Anda di halaman 1dari 29

DASAR-DASAR ANTROPOLOGI FILSAFI

TENTANG HAKIKI MANUSIA DAN


PENDIDIKAN
OLEH : SUSWARNATI NIM ( 2220110064)
HESTI SULANDARI ( 2220110089 )
Latar belakang

 Filsafatdibutuhkan manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang


timbul dalam berbagai hal di kehidupan manusia. Jawaban tersebut digunakan
untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
manusia, termasuk bidang pendidikan.
 Hubungan filsafat dan ilmu pendidikan tidak hanya insidental, tetapi juga
keharusan. Filsafat merupakan hasil manusia dengan kekuatan akal budinya
untuk memahami secara radikal, integral, dan universal tentang hakikat yang ada
yaitu mengenai Tuhan, alam, dan manusia, serta sikap manusia sebagai
konsekuensi dari pemahaman tersebut. Dan ilmu yang yang mempelajari tentang
hakikat manusia disebut dengan antropologi filsafat (Jalaluddin, 2007).
1. Hakikat Manusia

 Filsafat idealisme memandang bahwa hakikat manusia adalah jiwa dan rohaninya, yakni apa
yang disebut “mind”. Jiwa merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas
manusia
 Menurut Plato (Sadulloh, 2003) idealisme percaya bahwa manusia dapat memperoleh
pengetahuan tentang realitas. Sementara Jalaludin (2007) mengemukakan idealisme adalah
nilai yang bersifat normatif dan objektif serta berlaku umum mempunyai hubungan dengan
kualitas baik dan buruk.
 Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan
diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, dia selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai
objek) untuk perbaikan perilakunya.
 Sejak beberapa abad terakhir, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kehidupan
manusia cenderung memosisikan dan memerankan dirinya sebagai subjek.
1. Manusia Makhluk Berpengetahuan

 Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa
cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalahh kemampuan spiritual yang secara khusus
mempersoalkan niai 'kebenarannya. Rasa adlaah kemampuan spiritual yang secara
khusus mempersoalkan nilai 'keindahan". Sedangkan karsa adalah kemampuan
spiritual, yang secara khusus memperosalkan nilai 'kebaikan'.
 Ketiga jenis nilai tersebut dibingkai dalam satu ikatan sistem, dijadikan landasan
dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan pedoman hidup, dan mengatur
sikap dan perilaku hidup agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.
Filsafat hidup mengandung pengetahuan yang bernilai
universal, meliputi masalah-masalah asal-mulai, tujuan, dan
eksistensi kehidupan.
 Ketiganya berhubungan memuat asas sebab akibatnya Asal mulai kehidupan sebagai sebab bagi tujuan
kehidupan.
 Tujuan kehidupan menentukan jenis, bentuk, dan sifat perilaku hidup Jika diyakini Tuhan sebagai asal-
mila, kembali kepada Tuhan adalah mutlak sebagai tujuan kehidupan, dan tidak ada jenis, bentuk, dan sifat
perilaku apa pun kecuali perilaku ketahanan yang dapat mengantar ke tujuan kehidupan.
 Pedoman hidup adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan suatu prinsip yang dianggap benar,
karena sesuai dengan hakikat asal-mula dan berguna bagi pencapaian tujuan kehidupan
 Pedoman hidupan adalah suatu bentuk atau suatu wujud filsafat hidup yang berfungsi sebagai titik tolak
langsung perilaku schari-hari. Pada titik inilah pendirian seseorang dapat diukur, apakah konsisten terhadap
filsafat hidupnya atau tidak.
Sedangkan sikap dan perilaku hidup adalah pengetahuan khusus dan konkret berupa langkah kehidupan yang
ditentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup. Pada titik ini, setiap langkah perbuatan seharusnya saling bersesuaian
baik setiap langkah perbuatan seharusnya saling bersesuaian baik secara koheren maupun koresponden. Di samping
itu, setiap langkah perbuatan juga harus menghasilkan suatu nilai kegunaan, yang tidak bertentangan dengan hakikat
tujuan akhir.

 Ketiga pengetahuan benar tentang filsafat hidup, pedoman hidup dan sikap-
perilaku hidup tersebut, selanjutnya dijadikan objek atau sasaran
pendidikan sepanjang masa. Sepanjang hidupnya, manusia selalu berada di
dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran untuk senantiasa
memperbaiki dan mengembangkan fisafat hidup, pedoman, dan perilaku
hidupnya agar bisa mencapai tujuan akhir kehidupannya
2. Manusia Makhluk Berpendidikan
 Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembalajaran. dia
dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orangtua, keluarga, dan masyarakatnya menuju tingkat
kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola
kelangsungan hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembeajaran itu diselenggarkan mulai dengan cara-cara
konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara cara forma yang metodik dan
sistematik institusional (pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-rasional.
 Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka
pematangan diri. pematangan diri adalah bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk
menjadi semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun yang menjadi bagian integral dari
eksistensi kehidupan ini.
 persoalan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas persoalan kehidupan
manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat pada dan tumbuh dari
dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu
mengandung arti dan fungsi kependidikan. Dengan pendidikan, manusia melakukan
kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat, bermasyarakat, beragama, dan sebagainya.
 Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia,
pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri
sebagai manusia yang manusiawi.
3. Manusia Makhluk Berkebudayaan

 Secara horizontal dengan sikap terdidiknya, manusia mendukung kodrat untuk senantiasa terdorong
membangun hubungan dengna diri sendiri dan sesamanya secara berkeadilan. Di samping itu. manusia
juga terdorong secara kodrati untuk membangun hubungan yang berkeadilan dengan alamnya.
Hubungan berkeadian dengan atau terhadap diri sendiri berupapemenuhan segala kewajiban menurut
dasar hak kodrat dirinya sebagai manusia. sikap perilaku arif berkeadilan itu juga harus diberlakukan
bagi pengembangan hubungan terhadap sesama manusia. Dalam konteks i terjadi hubungan saling
mendidik antara orang yang satu dengan yang lainny's Oleh karena itu hubungan harmonis antara
sesama manis dapat terjalin secara lentur yang kemudian dapat terbangun hubungan sosial yang
berkebudayaan.
B. Filosofi Kehidupan

 Realitas kehidupan ini sarat persoalan , Namun secara filosofis, persoalan


tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga titik saja,yaitu :
 Pertama, titik asal-mula yang ditandai dengan peristiwa 'kelahiran'. Kedua, titik
tujuan yang ditandai dengna peristiwa 'kematian
 ketiga, titik eksistensi berupa 'garis lurus perjalanan kehidupan manusia yang
menghubungkan antara kedua titik terdahulu. Jadi, titik eksistensi berposisi di
antara titik asal-mula dan titik tujuan yang berfungsi menjembatani kedua titik
tersebut.
 Secara filosofis, titik asal-mula dan tujuan adalah dia titik identik yang berada di
dunia metafisis'. oleh karena titu 'tunggal adanya, bersifat universal dan absolut
serta tidak mengalami perubahan. Keberadaanya yang demikian itu berarti di luar
jangkauan kemampuan akal pikiran, tetapi niscaya adanya. sedangkan garis
eksistensi berada di dunia 'fisis', oleh sebab itu plural adanya, bersifat serba
berhingga. khusus, dan sarat perubahan, sehingga 'relatif adanya.
C. Hakikat Pendidikan

 Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang
memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.Redja
Mudyaharjo, dalam bukunya Pengantar Pendidikan "Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan
pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia" menyatakan tentang asumsi pokok pendidikan yaitu:
 1. Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang
belajar dan lingkungan belajarnya.
 2. Pendidikan adalah formatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-
norma yang baik; dan
 3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari
kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas
dalam pendidikan yaitu:

 1. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka
(semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baikdalam kehidupan individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
 2. Asas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat
lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan. dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara
wajar menurut kodratnya.
 3. Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai
dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
 4. Asas kebangsaan: Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan
tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
 5. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk
Tuhan.
Pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-pengertian:
1. Pendidikan dan ilmu pendidikan
2. Pendidikan dan sekolah
3. Pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat.
4. Komponen-komponen pendidikan
D. Landasan Filosofis Pendidikan

 Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi
cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam samapai akar-akarnya mengenai
pendidikan (Pidarta,2001).
 Landasan filosofi pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan
filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau
dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Landasan
filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang
konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan,
 Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran pemikiran. Hal ini muncul sebagai implikasi
dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat. Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya
landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
E. Filsafat Pendidikan Pancasila

1. Pancasila Sebagai Filsafat Hidup Bangsa


 Pancasila jiwa kepribadian pandangan, dasar da bidup hangsa Indonesia Pancasila merupakan kebudayaan yang
mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapiti puncak kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan
keseimbangannya, baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai makhluk sosial
 Pancasila dianggap sebagai filsafat hidup bangsa karena nilai- nilai dasar dalam kehidupan sosial dan budaya Indonesia
berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi
 Kesadaran gotong-royong dan tolong menolong
 Kesadaran musyawarah dalam menetapkan kehendak bersama.
 Kesadaran ke-Tuhanan dan kesadaran keagamaan secara .sederhana.
 Kesadaran tenggang rasa sebagai semangat kebersamaan. Kesadaran kekeluargaan, dimana keluarga adalah dasar
terbentuknya masyarakat.
 2. Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan Nasional
 Sistem pendidikan nasional dan sistem filsafat pendidikan Pancasila adalah subsistem dari
sistem negara Pancasila
 Filsafat pendidikan pancasila adalah aspek rohaniah atau spiritual suatu pendidikan nasional.
Intinya, tidak ada sistem pendidikannasional tanpa adanya filsafat pendidikan. Alasan
mengapa filsafatpendidikan pansacila merupakan tuntutan nasional adalah cita-citabangsa
Indonesia yang dilembagakan dalam sistem pendidikan nasionalyang bertumpu dan dijiwai
oleh keyakinan dan pandangan hidup Pancasila
 3. Hubungan Pancasila Dengan Sistem Pendidikan
 Hubungan Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, dapat dijabarkan bahwa Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari.Pancasila adalah dasar
negara bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Maka dari itu, sejak sekolah dasar sampai perguruan
tinggi, pelajaran Pancasila masih diberikan, agar nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila benar-benar
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
 4. Filsafat Pendidikan Pancasila Dalam Trilogi Ilmu Pengetahuan
 a Ontologi
 Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
 Hakikat ada bisa berarti segala sesuatu yang ada. [09.53, 6/3/2023] Suswarnati: Pancasila dan ontologi
merupakan satu kesatuan yang utuh. Pancasila shagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai sistem
pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan dengan kenyataan yang ada, karena pendidikan nasional itu dasarnya
adalah Pancasila dan UUD 1945.
b. Epistemologi
Epistemologi adalah studi mengenai pengetahuan benda-benda. Epistemologi merupakan filsafat yang
menyelidiki sumber, syarat, proses, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat
menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup. pergaulan
dan berwarga negara.

 c. Aksiologi
 Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai. Nilai timbul karena
manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Dikatakan
bernilai. karena berguna, bermoral dan logis. Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar negara memiliki nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai
Kerakyatan dan nilai Keadilan.
Ada beberapa nilai dalam fisafat pendidikan
Pancasila
 Nilai Ketuhanan yang menjadi landasan seluruh manusia Indonesia dalam menentukan
perilaku dan kehidupan mereka sehari-hari.
 Mengedepankan toleransi dalam setiap permasalahan dan perbedaanpendapat. Dengan
toleransi diharapkan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
 Menyelesaikan setiap masalah dengan cara mufakat dan bukandengan cara unjuk
kekuatan.
 Manusia Indonesia diajarkan untuk bisa berbuat adil bagi siapa saja tanpa pandang bulu
F. Pendidikan dan Manusia

 Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk akal pada diri manusia
yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirannya
manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
 Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana
menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidupnya.
 Manusia disebut juga Homo Sapiens yang artinya sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan untuk
berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu
disekelilingnya, yang belum diketahuinya. Dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang
bermanfaat untuk manusia itu sendiri.
 Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup
dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena
melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan- kemampuan untuk mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan
kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan
kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni.
 Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh
berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani
maupunbersifat rohani.
Berikut peranan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat
dalam melaksanakan system kegiatan pendidikan.

 a. Pendidkan dalam Keluarga


 Keluarga merupakan salah satu bagian dari tri pusat pendidikan dan lingkungan pertama dan
utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar
kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua- anak.
Dalam berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu
sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya. Anak memperoleh unsur-unsur dan ciri-
ciri dasar daripada kepribadiannya Juga dari situlah ia memperoleh akhlak, nilai-nilai,
kebiasaan, dan emosinya
 Sistem pendidikan di dalam keluarga sangat bergantung kepada kecenderungan yang kuat dari
orang tua terhadap dunia pendidikan.
 Tingkat kualitas pendidikan orangtua dapat dilihat pada orientasi (filosofi) kehidupan
keluarga, dan bagaimana konsekuensi mereka dalam menjalankan filosofi itu.
 Pada lingkungan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya adalah terhadap sistem
kegiatan pendidikan untuk menumbuh kembangkan kecerdasan spritual. Kecerdasan ini
berupa kesadaran tentang asal mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan dalam tata
hubungan kausalistik.
 Tiga moaral spiritual, yaitu, syukur, sabar dan ikhlas, bisa dijadikan benteng dalam upaya
membangaun kecerdasan spiritual.
1. Spirit syukur
Terbentuk dalam kesadaran tentang adanya asal mula. Spirit ini jika dirawat dan tertanam
dalam kegiatan sehari-hari, dikemudian hari bisa menumbuhkan keyakinan adanya dunia
spiritual, dunia transcendental yang merupakan asal mula.

 2. Spirit Bersabar
 Spirit bersabar terbentuk dari fakta kesadaran bahwa sepanjang kehidupan ini sarat dengan persoalan yang
sulut dipecahkan. Dalam setiap kegiatan sehari-hari, kehidupan keluarga selalu diliputi oleh banyak persoalan
yang harus dipecahkan. Oleh sebab itu, didalam kehidupan keluarga harus ditanamkan watak kesabaran .Jika
watak kesabaran telah tertanam nilai kejujuran bisa tumbuh berkembang mewarnai klehgidupan keluarga.
 3. Spirit ikhlas
 Spirit berikhlas terbentuk dari kesadaran bahwa seluruh tahapan kehidupan ini dikehendaki atau tidak pasti
berakhir. Spirit bersyukur menjadi watak kesabaran yang dilakukan terus. menerus sepanjang eksistensi
kehidupan, kemudian akan menjadi sepirit berikhlas. Jika spirit ikhlas telah tertanam di dalam jiwa yang
dalam, seoarang cenderung menerima konsekuensi apapaun atas segala usahanya.
b. Pendidikan dalam Sekolah

 Tujuan utama dalam system kegiatan pendidikan yang berlangsung dalam institusi persekolahan adalah
mengembangkan dan membentuk potensi intelektuan atau pikiran menjadi cerdas. Secara terprogram dan
koordinatif, materi pendididikan dipersiapkan untuk dilaksanakan secara metodis, sistematis, intensif, efektif,
dan efisien. Menurut runag dan waktu yang telah ditentukan. Jadi penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
menurut metode dan system yang jelas dan kongkret.
 c.Pendidikan dalam Masyarakat
 Dalam kontek kehidupan masyarakat, komponen kecerdasan spiritual berupa kecerdasan asal mula, eksistensi,
dan tujuan menjadi berubah bentuk. Kepentingan masyarakat menjadi tolak ukur. Semua kegiatan social di
berbagai bidang dilaksanakan bagi kepentingan bersama di dalam masyarakat, masyarakat menjadi asal mula
seluruh kegiatan social, di dalam kehidupan masyarakat pula seluruh kegiatan itu dilakukan dan menurut tujuan
kehidupan masyarakat juga seluruh kegatan social itu dilakukan.
 Dari system pendidikan keluarga, hakikat pendidikan. ditekankan pada upaya
menumbuh kembangkan kesadaran terhdapadanya asal mula, eksistensi, dan tujuan
kehidupan dalam tata hubungan kausalistik, sehingga membuahkan nilai keindahan.
Melalui system pendidikan sekolah. hakikat pendidikan berupaya menumbuh
kembangkan pengetahuan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara simultan, untuk
kemudian membuahkan nilai kebenaran. Sedangkan dalam pendidikan social, seluruh
masyarakat bertanggung jawab terhadap penanaman niali kebaikan, untuk kemudian
menumbuhkembangkan keadilan dalam seluruh aspek kehidupan social.
G. Tujuan Pendidikan untuk Manusia

 a. Untuk Karir atau Pekerjaan


 b. Menjadi Manusia yang Lebih Baik dan Berkarakter
 c. Membantu dalam Kemajuan Suatu Bangsa
 d. Memberikan Pengetahuan
 e. Memberikan Pencerahan dalam Kehidupan
 f. Kembali kepada yang Esa
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai