Anda di halaman 1dari 20

Kelompok kopedi

Nama
1
2
3
4
5
6
Indonesia adalah negara terbesar ke-empat dalam hal
penyelenggaraan pendidikan, namun saat dirangking dari 65 negara
Indonesia berada di urutan 2 terakhir. Sebagai negara dengan
pertumbuhan ekonomi yang stabil antara 5-6% per tahunnya dan
diklasifikasikan sebagai negara kelas menengah oleh Bank Dunia,
sangat disayangkan sistem pendidikannya masih kurang baik.
Fakta tentang pendidikan Indonesia
Hanya sepertiga, dari 57 juta rakyat Indonesia yang bersekolah, dapat
menyelesaikan pendidikan sampai bangku sma.
Education experts say less than half of the countrys teachers
possess even the minimum qualifications to teach properly and
teacher absenteeism hovers at around 20 percent.
Banyak guru yang harus bekerja di luar sekolah untuk menambah
penghasilan karena gaji yang masih minim, terutama guru honorer.
Indonesia Corruption Watch memaparkan bahwa hanya sedikit dari
sekolah di Indonesia yang bersih dari korupsi, dimana sekitar 40%
budget pendidikan dikorupsi sebelum sampai di kelas.
Korupsi
Di Indonesia sendiri pendidikan sudah mendapat pembiayaan 20%
dari APBD, namun belum difokuskan untuk apa saja. Selain itu
maraknya kasus korupsi membuat korupsi dana pendidikan tidak
dapat dihidari. Sekitar hampir 40% dana pendidikan dikorupsi
sebelum dana tersebut diterima oleh sekolah.
Konflik antara masyarakat dan sekolah

Di beberapa daerah di Indonesia konflik anatara masyarakat sekitar dengan sekolah


sering terjadi. Sebuah penelitian yang dilakukan Bulukumba, Sulawesi Selatan, serta
Bengkayang dan Sekadau, Kalimantan Barat, ditemukan bahwa 1 dari 3 sekolah
mengalami konflik dengan warga karena beberapa alasan.
Pertama, pihak sekolah tidak memiliki perizinan lahan yang baik, banyak sekolah yang
membeli lahan masyarakat namun tidak segera mengurus setifikatnya sehingga saat satu
hari ada pihak yang mempermasalahkan perihal kepemilikan lahan atau mengklaim lahan
tersebut pihak sekolah tidak memiliki bukti yang cukup kuat.
Kedua, warga yang sering memakai properti milik sekolah seenaknya tanpa dirawat.
Terkadang warga memakai halaman sekolah usai jam belajar untuk kegiatan, namun
tidak membersikan kembali tempat tersebut sebelum ditinggal, atau saat memakai lahan
tersebut warga tidak sengaja merusak barang namun tidak bertanggungjawab untuk
memperbaiki atau menggantinya.
Dan ketiga, sekolah harus menghadapi vandalisme dan pencurian. Kenakalan remaja
yang sering terjadi salah satunya yaitu melakukan vandalisme, bahkan melakukan vandal
di didinding sekolah.
Kurang berkembangnya kreativitas siswa.
Sistem pendidikan di Indonesia cenderung fokus pada menghafalkan
materi pelajaran, tidak membiarkan pendapat atau ide siswa untuk
berkembang. Masih banyak guru yang memakai sistem pengajaran
satu arah, dimana hanya guru yang berbicara di kelas tanpa memberi
kesempatan siswa untuk turut andil berpendapat. Padahal Indonesia
memiliki potensi sumber daya manusia yang besar.
Masih terfokusnya pendidikan pada nilai yang
didapat oleh siswa.
Penilaian yang dikakukan masih banyak yang hanay terfokus pada
hasil akhir yang diraih siswa tidak memperhatikan bagaimana proses
yang dijalani. Hal ini menyebabkan banyak siswa memakai cara curang
agar mendapat hasil yang baik, dan menjadikan siswa yang jujur
malah terkesan bodoh. Selain itu sistem ranking
Kualitas pengajar yang masih rendah dan
belum meratanya jumlah pengajar
. Masih banyak guru di sekolah sekolah yang memiliki kualitas
mengajar yang rendah. Peruguran tinggi dimana guru itu berasal
masih banyak yang kurang berkualitas, sehingga menghasilkan guru
guru yang kurang berkualitas pula, karena kebutuhna akan guru yang
besar. Selain itu guru guru juga akan memilih untuk mengajar di
kota kota terutama di Jawa, sehingga di daerah luar Jawa dan
pedesaan masih kekurangan pengajar
Kurikulum yang masih dinilai belum pas bagi
Indonesia.
Kurikulum Indonesia yang mengadaptasi sistem pembelajaran negara
negara maju memang cukup baik, namun kulaitas pengajar dan
ketersediaan sarana prasarana yang masih kurang membuat hal
tersebut sia sia.
Masih maraknya plagiarisme
. Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sekolah siswa masih
banyak yang hanay mengcopy-paste jawaban, tanpa tahu apa isi dari
jawaban tersebut, bagaimana prosesnya, dan apa contohnya. Siswa
masih fokus pada menyelesaikan tugas saja, tanpa mengerti apa tugas
tersebut.
faktor
penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia
Pembelajaran kurang efektif
Kurang efisien
Standarisasi mutu pendidikan kurang jelas
Sarana dan prasarana kurang mewadahi
Kualitas guru rendah
Kesejahteraan guru rendah
Rendahnya prestasi siswa
Kurangnya pemerataan kesempatan belajar
Relevansi dengan kebutuhan rendah
Biaya pendidikan mahal

Sumber: http://blog.umy.ac.id/anadwiwahyuni/pendidikan/penyebab-
rendahnya-kualitas-pendidikan-di-indonesia/
Faktor penyebab
Pemerintah kurang peduli kepada output yang dihasilkan
Biaya untuk pendidikan rendah karena korupsi
seringnya pergantian dan uji coba kurikulum baru
Pengambilan keputusan yang terlalu terburu-buru dalam implementasi
kurikulum baru tanpa adanya pengkajian dan pengevaluasian terlebih dahulu
Terlalu banyak tuntutan, sehingga siswa tidak berkembang secara maksimal
Budaya membaca rendah
Kurangnya pemahaman akan esensi dari pendidikan dan tujuan awalnya
Kurangnya figur yang baik secara konkret untuk pertumbuhan moral dan
karakter siswa
Pembelajaran terlalu teoritis, kurangnya implementasi dan praktek secara
langsung
Kurang memadahinya sarana dan prasarana sehingga menghambat
perkembangan pengetahuan
Kejujuran dan kemandirian masih rendah di kalangan pendidik dan tenaga
kependidikan
Korupsi.
Konflik antara masyarakat dan sekolah
Kurang berkembangnya kreativitas siswa.
Masih terfokusnya pendidikan pada nilai yang didapat oleh siswa
Kualitas pengajar yang masih rendah dan belum meratanya jumlah
pengajar.
Kurikulum yang masih dinilai belum pas bagi Indonesia.
Masih maraknya plagiarisme.
tokoh
Butet Manurung memang seorang pendidik luar biasa
yang menghabiskan tahun-tahun dalam hidupnya
untuk mengajar suku terpencil, yaitu Suku Anak Dalam
Saur Marlina
di hulu Sungai Makekal, Hutan Bukit Duabelas. Butet
menerapkan pendidikan secara antropologis yang
membuatnya harus tinggal bersama anak-anak
Manurung
muridnya di dalam lingkup adat yang justru masih
menganggap pendidikan itu tidak penting atau tabu.
Sistem pendidikannya ini akhirnya disebut Sokola
Rimba yang akhirnya diterapkan juga di daerah Flores
dan Halmahera.
Pertemuan Butet dengan seorang anak yang diam-
diam menggilai cara ia mengajar membuatnya
memperluas ekspansi pengajaran ke desa-desa
terpencil lain. Tentu saja hal ini diwarnai pertentangan
dari adat setempat dan teman-teman seperjuangan
Butet. Namun, Butet tidak pernah patah arang dan
terus menciptakan perubahan bagi sekitarnya.
Perjuangan Butet berimbas penghargaan Magsaysay
dan penghargaan Man and Biospher dari UNESCO dan
LIPI, bahkan ia pernah menjadi salah satu pahlawan
versi majalah Time dengan gelar Women of Letters
pada tahun 2004.
Yohanes Surya menciptakan beberapa sistem
belajar bernama GASING (gampang, asyik,
dan menyenangkan) lewat wadah Surya
Institute. Metode ini diciptakan agar anak-
anak tidak menganggap matematika itu
Yohanes Surya
menyeramkan, tetapi sebaliknya,
mempraktikkan matematika itu mudah dan
menyenangkan.
Ia juga mencetuskan konsep Mestakung
(Semesta Mendukung), yaitu suatu hukum
alam di mana ketika suatu individu. Yohanes
Surya juga menjadi pelopor Tim Olimpiade
Fisika Indonesia (TOFI) atas pengalamannya
saat menjadi kandidat doktor Fisika di College
od William and Mary. Sejak tahun 2000-an, ia
tertarik melakukan pelatihan untuk guru-guru
sains di Indonesia hingga ke pelosok desa. Ia
juga seorang penulis berbagai buku dan
artikel hingga skala internasional. Kariernya
yang lain di dunia pendidikan adalah sebagai
Dekan Fakultas Sains dan Matematika di
Universitas Pelita Harapan, Rektor Universitas
Multimedia Nusantara, dan hingga akhir
tahun 2010 aktif mengampanyekan program
Cinta Fisika di seluruh Indonesia. Pada tahun
2009, Yohanes Surya akhirnya mendirikan
Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan
Surya di Tangerang.
Kiprah Rizki diawali atas keprihatinannya
terhadap sistem Ujian Nasional (UN) yang
membuat terbentuknya sistem sontekan dari
guru kepada siswa hanya agar para siswa
tersebut lulus. Saat masih duduk di SMP, Rizki
sempat memprotes gurunya setelah UN
berlangsung karena ketidakjujuran yang
diutamakan, namun sang guru justru menawari
Andri Rizki Putra
sontekan tersebut. Padahal, tanpa diberi bocoran
pun Rizki tergolong anak berpretasi. Kritik yang
dilontarkan Rizki membuatnya dikucilkan
lingkungan sekolah.
Ketika memasuki SMA, Rizki merasa depresi dan
akhirnya memutuskan berhenti sekolah.
Kemudian, Rizki menciptakan pola belajar sendiri
yang ia namai unschooling. Unschooling adalah
jalur pendidikan tanpa lembaga, sedangkan
sumber belajar ia cari sendiri dari berbagai
sumber, seperti buku dan internet. Sistem ini
menggunakan ujian sistem paket. Sayangnya,
karena ijazah paket, Rizki harus masuk ke
perguruan tinggi dengan berbagai syarat. Salah
satunya mengikuti ujian penempatan yang
berupa ujian akademik dan tes IQ. Ternyata, Rizki
berhasil dan pada tahun 2007 diterima sebagai
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
dan menjadi lulusan terbaik pada usia 20 tahun
di tahun 2011. Pengalamannya dalam bersekolah
membuat Rizki menginisasi skeolah gratis bagi
anak-anak kurang mampu.
solusi
Solusi

Meningkatkan budaya membaca dengan meningkatkan frekuensi


diskusi
Pajak untuk biaya pendidikan dipisahkan dengan pajak lainnya
Mengevaluasi kurikulum yang diterapkan secara kontinu dan
tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan mengubah
kurikulum sebelum dikaji berkali-kali dan membuat kurikulum
yang relevan dengan kondisi yang ada
Mengarahkan, memotivasi, dan memberikan gambaran
bagaimana penerapan dan penggunaan ilmu yang telah
dipelajari serta mampu membuat siswa berimajinasi out of the
box
Membeberkan tujuan pembelajaran dan hubungannya dengan
kehidupan di awal waktu belajar sehingga siswa mampu
memahami esensi ia mempelajari itu
Pemerataan pendidikan melalui pemerataan infrastruktur untuk
akses transportasi yang lebih mudah

Anda mungkin juga menyukai