Anda di halaman 1dari 7

Perencanaan UKS

Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan, kegiatan, sumber daya, waktu, tempat dan
prosedur penyelenggaraan komponen manajemen berbasis sekolah. Syarat-syarat
perencanaan dalam manajemen sekolah meliputi: (1) tujuan yang jelas, (2) sederhana, (3)
realistis, (4) praktis, (5) terinci, (6) fleksibel, (7) menyeluruh, dan (8) efektif dan efisien
(Kemendikbud, 2013: 15).Dalam merencanakan manajemen sarana dan prasarana berbasis
sekolah, dalam hal ini khususnya UKS, sekolah sebagai pelaksana UKS harus memenuhi
syarat yang wajib dipenuhi, yaitu menurut Sumarti (2008:1):

1. Mempunyai Surat Keputusan Tim Pelaksana UKS dari Kepala Sekolah;


2. Mempunyai guru yang telah ditatar materi UKS;
3. Mempunyai ruang UKS beserta perlengkapannya;
4. Mempunyai KKR (Kader Kesehatan Remaja) yang sudah ditatar dengan jumlah minimal
10% dari seluruh siswa;
5. Melaksanakan TRIAS UKS dalam hidup sehari-hari.

UKS memang dilaksanakan di tiap tingkatan lembaga sekolah mulai dari Taman Kanak-
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan sederajat. UKS tidak dilaksanakan secara asal-asalan, ada aturan atau syarat
yang harus dipenuhi lembaga sekolah sebagai pelaksana UKS. Apabila lima syarat itu sudah
dipenuhi, maka lembaga sekolah tersebut sudah dapat disebut sebagai pelaksana UKS.

Pada awal tiap tahun ajaran, program kesehatan sekolah haruslah direncanakan secara
terperinci (Kusmintardjo, 1991:42). Ketiga unsur atau aspek, yaitu:

1. Pelayanan Kesehatan Sekolah (Health Service in School)

Fase ini meliputi: pemeriksaan dan prosedur-prosedur yang perlu untuk menentukan keadaan
kesehatan anak, follow up untuk memperbaiki cacat tubuh, pelayanan bimbingan kesehatan
bagi semua murid sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, pemilihan murid-murid yang
memerlukan sekolah (kelas) yang khusus karena kesehatannya, pengawasan teknis terhadap
kelas-kelas itu, pengawasan kesehatan guru-guru, pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K), dan pencegahan penyakit menular.

2. Lingkungan Kehidupan Sekolah yang Sehat (Healthful School Living), meliputi:

1) Sanitasi lingkungan untuk menjamin persediaan air yang bersih, pembuangan kotoran,
dan sebagainya.
2) Pengaturan kegiatan sekolah yang sehat, yang meliputi:

a) Lama waktu belajar, jam pelajaran, jam bermain;


b) Urutan kegiatan belajar;
c) Pekerjaan rumah;
d) Jumlah murid dalam kelas, disiplin dan hukuman;
e) Ekstrakurikuler;
f) Pemilihan alat-alat pelajaran.

3) Menjaga lingkungan emosional yang sehat, dengan hubungan guru-murid yang baik,
antar kelompok, perbedaan individual, dan penyesuaian kurikulum.
3. Pendidikan Kesehatan (Health Education)

Menanamkan kebiasan hidup sehat kepada anak didik agar dapat betanggung jawab terhadap
kesehatn diri sendiri serta lingkungannya dan ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan
antara lain dalam:

1) Kebersihan perorangan dan lingkungan;


2) Pencegahan dan pemberantasan penyakit;
3) Pencegahan kecelakaan dan pertolongan pertama pada kecelakaan;
4) Perawatan orang sakit dirumah.

Dengan memenuhi standar persyaratan sekolah dan program kegiatan dalam merencanakan
sebuah UKS, maka perencanaan UKS berdasarkan manajemen berbasis sekolah akan dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Sehingga dapat tercapainya tujuan MBS, yaitu
meningkatkan kemandirian sekolah melalui pemberian kewenangan yang lebih besar dalam
mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong keikutsertaan semua kelompok kepentingan
yang terkait dengan sekolah dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu sekolah.

Oleh : Fadhilah Hilda, 110131436506

Daftar Rujukan

 SDN Pandanwangi 1 Malang. 2008. Materi UKS. Malang: SDN Pandanwangi 1


Malang
 Panduan Nasional MBS-SD: Panduan Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah di
Sekolah Dasar BUKU 1. (Online),
(http://mbscenter.or.id/index.php?r=site/pagerepository&page_action=document)
diakses pada 16 Desember 2013.
 Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid I). Malang: Universitas Negeri Malang
 Noya, P. 1983. Pedoman Guru Kesehatan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
 Makalah Usaha Kesehatan Sekolah, (online).
(http://sarah14api.blogspot.ca/2012/10makalah -usaha-kesehatan-sekolah.html,
diakses 15 Desember 2013).
 Usaha Kesehatan Sekolah, (online).
(http://sekolahinovatif.blogdetik.com/2008/09/10/usaha-kesehatan-sekolah.html ,
diakses 15 Desember 2013)
D. Perencanaan Program Asrama

Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan
lainnya. Cuningham dalam Junaidi (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang
akan datang dengan tujuan menvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan
kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan
dalam penyelesaian. Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta
usaha untuk mencapainya.

D. Perancanaan Program Bimbingan dan Konseling

Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah dimulai dari


mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusun program
tersebut. Kegiatan ini yang akan dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program.
Perencanaan program seharusnya didasarkan pada kebutuhan nyata siswa lengkap dan
menyeluruh (memuat segenap fungsi bk), sistematis (disusun menurut urutan logis, singkron,
dan tidak tumpang tindih), terbuka dan luwes (mudah menerima masukan tanpa harus
merombah program secara menyeluruh), memungkinkan kerjasama dengan pihak terkait
dimungkinkan penilaian dan tindak lanjut.

D. Perencanaan Program Koperasi Sekolah

Menurut UU. No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian Bab IV, pasal 6 sampai dengan 8,
rincian syarat-syarat pembentukan koperasi adalah sebagai berikut:

1. Persyaratan pembentukan koparesi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan dibentuk
(koperasi primer atau koperasi sekunder).
2. Pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang anggota. Sedangkan
keanggotaan koperasi sekunder adalah badan hokum koperasi, minimal 3 koperasi.
3. Koperasi yang akan dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara republik Indonesia.
4. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar.

Dalam membentuk koperasi dibutuhkan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
a. Pertemuan awal para pemrakarsa untuk merintis berdirinya koperasi sekolah.
b. Membentuk tim kerja untuk mempersiapkan anggaran dasar.
c. Merencanakan tanggal dan tempat serta undangan rapat untuk mendirikan koperasi sekoah
yang di undang yaitu perwakilan siswa,kepala sekolah,dan guru.
d. Menyiapkan format berita acara rapat,daftar hadir,dan susunan acara rapat mendirikan
koperasi sekolah.
2. Tahap Mendirikan
a. Pembukaan oleh kepala sekolah atau pemrakarsa.
b. Pendirian koperasi dipimpin oleh kepala sekolah.

Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi sekolah harus layak secara ekonomi. Layak
secara ekonomi diartikan bahwa, usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu
menghasilkan keuntungan usaha dengan memperhatikan factor-faktor modal dan teknologi.
Modal dalam perencanaan program koperasi sekolah harus tersedia untuk mendukung
kegiatan usaha yang akan dilaksanakan. Biasanya modal ini merupakan simpanan yang wajib
dikeluarkan oleh anggota koperasi sekolah. Dalam perencanaan ini struktur kepengurusan
haruslah dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh koperasi
sekolah.

D. Perencanaan Program Keamanan dan Perparkiran Sekolah (KPS)

Untuk merencanakan program keamanan dan perparkiran sekolah yang perlu dilakukan.
Sekolah harus membentuk komite yang terdiri dari berbagai stakeholders, yaitu masyarakat
sekitar sekolah, orang tua, guru, kepala sekolah, komite sekolah dan siswa. Dengan
melibatkan semua fihak diharapkan komite dapat memperjatam pemahaman dan kesepakatan
tentang apa yang perlu dilakukan. Melibatkan keahlian yang terdapat di masyarakat, seperti
anggota kepolisian atau ABRI sangatlah penting. Keterlibatan orang tua juga sangat penting
agar hal-hal yang menjadi keprihatinan siswa dapat didengar dan diselesaikan. Selain itu
stakeholders yang lain perlu dilibatkan agar dapat didengar bagaimana pengalaman mereka
sehubungan dengan mewujudkan sekolah yang aman.

Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan
sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat
memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal keamanan.
Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman. Untuk meningkatkan
keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik sekolah, tata letak dan
kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul.

Sekolah membuat atau mengadakan ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yang
merupakan wadah untuk belajar para peserta didik dalam mencari akar masalah keselamatan
dan keamanan maupun solusinya (pemecahan) di lingkungan sekolah dalam rangka
mendukung Proses Belajar Mengajar (PBM) unuk membangun jiwa solidaritas maupun
kepekaan sosial guna mewujudkan rasa aman dan nyaman pada kegiatan belajar mengajar.
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) tugasnya sebagai pengawas atau pemantau tindakan-
tindakan negatif para siswa, bila sudah keterlaluan dilaporkan kepada pihak guru. Tetapi PKS
sekarang juga ditugaskan sebagai pengatur lalu lintas, tetapi hanya di tempat-tempat dan jam-
jam tertentu. Jadi anggota PKS harus mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas.

Pihak sekolah juga dapat menyelenggarakan seminar tentang pentingnya keamanan sekolah.
Seminar tersebut biasanya bisa dilakukan jika ada usulan dari pengurus OSIS kepada pihak
sekolah untuk menekankan betapa pentingnya keamanan sekolah dijaga oleh seluruh lapisan
warga sekolah.

D. Perencanaan Program Perpustakaan di SMKN 1 Probolinggo


Diadakannya perpustakaan sekolah dalam rangka turut mendukung terciptanya perpustakaan
yang baik. Dalam mempersiapkan perpustakan, dilakukan perencanaan terlebih dahulu,
antara lain:
1. Penyediaan infrastruktur
a. Lokasi dan Ruang
Perpustakaan adalah sebuah pusat kegiatan dan pusat belajar, oleh karena itu harus
memungkinkan untuk dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas intruksional pada
waktu yang bersamaan.
Selain ruang baca utama, tempat-tempat khusus yang mesti ada di perpustakaan adalah
sebagai berikut:
1. Ruang referensi (reference area)
2. Ruang bercerita (booktalking/storytelling area)
3. Ruang komputer (computer/technology area)
4. Ruang kelas (instructional/classroom area)
5. Ruang santai (quiet study/recreational reading area)
6. Ruang produksi ( multimedia production area)
7. Ruang pengolahan bahan pustaka (storage/processing workroom).

Akan lebih baik apabila perpustakaan memiliki ruang seminar atau konferensi serta ruang
kepanitiaan yang bisa menjamin privasi. Papan pengumuman/informasi serta ruang pamer
(display) sangat penting sebagai media informasi untuk menampilkan program-program
perpustakaan. Beberapa pertimbangan (standar) yang harus dipenuhi dalam membangun
infrastruktur perpustakaan sekolah:
1. Lokasi terpusat atau sentral, usahakan berada di lantai dasar
2. Akses dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran
3. Pengawasan dan keamanan yang baik
4. Faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang bebas dari
kebisingan dari luar
5. Pencahayaan yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan. Dengan
catatan cahaya tidak membuat silau dan sinar matahari tidak langsung
6. dekorasi cat yang menyejukan dan tidak membuat silau
7. Sirkulasi udara yang baik
8. Suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun ventilasi yang
mencukupi, dianjurkan suhu ruangan sekitar 22 drajat Celcius dan kelembapan 45-50%)
untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun di samping preservasi koleksi
disain yang sesuai guna memenuhi kebutuhan penderita cacad fisik
9. Ukuran ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi dan non-fiksi, buku
sampul tebal maupun tipis, suratkabar dan majalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya,
ruang belajar, ruang baca, ruang komputer, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan meja
perpustakaan
10. fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum
dan teknologi pada masa mendatang
11. ruang baca mampu menampung 10 persen dari jumlah siswa
12. luas ruang diskusi: 2/3 x 10 persen x jumlah siswa x 1,5 meter persegi
13. ruang belajar: 2/9 x 10% x jumlah siswa x 2 meter persegi
14. ruang membaca santai: 1/9 x 10% x jumlah siswa x 1 meter persegi
15. ruang koleksi buku.Luas ruangan: jumlah eksemplar buku/400 x 1 meter (Sudah termasuk
jarak antar-rak)
16. ruang Penerbitan Berkala. Luas ruangan: jumlah eksemplar/76 x 1 meter persegi
b. Perabot dan Peralatan
Disain perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkut bagaimana perpustakaan
melayani sekolah. Penampilan estetis perpustakaan sekolah memberikan rasa nyaman dan
merangsang komunitas sekolah untuk memanfaatkan waktunya di perpustakaan.

Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara tepat hendaknya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Rasa aman
2. Pencahayaan yang baik
3. Didisain untuk mengakomodasi perabotan yang kokoh, tahan lama dan fungsional, serta
memenuhi peryaratan ruang, aktivitas dan pengguna perpustakaan
4. Didisain untuk menampung persyaratan khusus populasi sekolah dalam arti cara paling
restriktif.
5. Didisain untuk mengakomodasi perubahan pada program sekolah, program pengajaran,
serta perkembangan teknologi audio, video dan data yang muncul.
6. Didisain untuk memungkinkan penggunaan, pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkut perabotan, peralatan, alat tulis kantor dan materi.
7. Dirancang dan dikelola untuk menyediakan akses yang cepat dan tepat waktu ke aneka
ragam koleksi sumber daya yang terorganisasi.
8. Dirancang dan dikelola sehingga secara estetis pengguna tertarik dan kondusif dalam
hiburan serta pembelajaran, dengan panduan dan tanda-tanda yang jelas dan menarik

D. Perencanaan Program Transportasi Sekolah

Perencanaan program layanan tranportasi oleh sekolah dilakukan dengan mengadakan sarana
transportasi sekolah (bus sekolah). Secara teknis pengadaan sarana tersebut berhubungan
dengan jalur akses dari bus sekolah itu sendiri, sehingga dalam hal ini pihak sekolah
memerlukan bantuan dari Dinas Perhubungan untuk mengatur jalur akses dari bus sekolah.
Setelah penentuan jalur akses telah ditentukan, pihak sekolah dengan bantuan Dinas
Perhubungan melakukan sosialisasi bahwa bus sekolah siap beroperasi dengan jalur yang
telah ditentukan. Jika terlihat banyak siswa-siswi atau guru yang banyak merespon dengan
baik, maka dapat dilakukan penambahan armada bus sekolah.

Penambahan armada bus sekolah untuk lebih meningkatkan kelancaran dalam pelaksanaan
kegiatan transportasi siswa. Subsidi anggaran operasional juga diperlukan dalam proses
perencanaan layanan bus sekolah, karena apabila telah tersedia dana yang cukup maka suatu
sekolah akan bisa melaksanakan program layanan bus sekolah.

E. Perencanaan Program Laboratorium Sekolah

Untuk perencanaan program laboratorium perlu dilakukan pengadaan gedung dan juga
pengadaan alat dan bahan. Pengadaan gedung harus memperhatikan tata letak laboratorium
diantaranya:
1. Lokasi dan ukuran.
Syarat umum lokasi :
a. Tidak terletak di arah angin,yaitu untuk menghindari polusi terhadap kamar lain
b. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap sumber air, untuk menghidari pencemaran air.
c. Mempunyai saluran pembuangan tersendiri untuk menghindari pencemaran penduduk.
d. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk memberikan ventilasi yang
cukup dan penerangan alami yang optimum.
e. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol

2. Luas Ukuran Laboratorium


Untuk 40 orang siswa ukuran laboratorium yang baik : lebar 8-9 meter dan panjang 11-12
meter atau untuk setiap siswa digunakan lebih kurang 2,5 m2.
Selain itu dalam perencanaan program laboratorium yang harus dilakukan adalah pengadaan
alat dan bahan untuk pengadaan alat-alat laboratorium diperoleh dari:
a. Proyek penyediaan fasilitas laboratorium sekolah Diknas.
b. Dari pembelian sekolah.

Sebelum pembelian alat dan bahan laboratorium perlu dipikirkan hal-hal yang berikut :
a. Percobaan apa yang akan dilakukan
b. Alat/bahan apa yang akan dibeli
c. Pengetahuan tentang penggunaan alat yang dibeli
d. Adanya dana
e. Jenis ukuran alat/bahan yang akan dibeli
f. Prosedur pembelian
g. Pelaksanaan pembelian

Adapun fasilitas laboratorium terdiri dari sebagai berikut:


a. Perabot, yang terdiri dari meja, kursi, bangku, rak, alat, dan bahan
b. Perkakas yang terdiri dari pisau, sabit, bendo, berang, gunting, palu, obeng, pelubang,
gergaji, gabung, kikir, pengungkit, pemotong, pengepres, dan sebagainya.
c. Alat peraga yang terdiri dari model, bagan, gelas, buku, peta, gambar, instrumen, skenario,
film, foto, dan sebagainya.
d. Kotak obat, lengkap dengan obat-obatan yang lazim dibutuhkan bila misalnya saja, ada di
antara peserta didik yang mengalami kecelakaan ketika bekerja di laboratorium
e. Alat pemadam kebakaran, yang dipergunakan sewaktu-waktu bila terjadi kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai