LANDASAN KEPENDIDIKAN
JUDUL :
LANDASAN HISTORIS DAN LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan
Kependidikan)
Dosen Pengampu:
Dr. Khairuddin, M.Pd
NIP. 195903111985031002
Disusun oleh :
Saifan
Syarifah Nargis
Budiyarto
Assalamu‟alaikum Wr Wb,,
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas untuk membuat makalah
Landasan Pendidikan yang berjudul “Landasan Historis Pendidikan dan Landasan Yuridis
Pendidikan”.
Tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Landasan Kependidikan.
Dalam penulisan makalah tentu kami sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan masukan dan saran guna dapat kami perbaiki di lain
kesempatan.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak Dr. Khairuddin, M.Pd selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Landasan Kependidikan, teman-teman yang telah membantu
penyusunan makalah ini, dan teman-teman pada Magister Administrasi Pendidikan tahun
ajaran 2022/2023 yang kami banggakan.
Kami mohon maaf jika terdapat ketidak sempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
selain daripada hal ini karena keterbatasan kami, juga karena kami yakin bahwa
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca semua. Amin.
Wassalamua‟alaikum Wr Wb.
1. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini hampir seluruh negara-negara di dunia menghadapi tantangan pendidikan untuk
mewujudkan keunggulan daya saing negaranya dalam percaturan global. Sistem yang
canggih dan berbagai pengembangan strategi pendidikan terus di improvisasi demi mencapai
tujuan pendidikan yang telah diterapkan dan disepakati bersama. Khusus bagi Indonesia,
tujuan pendidikan telah tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
Standar nasional pendidikan diciptakan untuk membatasi kriteria minimum tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh desentralisasi sistem
pendidikan dalam kerangka pemerintahan Indonesia yang menganut asas otonomi daerah.
Terciptanya mekanisme ini tidak lepas dari perjalanan pendidikan Indonesia yang dipengaruhi
oleh berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Bagian ini mengarah pada historis
pendidikan Indonesia yang menganut berbagai paham, aliran, dan konsep-konsep pendidikan
dari berbagai tokoh-tokoh Indonesia sendiri.
Sejak awal tahun 1970 sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan terus menerus,
sejalan dengan program pembangunan di bidang pendidikan yang mulai dilaksanakan secara
terprogram sejak 40 tahun yang lalu (Suryadi, 2014: 40). Berbagai rintisan program dalam
pelayanan pendidikan tercermin dalam kurikulum yang dinamis dan menggambarkan
periodisasi pendidikan. Perubahan zaman yang dialami menuntut peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang dihasilkan dari proses pendidikan. Sejarah perjuangan bangsa
pada masa lampau juga berimplikasi terhadap sistem pendidikan yang terjadi pada hari ini.
Segala unsur yang menjadi faktor di dalamnya membentuk penciptaan individu sebagai insan
pendidikan.
Mengingat sejarah dan belajar darinya akan membuat refleksi pada sebuah tujuan dan
merupakan titik balik menuju suatu kebangkitan pendidikan. Sejarah yang dispesifikasi ke
dalam kajian filsafat pendidikan akan menjadi perbandingan. Karena perubahan akan
semakin mudah bila belajar dari perbandingan dan kesalahan masa lalu. Demikian halnya
dalam aspek pendidikan, sejarah dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran dan refleksi untuk
perbaikan sistem pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.
Pada kesempatan ini, ijinkan kami dari kelompok IV (empat) memaparkan makalah kami
yang berjudul Landasan Historis dan Landasan Yuridis di Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah landasan historis pendidikan indonesia?
Siapa saja Tokoh yang mempengaruhi pendidikan Dunia dan Indonesia?
Apa saja yang menjadi landasan yuridis pendidikan indonesia?
3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar setiap mahasiswa dapat mengerti dan
memahami landasan historis dan landasan yuridis pendidikan di Indonesia, serta mengenal
para tokoh yang mempengaruhi pendidikan dunia dan Indonesia dengan harapan makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua kalangan di kemudian hari.
BAB II
LANDASAN HISTORIS DAN LANDASAN YURIDIS
DALAM PENDIDIKAN
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada
umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau
(Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan
merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Ada beberapa
zaman yang memiliki pengaruh pada dunia pendidikan yaitu zaman-zaman: Zaman Realisme,
Zaman Rasionalisme, Zaman Naturalisme, Zaman Developmentalisme, Zaman Nasionalisme,
hingga sampai pada zaman Reformasi di Indonesia.
Oleh karena itu, landasan (pendidikan) merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar
pijakan dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu landasan sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan sebagai dasar, kekuatan, tumpuan, pedoman maupun sumber untuk
melaksanakan pendidikan.
Pendidikan adalah hal terpenting yang harus didapatkan dalam kehidupan manusia, bahkan
Pendidikan merupakan adalah hak asasi manusia setiap warga negara yang dijamin dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28C Ayat (1) berbunyi, Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Secara sederhana,
pendidikan dapat menjadi sarana individu supaya dapat terhindarkan dari kebodohan.
Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi pula pengetahuan yang akan
didapatkan.
Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung, mulai dari zaman Hellenisme
(150 SM-500), zaman pertengahan (500-1500), zaman Humanisme atau Renaissance serta
zaman Reformasi dan Kontra Reformasi (1600-an). dapat dilihat dan dipahami bahwa
Pendidikan yang mulai menunjukkan perbedaan eksistensinya dengan pendidikan-pendidikan
sebelumnya.
Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah John Locke. Teorinya yang
terkenal adalah leon Tabularasa atau a blank sheet of paper, yaitu mendidik seperti
menulis di atas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya
manusia digunakan untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan
jiwa manusia ini bisa mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme,
individualisme, dan materialisme (Ibid.: 114-115).
Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alam-
lah yang menjadi guru, sehingga pendidikan dilaksanakan secara alamiah (pendidikan
alam) (ibid.: 115-16). Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh
kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri
(Mudyahardjo, 2008: 118). Menurut Rousseau ada tiga asas mengajar, yaitu:
Akibat negatif dari pendidikan ini adalah munculnya chauvinisme di Jerman, yaitu
kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa negara,
seperti di Jerman, yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2007:
120-21).
2.1. Zaman Pengaruh Hindu Dan Budha Hinduisme dan Budhisme datang ke Indonesia
sekitar abad ke-5.
Hinduisme dan Buddhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun di Indonesia
keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur
Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada lambang
Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, secara etimologis berasal dari keyakinan
tersebut (Mudyahardjo, 2008: 215) Tujuan pendidikan pada zaman ini sama dengan
tujuan kedua agama tersebut. Pendidikan dilaksanakan dalam rangka penyebaran dan
pembinaan kehidupan beragama Hindu dan Budha.
Tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup Islam, yaitu mengabdi
sepenuhnya kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad s.a.w. untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan Islam
ini tidak diselenggarakan secara terpusat, tetapi secara perorangan melalui para ulamanya
di suatu wilayah tertentu dan terkoordinasi oleh para wali di Jawa, terutama Wali Songo.
Menurut buku Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia karya Sofyan Rofi (2016),
pendidikan Islam pertama kali dilakukan dengan sistem halaqoh, yakni proses
pengajaran yang dilakukan di berbagai tempat ibadah, seperti Mushola, Masjid, dan juga
rumah-rumah para ulama. Pada awalnya, tahap pengenalan pendidikan Islam di
Indonesia memang dilakukan secara informal. Jadi, tidak ada jadwal ataupun waktu
tertentu untuk belajar secara tetap.
Hal inilah yang kemudian memicu munculnya sistem pendidikan formal yang lebih
terencana dengan waktu, tempat, dan materi tertentu yang telah terstruktur. Adapun
macam-macam lembaga formal Islam pertama di Indonesia antara lain sebagai berikut.
2.4. Zaman Kolonial Belanda Kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan
masuknya ide-ide liberal tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan
intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial.
Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda selama setengah
abad ke-19. Pada tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh Van Deventer berjudul Hutang
Kehormatan dalam majalah De Gids. Ia menganjurkan agar pemerintahan lebih
memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia (politik etis).
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang
pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini masih
bersifat terbatas dan telah menimbulkan elite intelektual baru. Golongan baru inilah yang
kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang masih
bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo
pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928.
Selain itu tokoh-tokoh pendidik pada lainnya adalah
Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di
Sumatera Barat pada Tahun 1926. Maksudnya adalah mendidik anak-anak agar dapat
berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka.
Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, sistem, dan
metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa,
Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.
Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di
Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan
agama Islam.
Perjuangan dilanjutkan dengan dilakukannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Dari isi
sumpah ini terlihat bahwa persatuan bangsa Indonesia semakin kuat. Ketika perjuangan
fisik berakhir, maka wujud-wujud nilai–nilai 45 (berani berbuat, rela berkorban, kompak
bersatu, rasa senasib dan sepenanggungan, pantang menyerah, mendahulukan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi, patuh kepada pimpinan, cinta akan
kebenaran dan keadilan, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sudah mengkristal dan
menjadi lebih jelas.
Pendidikan
(1)Pendidikan Kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga pemerintahan nondepartemen.
(2)Pendidikan Kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen
atau lembaga pemerintah nondepartemen.
(3)Pendidikan Kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
(4)Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintahan.
Pendidikan keagamaan
(1)Pendidikan Keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan kelompok masyarakat
dari pemeluk agama sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
(2)Pendidikan Keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan menjadi ahli
ilmu agama.
(3)Pendidikan Keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal
dan informal.
(4)Pendidikan Keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja,
samanera dan bentuk lain yang sejenis.
Bahasa pengantar
(1)Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional.
(2)Bahasa daerah dapat menjadi bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan
(3)Bahasa asing digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu.
BAB III
KESIMPULAN