Anda di halaman 1dari 3

TOPIK 1 (01.01.

2-T1-3)

ARGUMENTASI TENTANG GERAKAN TRANSFORMASI KI HAJAR DEWANTARA


DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEBELUM DAN SESUDAH
KEMERDEKAAN

Nama : Retno Yunita Susanti

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

LPTK : Universitas PGRI Palembang

Perjalanan yang Panjang terjadinya pendidikan Indonesia, di awali pada tahun 1854.
Pendirian sekolah tersebut dicetuskan oleh beberapa Bupati yang berinisiasi untuk mendirikan
sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai. Pada tahun yang sama, berdiri pula
Sekolah Bumiputera yang terdiri dari 3 kelas. Namun, pada sekolah tersebut rakyat hanya
mendapatkan pembelajaran membaca, menulis, dan menghitunh seperlunya dalam membantu
usaha dagang Masyarakat. Pemerintah Hindia-Belanda memberikan kelonggaran kepada calon
doketr jawa untuk mendapatkan Pendidikan dan pengajaran.Pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru
yang memimpikan perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Dan pada tahun 1922,
lahirlah Taman Siswa di Yogyakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan
kebudayaan bangsa. Ki Hadjar Dewantara, merupakan pelopor Pendidikan di Indonesia. Beliau
dalam menyatakan bahwa menginginkan Pendidikan yang Merdeka untuk selruuh Masyarakat
Indonesia, ia menyadari bahwa bangsa Belanda di Indoensia sebenarnya sama sekali tidak
memperhatikan soal Pendidikan kebudayaan, bangsa Belanda hanya mementingkan Pendidikan
intelek.

Setelah itu Dari hasil pidato Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewanatara, beliau
mengemukakan buah pikirnya dalam bentuk filosofi pendidikan. Salah satu poinnya yaitu bahwa
pendidikan sebaiknya dijalankan tanpa adanya paksaan dan sesuai dengan kodrat keadaan siswa.
Pendidikan seharusnya tidak memaksa peserta didik untuk menjadi seperti apa yang diinginkan
oleh pendidiknya, selain itu pendidikan mesti mempertimbangkan keadaan dimana dan pada
zaman apa sang peserta didik itu hidup yang disebut dengan kodrat keadaan.

Setelah masa penjajahan dan Indonesia merdeka, Masyarakat sudah mulai sadar akan
pentingnya Pendidikan. Namun pendidikan amatlah sulit untuk didapat, tidak adanya contoh,
maupun dorongan motivasi dalam belajar dan mencari pengetahuan menjadikan masyarakat
Indonesia kekurangan Pendidikan di sekolah. Kemudian terdapat intruksi untuk mengajarkan
kepada rakyat untuk belajar membaca, menulis dan berhitung seperlunya saja guna membantu
jalannya perusahaan. Pemberian pengajaran bebas hanya bisa untuk bangsa Eropa. Di saat
bersaman didirikan juga “sekolah-sekolah kabupaten” yang hanya untuk mendidik calon
pegawai.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha untuk


menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia yang
utuh baik jiwa dan rohaninya. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Suparlan, 2015) anak didik
tidak semata-mata hanya belajar di sekolah tetapi juga dalam keluarga dan Masyarakat, orang tua
dapat menanmkan benih kebatinan ke dalam jiwa anaknya sehingga orangtua menjadi peran
sebagai guru (pemimpin laku adab).

Dengan belajar menjadi seorang pendidik kita dapat memberikan ruang belajar yang
memadai dan nyaman bagi peserta didik. Di era modern saat ini, setiap manusia berhak untuk terus
belajar dan didik untuk memerdekakan dirinya. Menurut Sugiarti, dkk (2019). Seorang pendidik
yaitu seseorang yang diharapkan dapat dan mampu mendidik peserta didik dengan memegang
semboyan dari Ki Hajar Dewanatara yaitu, “Ing Ngarso Sung Tuladha (dimuka memberi contoh),
Ing Madya Mangun Karsa (di Tengah membangun cita), Tut Wuri Handayani (mengikuti dan
memberikan dukungannya).”

Daftar Pustaka

Sugiarta, d. (2019). FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA (TOKOH TIMUR). Jurnal Filsafat
Indonesia, 2, 3.
Suparlan, H. (2015). FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN SUMBANGANNYA BAGI
PENDIDIKAN INDONESIA. media neliti.com, 63.

Anda mungkin juga menyukai