PAKAI
dr. Christyaji I
08 Oktober 2018
PENGGOLONGAN ALAT KESEHATAN BERDASARKAN SIFAT
PEMAKAIAN
1.Peralatan yang habis dipakai (consumable), seperti spuit, plester kain kassa.
Setelah 48 jam pemasangan kateter, kebanyakan bakteri akan mulai berkolonisasi di dalam
kateter, yang dapat memicu terjadinya infeksi.
Komplikasi yang dapat timbul akibat kateter uretra yang terpasang di antaranya:
•Masalah pada kateter: alergi terhadap bahan kateter, kebocoran urin, obstruksi kateter
•Masalah saluran kemih lainnya: infeksi pada saluran kemih, termasuk uretritis, sistitis,
pielonefritis, dan bakteremia transien, parafimosis yang disebabkan oleh kegagalan kuit
preputium untuk kembali ke posisi awal setelah dilakukan pemasangan kateter, batu saluran
kemih, gross hematuria, kerusakan ginjal
RISK
•Balon yang dikembangkan rusak atau pecah ketika sedang memasukan kateter. Apabila hal ini terjadi,
operator harus mengeluarkan semua fragmen balon yang pecah
•Balon tidak mengembang setelah kateter telah terpasang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan
pengembangan balon sebelum dimasukan ke dalam uretra. Apabila balon tidak dapat mengembang, maka
operator harus mengganti kateternya dengan yang baru
•Urin berhenti mengalir ke dalam kantung urin, sehingga operator perlu memeriksa posisi dari kateter dan
kantung kemih untuk menghindari terjadinya obstruksi di sepanjang selang kateter
•Aliran urin tersumbat, maka dokter harus mengganti kateter, kantung urin, atau keduanya
•Risiko infeksi akan meningkat seiring bertambahnya hari penggunaan kateter sejak pemasangan dilakukan
•Apabila balon dikembangkan sebelum mencapai kandung kemih, maka risiko perdarahan atau ruptur dari
uretra dapat terjadi
•Spasme kandung kemih dapat terjadi ketika kateter sudah terpasang. Kondisi ini muncul ketika perasaan
berkemih muncul dan dapat disertai rasa nyeri. Seringkali, urin akan keluar di luar selang kateter bila spasme
muncul. Kondisi ini membutuhkan terapi untuk mengurangi spasme yang terjadi
Disposable syringe - sterile
RISK
NEEDLE
IV CATHETER
Macam-macam Ukuran Abocath Menurut Potter (1999) ukuran jarum infuse yang biasa
digunakan adalah :
Ukuran 16G warna abu-abu Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah besar
cairan perlu diinfuskan Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
Ukuran 18G Warna hijau Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah, dan infus
kental lainnya Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
Ukuran 20G Warna merah muda Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan cairan
infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
Ukuran 22G Warna biru Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok untuk
sebagian besar cairan infus Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke vena yang
kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit
yang keras
Ukuran 24G Warna kuning, 26 Warna putih Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama
usia lanjut), Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi melalui kulit keras
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa ujung kateter
terhadap adanya embolus
Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik.
Bekas-bekas plester dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu).
Gunakan alat alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam pemasangan infus.
Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak, vena pada daerah fleksi
dan vena yang tidak stabil.
Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus adalah tanggung jawab perawat.
I.V. cannulae
Masker
1.Masker Partikel.
Masker ini mampu menyaring udara dari partikel sebesar 0,3 micron. Masker partikel ini
biasanya untuk penggunaan sekali-pakai. Berdasarkan materi pembuatnya:
a. Masker fiber: masker ini adalah masker yang umum digunakan saat ini dan mudah
didapat. Masker fiber juga ada yang menggunakan bahan karbon aktif, sehingga
meningkatkan kemampuan filtrasi udara.
a. Masker kertas: masker ini memiliki kemampuan filtrasi udara yang lebih baik (bahkan
dapat menyaring virus yang beterbangan di udara), karena dapat dicetak bentuknya
hingga dapat menutupi area hidung dan mulut dengan lebih sempurna. Masker kertas
umumnya diberi kode N95 dan N100. Masker ini digunakan dalam dunia medis dan juga
dalam area yang udaranya mengandung debu dan partikel yang beterbangan.
2.Masker Kimia.
Terbuat dari bahan karet sintetis dan plastik serta dilengkapi filter yang dapat diganti secara berkala
sehingga usia pakainya lebih panjang dibandingkan masker partikel.
Filter masker kimia biasanya menggunakan bahan karbon aktif sehingga dapat menetralkan udara
tercemar yang kita hirup.
b. Filter ganda
Model masker kimia yang menjadi satu dengan pelindung mata sehingga lebih
praktis dan disebut sebagai model full-face mask.
Untuk area-area yang udaranya mengandung uap atau gas yang berbahaya untuk
mata, biasanya digunakan oleh Petugas Pemadam Kebakaran atau Pasukan Anti
Huru-hara.
MASKER BEDAH
Masker ini juga dilengkapi kawat yang bisa ditekan di atas hidung,
sehingga memperkecil celah udara.
Masker jenis ini sifatnya sekali pakai, namun bisa digunakan lebih
lama, sekitar 2-3 hari.
Mesin kompresor,