Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Muslich Shabir, MA

Disusun oleh:
1. Laili Hidayatun Wafiroh (2202036056)

2. Zahra Istiqlalia (2202036057)

3. Refana Ahmad (2202036060)

Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

2022

1
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, dengan judul
Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritis dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Muslich Shabir,MA
selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang
selalu setia membantu dalam mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan, kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata smepurna.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpa kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.
Aamiin yarabbal’’alamin.

Semarang, 20 September 2022

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN .........................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
Bab II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah ...............................................................6
B. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah.....................7
C. Tokoh yang Berperan Dalam Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa
Daulah Abbasiyah................................................................................................11
D. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah ...........................................................................13
Bab III PENUTUP.................................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................14
Daftar Pustaka........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah.


Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan
naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat
pengembangan ilmu dan perpustakaan dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan
keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah
tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah
dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti


Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass.
Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari
tahun 750-12 (Ratu Suntiah dan Maslani, 1997:44). Pada abad ketujuh terjadi
pemberontakan diseluruh negeri.

Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala


pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan
Ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah) yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan
Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani
Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah (A. Syalabi. 2008:
175). Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak keemasan pada
masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan seperti
bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah? 2. Bagaimana perkembangan
peradapan islam pada masa Daulah Abbasiyah?
2. Siapa saja tokoh yang berperan penting dalam kemajuan peradaban islam pada
masa Daulah Abbasiyah?
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
2. Untuk mengetahui perkembangan peradapan islam pada masa Daulah
Abbasiyah
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan penting dalam kemajuan
peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem Internal
dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinasti
Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin umat
Islam adalah dari kalangan bani Abbasiyah. Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak
mendapat simpati masyarakat terutama dari kalangan Syi’ah, karena bernuansa
keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan seperti yang dipraktikkan
oleh khulafaurrasyidin. 1 Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang
paman Nabi yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini
didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-
Abbas. 2 Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah Atas
kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim yang secara nasab
keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa
menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan
dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan
pemberontakan terhadap dinasti Umayyah. 3 Di antara yang mempengaruhi berdirinya
khilafah bani Abbasiyah adalah adanya beberapa kelompok umat yang sudah tidak
mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayah yang notabenenya
korupsi, sekuler dan memihak sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok Syiah
dan Khawarij (Badri Yatim. 2008:49-50) serta kaum Mawali (orang-orang yang baru
masuk islam yang mayoritas dari Persi). Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari
Umayyah ke Abbasiyah, wilayah geografis dunia islam membentang dari timur ke
barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam,
Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini mengantarkan terjadinya
interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah lainnya. Interaksi ini memungkinkan
proses asimilasi budaya dan peradaban setiap daerah. Nyanyian dan musik menjadi tren
dan style kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah
diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka.
Seniman-seniman terkenal bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al
Mosuly dan anaknya Ishaq. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis
mulai dari pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan wanita.
Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan.
Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim
Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri
dari bangsa Persia dan meletakan ibu kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang

1 Dudung Abdurrahman dkk. Sejarah Peradaban Islam Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2003),
him. 118
2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 49.
3 M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), him.

143.

5
dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti bangsa Aria dan Sumit dan
agama Islam, Kristen, dan Majusi.
Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi berdasarkan ras
atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan, menurut jarzid Zaidan, masyarakat
Abbasiyah terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas
khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara
(Menteri, gubernur dan panglima). Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada
umumnya, petugas khusus, tentara dan pembantu Istana. Sedangkan kelas umum terdiri
dari para seniman, ulama, pujangga fukoba, saudagar dan penguasa buruh dan petani.
Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan
kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri
dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman
nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga
tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik
dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak
berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut
aliran Syi'ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan
dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang
penduduknya mendukung Bani Hasyim. la mempunyai warga yang bertemperamen
pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu
dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan
dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan.
Selama kekuasaan mereka tersebut, peradaban Islam sangat berkembang. Jika
pada masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada masa
Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam. Kalau
dinasti Umayyah terdiri atas orang-orang ‘Arab Oriented’, dinasti Abbasiyah lebih
bersifat internasional, assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi
Timur, Mesir dan sebagainya.
Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan menjadi
dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam. Diktum dari Tsalabi: al-Mansur sang
pembuka, al-Ma'mun sang penengah, dan al-Mu'tadhid sang Penutup' mendekati
kebenaran, Setelah al-Watsiq pemerintahan mulai menurun hingga al-Mu'tashim
khalifah ke 37, jatuh dan mengalami kehancuran di tangan orang Mongol 1258.
B. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani ‘Abbas menjadi lima periode. Periode-periode
dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Periode pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode perama pengaruh
Persia pertama.

2. Periode kedua (232 H/847 M 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.

6
3. Periode ketiga (334 H/945 M 447 H/1055 M), disebut masa kekuasaan Dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga dengan
masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode keempat (447 H/1055 M-590 H/1194 M), masa kekuasaan Dinasti Bani
Saljuk dalam pemerintahan khilafah ‘Abbasiyah. Periode ini disebut juga dengan
masa pengaruh Persia kedua.

5. Periode kelima (590 H/1194 M 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaan hanya efektif di sekitar Baghdad. 4

Selama berkuasa selama 5 abad Dinasti Abbasiyah dipimpin oleh 37 khalifah


diantaranya adalah
1. Abul Abbas Abdullah bin Muhammad As Saffah (750M – 754M)
2. Abu Ja’far Al Mansur (754M -775M)
3. Abu Abdillah Muhammad Al Mahdi (775M -785M)
4. Abu Muhammad Musa Al Hadi (785M – 786M)
5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786M – 809M)
6. Abu Musa Muhammad Al Amin (809M – 813M)
7. Abu Ja’far Abdullah Al Makmun (813M – 833M)
8. Abu Ishaq Abdullah Al Mu’tasim (833M – 842M)
9. Abu Ja’far Harun Al Washiq (842M – 847M)
10. Abul Fadl Ja’far Al Mutawakkil (847M – 861M)
11. Abu Ja’far Muhammad Al Muntasir (861M – 862M)
12. Abul Abbas Ahmad Al Musta’in (862M – 866M)
13. Abu Abdillah Muhammad Al Mu’taz (866M – 869M)
14. Abu Ishaq Muhammad al-Muhtadi, (869M – 870M)
15. Abul Abbas Ahmad al-Mu’tamid, 870M – 892M)
16. Abu ‘Abbas Ahmad al-Mu’tadid, (892M – 902M)
17. Abu Ahmad ‘Ali al-Muktafi, (902M – 908M)
18. Abul Fadl Ja’far al-Muqtadir, (908M – 932M)
19. Abul Mansur Muhammad al-Qahir, (932M – 934M)
20. Abul Abbas Ahmad ar-Radi, (934M – 940M)
21. Abu Ishaq Ibrahim al-Muttaqi, (940M – 944M)
22. Abul Qasim Abdullah al-Mustaqfi, (944M – 946M)
23. Abul Qasim al-Mufaddal al-Muți, (946M – 974M)
24. Abul Fadl ‘Abdul Karim at-Ta’i, (974M – 991M)
25. Abul’Abbas Ahmad al-Qadir, (991M – 1031M)
26. Abu Ja’far Abdullah al-Qa’im, (1031M – 1075M)
27. Abul Qasim Abdullah al-Muqtadi, 1075M – 1094M)
28. Abul ‘Abbas Ahmad al-Mustazhir, (1094 M – 1118M)
29. Abul Mansur al-Fadl al-Mustarsyid, (1118 M – 1135M)
30. Ja’far al-Mansur ar-Rasyid, (1135 M – 1136M)
31. Abu Abdillah Muhammad al-Muqtafi, (1136 M – 1160M)

4 Muslich Shabir, Sejarah Peradaban Islam, Lembaga Studi Sosial dan Agama, Semarang 2019, hal.82-83

7
32. Abul Muzaffar al-Mustanjid,(1160 M – 1170M)
33. Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadi, (1170 M – 1180M)
34. Abul Abbas Ahmad an-Naşir, (1180 M – 1225M)
35. Abu Nasr Muhammad az-Zahir, 1225 M – 1226M)
36. Abu Ja’far al-Mansur al-Mustansir,(1226M – 1242M)
37. Abu Ahmad ‘Abdullah al-Musta’şim, (1242 M – 1258M)5
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun
ar-rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dalam dunia islam Pada masa ini pula umat Islam telah memberikan
kebebasan bagi berperangnya akal dan pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Pada
masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu dari berbagai
bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan menambah kemajuan
ilmu pengetahuan dalam dunia islam. 6 Di samping banyak bermunculan karya-karya
ilmuwan muslim bermunculan pula karya-karya berbahasa asing terutama bahasa
Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab buku-buku dari berbagai bahasa dan
berbagai judul itu dipilih dan diserahkan kepada para ilmuwan muslim untuk
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab Khalifah menyediakan dana yang sangat besar
untuk kegiatan penerjemahan ini. Yang menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan
pada masa Bani Abbasiyah adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang ini tidak hanya berasal dari bangsa Arab muslim atau
dikenal dengan kaum mawali. Kaum mawali adalah muslim yang berasal dari bangsa
non-arab terutama orang-orang yang berasal dari Persia. Para ilmuwan muslim pada
masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga benua untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ketiga
benua yang dipilih adalah benua Asia Eropa dan Afrika. Dari 3 benua ini dianggap
mengalami kemajuan yang sangat pesat dari semua ilmu pengetahuan.
Setelah kembali dari tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca dan
menerjemahkan buku-buku tersebut. Dalam waktu yang lama mereka berusaha
menggali berbagai pengetahuan dan kemudian menulis berbagai buku terutama buku-
buku dalam bentuk Dairatul Ma’arif atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan
ensiklopedia.
Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus
mengembangkan pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai
pusat kegiatan pendidikan. Dengan semakin giat nya kaum muslimin mempelajari
berbagai ilmu dari berbagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan muslim dan buku-
buku berbahasa asing yang diterjemahkan oleh mereka Maka masyarakat Islam pada
masa itu menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa.
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara
barat(EROPA). Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam
berkembang tidak kalah pesatnya. Berbagai hasil penemuan dan penelitian ilmiah
dibukukan oleh para ilmuwan muslim.

5 Muslich Shabir, Sejarah Peradaban Islam, Lembaga Studi Sosial dan Agama, Semarang 2019, hal. 84-87
6 Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010, hlm. 12

8
Kegiatan penerjemahan dari berbagai buku karya ilmuwan besar Eropa terus menerus
berlangsung. Pembangunan tempat kegiatan kegiatan belajar sangat pesat dan sangat
diperhatikan oleh para penguasa muslim yang ada di sana. Kegiatan-kegiatan belajar
diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan. Kota-kota besar dan berbagai
peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan bukti sejarah kemajuan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani Abbasiyah.
b. Tempat-tempat belajar
Yang menarik bahwa perpustakaan yang dibangun oleh umat Islam juga dikunjungi
oleh masyarakat Eropa dari berbagai agama mereka membaca buku-buku tentang Islam
dalam bahasa Arab masyarakat Eropa pada waktu itu belajar banyak dari umat Islam
itu pula yang menjadi sebab tertariknya masyarakat Eropa untuk lebih jauh mempelajari
Islam dan akhirnya tak sedikit yang memeluk agama Islam.
Dari kegiatan kegiatan belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan inilah
kemudian muncul ilmuan-ilmuan Islam yang terkenal dalam berbagai bidang. Ilmu-
ilmu yang berkembang sangat pesat di saat itu antara lain adalah agama sastra filsafat
fiqih Tafsir dan Hadits. Masjid-masjid Di samping sebagai tempat beribadah juga
merupakan sekolah utama bagi umat Islam pada masa Bani Abbasiyah pertama Selain
itu masjid juga dijadikan sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian.
Misalnya masjid Basrah yang ada di Irak. Di masjid ini kaum muslimin mempelajari
ilmu pengetahuan tentang Al Quran Hadits fiqih tafsir akhlak dan lain-lain. Hal itulah
yang menjadikan ilmu pengetahuan di kota Basrah ini mengalami kemajuan yang luar
biasa. Adapun orang-orang yang berasal dari bukan Arab, mereka harus terlebih dahulu
mempelajari bahasa Arab. Mereka mempelajari bahasa Arab dengan kaidah-kaidahnya
dan juga harus mengikuti etika Islam agar dapat mempelajari ilmu ilmu pengetahuan
Islam khususnya Alquran dan hadis. Dari waktu ke waktu tempat tempat belajar pada
masa Daulah Abbasiyah berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan dengan semakin
pesatnya gerakan penerjemahan berbagai macam kitab atau buku dari berbagai bahasa
dan bangsa ke dalam bahasa Arab. Hal ini juga didukung dengan berkembangnya
industri kertas yang terus dikembangkan oleh para khalifah untuk menunjang majunya
penerbitan buku buku. 7 Pada mulanya tempat-tempat belajar pada masa itu tidak
berbentuk madrasah atau sekolah atau Pesantren sebagaimana yang ada pada masa kini.
Tempat belajar ketika itu hanya merupakan tempat orang-orang yang berkumpul untuk
belajar ilmu pengetahuan tempat-tempat tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan menengah.
2. Masjid, ya itu yang biasa dipakai belajar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi
3. Majlis Muhadharah, yaitu majelis Tempat bertemunya para ulama, sarjana, ahli
fikir untuk membahas masalah masalah terkini
4. Darul Hikmah, didirikan oleh Khalifah Al Makmun, Darul Hikmah adalah
perpustakaan terbesar pada masa Bani Abbasiyah. Di tempat ini juga disediakan
tempat tempat belajar bagi pengunjung perpustakaan. Disamping itu dibangun pula
sebuah perguruan tinggi yang diberi nama Darul Hikmah.

7 Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010, hlm.13

9
5. Madrasah, Pertama kali didirikan oleh Perdana Menteri Nidhamul Muluk yang
memerintah pada tahun 456-485 H. Madrasah tersebut didirikan di kota Baghdad,
Basrah, Muro, Thabaristan, naisabur, Hara, Isfahan, dan kota kota lainnya.
Madrasah madrasah yang didirikan mulai dari tingkat dasar menengah dan
perguruan tinggi seperti yang ada pada saat ini.

c. Kegiatan Menerjemah
Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah khususnya
pada masa Khalifah Al Mansur, salah satunya disebabkan oleh adanya gerakan
penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Buku-buku Terjemahan ini
sangat membantu umat Islam dalam mempelajari dan memahami berbagai cabang ilmu
pengetahuan dari berbagai bahasa dan bangsa. Di antaranya kitab atau buku bidang
sejarah ilmu kalam filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, musik, dan lain-lain.
Proses penerjemahan buku-buku asing tersebut tidak langsung diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab tetapi terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Syria bahasa
sirih adalah bahasa ilmu pengetahuan di Mesopotamia pada waktu itu bahasa syriac
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa-masa berikutnya
penerjemahan dilakukan langsung ke dalam bahasa Arab.
d. Pusat pusat kegiatan ilmu Pengetahuan
Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
terus bertambah. Hal ini disebabkan dengan semakin semangat dan bertambahnya umat
Islam yang hendak menuntut dan sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan di
berbagai bidang. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan oleh khalifah
dilengkapi dengan berbagai fasilitas atau perlengkapan Hal ini dilakukan untuk
mempermudah kaum muslimin mencari sumber dan Informasi tentang ilmu
pengetahuan yang diminatinya. Adapun kota-kota besar yang menjadi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah antara lain
Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus, Fusthat, dan Qairawan. Sedangkan beberapa kota
baru yang dibuka sebagai pusat pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah antara lain
Baghdad, Isfahan. Naisabur, Basrah dan lain-lain.
e. Bidang sosial dan budaya
Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses
akulturasi dan asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembangunan
istana dan kota kota, seperti pada istana qohsrul dzahabi, dan qoshrul khuldi. Kemajuan
juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa ini lahir seorang
sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas Abu athaHiyah, Al-Mutanabby,
Abdullah bin Muqafa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca
hingga kini.
f. Bidang politik dan militer
Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan Keamanan
yang disebut diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua yang berkaitan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas

10
kenyataan politik militer bahwa pemerintah dinasti Abbasiyah banyak terjadi
pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
namerintah dinasti Abbasiyah.
C. Tokoh yang berperan dalam kemajuan peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah

1. Biografi Khalifah Abu Jafar al mansur


Abu Jafar al mansur adalah Putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas
bin Abdul Muthalib. Abu Jafar al mansur dilahirkan di Kota Himaymah pada tahun 101
H. Ibunya bernama Salamah mantan seorang hamba sahaya. Abu Ja’far al-mansur
bersaudara dengan Ibrahim bin Muhammad dan Abbul Abbas bin Muhammad. Tiga
orang bersaudara inilah yang dianggap sebagai pendiri Daulah Abbasiyah Tetapi hanya
2 orang yang menjadi khalifah yaitu Abbul Abbas dan Abu Jafar al mansur, sedangkan
Ibrahim meninggal pada saat berperang melawan Marwan bin Muhammad (khalifah
Bani Umayyah). Para ahli sejarah mengetahui bahwa pendiri Daulah Abbasiyah
sesungguhnya adalah Abu Ja’far al-mansur karena beliau peletak dasar sistem
pemerintahan dan mengatur politik Daulah Abbasiyah. Abu Jafar al mansur dikenal
pula sebagai khalifah yang berpikiran maju pemberani dan rapi dalam pemerintahan
jalur pemerintahan diatur dengan sangat rapi mulai dari daerah Desa hingga ke tingkat
pusat teratur dan terarah dengan baik. 8
2. Masa kekhalifahan Harun ar-rasyid
Harun ar-rasyid adalah khalifah ke-5 dari kekhalifahan Abbasiyah dan
memerintah antara tahun 786 m hingga 803 m. Ayahnya bernama Muhammad Almahdi
dan kakaknya bernama Musa Al Hadi. Musa Al Hadi adalah khalifah yang ketiga di
Daulah Abbasiyah. Era pemerintahan Harun yang dilanjutkan oleh Makmun ar-rasyid
dikenal sebagai masa keemasan Islam The Golden Age of Islam) di mana saat itu
Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan. Khalifah Harun ar-rasyid terkenal
sebagai khalifah yang taat dalam beragama Dermawan dan mencintai ilmu
pengetahuan. Beberapa usaha khalifah Harun ar-rasyid dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam antara lain adalah mengangkat Wazir menjaga
keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, serta
meningkatkan kesejahteraan rakyat.9
3. Masa kekhalifahan Abdullah Al Makmun

Nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun Ibnu Harun ar-rasyid air pada
tahun 170H. Sejak kecil Al Makmun dididik di lingkungan istana Daulah Abbasiyah.
Gurunya adalah Ja’far bin Yahya, seorang Wazir10 pada masa kekhalifahan Harun ar-
rasyid. Sebelum menjadi khalifah al-makmun dipercaya oleh ayahnya untuk menangani
masalah masalah di bidang pemerintahan. Saat itu ia diberi tanggung jawab sebagai

8 Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010, hlm. 42


9 Ibid, hlm. 45
10 Sebutan perdana menteri pada masa itu

11
penguasa wilayah timur Daulah Abbasiyah yaitu wilayah khurasan hingga ke
Hamadan.

Al Makmun adalah khalifah yang cerdas dan bijaksana. Khalifah Al Makmun gemar
mengkaji dan mempelajari ilmu pengetahuan. Khalifah Al Makmun juga menganjurkan
seluruh rakyatnya untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk
keperluan itu, Khalifah Al Makmun menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari
menyediakan berbagai buku, membangun perpustakaan (Baitul Hikmah) hingga
membiayai penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani dan persia ke dalam bahasa
Arab.

Baitul hikmah (perpustakaan) dibangun pada tahun 830 M di Baghdad pada masa
kekhalifahan Al Makmun. Baitul hikmah adalah perpustakaan yang Sekaligus
berfungsi sebagai tempat belajar. Di dalam Baitul hikmah terdapat berbagai buku
dengan berbagai bahasa yang dibeli oleh Khalifah Al Makmun, Berbagai buku dengan
bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kemudian diteliti dan dikaji untuk
kepentingan pembelajaran. Baitul hikmah telah melahirkan banyak ilmuwan muslim
yang terkenal, antara lain Al-kindi Hajjaj bin Yusuf dan lain-lain. Jasa terbesar Khalifah
Al Makmun dalam perkembangan peradaban Islam adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan yang sangat pesat dan berdirinya Baitul hikmah yang menjadi pusat
pembelajaran dunia islam saat itu. 11

D. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Saljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah


merupakan awal periode terakhir. Pada masa ini khilafah hanya berkuasa di Baghdad
karena banyak dinasti yang awalnya berada dibawah dinasti Abbasiyah memerdekakan
diri, karena itulah dinasti Abbasiyah melemah sehingga tentara tartar dan mongol
menyerang terdapat juga faktor lain sebagai berikut:
1. antar bangsa. Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh bani Abbas
melawan orang orang Persia.
2. Kemerosotan ekonomi
3. Konflik keagamaan. Munculnya golongan zindiq yang menggoda para
khilafah
4. Ancaman dari luar.12

11 Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010, hlm.51


12 Muslich Shabir, Sejarah Peradaban Islam, Lembaga Studi Sosial dan Agama, Semarang 2019, hal. 99-100

12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Zaman pemerintahan Abbasiyah yang pertama merupakan puncak keemasan dinasti ini.
Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat
mencapai tingkat tertinggi.

Disamping itu Dinasti Abbasiyah (750-1208 M) juga merupakan dinasti yang


menelurkan konsep-konsep keemasan Islam dalam hal pengembangan ilmu
pengetahuan. Zaman keemasan Islam yang ditandai dengan penguasaan ilmu
pengetahuan di berbagai sektor telah membawa kemakmuran tersendiri pada
masyarakat saat itu.

Kemajuan di segala bidang yang diperoleh Bani Abbasiyah menempatkan bahwa Bani
Abbasiyah lebih baik dari bani Umayyah di samping itu pada masa Dinasti ini banyak
terlahir tokoh-tokoh intelektual muslim yang cukup berpengaruh sampai saat ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dudung Abdurrahman dkk. Sejarah Peradaban Islam. Masa Klasik Hingga


Modern, (Yogyakarta: LESFI, 2003).
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher. 2009).
Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, Yudhistira, Jakarta 2010,
Musyid, Ali dkk Sejarah Kebudayaan islam, Indonesia, Kementrian Agama
2014
Muslich Shabir, Sejarah Peradaban Islam, Lembaga Studi Sosial dan Agama,
Semarang 2019,

14

Anda mungkin juga menyukai