Kemerdekaan dan Orde lama, Orde baru, Reformasi, dan Saat ini
Disusun Oleh :
Kelompok 3
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah manajemen
pendidikan nasional dengan judul makalah “Manajemen Sistem Pendidikan
Nasional di Era Pra Kemerdekaan, Kemerdekaan dan Orde lama, Orde baru,
Reformasi, dan Saat ini”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT serta dari berbagai pihak. Untuk itu,
kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari betul bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yag membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
membantu penyempurnaan makalah ini. Kritik dan saran dari pembaca sekalian
sangat kami nantikan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... i
2.2 Sistem pendidikan nasional di masa kemerdekaan dan orde lama ...
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
ii
3. Bagaimana sistem pendidikan nasional dizaman orde lama?
C. Tujuan
ii
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kartini kartono, tujuan pendidikan holistik mengenai tujuan pendidikan nasional, ( jakarta:PT.
Pradnya paramita,1997), hlm.49-50.
ii
tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda,
sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih
rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja
murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat
dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena
berbagai masalah peperangan. Untuk melancarkan misi pendidikan demi
pemenuhan tenaga kerja murah, pemerintah mengusahakan agar bahasa
Belanda bisa diujarkan oleh masyarakat untuk mempermudah komunikasi
antara pribumi dan Belanda. Lalu, bahasa Belanda menjadi syarat Klein
Ambtenaarsexamen atau ujian pegawai rendah pemerintah pada tahun 1864.
(Nasution, 1987:7). Syarat tersebut harus dipenuhi para calon pegawai yang
akan digaji murah. Pegawai sedapat mungkin dipilih dari anak-anak kaum
ningrat yang telah mempunyai kekuasaan tradisional dan berpendidikan untuk
menjamin keberhasilan perusahaan (Nasution, 1987:12). Jadi, anak dari kaum
ningrat dianggap dapat membantu menjamin hasil tanam paksa lebih efektif,
karena masyarakat biasa mengukuti perintah para ningrat. Suatu keadaan yang
sangat ironis, kehidupan terdiri dari lapisan-lapisan sosial yaitu golongan yang
dipertuan (orang Belanda) dan golongan pribumi sendiri terdapat golongan
bangsawan dan orang kebanyakan.
2
Dody s.truna dan ismatu ropi ( ed), pranata islam di indonesia ( pergulatan sosial , politik hukum
dan pendidikan ), jakarta: ciputat press, 2002, hal.247
ii
b. Ciri pendidikan zaman belanda
ii
2. HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi bangsawan
pribumi.
Jepang membawa ide kebangkitan Asia yang tidak kalah liciknya dari
Belanda. Pendidikan semakin menyedihkan dan dibuat untuk menyediakan
tenaga cuma-cuma (romusha) dan kebutuhan prajurit demi kepentingan perang
Jepang (Mestoko, 1985 dkk:138). Sistem penggolongan dihapuskan oleh
Jepang. Rakyat menjadi alat kekuasaan Jepang untuk kepentingan perang.
Pendidikan pada masa kekuasaan Jepang memiliki landasan idiil hakko Iciu
yang mengajak bangsa Indonesia berkerjasama untuk mencapai kemakmuran
bersama Asia raya. Pelajar harus mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran,
dan indoktrinasi yang ketat.
ii
2. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah
Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah
Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
2.2 Sistem Pendidikan Indonesia pada masa kemerdekaan dan masa orde lama
(1945-1966)
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia melakukan banyak perubahan yang tidak hanya terjadi dalam bidang
pemerintahan saja, tetapi juga dalam bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi
dalam bidang pendidikan merupakan perubahan yang mendasar pada cita-cita
suatu bangsa yang merdeka. Salah satu cita-cita pembangunan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga dalam penyesuaian tersebut Indonesia
merubah sistem pendidikan terutama dalam landasan filosofi pendidikan dan
kesempatan belajar yang diberikan kepada rakyat Indonesia. Tujuan dari hal
tersebut yaitu agar semua elemen masyarakat Indonesia dapat merasakan
pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada masa awal kemerdekaan
memiliki landasan falsafah Pancasila dan landasan Konstitusi berupa UUD 1945.
Pada pasal 31 UUD 1945 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pengajaran. Lalu dalam Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 maka
terbentuklah Republik Indonesia Serikat. Dengan terbentuknya RIS maka
pendidikan di Indonesia tidak jauh beda dengan pendidikan sebelumnya, tetapi
dalam masa orde lama lebih memfokuskan kepada pendidikan dan pengajaran
ii
serta mengatur tentang pendidikan nasional. Maka pendidikan pada periode 1945-
1966 semuanya diatur dalam UUD yang berdasar pada Pancasila.
Landasan dan visi pendidikan pada masa orde lama diharapkan mampu
menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
yang jelas dapat mengarahkan kepada pencapaian kompetensi yang dibutuhkan
serta metode pembelajaran yang efektif. Melalui pendidikan maka dapat
dipergunakan untuk mensejahterakan masyarakat dan kemajuan bangsa.3
Pada masa orde lama pendidikan di sekolah-sekolah lebih ditekankan pada
semangat nasionalisme dan membela tanah air. Penekanan akan hal tersebut
dikarenakan pada masa orde lama merupakan masa pasca kemerdekaan, dimana
banyak konflik yang mengarah separatism yang tejadi antara pihak sekuler dengan
agamis. Maka pada masa orde lama ini pendidikan ditandai dengan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang penting.
1. Periode 1945-1950
Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan
satu jenis sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman jepang
tetap dijalankan. Rencana pembelajaran pada umumnya sama dan Bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Sedangkan
buku pelajaran yang digunakan adalah buku hasil terjemahan bahasa Belanda
ke dalam bahasa Indonesia yang sudah dirintis sejak zaman Jepang. Adapun
sistem pendidikan yang berlaku pada periode ini, diantaranya : 4
a. Pendidikan Rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan
yang disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) lama pendidikan semula 3
tahun lalu menjadi 6 tahun. tujuan pendirian SR ini adalah selain
meningkatkan taraf pendidikan, tetapi juga dapat menampung hasrat yang
besar dari mereka yang hendak bersekolah.
Pendidikan di sekolah rakyat ini diatur sesuai dengan putusan
menteri tanggal 19 November 1946 yang menetapkan daftar pelajaran SR
3
Muhammad Rijal Fadli dan Dyah Kumalasari. Sistem pendidikan Indonesia pada masa
orde lama. (Yogyakarta: 2019), h.157-158
4
Ibid, h.160
ii
menekankan terhadap pelajaran bahasa dan berhitung serta mengemban 38
jam pelajaran dalam seminggu, 8 jam untuk bahasa Indonesia, 4 jam untuk
bahasa daerah, dan 17 jam untuk berhitung (kelas IV,V, dan VI).
b. Pendidikan Guru
Dalam periode 1945-1950 dikenal 3 jenis pendidikan guru (SGB,
SGC, SGA), diantaranya :
1) Sekolah Guru B (SGB), lama pendidikan selama 4 tahun dan
tujuan pendidikan guru ini untuk sekolah rakyat. Murid yang
diterima adalah tamatan SR yang akan lulus dalam ujian masuk
sekolah lanjutan serta pelajaran yang diberikan bersifat umum.
Adapun sistem ujian pelaksanaannya dibagi menjadi 2 yaitu,
pertama ujian ditempuh di kelas II dan ujian kedua ditempuh di
kelas IV.
2) Sekolah Guru C (SGC), dikarenakan kebutuhan akan guru di SR
yang mendesak maka terasa perlunya pembukaan sekolah guru
yang dapat dihasilkan dalam tempo yang singkat. Lama pendidikan
SGC ini selama 2 tahun, dikarenakan kurang bermanfaat maka
SGC ditutup kembali dan diantaranya dijadikan SGB.
3) Sekolah Guru A (SGA), karena adanya anggapan bahwa
pendidikan guru selama 4 tahun belum menjamin pengetahuan
yang cukup untuk taraf pendidikan guru, maka dibukalah SGA
yang memberikan pendidikan 3 tahun sesudah SMP. Mata
pelajaran yang diberikan di SGA sama jenisnya dengan mata
pelajaran yang diberikan di SGB hanya perbedaannya dalam proses
penyelenggaraan yaitu di SGA lebih luas dan mendalam.
c. Pendidikan Umum
Ada dua jenis pendidikan umum yaitu Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT).5
1) Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekolah ini menggunakan
rencana pelajaran yang sama seperti pada zaman Jepang. Tetapi
5
Ibid, h.161
ii
dengan keluarnya surat keputusan menteri PP & K tahun 1946,
maka diadakannya pembagian A dan B yang dimulai dari kelas II,
sehingga terdapat kelas II A, II B, III A, III B.
2) Sekolah Menengah Tinggi (SMT), Kementerian PP & K hanya
mengurus langsung SMT yang ada di Jawa terutama yang berada
di kota-kota, sedangkan SMT di luar Jawa berada di bawah
pengawasan pemerintah daerah. SMT merupakan pendidikan 3
tahun setelah SMP dan setelah lulus dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi. Mengenai rencana pelajaran masih belum jelas
dan dalam garis besar saja, Karena masih harus menyesuaikan
dengan keadaan yang masih belum stabil. Ujian akhir
diselenggarakan oleh masing-masing sekolah selama belum ada
ujian negara. Namun setelah tahun 1947 baru berlaku ujian negara
tersebut.
d. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan memfokuskan pada pendidikan ekonomi dan
pendidikan kewanitaan :6
1) Pendidikan ekonomi : pendidikannya 3 tahun sesudah sekolah
rakyat. Sekolah dagang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga administrasi atau pembukuan. Penyelenggaraan sekolah
dagang tersebut dilaksanakan oleh inspektur sekolah dagang.
2) Pendidikan kewanitaan : sesudah kemerdekaan dimana pemerintah
membuka Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dan pada tahun 1947
Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP) yang lama pelajarannya 4
tahun setelah SMP atau SKP.
e. Pendidikan Teknik
Seperti sekolah lain, keadaan sekolah teknik tidak teratur karena
disamping pelajarannya sering terlibat dalam pertahanan negara, sekolah
tersebut kadang juga dipakai sebagai pabrik senjata. Sekolah teknik pada
periode ini, diantaranya :
6
Ibid, h.162
ii
1) Kursus Kerajinan Negeri (KKN), lama pendidikannya yaitu 1
tahun dan terdapat jurusan seperti : Kayu, besi, anyaman, perabot,
rumah, las dan batu.
2) Sekolah Teknik Pertama (STP), lama pendidikannya 2 tahun dan
terdiri atas jurusan kayu, batu, keramik, perabot rumah, anyaman,
besi, listrik, mobil, tenun kulit, motor. Tujuannya yaitu
mendapatkan tenaga tukang yang terampil dan disertai dengan
pengetahuan teori.
3) Sekolah Teknik (ST), lama pendidikannya yaitu 2 tahun setelah
STP atau SMP bagian B dan meliputi jurusan seperti bangunan
gedung, bangunan air dan jalan, bangunan kapal, percetakan dan
pertambangan. Tujuannya adalah mendidik tenaga pengawasan
bangunan.
4) Sekolah Teknik Menengah (STM), lama pendidikannya yaitu 4
tahun setelah SMP bagian B atau ST dan terdiri atas jurusan
bangunan gedung, bangunan sipil, bangunan kapal, bangunan
mesin, bangunan listrik, kimia, dan pesawat terbang. Tujuannya
adalah mendidik tenaga ahli teknik dan pejabat teknik menengah.
5) Pendidikan guru untuk sekolah teknik. Tujuannya untuk memenuhi
keperluan guru sekolah teknik, yang menghasilkan :
a) Ijazah A Teknik (KGSTP), ijazah ini digunakan untuk
mengajar dengan wewenang penuh dalam jurusan bangunan
sipil, mesin, listrik, dan mencetak.
b) Ijazah B I Teknik (KGST), ijazah ini berwenang untuk
mengajar penuh pada ST/STM kelas I dalam jurusan bangunan
sipil, bangunan gedung, dan mesin.
c) Ijazah B II Teknik, ijazah ini berwenang penuh untuk mengajar
pada STM dalam jurusan bangunan sipil, gedung, mesin, dan
listrik.
f. Pendidikan Tinggi
ii
Pada periode ini kesempatan untuk meneruskan studi ke perguruan
tinggi terbuka lebar bagi warga negara. Lembaga pendidikan yang ada
yaitu Universitas Gajah Mada dan beberapa sekolah tinggi dan akademi di
Jakarta, Klaten, Solo, dan Yogyakarta.7
g. Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda
Pada bulan Januari 1946 didirikan suatu Universitas darurat (NOOD
Universiteit), yang terdiri dari 5 fakultas yaitu fakultas kedokteran,
fakultas hukum, fakultas sastra, dan fakultas filsafat dan pertanian di
Jakarta dan fakultas teknik di Bandung. Pada bulan Maret 1947
pemerintah Belanda secara resmi mengganti nama Universitas Darurat
dengan nama Universitas Indonesia (Universiteit Van Indonesie).
2. Periode 1950-1966
Setelah KMB pada 1949 dan terbentuknya RIS, maka diaturnya
mengenai pendidikan dan pengajaran. Salah satu hal yang menentukan masa
orde lama berkaitan dengan kebijakan pendidikan adalah dengan terciptanya
atau terwujudnya UU No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia.
Pada masa ini mulai adanya pendidikan indoktrinasi yaitu menjadikan
pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan orde lama. Pada
orde lama sudah mulai diadakannya ujian-ujian negara yang terpusat dengan
sistem kolonial yang serta ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan
kualitas.
Pada zaman ini pula siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Kebijakan
yang diambil pada masa orde lama dalam bidang pendidikan tinggi yaitu
mendirikan universitas setiap provinsi. Hal tersebut bertujuan untuk lebih
memberikan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Karena kurangnya
persiapan dosen dan sarana dan prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu
pendidikan tinggi. 8
7
Ibid, h. 163
8
Ibid, h. 166
ii
Keputusan presiden No. 145 tahun 1965 merumuskan tujuan
pendidikan nasional sesuai dengan Manipol dan USDEK. Manusia sosialis
Indonesia adalah cita-cita utama setiap usaha pendidikan Indonesia. Lebih
jauh perkembangan pendidikan Indonesia masa orde lama kebijakan
pendidikan nasional muncul sebuah kebijakan yang dikenal dengan Sapta
Usaha Tama dan Pancawardhana tertuang dalam instruksi PP & K No. 1 tahun
1959. Sapta Usaha Tama berisi tentang penertiban aparatur dan usaha
menggiatkan kesenian dan olahraga, mewajibkan usaha-usaha koperasi,
membentuk universitas, dsb. Sedangkan Pancawardhana diantaranya : (1)
perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral nasional, internasional, dan
keagamaan, (2) perkembangan intelegensi, (3) perkembangan emosional-
artistik atau rasa keharusan dan keindahan lahir batin, (4) perkembangan
kerajinan tangan, (5) perkembangan jasmani.
Pada era ini didasarkan pada UU pokok pendidikan No. 4 tahun 1950
(jo.) No. 12 tahun 1954, UU No. 2 tahun 1962 tentang perguruan tinggi,
penetapan presiden No. 5 tahun 1965. Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar
Dewantara dikembangkan pendidikan dengan sistem “among” berdasarkan
asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan
yang dikenal sebagai Panca Dharma Taman Siswa dan Semboyan “ing ngarso
sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.
Pada 1950 dicetuskan pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu
UU No. 4/1950 yang disempurnakan (jo.) menjadi UU No. 12/1954 tentang
dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 dirumuskan lagi UU
No. 22/1961 tentang pendidikan tinggi. Dengan demikian, sistem pendidikan
pada masa orde lama telah banyak dipengaruhi oleh kondisi politik bangsa
Indonesia saat itu.
3. Kurikulum pada masa orde lama
Dalam kurikulum ini membicarakan mengenai seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
ii
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum era orde lama diantaranya :9
a. Rentang Tahun 1945-1968
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran. Arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Lalu, asas pendidikannya berdasar pada Pancasila.
Kurikulum pada masa tersebut disebut dengan “Rencana Pelajaran 1947”,
yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Pada orientasi rencana pelajaran
1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Pada rencana pelajaran 1947 lebih kearah untuk
menumbuhkan kesadaran bela negara.
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut
“rencana pelajaran terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya jelas serta
seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa ini kebutuhan
peserta didik akan ilmu lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih
terperinci. Guru bertugas menentukan apa yang akan diperolah siswa di
kelas, dan guru juga menentukan standar-standar keberhasilan siswanya
dalam proses pendidikan.
c. Kurikulum 1964
Fokus kurikulum ini adalah pada pengembangan daya cipta, rasa,
karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi diantaranya : moral, kecerdasan,
emosional/artistic, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada
kurikulum ini, arah pendidikan mulai merambah dalam lingkup praktis.
Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan disekolah dapat
berkorelasi positif dengan fungsional praktis siswa dalam masyarakat.
9
Namira Tuna. Sejarah Pendidikan Masa Orde Lama. (Manado: 2017), h. 9-10
ii
2.3 Sistem Pendidikan Pada masa Orde Baru (1966-1998)
Pada era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang
pembangunan pendidikan, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan
berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) mengenai pendidikan dasar. Pada masa ini
lebih menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya (segi kuantitas) tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil dari pengajaran itu sendiri (segi
kualitas).
Pemerintah masa orde baru yang dipimpin oleh Soeharto mengedepankan
moto “membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia”.
Pada tahun 1969-1970 diadakannya Proyek Penilaian Nasional Pendidikan
(PPNP) dan dari penilaian tersebut ditemukan empat masalah pokok dalam bidang
pendidikan di Indonesia, diantaranya : pemerataan pendidikan, mutu pendidikan,
relevansi pendidikan, dan efisiensi pendidikan. Serta dalam penilaian tersebut
akhirnya menghasilkan pembentukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K). Pada masa orde baru ini dibentuk BP-7
yang menjadi pusat pengurus utama pancasila dan UUD 1945 dengan produk
mata ajarnya yaitu Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan penataran P-4. Ditahun
1980 mulai timbulnya permasalahan pendidikan di Indonesia.
Telah dipaparkan bahwa pada masa orde baru ini seluruh bentuk
pendidikan ditujukan untuk memenuhi hasrat penguasa, terutama untuk
pembangunan nasional. Siswa dididik untuk menjadi manusia “pekerja” yang
kelak akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan
negara. Pendidikan hanya ditujukan untuk mengeksploitasi intelektualitas bukan
untuk mempertahankan eksistensi manusia.10
1. Kurikulum pada masa orde baru
Pada masa ini kurikulum yang digunakan yaitu terbagi menjadi
beberapa perubahan dalam penggunaan kurikulum, diantaranya :
a. Kurikulum 1968
10
Sujatmoko Ivan. Perkembangan Pendidikan Guru pada masa Orde lama dan baru. Pressmedia,
h. 90
ii
Kurikulum 1968 ini bersifat politis dan merupakan pengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang merupakan produk orde lama. Kurikulum
1968 ini lebih menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran
yaitu : kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Muatan materinya bersifat teoritis serta tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan.11
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif,
dengan hanya menghafal teori-teori yang ada, tanpa adanya pengaplikasian
dari teori yang telah dipelajari. Aspek afektif dan psikomotorik tidak
ditonjolkan pada kurikulum ini. Kurikulum ini hanya menekankan peserta
didik dari segi intelektualnya saja.
b. Kurikulum 1975
Kurikulum ini menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih
efektif dan efisien berdasar MBO (Management by objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini, peran guru lebih penting karena setiap guru
wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Setiap guru harus memiliki perencanaan
yang mendetail dalam pelaksanaan program belajar-mengajar. Dengan
kurikulum ini semua proses belajar mengajar lebih sitematis dan bertahap.
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Peran
siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). CBSA memposisikan
11
Hj. Enung K Rukiati, dkk. Sejarah pendidikan di Indonesia. Pustaka setia bandung, h. 65
ii
guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi
ditemukan dalam kurikulum ini.
Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses
belajar-mengajar. Peserta didik juga berperan dalam membentuk suatu
pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.
d. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Pada kurikulum ini bentuk operasi kepada siswa mulai terjadi dengan
beratnya beban belajar siswa, mulai dari muatan nasional sampai muatan
lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-
masing, misalnya bahasa daerah, kesenian daerah, keterampilan daerah,
dan lain-lain.
Kelompok kepentingan masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Pada akhirnya kurikulum 1994 menjadi
kurikulum yang super padat dan peserta didik banyak dihadapkan dengan
beban belajar yang harus mereka tuntaskan.
ii
daya manusianya tetapi lebih kearah untuk mengutamakan orientasi politik agar
semua rakyat patuh akan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Indotrinisasi pada masa orde baru ditanamkan sedari sekolah dasar hingga
tingkat pendidikan tinggi. Pendidikan yang seharusnya memiliki kebebasan
pemikiran tetapi dengan hal indoktrinisasi maka peserta didik pun harus mematuhi
setiap kebijakan yang dibuat pemerintah. Semua sistem pun berjalan sangat kaku
dan bersifat otoriter.
Kebijakan pendidikan pada masa orde baru mengarah pada penyeragaman
baik dari segi pakaian hingga dalam segi pemikiran. Hal tersebut mengakibatkan
generasi bangsa yang takut akan sanksi dari pemerintah dan minim akan ide.
Bukan hanya pendidikan dalam politik pun ditetapkan bahwa hanya 3 partai yang
berhak mengikuti pemilu, partai politik pun jumlahnya dibatasi. Kebijakan
tersebut bukan lagi mencerminkan UUD 1945 yang menjadi dasar negar ini.
2. Jenjang Pendidikan di Masa Orde Baru
a) Pendidikan Dasar12
1) Taman kanak-kanak (lama pendidikan 2-3 tahun)
Pertumbuhan anak selama pra sekolah sangat menentukan bagi
perkembangannya yang lebih lanjut. Dalam taman kanak-kanak ini
metode belajar-mengajar mengikuti tingkat umur masing-masing
peserta didik karena tingkat umur yang berbeda harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak. Pendidikan pra sekolah ini tidak
diwajibkan, karena pendidikan taman kanak-kanak bukanlah syarat
untuk memasuki sekolah dasar.
2) Sekolah dasar (lama pendidikan 5-6 tahun)
Di sekolah dasar ini, peserta didik dibekali oleh pengajaran
untuk memiliki kehidupan baik untuk diri sendiri dan untuk
lingkungan masyarakatnya. Setiap warga negara diwajibkan untuk
menempuh pendidikan yang sekurang-kurangnya dapat membekali
mereka dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang
disebut kemampuan melek huruf fungsional. Kemampuan tersebut
12
Nurdahlia hala’a. perkembangan pendidikan pada masa orde baru. (Manado), h. 10-13
ii
meliputi membaca, menulis, berhitung, pengetahuan umum, serta
pendidikan agama dan kewarganegaraan.
b) Pendidikan lanjutan
1) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (lama pendidikan 3 atau 4
tahun)
Sekolah ini memiliki fungsi sebagai kelanjutan pendidikan
dasar dan sebagai masa peralihan ke pendidikan lanjutan yang lebih
tinggi. Di sekolah ini diberikan pelajaran akademik untuk meneruskan
pendidikan di jalur umum dan pelajaran keterampilan untuk membantu
penelusuran bakat ke jalur kejuruan.
2) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (lama pendidikan 3 atau 4 tahun)
Sekolah ini merupakan sistem sekolah yang komprehensif
untuk mempersiapkan peserta didik yang kemungkinan akan
melanjutkan untuk bekerja atau kemungkinan untuk meneruskan
pendidikan ke perguruan tinggi. Maka kurikulumya atau proses
pembelajarannya bersifat intensif, baik untuk persiapan kerja maupun
ke perguruan tinggi.
c) Pendidikan Tinggi
Dalam pendidikan tinggi ini peserta didik sudah masuk ke dalam
perguruan tinggi dimana mereka melanjutkan pendidikannya untuk
menjadi tenaga professional serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Dalam pendidikan tinggi dikenal dengan program gelar seperti program
sarjana. Pasca sarjana, dan program doktor. Lalu dalam pendidikan tinggi
ini juga digunakan untuk mempersiapkan tenaga penelitrian dan pengajar
dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
d) Pendidikan Luar Biasa
Pendidikan ini diperuntukkan bagi peserta didik yang
perkembangannya terhambat baik dari faktor fisik, psikologis, dan mental.
Oleh karena itu, pendidikan ini diadakan untuk peserta didik yang harus
bersekolah di sekolah khusus dan pelaksanaan pembelajarannya diatur
secara ketat.
ii
3. Kebijakan Pemerintah Mengenai Pendidikan Pada Masa Orde Baru
a) Upaya Pemberantasan buta huruf
Tujuan pemerintah melakukan pemberantasan buta huruf yaitu
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat guna meningkatkan taraf
kehidupan sosial, dengan cara memberikan kesempatan bagi yang buta
huruf memperoleh keterampilan membaca, menulis, dan menghitung.
Hasil sensus pada tahun 1971 menunjukkan jumlah orang yang buta
huruf di seluruh Indonesia masih sebanyak 32.21 juta yaitu orang yang
tidak bisa membaca huruf latin.
Lalu pada tahun 1972 pemerintah memperkenalkan pendidikan
Aksarawan fungsional yaitu memberikan pelajaran membaca, menulis,
dan berhitung serta keterampilan tertentu. Hal ini diajarkan oleh yang
ahli dalam bidangnya dan menggunakan alat peraga untuk
memudahkan dalam penyampaiannya.
b) Pendidikan masyarakat dan pendidikan luar sekolah (PLS)
Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang diberikan di
luar sekolah formal yang ditujukan dengan memberikan bimbingan kepada
masyarakat. Tujuannya yaitu mendidik masyarakat Indonesia untuk
memiliki kemampuan mental, spiritual, dan keterampilan guna
mewujudkan masyarakat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
pendidikan masyarakat diajarkan pendidikan agama dan budi pekerti,
kecerdasan dan keterampilan, kewarganegaraan, berorganisasi, dan hidup
mandiri.
Sedangkan pendidikan luar sekolah (PLS) peserta didiknya
berusian sekitar 10-24 tahun. materi yang diajarkan adalah pengetahuan
bercocok tanam, pemberantasan buta aksara, dsb. Metode pengajarannya
melalui kursus, bahan bacaan, radio, dan media lainnya.
c) Kegiatan inovasi pendidikan
Berbagai proyek inovasi meliputi jenis dan tingkat pendidikan di
dalam maupun luar sekolah mulai dikembangkan yang sesuai dengan yang
ii
tertera dalam seminar inovasi pendidikan di Jakarta pada Januari 1975,
diantaranya :13
1) Proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP)
2) Proyek pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua, dan guru
(PAMONG)
3) Pendidikan pramuka untuk transmigrasi
4) Pusat kegiatan belajar
5) Kuliah kerja nyata (KKN)
6) Badan usaha tenaga sukarela Indonesia (BUSTI)
7) Proyek pengembangan sistem informasi pendidikan dan
kebudayaan
8) Sekolah staf pemimpin administrasi (SESPA)
9) Proyek perintis perencanaan integral pendidikan daerah
(PROPIDA) di Sumatera dan Jawa Timur
10) Proyek percobaan radio pendidikan
11) Program pembinaan bakat
12) Proyek STM pembangunan
13) Sistem kegiatan pembelajaran oleh masyarakat
14) Penggunaan sistem perencanaan dan program anggaran (PPBS) di
pendidikan tinggi
15) Sistem informasi pengelolaan di pendidikan tinggi
16) Proyek pendidikan guru
17) Pengembangan sekolah luar biasa
18) Pemerataan pendidikan teknologi
19) Pengguanaan berbagai media untuk penataran guru
20) Proyek pendidikan IPA untuk sekolah lanjutan umum
21) Sekolah menengah pertama terbuka
22) Proyek pengembangan pendidikan guru (P3G)
23) Program akta mengajar V
13
Nurdahlia hala’a. perkembangan pendidikan pada masa orde baru. (Manado), h. 15-25
ii
24) Wajib belajar
25) Universitas terbuka
26) Pembinaan generasi muda
Pendidikan yang tepat dan efektif akan melahirkan anak-anak bangsa yang
cerdas,bermoral,memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Negara-negara yang
telah berhasil mencapai kemajuan dan menguasai teknologi peradaban mengawali
kesuksesannya dengan memberi perhatian yang besar terhadap sektor pendidikan
nasionalnya. Sektor pendidikan mendapat dukungan penuh dan secata terus
menerus sistemnya diperbaiki agar sesuai dengan kondisi,kebutuhan,dan daya
akses seluruh lapis masyarakat mereka.
ii
globalisasi dan keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat komunikasi yang
luar biasa. Harus kita ketahui, pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih jauh
dari yang diharapkan. Begitu juga dengan mutu yang dihasilkan. Padahal amanat
Undang-Undang Dasar 1945 mematok tujuan pendidikan nasional begitu tinggi,
mencerdaskan bangsa Indonesia. Cerdas dalam artian mayoritas rakyat Indonesia
memiliki budaya belajar dan mengajar dalam aktifitas kesehariannya.
ii
hanya karena sistem pendidikan yang ada saat ini tidak baik, melainkan oknum-
oknum yang menjalankan sistem tersebut yang kualitasnya belum merata dan
sama baiknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara.
Pendidikan yang baik tercipta dari sistem pendidikan yang baik dan selalu update
setiap zamannya. Sistem pendidikan di indonesia selalu mengalami perkembangan
disetiap zamannya mulai dari zaman pra kemerdekaan ,kemerdekaan dan orde
lama, orde baru, reformasi, dan saat ini. Tentunya perkembangan itu menuju pada
membaiknya sistem pendidikan indonesia. Dimana di zaman pra kemerdekaan,
rakyat tidak bisa sepenuhnya merasakan pendidikan sehingga dizaman
kemerdekaan dan orde lama ini pendidikan mulai bisa dirasakan sepenuhnya
walaupun belum berkualitas sepenuhnya. Dizaman orde baru dan reformasi ini lah
bukti nyata secara signifikan bahwasanya sistem pendidikan mengalami perbaikan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Dan dizaman saat ini kita
dapat merasakan pendidikan yang bener berkualitas walaupun belum sempurna
ii
seutuhnya setidaknya kita dapat manisnya hasil pendidikan dengan sistem
pendidikan yang baik dan update.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami dapat sajikan dipembelajaran manajemen
pendidikan nasional guna sebagai bahan pembelajaran kita bersama. Semoga
penyajian pada makalah ini dapat bermanfaat untuk para civitas akademika ,
mahasiswa, dan masyarakat umum lainya. Menyadari kekurangan yang ada pada
makalah yang kami buat setidaknya dapat memberikan kritik dan saran yang
mendukung guna terciptanya penyajian makalah yang lebih baik lagi.
Daftar pustaka
https://www.kompasiana.com/faris_15/5528a7bff17e6197728b4599/pendidikan-
di-indonesia-dari-jaman-ke-jaman
https://gatotardiansah.wordpress.com/pengantar-pendidikansejarah-pendidikan-di-
inonesia/
ii