Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LANDASAN ONTOLOGI ILMU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Phil. Asfa Widiyanto,M.A.

Disusun Oleh :

Sekar Rubina Satriani (23060210009)

Zaena Ulil Fasihah (23060210014)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2022

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

Makalah ini disusun dengan harapan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami ilmu tentang Landasan Ontologi Ilmu yang kami susun berdasarkan
pengamatan dari berbagai informasi dan referensi. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan dan penyumbang pikiran bagi pembaca khususnya
mahasiswa IAIN Salatiga. Penyusun sadar bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran sangat
kami harapkan demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Salatiga, 26 Maret 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... I

DAFTAR ISI ............................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... III

A. Latar Belakang.................................................................. III


B. Rumusan Masalah............................................................. III
C. Tujuan.............................................................................. III

BAB II PEMBAHASAN ............................................................ IV

A. Pengertian Ontologi.......................................................... IV
B. Landasan Ontologi............................................................ VI
C. Cabang Ontologi .............................................................. VIII

BAB III PENUTUP ................................................................... XII

Kesimpulan ................................................................................ XII

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ XIII

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas
dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi
memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola
berfikir. Ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh
kita ingin tahu.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan
jalan melakukan pengamatan ataupun penelitian, kemudian peneliti atau
pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil
pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu
merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ontologi ?

2. Apa landasan ontologi ?

3. Apa saja cabang dari ontologi ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian ontologi.
2. Dapat mengetahui landasan ontologi.
3. Dapat mengetahui cabang dari ontologi.

IV
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi
Kata ontologi berdasarkatan dari Yunani, yaitu Ontos: being dan
logos : logic jadi, ontology adalah the theory of being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan). Atau bisa juga ilmu yang ada. Secara
istilah ontology adalah ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang
merupakan realita baik berbentuk jasmani atau konkrit maupun rohani
atau abstrak. Berasal dari bahasa Yunani: on/ontos= ada dan logos= ilmu.
Jadi ontology adalah ilmu tentang yang ada. Secara ringkas membahas
realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis
mempertahankan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis
ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah
yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal
yang sesuai dengan akal manusia. Ontology membahas tentang ada yang
universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontology berupaya
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan.
Ontology adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan
hakikat kebenaran segala sesuatu yang ada. Menurut tata hubungan
sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat, yaitu ada manusia, ada alam,
dan nada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur dan
tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontology, segala sesuatu yang
ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna
nilai keindahan.
Objek material ontologi adalah yang ada, artinya segala-galanya,
meliputi yang ada sebagai wujud konkrit dan abstrak, indrawi maupun

V
tidak indrawi. Objek formal ontologi adalah memberikan dasar yang
paling umum tiap masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan.
Titik tolak dan dasar ontologi adalah refleksi terhadap kenyataan yang
paling dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya. Ontologi berusaha
untuk mengetahui esensi terdalam dari “yang ada”. Ontologi berkaitan
dengan pertanyaan “Apakah saya ini tidak berbeda dengan batu karang”.
Dengan demikian ontologi berarti suatu usaha intelektual untuk
mendeskripsikan sifat-sifat umum dari kenyataan; suatu usaha untuk
memperoleh penjelasan yang benar tentang kenyataan; studi tentang sifat
pokok kenyataan dalam aspeknya yang paling umum sejauh hal itu dapat
dicapai; teori tentang sifat pokok dan struktur dari kenyataan. Ontologi
merupakan hakikat ilmu itu sendiri dan apa hakikat kebenaran serta
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah tidak terlepas dari
persepektif filsafat tentang apa yang dikaji atau hakikat realitas yang ada
yang memiliki sifat universal.

B. Landasan Ontologi
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran
dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak
terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu
(being Sein, het zijn).
Ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Secara
sederhana objek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman manusia.
Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh panca indera manusia. Dalam batas-batas tersebut maka ilmu
mempelajari objek-objek empiris seperti batu-batuan, binatang, tumbuh-
tumbuhan , hewan atau manusia itu sendiri. Berdasarkan hal itu maka
ilmu ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, di mana

VI
objek-objek yang berbeda di luar jangkaun manusia tidak termasuk di
dalam bidang penelaahan keilmuan tersebut.
Ilmu membatasi lingkup penjelajahan pada batas pengalaman
manusia. Metode yang dipergunakan dalam menyusun ilmu telah teruji
kebenarannya secara empiris. Dalam perkembangannya kemudian maka
muncul banyak cabang ilmu yang diakibatkan karena proses kemajuan
dan penjelajahan ilmu yang tidak pernah berhenti. Dari sinilah kemudian
lahir konsep “kemajuan” dan “modernisme” sebagai anak kandung dari
cara kerja berpikir keilmuan.
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi ilmu dapat dibedakan
menjadi 5 konsep utama, yaitu :
1. Umum (universal) dan tertentu (particular)
Umum (universal) adalah sesuatu yang pada umumnya dimiliki oleh
sesuatu, misalnya: karakteristik dan kualitas. “Umum” dapat
dipisahkan atau disederhanakan melalui cara-cara tertentu. Sebagai
contoh, ada dua buah apel yang berwarna merah maka kedua apel
tersebut berbagi kualitas ”berwarna merah”.
2. Substansi (substance) dan Accident
Substansi adalah petunjuk yang dapat menggambarkan sebuah obyek,
atau properti yang melekat secara tetap pada sebuah obyek. Jika tanpa
properti tersebut, maka obyek tidak ada lagi. accident dalam filsafat
adalah atribut yang mungkin atau tidak mungkin. Menurut Aristoteles,
”accident” adalah kualitas yang dapat digambarkan dari sebuah obyek.
Misalnya: warna, tekstur, ukuran, bentuk dsb.
3. Abstrak dan Kongkrit
Abstrak adalah obyek yang ”tidak ada” dalam ruang dan waktu
tertentu, tetapi ”ada” pada sesuatu yang tertentu, contohnya: ide,
permainan badminton (permainan adalah abstrak, sedang pemain
badminton adalah kongkrit).

VII
Kongkrit adalah obyek yang ”ada” pada ruang tertentu dan
mempunyai orientasi untuk waktu tertentu. Misalnya: awan, badan
manusia.
4. Esensi dam Eksistensi
Esensi adalah adalah atribut atau beberapa atribut yang menjadi dasar
keberadaan sebuah obyek. Atribut tersebut merupakan penguat dari
obyek, jika atribut hilang maka obyek akan kehilangan identitas.
Eksistensi (existere: tampak, muncul. Bahasa Latin) adalah kenyataan
akan adanya suatu obyek yang dapat dirasakan oleh indera.
5. Determinisme dan Indeterminisme
Determinisme adalah pandangan bahwa setiap kejadian (termasuk
perilaku manusia, pengambilan keputusan dan tindakan) adalah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kejadian-
kejadian sebelumnya. Indeterminisme merupakan perlawanan
terhadap determinisme. Para penganut indeterinisme mengatakan
bahwa tidak semua kejadian merupakan rangkaian dari kejadian masa
lalu.

C. Cabang Ontologi
Ontologi pengetahuan adalah suatu ajaran tentang hakikat yang ada
berdasarkan kepercayaan yang benar yang diperoleh dari informasi yang
masuk akal ataupun common sense. Ontologi pengetahuan atau bagian
metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada secara
menyeluruh yang mengkaji persoalan – persoalan, seperti hubungan akal
dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan, dan
lainnya. Dalam pandangan ontologi terdapat beberapa pandangan –
pandangan pokok pemikiran, diantaranya :
1. Aliran Monoisme

VIII
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak
mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin
ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah
satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan
perkembangan yang lainnya. Paham ini kemudian terbagi ke dalam
dua aliran :
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut dengan
naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan
satu-satunya fakta.
Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales
(624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena
pentingnya bagi kehidupan.
b. Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik
pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Dalam perkembangannya,
aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori
idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya
yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang
menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam
ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu.
2. Aliran Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani,
benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-

IX
masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi.
Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu
dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan).
3. Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Tokoh aliran ini pada
masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari
empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
4. Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak
ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang
positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada
tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada
semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-
360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama,
tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak
dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran
ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya
dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia
tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di
mana ia hidup.
5. Aliran Agnotitisme
Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti
unknown. A artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini

X
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu
menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri
sendiri dan dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-
tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal
dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku
umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak
dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain.
Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang
mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya
manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi,
agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap
kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun
ruhani.

XI
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ontology adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan
hakikat kebenaran segala sesuatu yang ada. Menurut tata hubungan
sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat, yaitu ada manusia, ada
alam, dan nada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh,
teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontology,
segala sesuatu yang ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis
yang diliputi dengan warna nilai keindahan.
2. Ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris.
Secara sederhana objek kajian ilmu ada dalam jangkauan
pengalaman manusia. Objek kajian ilmu mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Dalam
batas-batas tersebut maka ilmu mempelajari objek-objek empiris
seperti batu-batuan, binatang, tumbuh-tumbuhan , hewan atau
manusia itu sendiri. Berdasarkan hal itu maka ilmu ilmu dapat
disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, di mana objek-objek
yang berbeda di luar jangkaun manusia tidak termasuk di dalam
bidang penelaahan keilmuan tersebut.
3. Di dalam ilmu ontologi terdapat beberapa aliran, beberapa aliran
ontologi terkenal yang berupaya menjelaskan hakikat realitas
antara lain: monisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan
agnotisisme.

XII
DAFTAR PUSTAKA

 Fatkhul Mubin, dalam jurnal Filsafat Modern : Aspek Ontologi, Aspek


Epistimologis, dan Aspek Aksiologis.
 Yuardi Epal. 2021. Landasan Ontologi Ilmu. Bukittinggi : IAIN
Bukittinggi.
 Saepudin. Ontologi Ilmu Pengetahuan (Objek Ilmu Pengetahuan).
https://www.academia.edu/38078005/ONTOLOGI_ILMU_PENGETAH
UAN_OBJEK_ILMU_PENGETAHUAN diakses pada Minggu, 26 Maret
2022.
 Tongkrongan Islam. 2017. Ontologi Filsafat Ilmu dan Aliran- Alirannya.
https://www.tongkronganislami.net/contoh-makalah-ontologi-filsafat-
ilmu/ diakses pada Minggu, 26 Maret 2022.
 Zainuddin. 2013. ONTOLOGI. Malang : UIN MALIK IBRAHIM.
 Aryani, Winda. Mengenal Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam
Kehidupan Sehari-hari. https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/windaaryani/5df
634fa097f3651e741f432/mengenal-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-
dalam-kehidupan-sehari-hari?amp_js_v=a6 diakses pada Minggu, 26
Maret 2022.

XIII

Anda mungkin juga menyukai