Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui bahwa misi dari Nabi Muhammad SAW mengajarkan agama Islam sesuai apa yang beliau terima berupa wahyu yang diwujudkan dalam bentuk Al-Quran memang pada waktu Nabi masih hidup belum muncul aliran-aliran dalam Islam karena setiap ada permasalahan mengenai Islam atau yang lainnya beliau sebagai rujukan. Namun, setelah Nabi meninggal, maka mulailah muncul aliran-aliran dalam Islam terutama pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Dengan munculnya aliran-aliran Islam tersebut, maka tidak

mengherankan lagi diantara mereka saling berbeda pendapat, terutama dalam menafsiri ayat-ayat Al-Quran. Karena kita tahu bahwa dalam ayat-ayat AlQuran masih banyak terdapat ayat yang masih bersifat mujmal atau umum, sehingga perlu adanya penafsiran terutama ayat-ayat yang berhubungan dengan teologi Islam. Dari sini kami akan mencoba membahas tentang salah satu aliran yang muncul dalam teologi Islam, yaitu aliran Maturidiyah tentunya dengan keterbatasan pemahaman kami. B. Rumusan Masalah 1. Untuk Mengetahui Aliran Maturidiyah 2. Untuk Mengetahui Sebab Munculnya Aliran Maturidiyah 3. Untuk Mengetahui Tokoh dan Ajaran Maturidiyah

BAB II PEMBAHASAN ALIRAN KALAM MATURIDIYAH A. Pengertian Maturidiyah Berdasarkan buku Pengantar Teologi Islam, aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya, yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad. Di samping itu, dalam buku terjemahan oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan bahwa pendiri aliran maturidiyah yakni Abu Manshur alMaturidi, kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran ini. Selain itu, definisi dari aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang bercorak rasional.1 Latar belakang lahirnya Aliran maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendurinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi. Riwayatnya tidak banyak diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem pemikiran aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.2 Untuk mengetahui sistem pemikiran Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asyary dan aliran mutasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah dan asyaryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang dihadapinya yaitu mutazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya masih ada.
1 2

A. Hanasfi, MA, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta : Bulan Bintang, 1985), hlm. 78. Prof. Dr. Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hlm.

78.

Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mutazilah. B. Sebab Munculnya Maturidiyah Aliran maturidiyah lahir di Samarkand pertengahan kedua dari abad IX masehi. Pendirinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui. Ia sebagai pengikut abu hanifah sehingga paham teologinya memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifah. Sistem pemikiran aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.3 Menurut buku (literatur) yang membahas persoalan sekte-sekte tidak banyak yang memuat keterangan mengenai aliran Al-Maturidiyah maupun pengikut-pengikutnya. Karangan Al-Maturidiyah masih berbentuk mahtutat. Diantaranya kitab Al-Tauhid dan kitab Tawil Al-Quran yang belum di cetak, sehingga buku Maturidiyah sebagai acuan/literature tidak banyak membahas persoalan teologis seperti halnya ajaran Asyariyah maupun mutazilah. Ada juga suatu pendapat yang mengatakan bahwa ada karangankarangan yang disusun oleh Al-Maturidi, yaitu risalah fi Al-aqaid dan syarh al-Fiqh Al-Akbar. Sebagai informasi yang menambah kawasan tentang maturidiyah adalah buku yang dikarang oleh pengikut-pengikutnya, seperti buku Isyarat al-Maram oleh Al-Bayadi dan Al-Bazdawi dengan bukunya usul Al-din Untuk mengetahui system pemikiran Al-Maturidi kita tidak bias meninggalkan pemikiran-pemikiran Asyary dan aliran mutazilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah dan asy-ariyah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang dihadapinya yaitu mutazilah. Namun perbedaan dan persamaannya masih ada.
Drs. Muslim Ishak, Sejarah dan Perkembangan Theologi Islam, (Semarang : Duta Grafika, 1988), hlm. 144-145.
3

Al-Maturidi dalam emikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak dipengaruhi oleh Abu Hanifah karena Al-Maturidi sebagai pengikut Abu Hanifah. Dan timbulnya Aliran ini sebagai reaksi terhadap aliran mutazilah. C. Tokoh dan Ajaran Muktazilah Pendiri Maturidiyah adalah Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi, sering pula disebut Abu Mansur. Lahir di kota kecil Maturidi, daerah Samarkand (Soviet sekarang) pada 238/853 M dan meninggal di Samarkand pula pada 333 H. Tidak banyak yang kita ketahui tentang riwayat hidupnya, tetapi yang jelas ia adalah penganut madzhab Hanafi.4 Abu Mansur menerima pendidikan yang baik dalam berbagai bidang ilmu ke-Islaman di bawah empat orang guru yang terkenal pada waktu itu, Syekh Abu Baker Ahmad, Abu Nasr Ahmad bin Abbas yang dikenal sebagai Al-Faqih As-Samarkandi, Nusair bin Yahya Al-Balkhi (w. 268) dan Muhammad bin Muqotil Al-Rozi (w. 248) yang dikenal sebagai Qodli Al-Roy. Semua mereka itu bermadzhab hanafi. Oleh sebab itu tidak heran apabila Abu Mansur pun bermadzhab Hanafi. Kita tidak begitu banyak mengetahui hasil-hasil pemikirannya karena buku-buku karangannya masih dalam bentuk tulisan tangan dan belum dicetak. Seperti kitabnya : Kitab At-Taukhid, Kitab Tawil Al-Quran, Risalah FilAqoid dan Syarah Al-Fiqh Al-Akbar.5 Tokoh penting Maturidiyah adalah Abu Al-Yusr Muhammad AlBazdawi (421-493 H), neneknya adalah murid Al-Maturidi dan Al-Bazdawi memperoleh ajaran-ajaran Maturidiyah daripadanya. Al-Bazdawilah yang membawa ajaran Maturidiyah ke Bukhoro, yang memperoleh banyak pengikut
4 5

Ibid, hlm. 145-146. Ibid, hlm. 146.

sehingga menjadi Maturidiyah aliran/cabang Bukhoro, dimana pendapatpendapatnya mendekati kepada faham Asyariyah. Sedang aliran-aliran asli (Samarkand) lebih dekat kepada faham Mutazilah. Al-Bazdawi mengarang kitab : Ushuluddin, sedang muridnya Najmuddin Muhammad Al-Nasafi (460537 H) mengarang Al-Aqoid Al-Nasafiyah. Perngikut Al-Maturidi tidak selalu sefaham dengan gurunya, oleh sebab itu ada dua aliran Maturidiyah, yaitu aliran Samarkand dan aliran Bukhoro. Letak perbedaannya pada tingkat pengakuan akal sebagai instrumen penafsiran kebenaran. Aliran Samarkand dikenal lebih dekat dengan Mutazilah dalam beberapa pemikirannya, seperti penerimaannya At-Tawil terhadap ayat-ayat yang memuat sifat-sifat antroposentris dari Tuhan. Sementara aliran Bukhoro dalam hal ini lebih dekat dengan metodologi berfikirnya Asyariyah. Ajaran Pokok Maturidiyah Al-Maturidi di dalam memberi pegangan kepada ummat, selalu berusaha untuk mengambil jalan tengah dari beberapa aliran teologi yang bertentangan. Beberapa ajaran pokok Maturidiyah antara lain membahas : Masalah akal dan wahyu. Perbuatan manusia Kehendak dan kekuasaan Tuhan. Masalah keadilan Tuhan.

1. Masalah akal dan wahyu

Dalam hal kemampuan akal manusia, Al-Maturidi berpendapat bahwa akal dapat : 1. Mengetahui adanya Tuhan 2. Kewajiban mengetahui Tuhan. 3. Mengetahui baik dan jahat/buruk. Demikianlah pendapat Al-Maturidi dan para pengikutnya di

Samarkand. Bahwa akal dapat mengetahui wujudnya Tuhan. Demikian pula kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui oleh seseorang yang sudah matang akalnya, kematangan akal tidak ditentukan oleh umur. Bahwa apa yang baik dan jahat pun dapat diketahui akal dan pikiran. Adapun kewajiban untuk megerjakan yang baik dan meninggalkan yang jahat, akal tidak mampu mengetahuinya. Hal ini hanya dapat dketahui oleh wahyu. Aliran Samarkand ini tampak sekali mendekati Mutazilah, karena mengakui kemampuan yang besar terhadap akal. Sedang aliran Bukhoro berpendapat bahwa akal manusia hanya mampu untuk mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan jahat. Adapun kewajiban, baik kewajiban mengetahui Tuhan maupun mengetahui kewajiban melakukan yang baik dan meninggalkan yang jahat, akal manusia tidak mampu mengetahui. Menurut aliran Bukhoro, akal tidak mampu mengetahui kewajiban. Masalah kewajiban hanya dapat diketahui dengan pertolongan wahyu. Oleh sebab itu sebelum datangnya para Rasul/wahyu, kita tidak berkewajiban percaya kepada Tuhan dan bukan merupakan suatu dosa. Dengan demikian aliran Bukhoro ini mendekati pendapat Asyariyah, karena memandang lemah kemampuan akal manusia dan memandang wahyu mempunyai kemampuan dan fungsi yang lebih tinggi.

Dengan

demikian

wahyu

bagi

aliran

Samarkand

berfungsi

menunjukkan adanya kewajiban untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Tetapi bagi aliran Bukhoro disamping menunjukkan kewajiban seperti di atas, juga kewajiban untuk mengetahui Tuhan. Dengan perkataan lain wahyu berfungsi untuk menunjukkan tentang kewajiban-kewajiban bagi manusia. 2. Perbuatan manusia Apakah manusia mampu dan bebas mengadakan pilihan berdasarkan kemampuan sendiri melakukan perbuatan (free will dan free act), ataukah manusia tidak mampu memilih, apalagi melakukan perbuatan, sebagaimana faham Jabariyah, sehingga hanya melakukan saja apa yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh Tuhan (predestination). Dalam hal ini Al-Maturidi berpendapat, bahwa perbuatan manusia adalah juga ciptaan Tuhan. Al-Maturidi sebagai pengikut Abu Hanifah menyebut dua perbuatan, yaitu : perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan. Perbuatan Tuhan adalah dalam bentuk penciptaan daya pada diri manusia, sedang pemakaian daya itu ada pada manusia. Dengan kata lain, perbuatan Tuhan berarti majazi, sedang hakikatnya adalah perbuatan manusia. Menurut Maturidi, daya itu dicipta Tuhan bersama-sama dengan perbuatan manusia, bukan sebelum perbuatan manusia sebagai faham Mutazilah. Aliran Bukhoro berpendapat bahwa manusia hanyalah merealisir perbuatan Tuhan, perbuatan manusia hakikatnya adalah perbuatan Tuhan, sedang perbuatan manusia hanyalah dalam pengertian majazi saja. Untuk ini lantas mengajukan dua konsep, yakni masyiah dan ridlo. Masyiah adalah kemauan/kehendak, yang bentuknya berupa berbagai pilihan perbuatan, yang baik dan yang jahat. Manusia bebas memilih perbuatan mana yang akan dikerjakan, apabila ia kerjakan yang baik, ini sesuai dengan kehendak Tuhan dan diridhoi Tuhan. Apabila ia memilih dan mengerjakan yang jahat, ini juga sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi tidak diridhoi Tuhan. Jadi Tuhan itu adil, demikianlah yang dikehendaki Maturidiyah dengan konsep ini.

3. Kehendak dan kekuasaan Tuhan Masalah ini erat hubungannya dengan persoalan kemampuan akal dan kebebasan manusia dalam melakukan perbuatan. Maturidiyah Bukhoro berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Al-Bazdawi menjelaskan bahwa memang Tuhan berbuat apa yang dikhendaki serta menentukan segala sesuatu dengan menurut kemauan dan kehendak-Nya sendiri. Tidak ada yang dapat menentang, menghalangi ataupun memaksa Tuhan, tidak ada larangan bagi Tuhan, demikian pula tidak kewajiban. Dengan ini aliran ini sefaham dengan Asyariyah. Adapun Maturidiyah Samarkand, memberikan batasan sebagai berikut Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan adalah pada Bahwa apabila Tuhan menjatuhkan hukuman, bukan berarti manusia. sewenang-wenang, tapi berdasarkan atas kemerdekaan manusia di dalam menggunakan daya yang telah diciptakan Tuhan dalam dirinya, terserah kepada manusia, apakah akan melakukan perbuatan yang baik ataukah yang jahat. Untuk itu Maturidiyah Samarkand mangajukan konsep masyiah dan ridho sebagaimana diterangkan sebelumnya. Keadaan hukuman-hukuman Tuhan baik pahala ataupun siksa sebagaimana kata Al-Bayadi tidak boleh tidak mesti terjadi. Adapun mengenai aturan siksa atau pahala adalah ditentukan Tuhan dengan pengetahuan dan kemauan-Nya sendiri. Dari uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Samarkand lebih mendekati kalau tidak dikatakan sama dengan faham Mutazilah. 4. Masalah keadilan Tuhan Faham kekuasaan mutlak pada Tuhan, menimbulkan bantahan dan sanggahan, karena membayangkan suatu pengertian bahwa Tuhan pada suatu ketika akan berbuat tidak adil. Akan tetapi faham keadilan Tuhan bisa pula

menimbulkan pengertian bahwa Tuhan adalah tidak berkuasa mutlak, karena kekuasaan-Nya akan dibatasi oleh keadilan-Nya. Dalam hal ini Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa perbuatan manusia adalah perbuatannya sendiri dalam arti yang sebenarnya, karena manusia menurut pandangannya adalah bebas di dalam kemauan dan berbuat (free will dan free act). Dengan demikian bagi Maturidiyah Samarkand tiak begitu sukar memahami masalah keadilan. Sebagaimana diketahui bahwa keadilan menurut Mutazilah adalah erat hubungannya dengan hak, dimana Tuhan akan memberi kepada seseorang akan haknya. Keadilan Tuhan berarti Tuhan berkewajiban membuat apa yang yang baik dan terbaik bagi manusia, termasuk di dalamnya memberi daya pada manusia untuk berbuat. Bagi Maturidiyah Bukhoro, berpendapat bahwa perbuatan menusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan. Pendapat ini akan cenderung berakibat bahwa Tuhan tidak adil atau dengan kata lain Tuhan adalah dhalim. Untuk menghindari kecaman ini mereka berpendapat bahwa Tuhan yang berkuasa mutlak berbuat sekehendak hatinya dan penciptaannya tidak mesti harus mengandung hikmah. Alam yang diciptakan ini bukan untuk kepentingan manusia. Selanjutnya mereka mengajukan konsepsi masyiah dan ridho, dimana manusia bebas berbuat menurut pilihan dan kemauannya. Apabila ia memilih dan mengerjakan yang baik, maka adalah sesuai serta mendapat ridho dari Tuhan, sebaliknya apabila ia memilih dan mengerjakan yang buruk/jahat maka tidak dikehendaki dan tidak akan mendapat ridho dari Tuhan.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan di atas dapat pemakalah simpulkan sebagai berikut : 1. Aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi, yang lahir di Samarkand pertengahan kedua dari abad kesembilan masehi dan meninggal di tahun Guum. 2. Aliran Maturidiyah berintikan pada pemikiran Abu Hanifah dan merupakan pengurainya yang sangat bebas. 3. Dalam perkembangannya aliran Maturidiyah terbagi menjadi dua golongan yaitu : Golongan Samarkand yang cenderung dekat dengan faham-faham Mutazilah., golongan Bukhoro (pengikut Al-Bazdawi) yang cenderung dekat dengan faham Asyariyah. 4. Ajaran pokok Maturidiyah antara lain membahas tentang : Masalah akal dan wahyu. Perbuatan manusia. Kehendak dan kekusaan tuhan. Masalah keadilan Tuhan.

B. Kritik dan Saran Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya dalam penguraian di atas masih banyak pengurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Untuk itu apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan dalam uraian, kami mohon maaf yang sebesar besarnya. Akhirnya semoga makalah

10

ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya bagi para para pembaca umumnya amin. DAFTAR PUSTAKA A. Hanasfi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta : Bulan Bintang, 1985. Ishak, Muslim, Sejarah dan Perkembangan Theologi Islam, Semarang : Duta Grafika, 1988. Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986. http://peziarah.wordpress.com/2007/03/07/maturidiyah/.

11

KATA PENGANTAR Syukur dan pujian kekhadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa memfresentasikan makalah ini yang berjudul : Aliran Kalam Maturidiyah Dan Selawat beserta salam kepada Muhammad SAW dengan sepotong lafaz doa Allohumma sholli ala Muhammad wa ala ali Muhammad Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pembimbing yang telah berkenan membimbing kami dalam mata kuliah Ilmu Kalam yang telah membantu. Dalam makalah ini tentu sangat banyak kelemahannya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih. Demikian makalah ini kami sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Penulis

12

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR.................................................................. DAFTAR ISI................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................. B. Rumusan Masalah............................................. BAB II PEMBAHASAN ALIRAN KALAM MATURIDIYAH A. Pengertian Maturidiyah..................................... B. Sebab Muncul Maturidiyah .............................. C. Tokoh dan Ajaran Maturidiyah......................... 2 3 4 1 1 i ii

BAB

III

PENUTUP A. Kesimpulan....................................................... B. Kritik dan Saran................................................ 10 10

DAFTAR PUSTAKA

13

ii

14

Anda mungkin juga menyukai