Anda di halaman 1dari 27

Hipertensi x Dislipidemia

Nama Kelompok :
● Almas Firas Kanzi J. T. 220704120005
● Rosyida Iriana 220704120031
● Dian Pratiwi D. L. 220704120036
● Zainab Izzetaliyah M. 220704120037
01
Hipertensi
Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah


peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang
Klasifikasi Hipertensi

Normal : 120 / 80 mmHg


prehipertensi : 120-139 / 80-89 mmHg
Hipertensi stage I : 140 - 159 / 90-99 mmHg
Hipertensi stage II : >160/>100 mmHg
A. Hipertensi Primer
Merupakan 90 % dari kasus penderita
hipertensi, dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti.
B. Hipertensi Sekunder
penyebab dan patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk
dikendalikan dengan obat-obatan.
Faktor Resiko Hipertensi

1. Tidak bisa dikontrol


usia dan genetik (keturunan)
2. Bisa Di kontrol :
a. kurang bergerak
b. terlalu banyak mengonsumsi sodium (garam)
c. kegemukan atau obesitas
d. merokok dan minum alkohol
e. stress
f. Diabetes,
Patofisiologi
Hipertensi
Manifestasi Klinis Hipertensi

a. Tanpa Gejala : Tidak ada gejala yang spesifik


yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak diukur.
b. Gejala yang lazim : sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah,
epistaksis, kesadaran menurun.
Komplikasi Hipertensi

a. Mata : Retinopati
b. Otak : Stroke
c. Ginjal : Gagal ginjal
d. Jantung : PJK,
Penatalaksaan
Hipertensi
02
Dislipidemia
Pengertian Dislipidemia

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan


metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan kadar fraksi
lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolestrol total,
LDL, TG dan penurunan HDL (Perkeni,
2019).
Klasifikasi Dislipidemia

- Dislipidemia primer (Rader JD, 2015)


Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan genetik. Pasien dislipidemia
sedang disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi
familial. Dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial, dislipidemia
remnan, dan hipertrigliseridemia primer.

- Dislipidemia sekunder (Jellinger SP et.al, 2017)


Pengertian sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain
misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan sindroma metabolik
(tabel 5). Pengelolaan penyakit primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada. Dalam
hal ini pengobatan penyakit primer yang diutamakan. Akan tetapi pada pasien diabetes
melitus pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan, sebab risiko koroner pasien
tersebut sangat tinggi. Pasien diabetes melitus dianggap mempunyai risiko yang sama
(equivalen)dengan pasien penyakit jantung koroner. Pankreatitis akut merupakan
menifestasi umum hipertrigliseridemia yang berat.
Parameter Dislipidemia
Faktor Resiko Dislipidemia
Faktor risiko ini meliputi (Siregar, 2022):

-Kegemukan

-Kurangnya olahraga atau aktivitas fisik secara teratur

-Penggunaan alcohol, rokok tembakau, obat-obatan terlarang

-Diabetes tipe 2, Hipotiroidisme. Kondisi ginjal atau hati kronis

-Usia yang lebih tua. Genetik

-Berjenis kelamin wanita, karena wanita cenderung mengalami kadar


LDL yang lebih tinggi setelah menopause.
Patofisiologi Dislipidemia
Manifestasi Klinis Dislipidemia

Gejala klinik dan keluhan dislipidemia pada umumnya tidak


ada. Manifestasi klinik yang timbul biasanya merupakan
komplikasi dari dislipidemia itu sendiri seperti PJK dan strok.
Kadar trigliserid yang sangat tinggi dapat menyebabkan
pankreatitis akut, hepatosplenomegali, parastesia, perasaan
sesak napas dan gangguan kesadaran, juga dapat merubah
warna pembuluh darah retina menjadi krem (lipemia retinalis)
serta merubah warna plasma darah menjadi seperti susu. Pada
pasien dengan kadar LDL yang sangat tinggi
(hiperkolesterolemia familial) dapat timbul arkus kornea,
xantelasma pada kelopak mata dan xantoma pada daerah
tendon archiles, siku dan lutut (Perkeni, 2019)
Komplikasi Dislipidemia

Komplikasi dari dislipidemia yang tidak atau kurang ditangani


menyebabkan penyakit pembuluh darah, seperti:

•Penyakit jantung koroner


•Penyakit arteri periferal
•Aneurisma
•Diabetes Melitus tipe 2
•Stroke
•Serangan jantung
•Aterosklerosis
Penatalaksanaan Dislipidemia

1. Terapi Farmakologis

Golongan obat Efek terhadap Efek samping kontraindikasi


lipid

Statin LDL 18-55% Miopati, Absolut; penyakit hati


(simvastatin, Peningkatan akut atau kronik
atorvastatin, HDL 5-15% enzim hati
rosuvastatin, Relatif: penggunaan
pravastatin) TG 7-30% bersama obat tertentu
Bile acid LDL 15-30% Gangguan Absolut:
sequestrant HDL 3-5% pencernaan, disbetalipoproteinemia
(cholestyramine, TG tdk berubah flatulen, TG > 400 mg/dl
colestipol, konstipasi,
colsevelam) penurunan Relatif: TG > 200
absorbsi obat lain mg/dl

Asam nikotinat LDL 5-25% Flushing gout, Absolut: penyakit liver


(niacin) HDL 15-35% hiperglikemia, kronik, penyakit gout
TG 20-50% hiperurisemia, berat
gangguan
pencernaan, Relatif: diabetes,
hepatotoksik hiperurisemia, ulkus
peptikum
Fibrat LDL 5-20% Dispepsia, batu Absolut: penyakit
(gemfibrozil, HDL 10-20% empedu, miopati ginjal dan hati yang
bezafibrat, TG 20-50% berat
ciprofibrat,
fenofibrat)

Ezetimibe LDL 10-18% Pada umumnya dapat Penyakit hati atau


Apo B 11-16% ditoleransi oleh peningkatan enzim
pasien hati
Inhibitor PCSK9 LDL 48-71% Faringitis, influenza, Belum ada data keamanan
(alirocumab inj.) Non-HDL 49-58% ISK, diare, penggunaan obat ini untuk jangka
Total K 36-42% bronchitis, myalgia, panjang (lebih dari 3 tahun)
Apo B 42-55% gatal pada daerah
suntikan

Asam lemak Omega- TG 27-45% Peningkatan LDL-K, Pasien yang mendapat terapi
3 Total K 7-10% pemanjangan waktu antikoagulan, gangguan fungsi hati
VLDL 20-42% perdarahan,
Non-HDL 8-14% peningkatan enzim
Apo B 4% hati, gangguan
saluran cerna
2. Terapi Non-Farmakologis

1. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik yang disarankan meliputi 2. Terapi Nutrisi Medis
program latihan yang mencakup Bagi orang dewasa, disarankan
setidaknya 30 menit aktivitas fisik untuk
dengan intensitas sedang (menurunkan mengkonsumsi diet rendah kalori
4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali yang terdiri dari buah -buahan dan
seminggu, dengan pengeluaran minimal sayuran (≥ 5 porsi/hari), bijibijian
200 kkal/hari. Kegiatan yang disarankan (≥ 6 porsi/hari), ikan, dan daging
meliputi jalan cepat, bersepeda statis, tanpa lemak.
ataupun berenang. Tujuan aktivitas fisik Asupan lemak jenuh, lemak trans,
harian dapat dipenuhi dalam satu sesi dan kolesterol harus dibatasi,
atau beberapa sesi sepanjang rangkaian sedangkan makronutrien yang
dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi menurunkan kadar K-LDL harus
beberapa pasien, beristirahat selama mencakup tanaman stanol/sterol
beberapa saat di sela-sela aktivitas dapat (2 g/hari) dan serat larut air (10-25
meningkatkan kepatuhan terhadap g/hari).
program aktivitas fisik. Selain aerobik,
4. Berhenti merokok
3. Menurunkan Berat Badan
Merokok merupakan faktor risiko kuat,
Pasien dengan dislipidemia terutama untuk penyakit jantung koroner,
disertai overweight atau obesitas penyakit vaskular perifer, dan strok. Merokok
mempercepat pembentukan plak pada koroner
penting untuk menurunkan berat
dan dapat menyebabkan ruptur plak sehingga
badan hingga memiliki indeks sangat berbahaya bagi orang dengan
massa tubuh (IMT) dan lingkar aterosklerosis koroner yang luas.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
pinggang normal. Untuk populasi merokok memiliki efek negatif yang besar pada
Asia IMT normal adalah 18,5- kadar K-HDL dan rasio K-LDL/K-HDL.
Merokok juga memiliki efek negatif pada lipid
22,9 kg/m2. Sedangkan lingkar postprandial, termasuk trigliserid. Berhenti
pinggang normal adalah <90 cm merokok minimal dalam 30 hari dapat
meningkatkan K-HDL secara signifikan.
pada laki-laki dan <80 cm pada
Hubungan HT X Dislipidemia

Kadar kolesterol yang tinggi pada tubuh seseorang berpotensi


mengakibatkan pen-gurangan adiponektin yang berdampak pa-da
kenaikan resistensi insulin yang mampu menimbulkan retensi
sodium (Na+) dan menyebabkan kenaikan volume darah, ke-
naikan proliferasi otot polos serta dihasilkannya hormon
norepineprin yang memicu kenaikan curah jantung. Kenaikan
resistensi curah jantung serta perifer inilah yang berpotensi
menimbulkan hipertensi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai