Anda di halaman 1dari 42

MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran


Manajemen Perkantoran

Dosen Pengampu:

Adman, S.Pd., M.Pd


Yosep Hermawan, S.T., M.M., IPM

Disusun Oleh:

Jihan Butsainah (2008546)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
MODEL PEMBELAJARAN..................................................................................................2
A. Model Assure......................................................................................................................2
B. Model ADDIE.....................................................................................................................7
C. Model Kemp.....................................................................................................................13
D. Model Banathy..................................................................................................................15
E. Model Dick & Carrey.......................................................................................................18
F. Model PPSI.......................................................................................................................26
G. Model Gerlach & Ely........................................................................................................28
H. Model UbD.......................................................................................................................32
I. Model Kurikulum 13 (K13)..............................................................................................33
J. Model Merdeka.................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................40

1
MODEL PEMBELAJARAN

A. Model Assure
1. Pengertian Model Assure
Model ASSURE dikembangkan oleh Sharon Smaldino, Robert Henich, James
Russell dan Michael Molenda (2005) dalam buku “Instructional Technology and
Media for Learning”. Model desain pembelajaran ini merupakan singkatan dari
komponen atau langkah penting yang terdapat didalamnya yaitu: menganalisis
karakteristik siswa (analyze learner characteristics); menetapkan tujuan
pembelajaran (state performance objectives); memilih metode, media dan bahan
pelajaran (select methods, media and materials, utilize materials); mengaktifkan
keterlibatan siswa (requires learner participation); evaluasi dan revisi
(evaluation and revision).
Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan
peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara
sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran
menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.
2. Proses Model Assure, meliputi:
a) Analyze Learners (Analisis Pembelajar)
Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat menemui
kebutuhan belajar siswa yang urgent sehingga mereka mampu mendapatkan
tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis
pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi:
1) General Characteristic (Karakteristik Umum), menggambarkan tentang
kondisi peserta didik, gender, kesukuan sampai dengan sikap dan
ketertarikan yang selalu berubah ubah.
2) Specific Entry Competencies (Mendiagnosis Kemampuan awal
Pembelajar), kegiatan ini dilakukan oleh guru untuk menghindari asumsi
yang kerap dilakukan bahwa seluruh peserta didik yang telah memiliki
kemampuan awal yang diperlukan sebelum mengikuti program
pembelajaran.

2
3) Learning Style (Gaya Belajar), gaya belajar ini merupakan sebagai suatu
cara tentang bagaimana individu melakukan persepsi, berinteraksi dan
merespon secara emosional terhadap lingkungan belajar. Sebagai seorang
guru, tentunya akan menemukan perbedaan dalam cara-cara peserta didik
belajar atau memproses informasi.
b) State Objective (Menentukan Standar dan Tujuan)
Dalam merumuskan tujuan dan standar diharapkan peserta didik dapat
memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran.
Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan
dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat. Merumuskan
tujuan dan standar dalam pembelajaran sangatlah penting karena:
1) Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas keberhasilan proses pembelajaran.
2) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa.
3) Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem
pembelajaran
4) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Perumusan tujuan peserta didik atua kompetensi dapat dilakukan dengan
menggunakan rumusan ABCD yaitu:
1) Audience, peserta didik dengan segala karakteristiknya
2) Behavior, kata kerja yang menjabarkan kemampuan yang harus disukai
3) Conditiones, situasi kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat
belajar dengan baik
4) Degree, persyaratan khusus yang dirumuskan sebagai standar baku
pencapaian tujuan peserta didik.
c) Select Methods, Media, and Materials (Memilih Metode, Media dan Bahan
Ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah
mendukung pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam
sistematika pemilihan strategi, teknologi, media dan bahan ajar.
1) Memilih strategi pembelajaran

3
Pemilihan strategi terbagi menjadi dua jenis yaitu strategi yang berpusat
pada guru dan strategi yang berpusat pada peserta didik. Dlaam strategi
guru adalah kegiatan yang akan digunakan untuk mengajarkan mata
pelajaran, contohnya yaitu menyajikan sebuah konsep dengan
menampilkan video. Sedangkan strategi yang berpusar pada siswa
merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dalam belajar aktif, seperti
membahas kelebihan dan kekurangan sebuah topik, melaksanakan
pencarian di internet, dan membaca sebuah artikel.
Beberapa metode yang dilanjutkan untuk digunakan ialah:
(1) Belajar Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
(2) Belajar Proyek (Project-Based Learning)
(3) Belajar Kolaboratif
2) Memilih teknologi dan media yang sesuai dengan bahan ajar
Ketika guru sudah memilih strategi yang tepat, selanjutnya dapat
menggunakan teknologi dan media yang sesuai. Ada beberapa kriteria saat
memilih teknologi dan media yaitu selaras dengan standar, hasil dan
tujuan; informasi yang terbaru dan akurat; bahasa yang sesuai dengan
usia; tingkat ketertarikan dan keterlibatan; kualitas teknis; mudah
digunakan dan aman.
3) Memilih, mengubah dan merancang
(1) Memilih materi yang tersedia
(2) Mengubah materi yang ada
(3) Merancang materi yang baru
d) Utilize Technology, Media and Materials (Menggunakan Teknologi, Media
dan Bahan Ajar)
Setelah semua dirancang, siapkanlah teknologi yang digunakan, metode yang
diperlukan dan materi yang akan diajarkan.
1) Langkah-langkah sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada,
yaitu:
(1) Mengecek bahan (masih lauak pakai atau tidak)
(2) Mempersiapkan bahan
(3) Mempersiapkan lingkungan belajar
(4) Mempersiapkan pembelajar

4
(5) Menyediakan pengalaman belajar (berpusat pada pengajar atau
pembelajar)
2) Menurut Samlldino, dkk. langkah-langkah menggunakan teknologi,
media dan bahan ajar mengajukan rumus 5P yaitu:
(1) Preview the materials (kaji bahan ajar)
(2) Prepare the materials (siapkan bahan ajar)
(3) Prepare environment (siapkan lingkungan)
(4) Prepare the learners (siapkan peserta didik)
(5) Provide the learning experience (tentukan pengalaman belajar)
e) Require Learners Participation (Mengembangkan Partisipasi Peserta Didik)
Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap
materi dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi
sekarang dituntut untuk memiliki pengalaman dan praktik menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami
dan memberi informasi kepada siswa. Proses pembelajaran seharusnya
melibatkan para peserta didik agar aktif mental dalam pembelajaran. Peserta
didik yang terlibat aktif dalam kegiatan akan dengan mudah mempelajari
materi yang diajarkan. Pemberian umpan balik akan memotivasi peserta
didik untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tingggi. Salah satunya
dengan Latihan, baik itu diberi tugas maupun kuis.
f) Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Merevisi)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk
mengembangkan kualitas pembelajaran. Tahap evaluasi dan revisi ini
meliputi menilai prestasi belajar peserta didik dan mengevaluasi dan merevisi
strategi, teknologi dan media. Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan
untuk menilai efektivitas peserta didik dan juga hasil belajar peserta didik.
Proses evaluasi terhadap semua komponen peserta didik dilakukan agar dapat
memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program.
3. Manfaat Model ASSURE dalam Pembelajaran (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007)
yaitu:
1) Sederhana dan relative sehingga mudah untuk diterapkan
2) Karena sederhana, maka dalam model ini dapat dikembangkan sendiri
oleh para pengajar
3) Komponen kegiatan belajar mengajar sudah lengkap

5
4) Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk kegiatan belajar
mengajar.
4. Kelebihan model ASSURE
1) Memanfaatkan sumber eksternal dan teknologi
2) Memberikan kesempatan pada guru untuk kreatif dalam memilih dan
menggunakan media serta teknologi baru
3) Bermacam-macam aktivitas yang dapat direncakan
4) Kebutuhan siswa dan levelnya ikut dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran
5. Kelemahan Model ASSURE
1) Hanya terfokus pada satu topik
2) Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk mempersiapkan
3) Materi yang didapatkan online bisa saja merupakan bentuk iklan suatu
organisasi
4) Evaluasi dilakukan dilangkah terakhir, sedangkan evaluasi yang
dilakukan selama pembelajaran diabaikan.
6. Implementasi Model ASSURE
Contoh dari penerapan model ASSURE yaitu dalam penelitian Sri Griarti
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Assure Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Bengle Kecamatan
Wonosegoro – Boyolali”. Di SD Negei 2 Bengle, sebagian besar guru masih
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Maka dari itu diterapkanlah model pembelajaran ASSURE untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan pembelajaran model ASSURE pada siklus I dilakukan dalam
2 peretemuan. Pertemuan pertama para siswa mengerjakan LKS berkelompok
dan menuangkan hasilnya dalam bentuk presentasi menggunakan program
MS Power Point. Pada pertemuan kedua melanjutkan kegiatan pertemuan I
dan diakhiri dengan penilaian akhir. Penilaian yang diadakan pada pertemuan
kedua menghasilkan skor rata-rata kelas 60,42.
Pelaksanaan pembelajaran model ASSURE siklus II dilakukan dalam 2
pertemuan. Pertemuan pertama para siswa mencari dan mengembangkan
materi dari internet dan buku-buku. Hailnya dipresentasikan dalam bentuk
majalah dinding. Pertemuan ke 2 melanjutkan kegiatan pertemuan I dan

6
diakhii dengan tes. Hasil tes pada pertemuan 2 menunjukkan skor rata-rata
kelas 75,5. Dengan penerapan model pembelajaran ASSURE dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa

B. Model ADDIE
1. Pengertian Model Pembelajaran ADDIE

Model ADDIE sesuai namanya merupakan model yang melibatkan tahap-


tahap pengembangan model dengan lima langkah/fase yaitu Analysis, Design,
Development, Implementation dan Evaluation. Menurut Benny A. (2009: 128—
132), ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu
model ADDIE (AnalysisDesign-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul
pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu
fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
Model ADDIE dikembangkan sebagai model pembelajaran yang inovatif
karena memberikan proses belajar yang sistematis, efektif, dan efisien yang
dikemas dalam langkah-langkah pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa
model ADDIE merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk memberikan proses pembelajaran yang sistematis,
efektif, dan efisien.
2. Tahapan Model ADDIE
a) Analysis (Analisis)
Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kerja (performance
analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis). Analisis kerja dilakukan

7
untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja perlu
dilakukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau
perbaikan manajemen. Sedangkan analisis kebutuhan merupakan langkah
yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi
yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atas prestasi
belajar. Hal ini dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai
solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi (Rahman, 2013:201).
Pada tahap ini juga merupakan proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan
adalah berupa karakteristik atau profik calon peserta didik, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan, analisis tugas yang rinci didasarkan atas
kebutuhan. Jadi pendidik harus memperhatikan komponen penunjang agar
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan
pendidik harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan, karakteristik,
keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik serta kemampuan apa yang
perlu dimiliki oleh peserta didik.
b) Design (Desain)
Pada Langkah ini perlu adanya klarifikasi program pembelajaran yang
didesain sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan. Pada Langkah ini, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya
untuk menyelidiki masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Langkah
penting dalam desain adalah menentukan pengalaman belajar atau learning
experience yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas belajar.
Langkah ini harus mampu menjawab pertanyaan apakah program
pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan
performa yang terjadi pada diri siswa (Rahman, 2013:202).
Jadi pada tahap ini merupakan Langkah lanjutan setelah analisis. Setelah
masalah-masalah dianalisis maka harus dicari solusi alternatif dengan
merancang sistem pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik oleh peserta didik dan untuk mengetahui apakah
program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi
masalah-masaah yang terjadi pada peserta didik atau tidak.
c) Development (Pengembangan)

8
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, memberi dan
memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran spesifik atau learning outcomes yang telah
dirumuskan dalam langkah desain. Jadi Langkah pengembangan ini
penjabaran dari Langkah desain, setelah pembelajaran di desain maka apa
yang ada dalam desain pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Seperti mengembangkan materi pelajaran, strategi
pembelajaran, pengembangan media pembelajaran dan penunjang
pembelajaran lainnya.
d) Implementation (Implementasi)
Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan
program pembelajaran. Langkah ini mempunyai makna adanya penyampaian
materi dari guru atau instruktur kepada siswa. Jadi pada tahap ini merupakan
realisasi dari langkah pengembangan atau proses penyampaian materi dan
informasi. Pendidik membimbing peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendesain juga
harus memperhatikan model dan strategi pembelajaran yang efektif untuk
digunakan dalam penyampaian materi, karena akan mempengaruhi
pencapaian tujuan pembelajaran.
e) Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk
memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Evaluasi ini juga dikenal
dengan istilah evaluas formatif. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan
dengan cara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah dicapai
oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya
(Rahman, 2013:203). Jadi evaluasi ini merupakan proses yang dilakukan
untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Penilaian terhadap
kompetensi, pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik setelah
memperoleh program pembelajaran tersebut.
3. Kelebihan Model ADDIE
Menurut Pribadi (2009:125) kelebihan dari model pembelajaran ADDIE yaitu
sederhana dan mudah dipelajari serta struktur yang sistematis. Model ADDIE ini
terdiri atas 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis

9
yang artinya dari tahapan yang pertama sampai terakhir dalam pengaplikasiannya
harus secara sistematik, tidak bisa diurutkan sevara acak. Karena kelima tahap ini
sudah sangat sederhana dibandingkan dengan model yang lainnya. Sifatnya yang
sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka model desain ini akan mudah
dipelajari oleh para pendidik.
4. Kekurangan Model ADDIE
Menurut Pribadi (2009:125) kekurangan dari model pembelajaran ADDIE
yaitu pada tahap analisis memerlukan waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini
pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari siswa terlebih
dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan analisis
kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi
lamanya proses menganalisi siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan.
Dua komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap
mendesain pembelajaran yang selanjutnya.
5. Implementasi Model ADDIE
Implementasi model ADDIE pada pembelajaran fiqih dengan tema “kurban”
di SMPIT Plus Al Ittihad Cianjur, yaitu sebagai berikut:
a) Analisis
Dalam tahap ini aspek yang perlu di analisa adalah kognitif dan
psikomotorik awal peserta didik, gaya belajar, motivasi, bakat dan minat serta
latar belakang pendidikan peserta didik. Beberapa hal yang perlu dilakukan
sebagai berikut:
1) Dialog dengan peserta didik terkait asal-usul, cita-cita, latar belakang
pendidikan dan harapan yang ingin dicapai setelah menyelesaikan
program pembelajaran.
2) Menyiapkan beberapa soal pre-test untuk mengukur pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliki peserta didik. Pre-test ini bisa dilakuakan
baik secara lisan maupun tertulis. Misalnya terkait materi kurban, guru
memberikan ilustrasi kepada siswa tentang bab tersebut bisa seperti
gambar hewan-hewan yang dapat dikurbankan (kambing, sapi, domba,
kerbau dan unta).
Dari analisis tersebut dapat diperoleh data yang berpengaruh terhadap
analisis pembelajaran. Sehingga dapat ditentukan kompetensi apa yang harus
dimiliki oleh peserta didik, yaitu:
10
1) Mengetahui pengertian kurban
2) Mengetahui hukum dan syarat berkurban
3) Mengetahui ketentuan serta hikmah kurban
b) Desain
Desain ini mencakup tiga hal yakni: bahan ajar, indikator, metode
pembelajaran, dan media pembelajaran secara umum. Bahan ajar yang
disampaikan adalah tentang pengertian kurban, jenis-jenis hewan kurban,
ketentuan serta hikmah kurbanl. Sedangkan, Indikator mencakup tentang
kognitif dan psikomotor apa saja yang harus dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pembelajaran. Dari analisis yang sudah dilakukan dapat
ditentukan indikator sebagai berikut:
1) Peserta didik dapat menjelaskan pengertian kurban
2) Peserta didik dapat mengetahui hukum dan syarat berkurban
3) Peserta didik dapat mengetahui ketentuan dan hikmah kurban
Metode yang digunakan dapat berupa ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
presentasi, dan praktek. Media yang digunakan dapat berupa LKPD (lembar
kerja peserta didik), proyektor, power point atau video.
c) Pengembangan
Pada tahap ini yang harus dipersiapkan yaitu materi ajar mengenai mata
pelajaran fiqih dengan tema kurban. Contohnya seperti pengertian kurban
yaitu Secara bahasa berasal dari Bahasa Arab Qaraba yang artinya “dekat”.
Sedangkan secara istilah agama kurban adalah beribadah kepada Allah Swt.
dengan cara menyembelih hewan tertentu pada hari raya haji dan hari-hari
Tasyrik tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah yang diniatkan semata-mata untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
d) Implementasi
Pada tahap ini, ada tiga tahap dalam penyampaian bahan ajar atau materi
pembelajaran, yakni tahap awal atau pendahuluan, tahap inti, dan tahap akhir
pembelajaran. Ketiga tahap tersebut dilakukan dalam waktu 2x40 menit.
Tahap Awal (10 menit)
1) Peserta didik merespon salam tanda mensykuri anugerah Allah dan
pertanyaan dari guru yang berhubungan dengan pembelajaran
sebelumnya.

11
2) Peserta didik mendapat informasi tentang hubungan antara pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Peserta didik Menerima informasi tentang kemampuan, materi, manfaat
dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4) Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari dan
dikuasai khususnya tentang pembelajaran kurban.
Tahap Inti (60 menit)
1) Peserta didik membaca sebentar dan mengamati materi tentang pengertian
kurban.
2) Peserta didik mengamati gambar atau video tentang pengertian kurban.
3) Peserta didik menerima pertanyaan yang diberikan oleh guru seputar
materi.
4) Peserta didik mencari jawaban pertanyaan pada yang diberi oleh guru
dengan membaca buku ajar dan buku referensi lain.
5) Peserta didik mengumpulkan informasi yang dilakukannya dan
melengkapinya dengan membaca buku ajar dan buku referensi terkait
pengertian kurban hukum dan syarat kurban, dalil kurban.
6) Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi dan
menganalisis berbagai informasi yang diperoleh, kemudian
menggunakannya sebagai bahan merangkum materi tentang kurban
7) Peserta didik menyusun hasil diskusi tentang binatang halal.
Tahap Akhir (10 menit)
1) Mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil
yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung mauun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang berlangsung.
2) Peserta didik saling memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
3) Menutup kegiatan pembelajaran bersama-sama.
e) Evaluasi
1) Evaluasi Formatif
Berikut adalah beberapa contoh penilaian formatif dalam materi di atas:
 Apa pengertian kurban?
 Berikan contoh jenis-jenis hewan kurban?

12
 Coba sebutkan hikmah melaksanakan kurban?
2) Evaluasi sumatif
Dapat berupa soal pilihan ganda, isian pendek, maupun soal essay. Berikut
adalah beberapa contoh penilaian sumatif:
 kurban yaitu…
 Berikan contoh hewan kurban minimal 3. . . .
 Sebutkan ketentuan dan himha kurban. . .

C. Model Kemp
a. Pengertian Model Jerold E. Kemp (Model Kemp)
Jerod E. Kemp berasal dari California State University di Sanjose Kemp
mengembangkan mode desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan.
Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berfikir
tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga
mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik
para peserta didik serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah
berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan pretest dari
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah menetapkan strategi dan
langkah-langkah dalam kegiatan belajar-mengajar serta sumber-sumber belajar
yang akn digunakan. Selanjutnya, materi/isi kemudian di evaluasi atas dasar
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Dan langkah berikutnya adalah melakukan
identifikasi dan revisi di dasarkan atas hasil-hasil evaluasi.
Perencanaan desain pembelajaran model kemp dapat digunakan pada tingkat
sekolah dasar, sekolah lanjutan maupun perguruan tinggi. Desain pembelajaran
model kemp ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni:
1) Apa yang harus dipelajari peserta didik (tujuan pembelajaran)
2) Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media dan sumber belajar
yang digunakan).
3) Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang di harapkan telah tercapai.
b. Langkah-langkah Model Jerold E. Kemp
Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp, terdiri dari
delapan langkah, yakni:

13
1) Menentukan Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau kompetensi dasar, yaitu
tujuan umum yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok
bahasan. Pokok bahasan menjadi dasar dalam pembelajaran dan
menggambarkan ruang lingkup pembelajaran itu sendiri. Pada SD kelas
rendah, pokok bahasan biasaya lebih sederhana umumnya nyata pada
pengalaman siswa sehari-hari. Sedangkan untuk kelas tinggi biasanya pokok
bahasan disesuaikan dengan SK dan KD yang telah dikeluarkan oleh BNSP.
Tujuan pembelajaran umum (dalam Rusman, 2011:170) adalah tujuan
pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat menggambarkan
tingkah laku yang lebih spesifik. Tujuan pembelajaran umum dapat dilihat
dari setiap pokok bahasan suatu mata pelajaran yang ada dalam silabus atau
kurikulum. Biasanya tujuan umum ditandai dengan kata dari taksonomi
bloom.
2) Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Diperlukan untuk mengetahui
apakah latar belajar pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan
untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil.
3) Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur
(dalam KTSP adalah indikator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang
harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa ia
telah berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes
kemampuan/keberhasilan dan pemilihan mater/bahan belajar yang sesuai.
Dalam Menyusun tujuan pembelajaran khusus guru harus memperhatikan
beberapa kriteria penyusunan tujuan pembelajaran khusus yang baik yaitu
menggunakan kata kerja operasional, dirumuskan dalam bentuk hasil belajar,
dlaam bentuk kegiatan dan perilaku siswa, harus mengandung satu
kemampuan, sebagaimana penyusunan indikator.
4) Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional
khusus (indikator) yang telah dirumuskan. Masalah yang sering kali dihadapi
guru- guru adalah begitu banyakknya materi pelajaran yang harus diajarkan
dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam
mengorganisasikan materi/ bahan ajar yang akan disajikan kepada para siswa.
Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah sumber
belajar, materi, media,dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.

14
5) Menetapkan penjajagan atau tes awal (preassesment). diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat
belajar yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang diperlukan
tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak menjadi bosan.
6) Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar. Kriteria
umum untuk pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
instruksional khusus (indikator) tersebut, adalah efisiensi, keefektifan,
ekonomis, kepraktisan, melalui suatu analisis alternatif.
7) Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliiputi biaya,
fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.
8) Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontroldan
mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa, program
pembelajaran, alat evaluasi (tes), dan metode/strategi yang digunakan.
c. Kelebihan Model Kemp
1) Memberi tahu siswa tentang apa yang harus dicapainya
2) Menolong guru untuk berpikir lebih spesifik, mempermudah, mengatur, dan
menyusun sistematika pelajaran
3) Menunujukan macam dan ragam dari kegiatan yang diharapkan dari
keberhasilan belajar
4) Menjadi dasar evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa maupun untuk
mengukur keefektifan program instruksional
d. Kekurangan Model Kemp
1)  Kebanyakan tujuan hanya bertujuan untuk tingkat penguasaan pengetahuan
(ranah kognitif)
2) Tujuan psikomotor dan kognitif lebihn mudah untuk diketahui, tetapi tujuan
afektif sulit dinyatakan tujuan maupun cara mengukurnya
3) Menyusun struktur pelajaran tertentu seperti matematika, ilmu pengetahuan
alam dan pelajaran bahasa lebih mudah dibandingkan dengan seni, ilmu-ilmu
social dan humanistis
4) Dengan menetapkan ukuran suatu tujuan, rasanya pendekatan belajar kurang
manusiawi, dan mengnggap bahwa prosedur pendidikan terlalu mekanis dan
tidak personal

15
5) Dengan menetapkan ukuran suatu tujuan, rasanya pendekatan belajar kurang
manusiawi, dan menganggap bahwa prosedur pendidikan terlalu makanis dan
tidak professional

D. Model Banathy
a. Pengertian Model Banathy
Model Banathy adalah model pembelajaran yang prosesnya terdiri dari
merumuskan tujuan, mengembangkan tes, menganalisis kegiatan belajar,
melaksanakan kegiatan dan tes serta mengadakan perbaikan. Model Banathy
dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy.
Model ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada
kenyataan bahwa kegiatan beajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat
kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja sama
secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
b. Langkah-langkah Pengembangan Desain Model Banathy
1) Merumuskan tujuan (formulate objectives)
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang
merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan,
diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai
hasil pengalaman belajarnya.
2) Mengembangkan tes (develop test)
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang
digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian
tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
3) Menganalisis kegiatan belajar (analyzing leaning task)
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal
peserta didik dinilai dan dianalisis. Berdasarkan gambar tentang perilaku awal
tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai,
sehingga merka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau
telah dikuasai sebelumnya.

16
4) Mendesain sistem instruksional (design system)
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternatif dan mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh peserta didik
maupun kegiatan-kegiatan pendidik. Langkah ini dikembangkan sedemikian
rupa yang menjamin ahar peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-
tugas yang telah dianalisis pada langkah 3. Desain sistem juga meliputi
penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternatif kegiatan tertentu
yang cocok. Selain itu, dalam desain sistem supaya ditentukan waktu dan
tempat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
5) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test ouput)
Sistem yang sudah di desain, selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba
di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan
dicapai oleh peserta didik merupakan output dari implementasi sistem, yang
harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukkan
atau menguasai tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran.
6) Mengadakan perbaikan (change to improve)
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi
digunakan sebagai umpan balik bagi sistem keseluruhan dan bagi komponen-
komponen sistem, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan
perubahan untuk perbaikan sistem pembelajaran.
Ke enam komponen tersebut tampaknya sederhana, namun untuk
mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini memerlukan
kemampua akademik yang cukup tnggi serta pengalaman yang memadai serta
wawasan yang luas. Selain itu, proses pengembangan suatu sistem menuntut
partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor
dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan Pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam sistem
sekolah.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Banathy
1) Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum
maupun khusus yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang
harus dicapai peserta didik.

17
2) Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk
menilai keberhasilannya.
3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang
harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka
mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalisis atau dinilai
agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
4) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model
ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
5) Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk
membuatnya.
d. Kelemahan Model Pembelajaran Banathy
1) Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efisien
2) Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh peserta
didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa
apabila tidak pernah dikaji ulang.
e. Implementasi Model Banathy
1) Topik : Unsur-unsur intrinstik dan ekstrinsik cerpen
2) Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur bentuk
suatu
cerpen yang disampaikan secara langsung maupun melalui rekaman
3) Indikator pembelajaran :
 Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur cerpen, baik unsut intrinstik
maupun ekstrinsik
 Siswa mampu membuat cerpen
4) Alat evaluasi : Soal berbentuk essay
 Jelaskan unsur-unsur puisi intrinsik dan ekstrinsik!
 Buatlah sebuah cerpen minimal 3 halaman!
5) Kegiatan dan pengalaman belajar :
 Pembelajaran dilakukan di kelas
 Kegiatan : tugas, latihan, dan diskusi
 Rincian pengalaman belajar : siswa menonton dan mendengarkan
pembacaan cerpen, siswa menentukan dan mendiskusikan unsur-unsur

18
cerpen, siswa melakukan latihan membuat cerpen, dan penjelasan akhir
dari guru.
6) Materi pembelajaran : unsur-unsur intrinsic dan ekstrinsik cerpen
7) Sarana dan media : Video cerpen, buku teks pelajaran

E. Model Dick & Carrey


1. Pengertian Model Dick & Carrey
Model Dick & Carrey merupakan model pengembangan yang dikembangkan
melalui pendekatan sistem (System Approach). Model sistem pembelajaran yang
dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey ini terdiri atas beberapa
komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas
pembelajaran yang lebih besar. Model ini memiliki kemiripan dengan model
Kemp. Hanya saja model emp dapat dilakukan tidak secara berurutan. Di
samping itu, model Dick dan Carey memiliki komponen melaksanakan analisis
pembelajaran yang akan dilewati pada proses dan perencanaan tersebut.
2. Langkah-langkah Model Dick & Carey

Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems


Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan.
Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar di atas. Khusus
tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori
penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan
pengembangan sistem pembelajaran Dick, Carey, and Carey:
a) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

19
Langkah ini menentukan kompetensi dan kemampuan apa saja yang ingin
dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran yang
dilaksanakan. Perumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan melalui:
1) Rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus
2) Hasil analisis kinerja
3) Hasil analisis kebutuhan
4) Hasil pengalaman praktis yang berkaitan dengan kesulitan-kesulitan
belajar yang dihadapi oleh peserta didik
5) Hasil analisis tentang cara seseorang melakukan suatu pekerjaan/tugas
spesifik dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan tersebut
6) Keperluan tertentu untuk tujuan pembelajaran yang baru.
b) Melaksanakan analisis instruksional
Langkah kedua ini adalah suatu prosedur untuk menentukan keterampilan-
keterampilan dan pengetahuan yang mempunyai relevansi dan diperlukan
oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran.
Beberapa langkah strategis juga perlu dilakukan untuk menentukan prasyarat
tertentu seperti pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dimiliki oleh
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
c) Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran
Analisis karakteristik peserta didik dan analisis konteks pembelajaran dapat
dilakukan secara parallel tetapi tetap dalam lingkup analisis tujuan
pembelajaran. Analisis konteks pembelajaran meliputi analisis situasi dan
kondisi peserta didik artinya situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi
peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan serta kondisi
yang terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh peserta didik. Analisis
karakteristik siswa meliputi kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik
sampai saat ini, preferensi atau gaya belajar dan sikap peserta didik terhadap
aktivitas pembelajaran. Analisis karakteristik siswa yang tepat dan akurat
akan sangat membantu dalam pemilihan dan penggunaan strategi
pembelajaran.
d) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus

20
Tujuan pembelajaran khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan pada langkah pertama. Perumusan tujuan
pembelajaran khusus ini perlu memperhatikan hal berikut ini:
a) Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik
setelah proses pembelajaran selesai.
b) Kondisi yang diperlukan agar peserta didik dapat melakukan unjuk
kemampuan atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.
c) Indikator dan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilan peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran.
e) Mengembangkan instrument pembelajaran
Pengembangan alat atau instrument penilaian pembelajaran yang digunakan
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik dikembangkan
berdasar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah keempat.
Instrument penilaian pembelajaran ini harus mampu mengukur performa
siswa baik dari sisi pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, maupun
sikap/afektif. Jenis instrument tes obyektif, tes performen, tes untuk
mengukur sikap, portofolio maupun tes yang lain.
f) Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dikembangkan akan digunakan agar program
pembelajaran yang telah dirancang dapat mencapai tujuan pembelajaran.
strategi pembelajaran digunakan untuk implementasi aktifitas pembelajaran
yang meliputi aktivitas pra-pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan
pusat perhatian peserta didik, penyajian materi pembelajaran dengan
menggunakan contoh dan demonstrasi, meningkatkan partisipasi peserta didik
dan penilaian serta aktivitas tindak lanjut dari proses pembelajaran. Faktor-
faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan strategi pembelajaran
adalah
1) Teori pembelajaran dan hasil penelitian pembelajaran terbaru
2) Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran
3) Materi atau subtansi yang perlu diperlajari oleh peserta didik
4) Karakteristik peserta didik yang akan terlibat dalam kegiatan
pembelajaran

21
Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan mampu mendukung berbagai
aktifitas pembelajaran seperti interaksi pembelajaran yang berlangsung di
dalam kelas, pembelajaran berbasis media, pembelajaran jarak jauh yang
berbasis komputer, internet serta web.
g) Mengembangkan dan memilih bahan ajar
Bahan ajar disini dapat juga berarti media pembelajaran dan lembar penilaian
yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk membawa dan menyampaikan
informasi serta pesan dari sumber belajar kepada peserta didik. Contoh bahan
ajar yang dapat digunakan adalah buku teks, buku panduan, modul, program
audio video, bahan ajar berbasis komputer, program multimedia, bahan ahar
untuk sistem pembelajaran jarak jauh. Keputusan untuk mengembangkan
bahan ajar sendiri tergantung pada jenis dampak pembelajaran yang
diharapkan, keberadaan materi pembelajaran yang relevan serta keberadaan
sumber daya. Bahan ajar yang digunakan dapat juga berasal dari produk
komersial maupun memodifikasi bahan ajar yang sudah ada.
h) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil proses evaluasi
formatif digunakan sebagai masukkan untuk memperbaiki rancangan proses
atau hasil pembelajaran. Tiga jenis evaluasi formatif yang dapat digunakan
untuk mengembangkan proses atau hasil pembelajaran adalah (1) evaluasi
perorangan, (2) evaluasi kelompok kecil, dan (3) evaluasi lapangan. Setiap
jenis evaluasi dilakukan terhadap sasaran yang sesuai tetapi tetap dengan satu
tujuan yaitu untuk memperbaiki rancangan program.
i) Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Revisi terhadap program pembealjaran merupakan langkah terakhir dalam
proses desain dan pengembangan program pembelajaran. Data yang diperoleh
dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsir untuk mengetahui
kesulitan yang dihadapi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran
serta kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Data
ini selain digunakan utnuk merevisi program pembelajaran tetapi juga
digunakan juga untuk menguji kembali validitas analisis pembelajaran dan
asumsi yang berkaitan dengan perilaku awal dan karakteristik siswa. Prosedur
evaluasi perlu dilakukan terhadap semua aspek program pembelajar tanpa

22
harus menunggu seluruh komponen mulai dari analisis, desain,
pengembangan dan evaluasi lengkap serta dilakukan secara terbuka. Tujuan
utama langkah ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
program pembelajaran.
j) Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif ini merupakan puncak evaluasi untuk mengukur efisiensi
dan efektivitas pembelajaran tetapi langkah terakhir ini sering dipandang
sebagai bagian terluar desain pembelajaran karena evaluasi ini dilakukan
setelah seluruh komponen lengkap dan dilakukan evaluasi formatif serta telah
dilakukan revisi secukupnya sesuai dengan standar yang digunakan oleh
perancang pembelajaran dan evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang
program tetapi melibatkan penilaian independen.
3. Kelebihan Model Dick & Carey
a) Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
b) Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan
c) Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga
mudah diikuti
d) Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal
yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat
dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalah
didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
e) Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua
yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
4. Kekurangan Model Dick & Carey
a) Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
b) Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan
langkah-langkah tersebut
c) Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar
d)  Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan
revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
e) Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran
maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak
secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).

23
f) Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran
5. Implementasi Model Dick & Carey
Penerapan desain inturksional model dick dan carey pada mata pelajaran
matematika kelas viii semester 2 materi bangun ruang sisi datar.
a) Menganalisis Tujuan Pembelajaran
Pengalaman belajar yang baik dan menyeluruh adalah sesuatu yang
diharapkan dalam pembelajaran. Dengan media dan metode pembelajaran
yang menyenangkan diharapkan peserta didik dapat lebih termotivasi dalam
belajar.
b) Melakukan Analisis Pembelajaran
Pengenalan konsep bangun ruang sisi datar melalui metode pengajaran yang
menarik bagi peserta didik, misalnya melalui media yang dapat menstimulasi
peserta didik dalam peningkatan konsep bangun ruang sisi datar.
c) Menganalisis Peserta Didik Dan Konteks
Peserta didik pada usia SMP sangat butuh bimbingan dari guru untuk
menemukan dan mengarahkan cara berpikir. Karena pada usia ini penting
bagi seorang guru menanamkan rasa tanggung jawab, kemandirian, gotong
royong dan mengasah berbagai jenis kecerdasan peserta didik. Dalam materi
bangun ruang sisi datar peserta didik memerlukan keterampilan ketrampilan
tersebut. Pada materi ini peserta didik dapat dilatih kemampuan berpikir kritis
matematik dengan contoh indikator sebagai berikut :
Keterampilan
Indikator Penjelasan
berfikir kritis
Memberikan Menganalisis  Mengidentifikansi kesimpulan
Penjelasan argument  Mengidentifikasi alasan(sebab) yang
Sederhana dinyatakan(eksplisit)
 Mengidentifikasi alasan(sebab) yang
tidak dinyatakan(implisit)
 Mengidentifikasi ketidakrelevanan dan
kerelevanan
 Mencari persamaan dan perbedaan
 Mencari struktur suatu argument

24
 Merangkum
d) Merumuskan Tujuan Khusus
Dalam desain ini, difokuskan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
dengan indikator berikut :
1) Memfokuskan pertanyaan
2) Menganalisis argument
3) Menjawab pertanyaan yang menentang
4) Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan
e) Mengembangkan Instrument Penilaian
Dalam mengembangan instrumen penilaian, lima hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1) Observasi
2) Mengumpulkan data
3) Merumuskan
4) Menilai
5) Menyimpulkan
f) Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Metode pembelajaran yang akan digunakan adalah metode penemuan
terbimbing, di mana peserta didik akan diarahkan oleh guru langkah langkah
pembelajarannya. Peserta didik akan diberikan LKS untuk pedoman arah
pembelajaran.
g) Mengembangkan Materi Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai
perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan
efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Media yang dipilih harus
disesuaikan dengan tujuan pengajaran, bahan pelajaran, metode mengajar,
tersedia alat yang dibutuhkan, pribadi pengajar, minat dan kemampuan
pembelajar, dan situasi pengajaran yang sedang berlangsung.
h) Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Formatif
Langkah-langkahnya adalah:
1) Memilih materi bangun ruang sisi datar
2) Perencanaan Harian (RPPH)
3) Pelaksanaan

25
4) Penilaian
i) Merevisi Pembelajaran
Peserta didik berfikir benda konkret dalam konsep ini. Peserta didik diberikan
pembelajaran dengan benda-benda nyata agar peserta didik tidak bingung.
Maksudnya adalah agar peserta didik dirangsang untuk berfikir dengan
metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-
materi pelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata diharapkan
anak lebih mengerti maksud dari materimateri yang diajarkan oleh guru.
j) Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Instrumen tes kemampuan berpikir kritis bangun ruang sisi datar
1) Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini. Melalui titik-titik
sudutnya ditarik garis diagonal ruang, sehingga berbentuk limas.

 Berapa limas yang terbentuk dalam kubus tersebut? Sebutkan!


 Apakah limas-limas itu kongruen?
 Berbentuk apakah alas setiap limas itu?
 Jika panjang rusuk kubus 8 cm, tentukan tinggi limas!

F. Model PPSI
1. Pengertian Model PPSI
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) merupakan suatu
langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem yang
terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam
rangka mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistem, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Strategi PPSI menggunakan pendekatan
sistem dan berorientasi pada tujuan.

26
2. Langkah-langkah PPSI
a) Menentukan Tujuan
1) Merumuskan tujuan instruksional yaitu rumusan yang jelas dan
operasional tentang kemampuan dan kompetensi yang diharapkan dimiliki
siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran. Kemampuan-
kemampuan atau kompetensi tersebut harus dirumuskan secara spesifik
dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi. Tujuan instruksional
merupakan rumusan yang jelas dan terarah tentang kemampuan atau
tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mengikuti
suatu program kegiatan belajar. Kemampuan atau tingkah laku tersebut
terbagi kepada dua bagian yaitu (1) tujuan instruksional umum (TIU) dan
sekarang istilah tersebut menjadi Standar Kompetensi. (2) tujuan
instruksional khusu (TIK), sekarang disebut Kompetensi Dasar.
b) Pengembangan Alat Evaluasi
a) Menentukan jenis tes yang akan digunakan
b) Menyusun (item soal) untuk menilai tiap tujuan
c) Kegiatan Belajar Mengajar
a) Merumuskan kemungkinan untuk mencapai tujuan
b) Menerapkan KBM
c) Menetapkan kegiatan yang ditempuh
d) Pengembangan Program
a) Merumuskan materi
b) Menetapkan metode
c) Memilih media
d) Membuat jadwal
e) Pelaksanaan
a) Mengadakan tes awal (pre-test)
Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa, sebalum mereka
mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan.
b) Menyampaikan materi pelajaran
Sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan
dulu kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan dicapai, sehingga mereka
mengetahui kemampuan-kemampuan setelah mengikuti pelajaran.
c) Mengadakan tes akhir (post-test)

27
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes
yang diberikan identic dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya
terletak pada waktu dan fungsinya. (Rusman, 2012:150-152)
d) Perbaikan
3. Kelebihan Model PPSI
5) Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran bukan untuk mengembangkan system pembelajaran
6) Uraian tampak lebih lengkap dan sistematis
4. Kekurangan Model PPSI
Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih keras karena
guru harus memberikan pretest dan posttest untuk setiap unit pelajaran.

G. Model Gerlach & Ely


1. Pengertian Model Gerlach & Ely

Model Gerlach & Ely merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
dimana guru bisa melihat motivasi, kemampuan dan karakteristik siswa, sehingga
akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan mempermudah
dalam pengelolaan kelas.
Model Gerlach & Ely berfungsi untuk menentukan dan meningkatkan
motivasi siswa dalam proses belajar mengajar
2. Komponen Model Gerlach & Ely
a) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Specification of Objectives)

28
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam
kegiatan pembelajaran (Rusman, 2014: 157). Tujuan harus bersifat jelas
(tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan
dinilai. Berikut petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran.
1) Formulasikan dalam bentuk yang operasional (mudah diukur).
2) Rumuskan dalam bentuk produk belajar.
3) Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
4) Rumuskan sedemikian rupa hingga menunjukan dengan jelas tingkah laku
yang dituju.
5) Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar (satu kemampuan)
6) Rumuskan tujuan dalam tingkat keluasaan yang sesuai.
7) Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki.
8) Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.
b) Menentukan Isi Materi (Specification of Content)
Isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, apa
yang akan diajarkan pada siswa hendaknya dipilih pokok bahasan yang lebih
spesifik. Gunanya, selain untuk membatasi ruang lingkupnya juga apa yang
diajarkan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan atau dipisahkan dengan
pokok bahasan lain dalam satu pelajaran yang sama. Materi yang digunakan
dalam kegiatan penelitian ini adalah standar kompetensi menyusun laporan
keuangan dan kompetensi dasar membukukan jurnal penyesuaian.
c) Penilaian Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering Behaviours)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal.
Pengetahuan tentang kemampuan awal siswaini penting bagi guru agar dapat
memberikan porsi pelajaran yang tepat: tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Pengumpulan data siswa
dilakukan dengan dua cara:
1) Pretest. Dilakukan untuk mengetahui student achievement, yaitu apa yang
sudah diketahiu dan apa yang belum diketahui tentang rencana pokok
bahasan yang akan diajarkan.
2) Mengumpulkan data pribadi siswa (personal data) untuk mengukur
potensi siswa dan mengelompokkannya kedalam kategori siapa-siapa

29
yang termasuk fast learners dan siapa-siapa yang termasuk slow learners.
Caranya dapat mengadakan intelligency test.
Hasil dari intelligency test ini kemudian akan dipertimbangkan dan
dibandingkan dengan indeks prestasi dari nilai yang dicapai pada sebagian
besar mata pelajaran yang sudah ditempuh sebelumnya. Dari hasil seluruh
data pribadi siswa ini kemudian bisa ditarik kesimpulan rata-ratanya. Dengan
demikian, pengajar akan dapat menyesuaikan kecepatan mengajarkan dengan
potensi mereka.
d) Menentukan Strategi (Determination of Strategy)
Menurut Gerlach and Ely strategi pembelajaran merupakan pendekatan yang
dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan
menentukan tugas/atau peranan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
(Rusman, 2014: 159).
Dalam tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan
instruksional dengan sebaik-baiknya. Menurut Gerlach and Ely ada dua
macam pendekatan dalam (Rusman, 2014: 159), yaitu:
1) Bentuk ekspose (expository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-
kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah.
Pada exspository, pengajar lebih besar peranannya.
2) Bentuk inquiry lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar. Pengajar hanya menampilkan demonstrasi. Setiap siswa
dianjurkan untuk mengajukan hipotesis sebanyak-banyaknya serta
pertanyaan kepada guru.
Pendekatan expository ataupun inquiry memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing, namun yang terpenting adalah bagaimana pengajar dapat
menentukan kapan menggunakan pendekatan expository dan kapan
menggunakan pendekatan inquiry. Pendekatan expository digunakan juga
apabila siswa belajar mandiri (independent study), sedangkan
pendekatan inquiry akan lebih mudah digunakan apabila mengajar dengan
jumlah siswa yang sedikit (5-10 siswa).
e) Pengelompokkan Belajar (Organization of Groups)
Beberapa pengelompokkan siswa antara lain:
3) Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (grouping by size).
4) Pengelompokkan campuran (ungraded grouping).

30
5) Gabungan beberapa kelas (multiclass grouping).
6) Sekolah dalam sekolah(schools within schools).
7) Taman kependidikan (educational park).
f) Memilih Media (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati,
sehingga fungsinya tidak hanya sebagai stimulus rangsangan belajar siswa
semata. Gerlach and Ely membagi media sebagai sumber belajar ini kedalam
lima kategori, yaitu:
1) Manusia dan benda nyata
2) Media visual proyeksi
3) Media audio
4) Media cetak
5) Media display
g) Evaluasi Hasil Belajar (Evaluation of Performance)
Instrumen evaluasi di kembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat
mengukur keberhasilan siswa secara benar dan objektif. Yang di evaluasi
dalam proses belajar mengajar sebenar nya bukan hanya siswa, tetapi justru
sistem pengajaran nya.
h) Menganalisis Umpan Balik (Analysis of Feedback)
Umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem
instruksional ini. Data umpan balik yang di peroleh dari evaluasi, tes,
observasi maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini
menentukan apakah sistem, metode, maupun media yang di pakai dalam
kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin di capai
atau masih perlu disempurnakan.
3. Kelebihan Model Gerlach & Ely
Model Gerlach & Ely sangat teliti dalam melaksanakan atau merencanakan
pembelajaran, terbukti dengan diadakannya tahapan pengelompokkan belajar,
perhitungan waktu, serta pengaturan ruangan. Hal ini merupakan kelebihan
tersendiri dari model Gerlach & Ely yang telah dikenal dan dikembangkan sejak
1971.
4. Kekurangan Model Gerlach & Ely
Tidak adanya tahapan pengenalan karakterstik siswa sehingga sedikitnya akan
membuat pendidik kewalahan dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa

31
selama proses pembelajaran. Bahkan mungkin lebih jauhnya akan membuat guru
salah dalam memberikan dosis pelajaran karena tidak mengenal latar belakang
keluarga, psikologis, Pendidikan, sosial, serta budaya dari siswa tersebut.
5. Implementasi Model Gerlach & Ely
Berikut adalah contoh dari implementasi model Gerlach & Ely yang
diterapkan pada mata pelajaransains materi perubahan pada mahkluk hidup di
kelas III SD Negeri 002 Kuapan:
a) Penilaian kemampuan awal siswa (Assessment of Enteriteng Behaviores)
Memberikan beberapa pertanyaan tentang pertumbuhan dan perkembangan
tubuh manusia.
b) Menentukan strategi (Determination of Strategi)
Dalam hal ini guru akan membuka tanya jawab dan diskusi kelas tentang
pertumbuhan tubuh manusia.
c) Pengelompokan belajar (Organitation of Grups)
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok.
d) Pembagian waktu (Alocation of Time)
Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi selama 20 menit membahas
tentang materi pelajaran.
e) Menentukan ruangan (Allocation of space)
f) Memilih media (Alternatif of Resaucest)
Dalam hal ini guru memperagakan media gambar pertumbuhan tubuh
manusia (7 menit).
g) Kegiatan akhir guru mengevaluasi hasil belajar (Evaluation of Permance)
Dilakukan dengan memberikan Pos test.
h) Menganalisis umpan balik (Analysis of Feedback)
Hasil tes yang telah diberikan kepada siswa.

H. Model UbD
1. Pengertian Model UbD
Wiggins dan McTighe (2006:7) mendefinisikan Understanding by Design
sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang meningkatkan pemahaman secara
mendalam dan keterlibatan siswa, desain pembelajaran ini berorientasi dari hasil
belajar atau cara berpikir tentang pembelajaran, penilaian dan pengajaran yang
menempatkan siswa di tengah proses pembelajaran.

32
Backward design merupakan model dengan gagasan bahwa proses desain
harus dimulai dengan mengidentifikasi hasil yang diinginkan dan kemudian
bekerja mundur mengembangkan instruksi yang menggerakkan siswa untuk
mencapai hasil tersebut dengan memutuskan apa tugas atau kegiatan siswa yang
akan dilakukan Invalid source specified.. Menurut Grant Wiggins and Jay
McTighe dalam ASCD Book Understanding by Design, desain yang efektif
adalah backward design, hal tersebut dikarena banyak guru mulai dengan buku
teks, pelajaran favorit, dan waktu kegiatan lebih dihormati daripada tujuan atau
standar yang ditargetkan. Grant Wiggins and Jay McTighe menganjurkan
sebaliknya, pertama dimulai dengan hasil akhir yang diinginkan (tujuan atau
standar) dan kemudian kurikulum dari bukti belajar yang dibutuhkan untuk
membekali siswa untuk melakukan.
Beberapa keunggulan menggunakan backward design, diantaranya yaitu:
a) Memulai perencanaan dengan hasil yang ingin dicapai, sehingga guru dapat
mengatur kelas lebih efektif.
b) Tujuan pembelajaran, hasil dan langkah-langkah untuk penilaian, guru
memiliki struktur yang jelas saat guru merencanakan kegiatan pembelajaran.
c) Siswa akan menemukan makna dalam kegiatan kelas lebih mudah karena
mereka menyadari, hasil tujuan dan langkah-langkah untuk penilaian.

I. Model Kurikulum 13 (K13)


1. Pengertian Model K13
Model pembelajaran K13 yaitu model pembelajaran yang mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
K13 memiliki empat aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
aspek sikap, dan aspek spiritual. Kurikulum ini lebih mengutamakan pemahaman,
skill, dan pendidikan berkarakter.
2. Langkah-Langkah K13
i) Mengamati
Kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca,
menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu

33
mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan
mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel
dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang
tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar
dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
j) Menanya
Kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang
berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam
kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok
tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan
kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan
bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya
dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari
kegiatanmenanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan
hipotesis.
k) Mengumpulkan Data
Yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan
disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara
membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba
(eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil
belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji
hipotesis.
l) Mengasosiasi
Kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan
pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data
antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung,
membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta
menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam
mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep,
menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk
membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah
diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau

34
ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah
skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil
belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat
menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
m) Mengomunikasikan
Kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta
mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun
tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan
bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan
komunikasi. Hasil belajar dari kegiatanmengomunikasikan adalah siswa
dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian
hipotesis.
3. Kelebihan Model K13
a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di sekolah.
b) Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa didapat dari
nilai kesopanan, religi, praktek, sikap, dan lain sebagainya, tidah hanya dari
nilai ujian saja.
c) Munculnya Pendidikan karakter dan Pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
Pendidikan nasional.
e) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
f) Guru berperan sebagai fasilitator.
g) Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode
pembelajaran yang bervariasi.
4. Kekurangan Model K13
a) Terdapat guru yang salah kaprah, karena beranggapan bahwa kurikulum
2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada peserta didik, padahal
banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
b) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scictific.
c) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

35
d) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah
terlalu lama.
e) Tingkat keaktifan siswa belum merata.
5. Implementasi Model K13
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam K13 siswa dituntut untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran, dan guru berperan sebagai fasilitator. Contoh penerapan
model K13 dalam pelajaran IPA di kelas IV MI Imami Kepanjen Malang terbagi
menjadi tiga bagian yaitu kegiatan awal (pembukaan), kegiatan inti
(pembelajaran), dan kegiatan akhir (penutup).
Dalam pembelajaran dimulai dengan membuat kolase dengan menggunakan
barang bekas seperti koran, kardus dan kertas-kertas tidak terpakai. Kegiatan ini
menunjukkan kreativitas siswa sangat tinggi, hasilnya cukup memuaskan. Semua
siswa bekerja sama dengan kelompoknya agar hasil karyanya baik, selain itu
siswa banyak belajar tentang arti kebersamaan, kerjasama dan menghargai karya
orang lain. Kegiatan ini diarahkan guru sehingga terbentuk kolase pecahan yang
nantinya dapat dipergunakan belajar materi matematika. Pembuatan kolase
pecahan membuat siswa secara tidak langsung belajar konsep pecahan
matematika. Hal ini menarik karena pembelajaran tematik integrtif dapat
terlaksana sesuai konsep kurikulum 2013.
Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing
kelompok berdiskusi mengenai pemanfaatan sampah di lingkungan sekitar.
Setelah selesai berdiskusi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas secara bergantian, sedangkan kelompok lain mengajukan
pertanyaan.
Pada kegiatan penutup guru memberikan penugasan berupa soal uraian terkait
materi pemanfaatan sampah secara individu. Setelah selesai guru akan membahas
dan memberi penguatan mengenai apa yang telah dipelajari siswa.

J. Model Merdeka
1. Pengertian Model Merdeka
Perencanaan pembelajaran yang di susun dalam bentuk dokumen perencanaan
pembelajaran yang bersifat, fleksibel, jelas dan sederhana. Dimana, dokumen
perencanaan pembelajaran yang fleksibel merupakan dokumen yang tidak terikat
pada bentuk tertentu dan dapat di sesuaikan dengan konteks pembelajaran.

36
Perencanaan Kegiatan Pembelajaran yang di lakukan oleh pendidik yang berisi
aktivitas untuk merumuskan:
a) Capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit
pembelajaran
b) Cara untuk mencapai tujuan belajar
c) Cara menilai ketercapaian tujuan belajar
Capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit
pembelajaran merupakan sekumpulan kompetensi dan lingkup materi
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum Satuan Pendidikan. Dimana,
Kurikulum Satuan Pendidikan di susun berdasarkan:
a. kerangka dasar dan struktur kurikulum yang di tetapkan secara nasional; dan
b. visi, misi, dan karakteristik Satuan Pendidikan.
Capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit
pembelajaran di rumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik Peserta
Didik dan sumber daya Satuan Pendidikan. Selain itu, perumusan capaian
pembelajaran pada pendidikan menengah kejuruan juga mempertimbangkan
kompetensi yang di butuhkan oleh dunia kerja.
Strategi pembelajaran yang di rancang untuk memberi pengalaman belajar
yang berkualitas di laksanakan dengan cara:
a) Memberi kesempatan untuk menerapkan materi pada problem atau konteks
nyata
b) Mendorong interaksi dan partisipasi aktif Peserta Didik
c) Mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia di lingkungan
Satuan Pendidikan dan/atau di lingkungan masyarakat; dan/atau
d) Menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi.
Strategi pembelajaran yang di rancang untuk memberi pengalaman belajar
yang berkualitas di laksanakan dengan memperhatikan karakteristik Peserta
Didik, yang mencakup:
a) Usia dan tingkat perkembangan
b) Tingkat kemampuan sebelumnya
c) Kondisi fisik dan psikologis
d) Latar belakang keluarga Peserta Didik
2. Langkah-Langkah Model Merdeka

37
a) Menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) untuk menyusun tujuan
pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran
Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan untuk setiap mata
pelajaran pada satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan
lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi.
Menyesuaikan tahap perkembangan peserta didik pemetaan capaian
pembelajaran dibagi dalam fase usia.
b) Perencanaan dan pelaksanaan asesmen diagnostik
Asesmen diagnostik bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi,
kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai
rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran peserta didik. Dalam kondisi tertentu, informasi terkait latar
belakang keluarga, kesiapan belajar, motivasi belajar, minat peserta didik,
dan informasi lain dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
merencanakan pembelajaran.
c) Mengembangkan modul ajar
Pengembangan modul ajar bertujuan untuk mengembangkan perangkat
ajar yang memandu pendidik melaksanakan pembelajaran. Modul ajar yang
dikembangkan harus bersifat esensial; menarik, bermakna, dan menantang;
relevan dan kontekstual; dan berkesinambungan.
d) Penyesuaian pembelajaran dengan tahap capaian dan karakteristik peserta
didik
Pembelajaran paradigma baru berpusat pada peserta didik. Karena itu,
pembelajaran ini disesuaikan dengan tahapan pencapaian dan karakteristik
peserta didik. Ruang lingkup materi pembelajaran adalah apa yang akan
diajarkan oleh pendidik di kelas atau apa yang akan dipelajari oleh peserta
didik di kelas. Selanjutnya pendidik menyesuaikan proses pembelajaran,
menyesuaikan produk hasil belajar, dan mengkondisikan lingkungan belajar.
e) Perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan asesmen formatif dan sumatif
Dalam merencanakan dan melaksanakan asesmen, terdapat lima prinsip
asesmen yang hendaknya diperhatikan. Prinsip pertama adalah asesmen
sebagai bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi

38
pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan
balik. Yang kedua adalah asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan
fungsi asesmen dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu
pelaksanaan asesmen. Ketiga, asesmen dirancang secara adil, proporsional,
valid, dan dapat dipercaya (reliable). Keempat laporan kemajuan belajar dan
pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif. Terakhir, hasil
asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan
orang tua.
f) Pelaporan kemajuan belajar
Bentuk Pelaporan hasil belajar yang efektif adalah pelaporan yang
melibatkan orang tua peserta didik, peserta didik dan pendidik sebagai
partner; merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh sekolah; menyeluruh,
jujur, adil dan dapat dipertanggung jawabkan; jelas dan mudah dipahami oleh
semua pihak.
g) Evaluasi pembelajaran dan asesmen
Pembelajaran dan asesmen yang sudah dilaksanakan selanjutnya
dievaluasi. Pendidik melakukan refleksi pembelajaran dan asesmen pada
masing-masing modul ajar. Setelah itu pendidik mengidentifikasi apa saja
yang sudah berhasil dan apa saja yang perlu diperbaiki. Dengan
mengidentifikasi hal tersebut maka modul ajar dapat disempurnakan kembali.
3. Implementasi Model Merdeka
Salah satu implementasi model merdeka yaitu pertukaran pelajar, atau yang
kita kenal sebagai pertukaran mahasiswa merdeka. Mengambil kelas atau
semester di perguruan tinggi luar negeri maupun dalam negeri, berdasarkan
perjanjian kerjasama yang sudah diadakan Pemerintah. Nilai dan SKS yang
diambil di perguruan tinggi luar akan disetarakan oleh perguruan tinggi masing-
masing. Memberi kesempatan pengalaman belajar dengan meningkatkan
softskills dan hardskills di perguruan tinggi lain.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ahdar Djamaluddin, Wardana. (2009). BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 4 Pilar


Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Sulawesi Selatan: CV Kaaffah Learning Center.
Giarti, S. (2012). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SD NEGER12
BENGLE KECAMATAN WONOSEGORO - BOYOLALI. Scholaria, 195-215.
Huda, F. A. (2017, 11 24). Fakhtan.web.id. Retrieved from https://fatkhan.web.id/pengertian-
dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-gerlach-ely/
Josri, W. (2012). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENERAPKAN MODEL BELA H. BANATHY SISWA KELAS XI MADRASAH
ALIYAH DAR EL HIKMAH PEKANBARU. Pekanbaru.
Kamil, G. (n.d.). PENERAPAN MODEL DESAIN INSTRAKSIONAL DICK AND CAREY
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SEMESTER GENAP
SMP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR. Jurnal Perspektif.
Nelawati, A. I. (2020). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V MATA
PELAJARAN PAI DI SD NEGERI 020 LANGSAT HULU KECAMATAN
SENTAJO RAYA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. JOM FTK UNIKS, 70-85.
(2013). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SAINS
MATERI PERUBAHAN PADA MAHKLUK HIDUP DI KELAS III SD NEGERI 002
KUAPAN KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. Pekanbaru.
Pribadi, B. A. (2011). Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: PT.
Dian Rakyat – Jakarta.
Putra, W. S. (2013). Pengetahuan. Retrieved from wordpress.com:
https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/02/model-pembelajaran-kemp/
Risal Qori Amarullah, N. F. (2021). PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN ADDIE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN FIQIH. Jurnal Pendidikan Islam.
Saputra, E. E. (2017, 11 15). erlanggaekasaputa. Retrieved from blogspot.com:
http://erlanggaekasaputa.blogspot.com/2017/11/model-desain-pembelajaran-bela-h-
banathy.html
Sari, B. K. (n.d.). DESAIN PEMBELAJARAN MODEL ADDIE DAN
IMPLEMENTASINYA DENGAN TEKNIK JIGSAW.
SMP, A. (2022, 10 25). ditsmp.kemdikbud.go.id. Retrieved from
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/tujuh-tahapan-perencanaan-pembelajaran-dalam-
kurikulum-merdeka/

40
41

Anda mungkin juga menyukai