Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan Presisi Teori Alam Semesta Dan Eksplorasi Alam

Semesta
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sains

Dosen Pembimbing:
Ellyna Hafizah, M.Pd

Oleh:
Kelompok IX
Anggota Kelompok:
1. Eka Febrianti A1C515004
2. Ika Rusdiana A1C515206
3. Nida Wati A1C515030
4. Rikka Thalia Rosalina A1C515017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penyusun
dapat menyelesaikan makalah Sejarah Sains yang berjudul “ Perkembangan presisi teori alam
semesta dan eksplorasi alam semesta ”.
Kerangka materi yang tersaji dalam makalah ini disusun berdasarkan buku-buku
referensi, serta website yang berkaitan dengan mata kuliah Sejarah Sains. Adapun materi yang
disajikan dalam makalah ini berkaitan tentang perkembangan presisi teori alam semesta dan
eksplorasi alam semesta.
Akhirnya, penyusun menyadari kalau makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai referensi
untuk perbaikan dalam penulisan makalah berikutnya. Akhir kata, penyusun berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Banjarmasin, 19 April 2016

Kelompok IX
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awalnya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis.


Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-
benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti
penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu untuk
pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen. Berbeda dengan
zaman sekarang, perkembangan astronomi pada zaman sekarang begitu pesat seiring
dengan temuan temuan terbaru seperti penemuan akan adanya sebuah kehidupan di
planet mars karena didalamnya terdapat air, penemuan planet-planet baru dan
pengobservasian fenomena-fenomena alam dengan alat-alat canggih.
Sepanjang zaman manusia senantiasa ingin tahu bagaimana alam semesta tak
bertepi ini berawal? Kemana alam semesta akan menuju? dan bagaimana hukum yang
menjaga tatanan serta keseimbangnnya bekerja? Selama ratusan tahun para ilmuwan
astronomi telah banyak melakukan penelitian tentang alam semesta ini, namun ternyata
masih banyak misteri yang masih melingkupi. Sebelum mempelajari secara spesifik ilmu
tentang alam semesta, manusia mencoba mendalami langit yang mereka lihat, tentang
pergerakan benda-benda angkasa, seperti matahari, komet, meteor, bulan, bintang, dan
planet-planet.

Mengkaji ilmu tentang perkembangan presisi teori alam semesta dan eksplorasi
alam semesta adalah hal yang sangat menarik. Didalam materi ini tercantum tentang ilmu
astronomi, sehingga menjadikan perkembangan ilmu astronomi tetap berjalan dan selalu
berkembang. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memahami materi ini.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara memahami perkembangan presisi teori alam semesta dan eksplorasi
alam semesta ?

C. Tujuan
Untuk mempelajari perkembangan presisi teori alam semesta dan eksplorasi alam
semesta.
BAB II
PEMBAHASAN

Merenungkan tentang keadaan alam semesta dapat dimulai ketika pada malam hari dalam
kondisi cuaca cerah, dimana penglihatan manusia tertuju kearah langit, kesan umum yang terlihat
di langit adalah penuh taburan bintang yang berkerlip tak terhitung jumlahnya. Penglihatan ini
dapat memberikan suatu gambaran betapa luasnya ruang angkasa dan betapa besarnya daya yang
secara bersamaan menopang benda-benda angkasa. Dalam penglihatan alam semesta tersebut
manusia dapat merenungkan betapa Jagat raya ini terdapat suatu kekuatan yang mempunyai
perencanaan, keteraturan dan ketelitian luar biasa yang setiap saat memelihara dan penjaganya.

Gambar Alam Semesta terdiri dari ratusan milyar galaksi. Di dalam satu galaksi yang tampak
pada gambar terdapat kurang lebih 200 milyar bintang.

Berbicara tentang alam semesta tentu saja lebih berkaitan dengan ruang tempat semua isi
semesta ini berada. Karena Alam semesta ternyata mampu menampung banyak sekali milyaran
galaksi, maka membicarakan alam semesta lazimnya dimulai dengan galaksi-galaksi, kepulauan
terdiri dari ratusan milyar bintang. Bicara tentang alam semesta banyak berkaitan dengan
penyebaran galaksi-galaksi dan pergerakannya.

Alam semesta yang di dalamnya terdapat bumi tempat manusia tinggal dan hidup, terdiri
dari material yang tak terhitung banyaknya yang terdiri gugusan galaksi dan milyaran bintang-
bintang. Bintang adalah benda yang sangat jauh. Dengan munculnya spektroskop terbukti bahwa
mereka mirip matahari kita sendiri, tetapi dengan berbagai temperatur, massa dan ukuran.
Keberadaan galaksi kita, Bima Sakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah hanya terbukti
pada abad ke-20, serta keberadaan galaksi "eksternal", dan segera sesudahnya, perluasan Jagad
Raya dilihat di resesi kebanyakan galaksi dari kita. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar
dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan
waktu berabad-abad.

Pada bagian awal sejarahnya alam semesta di pelajari oleh ilmu astronomi, astronomi
memerlukan hanya pengamatan dan ramalan gerakan benda di langityang bisa dilihat dengan
mata telanjang. Rigveda menunjuk kepada ke-27 rasi bintang yang dihubungkan dengan gerakan
matahari dan juga ke-12 Zodiak pembagian langit. Yunani kuno membuatkan sumbangan
penting sampai astronomi, di antara mereka definisi dari sistem magnitudo. Alkitab berisi
sejumlah pernyataan atas posisi tanah di alam semesta dan sifat bintang dan planet, kebanyakan
di antaranya puitis daripada harfiah; melihat Kosmologi Biblikal. Pada tahun 500 M, Aryabhata
memberikan sistem matematis yang mengambil tanah untuk berputar atas porosnya dan
mempertimbangkan gerakan planet dengan rasa hormat ke matahari.

Penelitian astronomi hampir berhenti selama abad pertengahan, kecuali kerja astronom
Arab. Pada akhir abad ke-9 Islam astronom al-Farghani (Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad
ibn Kathir al-Farghani) menulis secara ekstensif atas gerakan badan surgawi. Kerjanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12. Pada akhir abad ke-10, observatorium yang
sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang mengamati
rentetan transit garis bujur Matahari, yang membolehkannya untuk menghitung obliquity dari
gerhana. Di Parsi, Omar Khayyam (Ghiyath al-Din Abu'l-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-
Khayyami) menyusun banyak meja astronomis dan melakukan reformasi kalender yang lebih
tepat daripada Julian dan mirip dengan Gregorian. Pada abad ke 16 Tycho Brahe berhasil
mengjitung jarak bemi ke ke Bulan 384.400 km, kemudian padathun 1672 Cassini mengitung
jarak bumi ke Matahari sekitar 150 juta km).

Di Yunani, ilmuwan Aristoteles melalui bukunya yang berjudul On the Heaven banyak
membicarakan struktur alam semesta terutama mengenai eksistensi bumi sebagai pusat alam
semesta. Pandangan ini memang sesuai dengan kebiasaan penglihatan manusia sehari-hari.
Pandangan yang menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta sering disebut sebagai
‘Pandangan geosentris’ yang memiliki pengaruh luas di Eropa pada abad pertengahan bahkan
mendapat legalisasi dari gereja. Selama Renaisans Nicola Copernicus (1473-1543) mengusulkan
model heliosentris dari Tata Surya, teori ini menyatakan bahwa bumi bukanlah pusat jagat raya,
matahari tidak bekerja mengeliling matahari, tetapi justru bumilah yang berevolusi mengelilingi
matahari . Para ilmuwan mengelompokkan keluarga benda-benda langit yang mengelilingi
matahari sebagai anggota Sistem Tata Surya.

1. Copernicus

Pendapat Copernicus dipertahankan, dikembangkan, dan diperbaiki oleh Galileo


Galilei (1564-1642) seorang ilmuwan besar dibidang matematika, astronomi dan fisika.
Galileo telah mencipta teleskop yang pertama. Teleskopnya telah membantunya mengkaji
matahari, karakter bulan, bintang, pergerakan planet-planet dan satelit Yupiter. Dalam
bukunya yang berjudul Letter of Sunspots, ia menentang dengan tegas pandangan bible
mengenai gerak bumi terhadap matahari. Ilmuwan lain yang mendukung teori
heliosentris adalah Johannes Kepler (1571-1630). Kepler adalah yang pertama untuk
memikirkan sistem yang menggambarkan dengan benar detail gerakan planet dengan
Matahari di pusat. Melalui pengamatan dan penelitian yang panjang akhirnya Kepper
mampu menyusun teori bahwa orbit planet ternyata berbentuk elips dengan matahari
berada pada salah satu titik apinya. Kesimpulan ini disebut sebagai hokum orbit. Tetapi,
Kepler tidak mengerti sebab di belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian
diwariskan kepada Isaac Newton yang akhirnya dengan penemuan dinamika celestial dan
hukum gravitasinya dapat menerangkan gerakan planet. Gaya berat dipengaruhi oleh
masa kedua benda yang saling menaril dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Menurutnya gaya gravitasi metahari berperan dalam perubahan gerakan planet dari
keadaan semula yang cenderung diam atau bergerak dengan kecepatan tetap sepanjang
garis lurus. Planet pada saat semula tidak boleh dalam keadaan diam, karena planet akan
tertarik ke dalam matahari. Jadi planet pasti mempunyai kecepatan awal tertentu terhadap
matahari dan tentulah terjadi penyimpangan dari arah yang menuju ke kedudukan
matahari dalam orbit elips. Gaya tarikmenarik/gaya berat (gravitasi) menyebabkan bulan
dan planet-planet tetap beredar pada lintasan orbit, sambil mengimbangi kekuatan
sentrifugal dari gerakan planet-planet.

2. Teorti Big Bang

Teori Ledakan Besar atau teori big bang adalah teori yang didasarkan pada asumsi
bahwa alam semesta berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan
dasyat dan mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi
pusat ledakan. Ilmu pengetahuan membuat kemajuan sangat besar selama abad ke-20,
dengan teori Ledakan Dahsyat (Big Bang Theory) sangat didukung oleh bukti disediakan
oleh astronomi dan ilmu fisika, seperti radiasi latar belakang mikrogelombang kosmik,
Hukum Hubble dan Elemen Kosmologikal.
George Gamaw (fisikawan) mengkaji model asal alam semesta ini dan
menghitung ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton. Ia
memprediksi foto-foton ini, tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati
sekarang sebagai foton-foton gelombang radio dan temperature 3 K merupakan
penjelasan yang baik sebagai radiasi latar (background radiation) yang ditemukan ole
Arno Pezias dan Robert Wilson di Amerika tahun 1965.

Perkembangan Ilmu pengetahuan tentang alam semesta sudah lama dikenal, di wilayah
arab sudah dikenal dengan ilmu falak. Dalam bahasa Ilmu ini disebut juga Kosmografi yang
artinya Cosmos (alam semesta) dan Grafien (ulasan/uraian/gambaran/deskripsi). Kosmografi
merupakan studi yang menguraikan atau menggambarkan seluk beluk alam semesta, termasuk
bendabenda yang ada di dalamnya seperti Galaksi, Bintang, Planet, asteroid, komet, meteor,
satelit, dan lain sebagainya.

Dalam mempelajari alam semesta kosmografi tidak dapat berdiri sendiri,


tetapi membutuhkan ilmu pendukung lain, diantaranya adalah :
1. Kosmogoni : Keterangan tentang struktur asal-usul alam semesta atas dasar mitos atau
legenda.

2. Kosmologi : Telaah atau kajian tentang struktur dan sifat alam semesta yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah atau rasional.

3. Astrologi : Ilmu tentang peramalan nasib seseorang, negara atau bangsa yang dikaitkan
dengan kondisi letak, sifat atau kejadian benda-benda alam semesta waktu itu. Ilmu ini dikenal
juga dengan Horoscope yaitu meramal nasib berdasarkan kenstelasi bintang-bintang sewaktu
kelahiran seseorang.

4. Astrometri : Penelitian posisi benda di langit dan perubahan posisi mereka. Mendefinisikan
sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita.

5. Astronomi galaksi : Penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.

6. Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita.
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu astronomi sangat
menarik perhatian manusia yang didasari atas rasa ingin tahu akan fenomena alam . Sehingga
manusia selalu mengembangkan ilmu pengetahuanya terutama ilmu pengetahuan teknelogi untuk
mengungkap fenomena alam tersebut.

Pada mulanya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis .
Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda
yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Bahkan
pada zaman sekarang manusia sudah mulai meneliti akan adanaya kehidupan diplaset selain
bumi. Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan tegnologi manusia mampu menciptakan alat-
alat teknologi canggih yang dipakai untuk mengobservasi fenomena alam sehingga ilmu
astronomi semakin berkembang dengan temuan–temuan terbarunya dari zaman ke zaman.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianilmu.com/2015/08/pengertian-teori-ledakan-besar-big-bang.html

http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/kosmografi/60-alam-semesta

Anda mungkin juga menyukai