Anda di halaman 1dari 6

Nama : Devhita Hemadwi Cahya

Kelas : 2 C Pendidikan Matematika


NIM : 12010524351
Mata Kuliah : Kapita Selekta Pendidikan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGI RENDAHNYA


PENDIDIKAN DI INDONESIA
A. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan Di Negara
1. Rendah Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang
tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium
dan sebagainya.

2. Rendahnya Kualitas Guru


Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Kelayakan
mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.

3. Kurang Relevannya Kurikulum Yang Dibuat Pemeritah


Kurangnya relevan nya kurikulum yang dibuat pemerintah khususnya untuk daerah
terpencil atau daerah pedesaan disebabkan karena biasanya sebelum kurikulum itu
diberlakukan diuji cobanya selalu di daerah perkotaan saja, tidak pernah di uji coba di
daerah terpencil atau di pedesaan. Seharusnya kurikulum itu diuji coba juga di pedesaan
terpencil selain di perkotaan sebagai pembanding. Baru dianalisis kelebihan dan
kekurangannya.

4. Kurang Pedulinya Orang Tua Siswa Terhadap Pendidikan Anaknya


Orang tua siswa harus memperhatikan anaknya di rumah,  tanyakan apakah ada PR
tidak ? Kalau ada PR suruh dikerjakan bila perlu dan bisa alangkah  baiknya bila orang
tua membimbing anaknya dalam membuat PR. Bila tidak ada PR tetap anak  disuruh
belajar walau besoknya tidak ada ulangan atau tes formatip maupun sumatif.
5. Siswa Kurang Motivasi Dalam Belajar
Tugas bersama bagi guru dan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi siswa dalam belajaran. Beri pengertian dengan bahasa sederhana dan
komunikatif pentingnya belajar untuk bekal hidup dan masa depan sebagai jembatan
untuk menuju cita-cita.

6. Dampak Buruk Dari Alat Elektronik Seperti Televise Dan Playstation


Seharusnya televisi mempunyai dampak positip terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi
kebanyakan anak bahkan orang tua kurang senang menonton berita, mereka lebih
senang  menonton sinetron atau acara gosip. Seharusnya anak dibimbing dan dibatasi
waktunya  menonton televisi. Anak juga jangan sampai kecanduan bermain game hingga
lupa pada tugasnya untuk belajar, main game juga perlu dibatasi waktunya misalnya
hanya pada hari libur  saja dengan durasi waktu maksimal 2 jam.

7. Penggunaan Buku Paket Sebagai Acuan


Meskipun kurikulum diubah, tetapi sistem pengunaan buku acuan atau buku paket
tetap saja digunakan dalam proses pembelajaran, guru-guru pun mengunakan buku
tersebut menjadi acuan utama  untuk mengajar tanpa ada referensi dari buku yang
lainnya.

8. Sistem Pengajaran Yang Monoton


Sistem pembelajaran yang sama selalu di terapkan para guru untuk muridnya, dengan
memberi peraturan bahwa selama guru menyampaikan materi, murid tidak di
perbolehkan bertanya. Hal tersebut malah menjadikan anak murid malas bertanya dan
justru tidak memperhatikan materi yang di sampaikan, tidak ada komunikasi yang aktif
antara anak murid dengan guru.

9. Budaya Mencontek Yang Semakin Menjadi


Dalam hal ini indonesia harus mengubah pandangan terhadap pendidikan di indonesia, 
karena dengan pendidikan,indonesia akan lebih bisa bersaing di dunia global pada saat
ini.  Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang
terlahir akan  semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing
secara sehat dalam segala  bidang di dunia internasional.

10. Rendahnya Kesejahteraan Guru


Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia)
pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar
Rp 3 juta rupiah.  Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5
juta. guru bantu Rp, 460 ribu,  dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu
per jam. Dengan pendapatan seperti itu, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan
sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi
tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang  buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan
sebagainya.

11. Rendahnya Prestasi Siswa


Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Anak-
anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata
mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran.

12. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan


Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan
pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber
daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi
pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

13. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan


Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini
disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang
dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

14. Mahalnya Biaya Pendidikan


Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus
murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?
Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas.

B. Dampak Rendahnya Tingkat Pendidikan di Indonesia


1) Banyaknya Pengangguran
Penduduk yang berpendidikan rendah akan kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan, karena tidak memiliki keterampilan ataupun pendidikan yang cukup.
2) Pendapatan Pekerja yang Rendah
Akibat pendidikan yang rendah, pekerjaan yang didapatkan penduduk biasanya adalah 
pekerjaan yang kasar, namun pendapatan yang dihasilkan pun juga rendah.

3) Mudahnya Dipengaruhi Oleh Isu dan Berita Bohong (hoax)


Penduduk dengan pendidikan rendah biasanya tidak memiliki pengetahuan yang luas
atau kemampuan berpikir kritis, akibatnya penduduk kesulitan memilah mana berita
yang  benar dan mana berita yang bohong.

4) Sumber Daya Manusia yang Kurang Memadai

C. Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia


1 Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi sebagai motivasi kepada anak agar  tidak
putus asa dan terus semangat belajar walaupun kekurangan biaya dan memberikan  wawasan
yang luas kepada orang-orang yang tidak mampu bahwa pendidikan itu adalah  hal yang sangat
penting.
2 Pemerintah turut bergerak dengan cepat dan sigap untuk mengganti fasilitas yang sudah tidak
layak di pakai (rusak) dan menambahi fasilitas yang kurang pada pendidikan sekolah agar
pendidikan anak terus berjalan dengan lancar tanpa hambatan ataupun  kekurangan.
3. Menerapkan sistem pemerataan guru berprestasi dan profesional di desa maupun di kota.
4. Mengusahakan agar anak anak di seluruh Indonesia bersekolah dengan membangun sekolah di
pelosok-pelosok negeri.
5. Membuka jalur pendidikan alternatif atau nonformal (seperti kursus-kursus
keterampilan) sehingga anak daapat menambah dan memperkaya ilmu, kemampuan, dan
kualitas anak.

SOAL-SOAL

1. Bagaimana dengan kualitas pendidikan di Indonesia sekarang?


Tingkat pendidikan di Indonesia masih terancam. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah.
a. Kualitas pengajar yang masih kurang. Pengajar di Indonesia masih kurang karena
lemahnya para pendidik dalam menggali potensi murid. Para pendidik masih
memaksakan kehendak murid untuk mempelajari semua hal tanpa memperhatikan
kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswanya. Pengajar
seharusnya tidak berorientasi kepada nilai. Seharusnya lebih menghargai kepada
kedisiplinan, usaha, dan kejujuran seorang siswa dalam menjalankan masa
pendidikannya. Masih banyak siswa di Indonesia yang melakukan kecurangan saat
mengerjakan ujian. Hal itu disebabkan karena guru lebih memprioritaskan nilai
dibandingkan dengan kejujuran. Kemudian, gaji guru di Indonesia tergolong rendah
sehingga banyak orang yang tidak memiliki cita-cita menjadi guru. Padahal profesi
guru sangat diperlukan untuk semua negara agar dapat mendidik siswa dan siswi
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang besar dan baik.
b. Sistem pendidikan yang kurang baik dalam waktu pembelajaran. Jam belajar di
sekolah Indonesia kelamaan, sehingga siswa sulit mengembangkan minat dan bakat
yang mereka miliki melalui kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi.
c. Biaya pendidikan yang mahal. Dengan pendidikan yang mahal, maka banyak
penduduk miskin yang tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena
itu, banyak anak-anak miskin dipekerjakan oleh orangtuanya seperti mengemis dan
lainnya

2. Apa solusi dari kualitas pendidikan Indonesia yang sekarang?


a. Meningkatkan kualitas guru di Indonesia dengan melakukan ujian dan melihat prestasi
untuk setiap guru dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, agar pengajar yang didapatkan
benar-benar berkompeten.
b. Adanya kebijakan dari negara mengenai biaya pendidikan di Indonesia. Dengan adanya
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, maka dapat mengurangi jumlah penduduk yang
tidak mampu mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan sumber daya
manusia di Indonesia.
c. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia yang ada di tiap
sekolah ataupun universitas. Tidak hanya di kota, bahkan desa atau pedalaman pun yang
jaraknya jauh dari pusat pemerintahan membutuhkan pendidikan yang memadai.
d. Menerapkan sistem pemerataan guru berprestasi dan profesional di desa maupun di kota.
e. Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi sebagai motivasi kepada anak agar  tidak
putus asa dan terus semangat belajar walaupun kekurangan biaya dan memberikan 
wawasan yang luas kepada orang-orang yang tidak mampu bahwa pendidikan itu adalah   hal
yang sangat penting.

3. Siapa yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di Indonesia?


Orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah. Serta seluruh sumber daya manusia yang ikut
berpartisipasi.

4. Apakah terjadi diskriminasi gaji guru dan apakah ada pengaruhnya dengan kualitas
pendidikan?
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia. Idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta
rupiah.  Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru
bantu Rp, 460 ribu,  dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam.
Dengan pendapatan seperti itu, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan.
Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,
pedagang mie rebus, pedagang  buku atau LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Sehingga banyak orang yang tidak memiliki cita-cita menjadi guru. Padahal profesi guru
sangat diperlukan untuk semua negara agar dapat mendidik siswa dan siswi untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang besar dan baik.

5. Dimana peranan guru untuk menjaga kualitas pendidikan?


Peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, yaitu memotivasi peserta didik agar
mau belajar dengan baik dan mendisiplinkan peserta didik pada peraturan-peraturan di
sekolah maupun diluar sekolah, juga mengajarkan pada peserta didik agar patuh dan
hormat terhadap orang tuanya, saudara, atau terhadap orang yang lebih tua darinya
dan dapat bersifat religius. Selain itu, peran guru di sekolah adalah sebagai orang tua ke
dua bagi peserta didik. Oleh karenanya diharapkan sifat dan sikap guru harus cerdas,
baik, bijak, sopan dan santun, karena pada dasarnya guru dijadikan sebagai contoh bagi
peserta didiknya dan sebagai pentransfer ilmu dan keterampilan-keterampilan lainnya.
Guru yang profesional, dapat mengatur kegiatan belajar secara efektif dan efisien
sehingga menghasilkan peserta didik yang cerdas, pintar, berwawasan, dan religius.

Anda mungkin juga menyukai