membimbing
anak-anak ini dalam pembelajaran mereka, dan membantu mereka memobilisasi
kualitas peserta didik di sekolah dan dalam kehidupan masa depan mereka. Hal
ini penting dalam proses konstruksi pengetahuan, sikap dan keterampilan baik
guru maupun siswanya itu sendiri.55

55
Bujang Rahman, “Refleksi Diri dan Peningkatan Profesionalisme Guru”, Jurnal Paedagogia, Vol.
17 No. 1 Tahun 2014, h.1-12.

85

Anda mungkin juga menyukai