Anda di halaman 1dari 4

1

BEBERAPA CARA WAHYU TURUN


Allah menyampaikan wahyu kepada Rasul pilihan-Nya. Muhammad saw, ada kalanya langsung tanpa perantara
malaikan jibril a.s dan ada kalanya dengan perantaraan jibril as.
4`4 4p~E O=4g p +OEggUNC +.- ) O;O4
u }g` ^<.-4O4 O_E u cONC LOc4O =/^ONO
gOg^^O)) 4` +7.4=EC _ +O^^) Oj>4N _1:EO ^)
. Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu
atau dibelakang tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Q.S Asy Syura : 51)
Pertama wahyu diturunkan secara langsung
Pertama. Melalui Mimpi.
Wahyu Allah taala turun kepada Nabi saw melalui mimpi. Yakni, mimpi yang benar (ruya shadiqah). Dengan
tiba-tiba dalam tidur Nabi saw, bilau bermimpi secara mendadak. Dan, mimpi itu benar adanya. Mengenai wahyu
disampaikan melalui mimpi. Pernah juga dialami oleh Nabi Ibrahim as. Ketika Nabi Ibrahim as menerima perintah untuk
menyembelih Nabi Isma`il as. Biasanya wahyu yang turun melalui mimpi mengandung perintah (amar).
Kedua. Masuk Ke Dalam Hati.
Wahyu Allah swt langsung masuk ke dalam hati Nabi saw. Nabi saw bersabda, Ruh kudus [malaikat Jibril]
memasukkan pengertian ke dalam lubuk hatiku. Bahwa, seorang manusia tidak akan mati sebelum ia menerima semua
yang telah ditetapkan baginya. Karena itu hendaklah kalian bertakwa kepada Allah, dan carilah rizeki dengan jalan yang
baik. Janganlah sekali-kali kelambatan datangnya rizeki membuat kalian mencarinya dengan jalan maksiat [durhaka
terhadap Allah]. Apa yang ada pada Allah hanya dapat diperoleh dengan cara berbakti dan taat kepada-Nya.
Keetiga. Melalui Isra` dan Miraj.
Wahyu langsung disampaikan oleh Allah taala kepada Nabi saw. Yaitu, saat Nabi saw diperintahkan
menunaikan isra` dan miraj. Tidak melalui mimpi. Tidak melalui perantara. Benar-benar dijumpai Nabi saw dengan mata
kepada beliau saw. Namun bagimanapun Nabi saw belum pernah selama hidupnya berjumpa langsung dengan-Nya.
Wahyu turun kepada nabi dengan perantara, yaitu ada empat,
Pertama. Malaikat datang kepada Nabi saw sebagai seorang pria.
Malaikat yang menyampaikan wahyu Allah taala ini menyerupai seorang pria. Benar-benar tidak ada bedanya
dengan seorang manusia. Sehingga Nabi saw sendiri sering terkecoh. Adakalanya para sahabat ikut melihatnya. Tetapi,
para sahabat tidak tahu jika orang yang barusan ditemui itu seorang malaikat. Yang pernah terjadi malaikat yang
menyerupai pria tersebut. Sangat ganteng lagi rupawan. Ketika itu banyak yang menggambarkan kebagusannya
menyerupai Dahyah al-Kalby. Sampai-sampai terdapat catatan sejarah. Apabila Dahyah memasuki Kota Madinah dengan
membawa barang dagangan. Banyak kaum hawa Madinah yang mengintip, atau bahkan keluar rumah untuk sekadar
melihatnya.
kedua. Suara Lonceng.
Dentang suara lonceng tersebut seringkali membuat Nabi saw merasa berat. Jika wahyu Allah taala turun kepada
Nabi saw dalam bentuk suara lonceng. Nabi saw benar-benar merasakan adanya sesuatu yang sangat berat. Keringat
beliau mengucur deras dari kening beliau. Meski udara dalam keadaan dingin. Apabila Nabi saw sedang naik tunggangan
beliau, unta atau beghal, sektika hewan tunggangan Nabi saw langusng bersimpuh. Yang lazim dikatakan menderum.
Yaitu, melikat kaki depan lalu kaki belakang. Malah sahabat Zaid bin Tsabit r.hu pernah berdampingan dengan Nabi saw
saat Nabi saw menerima wahyu. Maka, kaki sahabat Zaid yang tertindihi kaki dia rasakan mau hancur. Karena beratnya
penderitaan Nabi saw, jika wahyu diturunkan ke dalam bentuk suara lonceng.
2

ketiga. Malaikat Berwujud Asli.
Nabi saw pernah melihat malaikat Jibril as dalam bentuk aslinya. Guna menyampaikan wahyu Allah taala.
Seperti saat diufuk depan Gua Hira dan ketika di Sidratul Muntaha. Malaikat Jibril as langsung mengajarkan kepada Nabi
saw mengenai wahyu yang diembannya. Lebih jelasnya silahkan renungkan surat an-najm ayat ke 1-14.
Ketujuh. Dengan Perintah Langsung.
Memang mirip dengan cara yang ke-6. Ini terjadi tidak dalam keadaan tertidur. Melainkan dalam keadaan terjaga.
Tempatnya adalah bumi. Ini yang membedakan penerimaan wahyu Allah taala kepada Nabi saw, selain ada yang
diterima di Sidratul Muntaha ada yang diterima langsung di bumi.
Pahamilah cara-cara penyampaian wahyu Allah swt kepada Nabi saw. Semua itu mengandung Pembelajaran Sifat yang
agung buat kita semua, insya Allah [ ]
PROSES TURUNNYA AL QURAN
A. Pengertian Turunnya Al-Quran
Turunnya Al-Quran ialah peristiwa besar yang sekaligus merupakan pernyataan kedudukan Al-Quran itu
sendiri bagi langit dan penghuni bumiyang mana penyampaian wahyu dengan perantara Malaikat Jibril as. Kepada
Nabi akhir zaman berdasarkan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.
B. Proses Turunnya Al-Quran
Turunnya Al-Quran yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan kepada alam
tingkat tinggi (samawi) yang dihuni oleh para malaikat tentang kemuliaan umat nabi Muhammad, sedangkan
turunnya Al-Quran yang kedua kali secara bertahap berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
1. Turunnya Al-Quran sekaligus
Allah berfirman dalam Al-Quran:
NOgE+ 4p_4`4O -Og~-.- 4@O^q gO1g
Np-47O^- O1- +EE4Ug eE4)O44 =}g)`
OE_^- p~O^-4
Bulan ramadhan: bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil (QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat di atas menyatakan bahwa Al-Quran turun pada bulan ramadhan yang di dalamnya terdapat malam yang
penuh dengan berkah dan malam yang mulia dari seribu ulan yakni lailatul qodar. Tapi secara dhohir ayat tersebut
bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah Saw., yang mana Al-Quran turun kepada beliau selama
23 tahun. Dalam hal ini para ulama mempunyai 3 madzhab antara lain:
Madzhab pertama: Pendapat ibnu Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya
ulama bahwa turunnya Al-Quran sekaligus ke baitul izzah di langit dunia pada malam lailatul qodar. Kemudian setelah
itu Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian sejak beliau diutus hingga wafat.
Madzhab kedua: Yaitu yang diriwayatkan oleh Asy-Syabu bahwa permulaan turunnya Al-Quran dimulai pada
malam lailatul qodar di bulan ramadhan. Kemudian diturunkan secara bertahap sesuai dengan kejadian-kejadian dan
peristiwa-peristiwa selama kurang lebih 23 tahun.
4~4 4g~-.- W-NOEE O 4@O+^ gO^OU4N
Np-47O^- 6-u7- LEEg4 _ ElgEO
=e)OlwNLg gO) EE1-E W +OE4UE>4O4 1EOg>O>
^@g 4 El4^O>4C VE) ) ElE4u_
--E^) =}=O;O4 -OOO^> ^@@
3

Dan berkatalah orang-orang kafir mengapa Al-Quran tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikian ersupaya
kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang-orang kafir
itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
yang paling baik penjelasannya (QS. Al-Furqan: 32-33).
Madzhab ketiga: Berpendapat bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia selama 23 tahun malam lailatul qodar
yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qodar itu ditentukan Allah untuk ditentukan pada setiap
tahunnya dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia di malam lailatul qodar kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur pada rasulullah sepanjang tahun.`
2. Turunnya Al-Quran secara Berangsur-angsur
L^-47O~4 +OE4^~4O +4O^4-g O>4N +EEL-
_O>4N +'N` +OE4^EO4^4 1ECjO6> ^g
Dan Al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian (QS. AL-Isra: 106)
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dan sebuah surat atau berupa surat yang
pendfek secara lengkap dan penyampaian Al-Quran secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun yakni 13
tahun waktu Nabi masih tinggal di Makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu Nabi sesudah hijrah ke Madinah.
3. Hikmah Diturunkannya Al-Quran sekaligus
- Menyatakan kebesaran Al-Quran dan kemuliaan orang kepadanya Al-Quran diturunkan.
- Memberitahu kepada penghuni tujuh langit bahwa Al-Quran adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul
terakhir pula.
- Menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di hadapan para malaikat akan perhatian Allah dan
rahmat-Nya kepada mereka.
4. Hikmah diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur

- Untuk meneguhkan hati Nabi dalam melakukan tugas sucinya, sekalipun ia menghadapi constrains and
challenges (hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan) yang beraneka macam. Demikian pula untuk
menghibur Nabi pada saat-saat Nabi sedang menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orang-orang
kafir supaya bersabar seperti sabarnya para rasul sebelumnya yang mempunyai keteguhan iman dan semangat;
surat Yasin: 75 dan surat yunus: 65 yang melarang nabi susah atau sedih karena omongan orag-orang kafir; surat
al-Anam: 34 yang mengingatkan Nabi bahwa para rasul sebelumnya juga menghadapi sikap umatnya yang
berkepala batu dan memusuhinya, tetapi mereka tetap sabar, akhirnya daranglah pertolongan tuhan.
- Untuk memudahkan bagi Nabi menghafalkan Al-Quran sebab ia ummy (tidak pandai baca tulis).
- Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup di masa Nabi, sebab mereka pada permulaan
sudah tentu mengalami pula pahit getirnya perjuangan menegakkan kebenaran islam bersama-sama dengan Nabi
(Surat An-Nur ayat 55). Demikian pula untuk meringankan bagi umat islam menghafalkan Al-Quran sebab
mereka pada umumnya masih buta huruf.
- Untuk member kesempatan sebaik-baiknya kepada umat islam dalam meninggalkan sikap mental dan tradisi-
tradisi rpa islam (zaman jahiliyah) yang negatif secara berangsur-angsur karena mereka telah dapat menghayati
dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran dan ajaran-ajaran Nabi secara step by step pula. Sekiranya ayat-ayat
Al-Quran terutama yang mengenai hukum-hukum kewajiban dan larangan diberikan sekaligus, pasti akan
mendapatkan tantangan atau perlawanan yang hebat dari masyarakat yang akibatnya bisa mengganggu
berhasilnya misi Nabi Muhammad.
- Bukti yang pasti bahwa Al-Quran diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.
5. Faedah turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur dalam pendidikan dan pengajaran
Dalam hikmah turunnya Al-Quran secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita
dalam mengaplikasikan perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, sebab turunnya Al-
Quran itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa
manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu
4

tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia
seluruhnya dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Quran itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya
mengahafal Al-Quran, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya da mengamalkan apa yang
dikandungnya. Petunjuk ilahi tentang huikmah turunnya Al-Quran secara bertahap merupakan contoh yang baik dalam
menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan menyusun buku pelajaran.
6. Ayat pertama diturunkan dan isi kandungannya
Adapun ayat-ayat al quran yang pertama kali diterima nabi Muhammad SAW, ialah ayat 1-5 surat Al-Alaq
sebagai berikut.
4O^~- c) El)4O Og~-.- 4-UE ^ 4-UE
=}=Oee"- ;}g` -U4N ^g 4O^~- El4O4
N4O^- ^@ Og~-.- =^U4 U^) ^j =^U4
=}=Oee"- 4` uu4C
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dengan ayat yang pertama dari surah al Alaq kepada nabi muhammad saw. Di gua Hira itu, maka sekaligus
menjadi tanda bahwa sejak itu beliau diangkat menjadi seorang nabi, yang sekaligus mendapatkan tugas mengemban dan
melakukan da,wah islamiyah kepada sseluruh umat. Seperti disebut diatas bahwa ayat-ayat al quran yang pertama
diturunkan kepada nabi muhammad saw, diawali dengan ungkapan (bacalah). Padahal beliau padahal beliau seorang
ummy (yang pandai membaca dan menulis). Tentu perintah itu mengandung makna yang harus dihayati oleh semua
manusia yang menyakini isi kebenaran Al-Quran. Prof. Dr. Quraisy Shihab menjelaskan hal itu secara berikut.
Iqra berarti bacalah, telitilah, amatilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman;
yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya,
Pengulang perintah membaca dalam wahyu pertama itu. Ini bukan sekedar menunjukan bahwa kecakapan membaca tidak
diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan, atau membaca hendaknya dilakukan sampai batas maksimal kemampuaan,
tetapi juga dengan mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi Rabbika (demi karena Allah) akan
menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu saja.

7. Ayat terakhir terakhir diturunkan dan isi kandungannya
Adapun ayat terakhir yang ditunkan kepada nabi muhammad saw, adalah firman Allah,
4O4O^- "j4C 4g~-.- W-NOEE }g` 7gLCg1 E
-O4=^C` pO4=u=-4 _ 4O4O^- eUE^ 7
7E4Cg1 e;E^`4 7^OU4 /Eug^ e14O4
N7 =Uce"- 44Cg1 _ ^
pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S Al Maidah)
W-OE>-4 4`O4C ]ONE_O> gO1g O) *.- W
_^4O> O7 ^4^ E` ;e4:=O -4 4pONU;NC ^gg
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.
Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). Q.S Al Baqoroh ayat 281)
Dari segi makna ayat ini memperingatkan kepada manusia untuk selalu ingan pada hari akhir atau hari
prmbalasan yang semua manusia pasti akan mengalaminya. Pada hari itu manusia akan diperlakukan seadil-adinya oleh
Allah swt. Sekecil apapun perbuatan baik akan diberi pahala. Dan sekecil apapun perbuatan kejahatan akan diberi
hukuman.

Anda mungkin juga menyukai