Anda di halaman 1dari 5

Dasar Hukum Fiqih Ibadah

Ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim harus bersumber pada al-Qur’an
dan sunnah al-Maqbulah (sunnah yang diterima). Adapun perintah ibadah
sebagaimana terdapat dalam firman Allah:

Artinya :”Hai sekalian manusia, sembahlah Tuhan kamu yang telah mencipptakan
kamu dan orang-orang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertaqwa”
(Q.S. Al-Baqarah :21)

Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah al-Maqbulah. As-
Sunnah Al-Maqbulah artinya sunnah yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnah
al-Maqbulah dibagi menjadi dua, Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan
pada hadis berikut;

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu
tidak akan tersesat jika berpegang pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Qur’an)
dan Sunah Nabi. (Zulkifli, 2013)

1. Al – Qur’an sebagai Dasar Hukum Utama

Dasar hukum atau dalil perintah pelaksanaan ibadah adalah nash al-
Quran. Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan
perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam
Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti
penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, melainkan sebagai
perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas
hamba-hamba-Nya. Ibadah yang diterima harus didasarkan pada ketauhidan,
keikhlasan, dan sesuai dengan syariat Islam. Sumber syariat Islam yang utama
adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, dasar hukum beribadah yang pertama
adalah ayat-ayat Al – Qur’an.

Berikut adalah ayat-ayat yang memerintahkan hamba allah untuk


beribadah hanya kepada Allah SWT :.

a) Dalam surat Al-Fatihah ayat 5, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan Hanya kepada


Engkaulah kami mohon pertolongan”(Q.S. Al-Fatihan :5) (Ridwan, 2009)

b) Dalam surat Yasin ayat 60, Allah SWT berfirman:

ٌ ِ‫لَ ْم أَ ْعهَ ْد إِلَ ْي ُك ْم يَا بَنِي آ َد َم أَ ْن ال تَ ْعبُدُوا ال َّش ْيطَانَ إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب‬
‫ين‬

Artinya: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam
agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi
kamu” (Q.S. Yasin :60)

c) Al – Mu’min ayat 60:

َ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي أَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم ۚ إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم دَا ِخ ِرين‬

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada ku, niscaya akan aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.(Q.S. Al-
Mu’min :60)
d) Az-Zariyat ayat 56:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬


tِ ‫س ِإاَّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

Artinya:“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku” ”(Q.S. Az-Zariyat :56)

e) An-nahl ayat 36:

tَ ِ‫ض فَا ْنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذب‬


‫ين‬ ِ ْ‫ضاَل لَةُ ۚ فَ ِسيرُوا فِي اأْل َر‬ ْ َّ‫َم ْن َحق‬
َّ ‫ت َعلَ ْي ِه ال‬

Artinya: “Dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaqut’, kemudian di antara mereka
ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” ”(Q.S. An-Nahl :36)

f) Al-Isra’ ayat 23:

‫اهُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak” ”(Q.S. Al-Isra : 23)

Ayat-ayat diatas merupakan sebagian ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang


perintah Allah kepada hamba-Nya untuk melaksanakan ibadah, karena al-qur’an diturunkan
sebagai pedoman hidup manusia dalam rangka peningkatan iman dan memperbanyak amal
soleh dalam hal ini yakni ibadah.

2. As-Sunnah sebagai Dasar Hukum Kedua

Dasar hukum kedua adalah melaksanakan ibadah kepada Allah SWT,


adalah As-Sunnah atau al-Hadits. As-Sunnah secara harfiah merupakan kosa
kata kuno yang telah dikenal dalam bahasa Arab, bermakna jalan yang
menjadi kebiasaan, baik atau buruk. Menurut ulama fiqh, sunnah berarti suatu
perbuatan yang dianjurkan tanpa ada keharusan, dengan gambaran siapa yang
mengerjakan aka akan mendapatkan pahala, dan bila tidak dikerjakan tidak
mendapatkan dosa (Mahalli, 2003).

Sedangkan menurut ahli hadits, sunnah adalah segala sesuatu yang


tercermin dari diri Nabi, baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan (taqrir),
sifat-sifat lahir maupun bain dan universalitasnya, serta setiap hal yang telah
ditetapkan dalam hukum syara’ maupun belum. Sedangkan As-Sunnah
menurut ulama’ ushul fiqh adalah segala sesuatu yang timbul dari Nabi SAW,
selain al-Qur’an yang mencakup perbuatan, perkataan, dan ketetapan atau
persetujuan (Taqrir) yang dapat digunakan sebagai landasan hukum syariat.
(Mahalli, 2003). Hadis-hadis yang memerintahkan manusia untuk beribadah
kepada Allah adalah sebagai berikut:

a. Hadits dari Ibnu Mas’ud sebagai berikut Artinya: “Barangsiapa mati


dalam keadaan menyeru (berdo’a atau beribadah kepada selain Allah
maka ia akan masuk neraka”. (HR. Imam Bukhari).

Dasar hukum kedua dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT


adalah As-Sunnah atau Al-Hadis. Hadis-hadis yang memerintahkan
manusia untuk beribadah kepada Allah adalah sebagai berikut

b. Dari Mu’adz bin Jabal telah berkata: “Saya pernah mengikuti Nabi
SAW.naik keledai bersama beliau, beliau bersabda kepada saya,
‘wahai Muaz! Tahukah kamu apa yang menjadi tugas dan kewajiban
hamba terhadap Allah SWT. Dan apa janji Allah terhadap hamba?’
Saya menjawab,’ Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui. ‘
beliau menjawab,’Tugas dan kewajiban hamba terhadab Allah adalah
agarberibadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Dan janji Allah kepada hamba ialah bahwasannya
Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukannya dengan
sesuatu apapun’. ‘Saya bertanya,’ Ya Rasulullah! Bolehkah saya
menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang? ‘ Rasulullah
SAW menjawab, ‘Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini
kepada mereka, agar mereka tidak bersifat apatis’.’’ (H.R. Imam
Bukhari dan Imam Muslim)

c. Hadis dari Ibnu Mas’ud sebagai berikut: “Barang siapa mati dalam
keadaan menyeru (berdoa atau beribadah) kepada selainAllah maka
ia akan masuk neraka.” H.R. Imam Bukhari

d. Hadis dari Sahal bin Sa’ad, berbunyi sebagai berikut: “Barang siapa
mengucapkan ‘la ilaha illallah’ dan ia mengingatkan semua
penyembahan kepada selain Allah maka haramlah harta dan
darahnya serta perhitungannya nanti ada pada Allah ‘Azza wajalla
semata.”

Anda mungkin juga menyukai