Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI II

DISLIPIDEMIA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK : III (TIGA)
NAMA : DEBY MARISKA SUNE
NIM : 2022142015

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI, DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2023
A. JUDUL PRAKTIKUM
Dislipidemia
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi masalah terkait obat (Drug
Related Problem) pada kasus dislimpidemia
2. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan rekomendasi terapi,
pemantauan terapi, serta informasi dan edukasi yang tepat pada kasus
dislipidemia
C. KASUS
1. Deskripsi pasien
Bapak D berumur 65 tahun, dengan BB 70 kg dan TB 165 cm
2. Keluhan utama
Sakit kepala dan badan mudah lelah
3. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi sejak 10 tahun lalu
4. Riwayat penggunaan obat
1 x 25 mg Hidroklorotiazid PO/hari
5. Riwayat penyakit keluarga
-
6. Riwayat social
-
7. Riwayat alergi
-
8. Pemeriksaan fisik
 TD : 140/90 mmHg
 Nadi : 65x/ menit
 Jantung : normal
 Paru-paru : normal
9. Pemeriksaan penunjang medik
 GDs : 160 md/dl
 Trigliserida : 200 mg/dl
 Kolesterol : 160 mg/dl
 LDL-C : 170 mg/dl
 HDL-C : 70 mg/dl
 Asam urat: 9 mg/dl
D. TINJAUAN PUSTAKA
Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolism lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolestrol total, kolestrol
low-density lipoprotein (LDL), kenaikan kadar trigleserida serta penurunan
kadar High-density lipoprotein (HDL) (Arsana, et al, 2015).
Klasifikasi dyslipidemia berdasarkan pathogenesis penyakit adalah
sebagai berikut :
1. Dislipidemia Primer : Kelainan penyakit genetic dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan lipid dalam darah
2. Dislipidemia Sekunder : Disebabkan oleh suatu keadaan seperti
hiperkolestrolemi yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik
syndrome, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif,
hipertrigliserida disebabkan oleh DM, konsumsi alcohol, gagal ginjal
kronik, miokardinfark, nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit
hati, dan akromegali
Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dyslipidemia yaitu :
(Almatsier, 2014)
1. Faktor Genetik
Dislipidemia cenderung terjadi dalam keluarga, hal ini mendukung
bahwa dilipidemia mungkin suatu penyebab genetic. Dalam dunia medis
dyslipidemia yang diturunkan dinamakan FD (Familial Dislipidemia).
FD merupakan penyakit genetic yang diturunkan secara dominan
autosomal (kromosom yang bukan untuk reproduksi) dalam sel manusia.
Penyebab penyakit ini adalah mutase yang terjadi pada reseptor kolestrol
LDL. Reseptor LDL merupakan reseptor sel perusakan yang berfungsi
untuk mempertahankan homeostatis kolestrol
2. Pola Makan
Terjadinya penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri coroner
disebabkan oleh penumpukan lemak di bawah lapisan endothelium dan
dinfing pembuluh nadi. Salah satu factor yang paling berpengaruh
dengan penimbunan lemak adalah gaya hidup khususnya pola makan.
Makanan siap saji telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagai
masyarakat Indonesia. Junkfood banyak mengandung sodium, lemak
jenuh, dan kolestrol. Lemak jenuh inilah yang berbahaya bagi tubuh
karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolestrol yang lama-
kelamaan akan mengendap dan menghambat aliran darah dan oksigen
sehingga mengganggu metabolism jantung.
3. Obesitas
Orang dengan obesitas didalam tubuhnya cenderung banyak timbunan
lemak yang berlebih, timbunan lemak yang berlebih inilah akan
menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah dapat meningkatkan kadar kolestrol total dan kolestrol
LDL
4. Kebiasaan Merokok
Beberapa sumber menyebutkan bahwa zat-zat kimia yang terkandung
dalam rokok terutama nikotin dapat menurunkan kadar kolestrol HDL
dan meningkatkan kolestrol LDL. Nikotin dalam rokok dapat
mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah
coroner. Para perokok memiliki partikel-partikel kolestrol LDL yang
teroksidasi lebih tinggi. Partikel-partikel kolestrol LDL yang teroksidasi
merupakan komponen utama plak kolestrol yang bisa menyumbat arteri-
arteri jantung dan rentan seseorang terkena serangan jantung
5. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh tubuh dan sistem
penunjangnya. Aktifitas fisik seperti olahraga dapat meningkatkan kadar
kolestrol HDL, memperbaiki fungsi paru dan sistem respirasi didalam
tubuh lancer, menurunkan berat badan sehingga lemak dalam tubuh yang
berlebihan akan berkurang bersamaan dengan menurunkan kolestrol
LDL, membantu menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan
kesegaran jasmani.

6. Faktor Stress
Secara sederhana stress dapat diartikan sebagai sesuatu keadaan dimana
individu terganggu keseimbangannya. Dalam sebuah penelitian
menunjukkan orang yang stress 1,5 kali lebih besar beresiko terkena PJK
disbanding orang yang tidak stress hal ini karena terjadi peningkatan
kolestrol darah dan tekanan dalam tubuh yang disebabkan stress.
Diagnosis dyslipidemia ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium : (Jacobson et al, 2015)
Klasifikasi Kadar Lipid Plasma

Kolestrol Total (mg/dl)


 Diinginkan < 200
 Sedikit tinggi (Borderline) 200-239
 Tinggi ≥ 240
Kolestrol LDL (mg/dl)
 Optimal < 100
 Mendekati optimal 100-129
 Sedikit tinggi (borderline) 130-159
 Tinggi 160-189
 Sangat tinggi ≥ 190
Kolestrol HDL (mg/dl)
 Rendah < 40
 Tinggi ≥ 60
Trigliserid (mg/dl)
 Normal < 150
 Sedikit tinggi (borderline) 150-199
 Tinggi 200-499
 Sangat tinggi ≥ 500
Jenis obat hipolipidemik berdasarkan farmakokinetik dan
farmakodinamiknya : (Perkeni, 2021)
a. Statin
Mekanisme kerja statin adalah mengurangi pembentukan kolestrol di hati
dengan menghambat secara kompetitif kerja dari enzim HMG-CoA reductase.
Pengurangan konsentrasi kolestrol intraseluler meningkatkan ekspresi reseptor
LDL pada permukaan hepatosit yang berakibat meningkatnya pengeluaran K-
LDL dari darah dan penurunan konsentrasi dari K-LDL dan lipoprotein apo-B
lainnya termasuk trigliserid. Golongan statin umumnya diminum sekali sehari
pada waktu malam hari, seperti simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin,
pravastatin, fluvastatin, lovastatin, dan pitavastatin.
b. Bile Acid Sequestrants
Asam empedu disintesa oleh hati dan kolestrol. Asam empedu
selanjutnya diekskresikan kedalam lumen usus, namun sebagian besar akan
dikembalikan ke hati melalui absorbs secara aktif pada daerah ileum terminalis.
Mekanisme kerja obat ini adalah menurunkan kolestrol melalui hambatan
terhadap absorbs asam empedu pada sirkulasi enterohepatic dengan akibat
sintesis asam empedu oleh hati sebagian besar akan berasal dari cadangan
kolestrol hati sendiri. Proses katabolisme kolestrol oleh hati tersebut akan
dikompensasi dengan peningkatan aktivitas reseptor LDL yang pada akhirnya
akan menurunkan LDL-K dalam sirkulasi darah.jenis obat ini yaitu
cholestyramine, colestipol, dan golongan terbaru colsevelam.
c. Asam Fibrat
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat, dan
fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid plasma, selain menurunkan sintesis
trigliserid di hati. Obat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang
kerjanya memecahkan trigliserid. Selain menurunkan kadar trigliserid, obat ini
juga meningkatkan kadar kolestrol HDL.
d. Asam Nikotinik (niacin)
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di
jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak
bebas. Diketahui bahwa asam lemak bebas ada dalam darah sebagian akan
ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL. Dengan
menurunnya sintesis VLDL di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar
trigliserida, dan juga kadar K-HDL.
e. Ezetimibe
Golongan ini bekerja dengan menghambat absorbs kolestrol oleh usus
halus. Pertimbangan penggunaan ezetimibe adalah untuk menurunkan kadar K-
LDL, terutama pada pasien yang tidak tahan terhadap pemberian statin.
Pertimbangan lainnya adalah penggunaannya sebagai kombinasi dengan statin
untuk mencapai penurunan kadar K-LDL yang lebih banyak
f. Inhibitor PCSK9
Merupakan antibody monoclonal yang berfungsi untuk mengaktivasi
Proprotein Convertase Subtilsin-kexin Type 9 (PCSK9). PCSK9 sendiri
berperan dalam proses degradasi dari reseptor LDL, sehingga bila dihambat
maka akan meningkatkan ekspresi dari LDLR pada hepatosit yang pada
akhirnya menurunkan kadar K-LDL. Obat golongan ini diberikan secara
subkutan, yaitu alirocumab dan evolocumab.
g. Asam Lemak Omega-3 (Minyak Ikan)
Golongan obat ini mempunyai efek utama menurunkan kadar trigliserid,
namun tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap K-LDL dan K-HDL.
E. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Penyelesaian metode SOAP
No Problem Medik Terapi Saat Ini Subyektif & Assesment Plan
Obyektif
 Dislipidemia  Hidroklortiazid Subyektif  Sakit kepala dan mudah lelah Terapi Farmakologi
 Hipertensi 1 x 25 mg  Sakit kepala merupakan efek dari  Simvastatin 1 x 10 mg/hari
sejak 10 tahun PO/hari  Badan mudah lelah dislipidemia yang dialami PO
lalu Obyektif pasien. Menurut Anna (2012),  Terapi HCT diganti dengan
 Asam urat  Umur : 65 tahun kolesterol tinggi tidak secara Amlodipine 1 x 2,5 mg/hari
 BB : 70 kg langsung menyebabkan PO

 TB : 165 cm kelelahan, tapi kondisi-kondisi  Allopurinol 1 x 100 mg/hari


yang ditimbulkan dapat PO
 TD : 140/90
membuat orang lebih mudah Terapi Non Farmakologi
mmHg
lelah, serta merasa sakit atau  Intervensi pola hidup sehat
 Nadi : 65x/ menit
pegal di tengkuk kepala bagian  Mengkonsumsi makanan
 Jantung dan paru-
belakang. sehat, rendah natrium
paru : normal
 Kadar kolesterol darah yang (garam), lemak jenuh dan
 GDs : 160 md/dl
tinggi banyak dialami oleh purin
 Trigliserida : 200
penderita hipertensi. Kadar
mg/dl kolesterol yang tinggi dapat  Menjaga berat badan ideal
 Kolesterol : 160 membentuk plak yang timbul  Melakukan aktivitas ringan
mg/dl pada permukaan dinding arteri. secara teratur
 LDL-C : 170 Hal ini menyebabkan diameter  Berolahraga
mg/dl pembuluh darah mengecil  Berhenti merokok dan
 HDL-C : 70 mg/dl (Solikin & Muradi, 2020) mengkonsumsi alkohol
 Asam urat: 9 mg/dl  Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pasien
mengalami peningkatan
trigliserida dan LDL, ini
merupakan efek samping dari
penggunaan obat
Hidroklorotiazid. Menurut
Team Medical (2019), efek
samping penggunaan
Hidrokolorotiazid dapat
meningkatkan kadar kolesterol
LDL dan trigliserida.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium pasien
mengalami peningkatan asam
urat (gout), namun pasien
belum menerima terapi.
Menurut WHO kadar normal
asam urat pada pria adalah 3,5
sampai 7 mg/dl.
 Peningkatan kadar asam urat
juga dapat dipicu oleh
penggunaan obat-obatan,
seperti: antihipertensi
golongan thiazide dan loop
diuretic (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2018)
Pembahasan
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan kadar fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolestrol total, LDL, dan atau
Trigliserida, serta penurunan HDL. Kadar K-Total normal <200 mg/dl, K-LDL
<130 mg/dl, K-HDL >60 mg/dl, dan TG <200 mg/dl (Perkeni, 2021).
Pada kasus ini diperoleh hasil pemeriksaan kolestrol Bapak D yaitu GDs
160 mg/dl, LDL 170 mg/dl, dan TG 200 mg/dl. Jadi dapat dilihat bahwa kadar
kolestrol Bapak D berada diatas batas normal. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala dan mudah lelah, ini merupakan efek dari dislipidemia yang dialami
pasien. Menurut Anna (2012), kolesterol tinggi tidak secara langsung
menyebabkan kelelahan, tapi kondisi-kondisi yang ditimbulkan dapat membuat
orang lebih mudah lelah, serta merasa sakit atau pegal di tengkuk kepala
bagian belakang. Berdasarkan hal ini, maka bapak D harus diberikan terapi
obat anti hiperlipidemia. Terapi yang dapat digunakan sebagai
antihiperlipidemia yaitu golongan statin. Menurut Ivana et al (2017), statin
merupakan pengobatan lini pertama untuk menurunkan kadar LDL pada
pasien. Selain menurunkan LDL, statin dapat bermanfaat dalam pencegahan
primer maupun pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular, serta
menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular bagi pasien
yang memiliki factor resiko tinggi. Statin bekerja dengan menurunkan
pembentukan kolestrol di hati dengan menghambat secara kompetitif kerja dari
enzim HMG-CoA reductase (Perkeni, 2021). Golongan statin yang digunakan
pada kasus ini yaitu Simvastatin 1 x 10 mg/hari PO malam hari.
Sebelumnya Bapak D juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak
10 tahun yang lalu dan mendapat terapi Hidroklorothiazid 25 mg PO.
Peningkatan kadar LDL dan trigliserida pasien juga disebabkan oleh efek
samping dari penggunaan Hidroklorothiazid (Pionas, 2014). Dalam hal ini
penggunaan golongan diuretic tunggal tidak mencapai goals terapi, karena
golongan diuretic kurang efektif digunakan jika tidak dikombinasi dengan
antihipertensi golongan lain. Sehingga dalam hal ini untuk meningkatkan
keberhasilan terapi dan menghindari efek samping obat HCT pasien dapat
diberikan terapi golongan ARB atau CCB yang paling banyak digunakan.
Namun menurut Kinanti dkk (2022), kelompok terapi ARB menunjukkan
proporsi kejadian tekanan darah tak terkontrol dibandingkan kelompok terapi
CCB. Kelompok terapi ARB juga menunjukkan estimasi waktu kejadian
tekanan darah tak terkontrol dan kejadian kardiovaskular yang lebih lama
dibandingkan kelompok terapi CCB. Berdasarkan hal tersebut pasien
disarankan untuk mengganti terapi hipertensi menggunakan golongan CCB
yakni Amlodipine dengan dosis rendah untuk dilakukan pemantauan terapi
terlebih dahulu.
Selain itu, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien mengalami
peningkatan asam urat (gout), namun pasien belum menerima terapi. Kadar
normal asam urat menurut WHO pada pria adalah 3,5 sampai 7 mg/dl. Menurut
Perhimpunan Reumatologi Indonesia (2018), peningkatan kadar asam urat juga
dapat dipicu oleh penggunaan obat-obatan, seperti: antihipertensi golongan
thiazide dan loop diuretic. Berdasarkan hal ini pasien Bapak D diberikan terapi
dengan Allopurinol 1 x 100 mg/hari PO. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat xanthine oxidase, enzim ini menghambat pembentukan
hipoxantin menjadi xantin ke asam urat, mengurangi produksi asam urat tanpa
mengganggu sintesis purin.
Pemberian terapi farmakologi pasien juga disertai dengan pemberian
terapi non farmakologi seperti melakukan intervensi pola hidup sehat,
mengkonsumsi makanan sehat, rendah natrium (garam), lemak jenuh dan
purin, menjaga berat badan ideal, melakukan aktivitas ringan secara teratur,
berolahraga, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta meningkatkan
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang diberikan.
Pemantauan
Nama Obat Kondisi Klinik Tanda Vital Parameter Laboratorium
I : menurunkan kolesterol pada
hiperkolestrolemia primer atau dislipidemia
Tekanan darah, denyut Kolesterol total, LDL, HDL,
Simvastatin campuran
nadi, frekuensi pernapasan Trigliserida
ESO : sakit kepala, efek pada saluran cerna,
efek pada otot
I : Hipertensi
ESO : edema pretibial, gangguan tidur, sakit Pemeriksaan darah,
Tekanan darah, denyut
Amlodipine kepala, letih, hipotensi, tremor, aritmia, elektrolit, Na, K, Cl, dan
nadi, frekuensi pernapasan
takikardi, nyeri perut, ruam kulit, wajah fungsi ginjal
memerah
I : Hiperurisemia seperti artritis gout,
gangguan enzim yang menyebabkan
produksi asam urat berlebih Tekanan darah, denyut
Allopurinol Kadar asam urat
ESO : ruam, gangguan saluran cerna, nadi, frekuensi pernapasan
hepatotoksik, parestesia, neuropati,
gangguan darah
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
1. Pemantauan tekanan darah pasien secara rutin
2. Pemantauan hasil cek lab kolesterol, ldl kolesterol, hdl kolesterol, trigliserid
dan asam urat serta kadar gula darah secara rutin.
3. Terapi farmakologi yang disarankan :
 Penggantian obat terapi hipertensi dengan menggunakan golongan obat
CCB yakni amlodipine 1 x 2,5 mg/hari PO
 Penggunaan obat golongan statin yaitu simvastatin 1x 10 mg/hari PO
untuk menurunkan ldl dan trigliserida.
 Penggunaan obat xantin oxidase inhibitor yaitu allopurinol 1 x 100
mg/hari PO untuk menurunkan kadar asam urat.
4. Terapi Non Farmakologi : Intervensi pola hidup sehat, mengkonsumsi
makanan sehat, rendah natrium (garam), lemak jenuh dan purin, menjaga
berat badan ideal, melakukan aktivitas ringan secara teratur, berolahraga,
berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
F. KESIMPULAN
1. Masalah terkait obat yang ditemukan antara lain :
Pemberian terapi yang kurang tepat dan ada indikasi pada pasien namun
tidak diberikan terapi
2. Rencana rekomendasi terapi yang diusulkan antara lain :
Farmakologi :
 Simvastatin 1 x 10 mg/hari PO
 Terapi HCT diganti dengan Amlodipine 1 x 2,5 mg/hari PO
 Allopurinol 1 x 100 mg/hari PO
Non Farmakologi :
 Intervensi pola hidup sehat
 Mengkonsumsi makanan sehat, rendah natrium (garam), lemak jenuh
dan purin
 Menjaga berat badan ideal
 Melakukan aktivitas ringan secara teratur
 Berolahraga
 Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
G. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2014. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Anna, Annisa Trie. 2012. Hubungan Kadar Kolesterol LDL Dengan Tipe
Stroke Di Rsup Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari –
Juni 2011. Skripsi. Makassar : Universitas Hasanudin.

Arsana PM, Rosandi R, Manaf A, et al. 2015. Panduan Pengelolaan


Dislipidemia di Indonesia. PB Perkeni

Ivana P. Dewi, Maria. S.M. 2017. Peranan Obat Golongan Statin. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana. Yogyakarta.

Jacobson AT, Ito Km, Maki Ck et al. 2015. National Lipid Association (NLA)
recommendation for patient-centered management of dyslipidemia. J
Clin Lipid.

Kinanti, W., Tri, M.A., Fredie, I. 2022. Perbandingan Efektivitas Angiotensin


Receptor Blocker (ARB) dengan Calcium Channel Blocker (CCB) Pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hemodialisis. Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research. Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2018. Pedoman Diagnosis Dan


Pengelolaan Gout. Jakarta : Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

Perkeni. 2021. Panduan Pengelolaan Dislipidemia Di Indonesia. Perhimpunan


Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PB Perkeni.

Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas). Badan Pengawasan Obat dan


Makanan (BPOM). Republik Indonesia 2014. Informatorium Obat
Nasional Indonesia (IONI). BPOM RI, diakses 17 Oktober 2023.
https://pionas.pom.go.id/monografi/hidroklorotiazid

Solikin & Muradi. 2020. Hubungan Kadar Kolesterol Dengan Derajat


Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sungai Jingah. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan, Volume 5, Edisi I. Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Team Medical. 2019. Basic Pahrmacology & Drugs Notes. Team Medical
Mini Notes. Makassar.
H. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai