Anda di halaman 1dari 13

ONTOLOGI SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN

ILMU

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

FILSAFAT UMUM

Oleh:
Khairunisa Situmorang

NPM.221804049

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Abdul unir, M. Pd.

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala. Karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Ruang Lingkup Filsafat”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membentuk khususnya kepada dosen
pembimbing karena memberi kesempatan untuk kami dalam menyajikan makalah ini. Sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman sekalian dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Medan, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian Ontologi........................................................................ 2
B. Hakikat Ilmu Pengetahuan Ontologi............................................... 3
C. Aliran Ontolgi................................................................................. 3
D. Objek Ontologi................................................................................ 5
E. Ontologi dalam Ilmu Pengetahuan.................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “on” atau “ontos” artinya yang berada
dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian secara etimologi, on-
tologi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada Sedangkan yang dimaksud on-
tologi dalam pengertian terminologisnya adalah kajian tentang hakikat segala sesuatu atau

. realitas yang ada yang memiliki sifat universal, untuk memahami adanya eksistensi. Istilah on-
tologi dipopulerkan oleh Christian Wolff (1679-1714).

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memi-
liki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendirian-
nya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu
itu tidak bisa dianggap berdiri sendiri).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ontologi ?
2. Bagaimanakah hakikat ilmu pengetahuan, aliran, dan objek ontologi ?
3. Bagaimanakah ontologi dalam ilmu pengetahuan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ontology
2. Mengetahui hakikat ilmu pengetahuan, aliran serta objek dalam ontoogi
3. Mengetahui bagaimana ontologi

4. dalam ilmu pengetahuan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi

Ontologi, dalam bahasa Inggris ‘ontology’, berakar dari bahasa Yunani ‘on’ berarti
ada, dan ‘ontos’ berarti keberadaan. Sedangkan ‘logos’ berarti pemikiran (Lotens
Bagus:2000). Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaanya. Selan-
jutnya, menurut A.R Lacey, ontologi diartikan sebagai “a central part of methapisics” (bagian
sentral dari metafisika). Sedangkan metafisika diartikan sebagai “that which comes after
‘phosics’,....the study of nature in general” (hal yang hadir setelah fisika,... studi umum men-
genai alam). Dalam metafisika, pada dasarnya dipersoalkan mengenai substansi atau hakikat
alam semesta. Apakah alam semesta ini bersifat monistik atau pluralistik, bersifat tetap atau
berubah – ubah, dan apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (actual) atau kemu-
ngkinan (potency).

Beberapa karakteristik ontologi, seperti diungkapkan oleh Bagus, antara lain da-
pat disederhanakan sebagai berikut:

1. Ontologi adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri – ciri esensial dari
yang ada dalam dirinya sendiri, menurut terbentuknya yang paling abstrak. Ontologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin, dengan menggunakan kategori – kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas
atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi,kesempurnaan, ruang
dan waktu, perubahan dan sebagainya.
2. Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada,
yaitu Yang Satu,Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan keberadaan sesuat yang
mutlak pada-Nya.

Cabang filsafat yang mempelajari tentang suatu realitas apakah nyata atau semu,
apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya.

2
Jadi sebenarnya, ontologi merupakan studi yang mempelajari hakikat keberadaan
sesuatu, dari yang terbentuk konkret sampai yang terbentuk abstrak, tentang sesuatu yang
tampak hinga sesatu yang tidak tampak, mengenai eksistensi dunia nyata maupun
eksistensi dunia kasat mata, eksistensi gaib.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan Ontologi

Manusia memiliki rasa ingin tahu yang kuat yang mana membuat manusia ingin men-
cari suatu kebenaran dan mencapai pengetahuan. Karena keingintahuan manusia, maka diper-
lukan lah sebuah cabang ilmu yang membantu manusia untuk memenuhi sesuatu apakah itu,
apakah kebenaran itu memang dapat dicapai oleh akal manusia. Keingintahuan manusia yang
tak terbatas bahkan diluar dari panca indra, sehingga segala hal perlu dipertanyakan.
Bagaimana realita yang ada ini, adalah materi semata, apakah wujudnya bersifat tetap ?
sedagkan ontologi sendiri mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir daripada kenyataan. Ia
juga disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Ilmu alam atau fisika
memikirkan yang nyata, tanpa mempersoalkan hakikatnya. Ilmu hakikat justru memper-
soalkan hakikat itu, dengan memisahkan secara tajam subjek dan objek. Dalam agama, on-
tologi memikirkan tentang Tuhan.

Jadi hakikat jenis dapat dipahami sebagai titik abstrak tertinggi dari suatu hal. Pada
titik abstrak tertinggi inilah segala macam perbedaan dan keterpisahan menyatu dalam sub-
stansi. Dalam filsafat, studi mengenai hakikat abstrak ini masuk dalam bidang metafisika
umum (general metaphisics) atau ontologi (ontology). Oleh sebab itu, pembahasan tentang
hakikat jenis ilmu pengetahuan berarti membahas ilmu pengetahuan secara ontologis : secara
metafisis umum, objek materi yang dipeajari dalam pluralitas ilmu pengetahuan, bersifat
monistik pada tingkat yang paling abstrak.

C. Aliran Ontolgi

Kajian ontologi merupakan kajian yang luas, sehingga terdapat berbagai kajuan ontologi
dalam menguraikan kenyataan.

1. Monisme

3
Istilah monisme berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti tunggal atau sendiri.
Monisme berpandangan bahwa realitas secara mendasar adalah satu dari segi proses,
struktur, substansi, atau landasannya. Dalam realitas, yang ada hanyalah satu; perubahan
hanyalah ilusi belaka. Pendapat ini merupakan bentuk monisme awal. Monisme modern
dapat digambarkan dalam filsafat Hegel, melalui idealisme nya yang menggambrkan
dunia sebagai manisestasi atau hubungan dari semua-inklusif atau spirit absolut yang
menyatakan dirinya dalam waktu.
2. Dualisme
Dualisme berasal dari bahasa Latin, dualis yang berarti bersifat dua. Dualisme merupakan
pandangan filosofis yang mengasakan eksistensi dari dua bidang ( dunia) yang terpisah,
tidak dapat direduksi, unik. Contoh: Adikodrati/Kodrati. Allah/Alam semesta. Roh/Ma-
teri. Jiwa/Badan. Dunia yang kelihatan/Dunia yang tidak kelihatan. Dunia indrawi/Dunia
intelektual.Berhubungan dengan manusia, Descartes memandang sosok manusia sebagai
makhluk yang berasal dari dua substansi yaitu jika sebagai alat berpikir dan tubuh jasma-
niah, yang bersifat pisikal. Kedua substansi tersbut saling terpisah satu sama lain.
3. Pluralisme
Pluralisme berakar pada kata dalam bahasa latin Pluralis yang berarti jamak atau plural.
Dalam sejarah filsafat Yunani klasik, ide pluralisme bisa dilacak pada pemikiran filosofis
Anaxagoras dan Empedokles. Ketika berbicara tentang alam semesta, Empedokles meny-
atakan bahwa alam jagat raya yang kita saksikan ini terdiri dari empat unsur atau akar,
yaitu tanah, udara, api dan air. Dalam konsep filosofis Empedokles, masing-masing unsur
tersebut bersifat abadi.
4. Materialisme
Materialisme merupakan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang
bergerak. Pikiran (roh, kesadran, jiwa) tidak lain adalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik pikiran seperti: mak-
sud, kesadaran, intensi, tujaun-tujuan, arti, arah, inteligensi, kehendak, dorongan.Merunut
sejarah filsafat era klasik demokritus lah yang merupakan seorang filsuf materialis yang
paripurna. Bagi demokritus, segala sesuatu berasal dari materi atau lebih tepatnya. Ter-
susun dari alam-alam yang tidak dapat dibagi-bagi secara fisik, namun bukan secara ge-
ometris. Jika sebuah benda – sebuah pohon atau seekor binatang misalnya mati dan han-

4
cur, atom-atom terurai dan dapat digunakan lagi untuk membentuk benda-benda lain.
Karena demokratis hanya meyakini benda-benda material saja, maka ia juga disebut seba-
gai filsuf materialisme.
5. Idealisme
Istilah idealisme berasal dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Secara
sederhana, idealisme hendak me nyatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-piki-
ran, akal, bukan benda material dan kekuatan. Bagi filsuf aliran idealis, segala kehidupan
dengan semua atributnya harus dikaitkan dengan jiwa, makna, dan nilai.William E.Hock-
ing menuturkan keunikan aktifitas jiwa dengan bahasa yang indah: mempersatukan waktu
lampau masakini dan hari depan.
6. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti tidak ada atau ketiadaan.
Secara umum, nihilsme berarti pandangan bahwa keberadaaan dan hidup didunia sama
sekali tidak berarti dan tidak bermanfaat. Dalam rangka kemasyarakatan, nihilisme be-
rarti kepercayaan dan ajaran bahwa keadan masyarakat sudah demikian buruk dan tak ter-
tolong lagi sehingga lebih baik dihancurkan saja. Istilah nihilisme pernah dipergunakan
untuk menyebut program partai politik di Rusia abad ke-19 yang menganjurkan peruba-
han masyarakat perubahan masyarakat secara revolusi dengan menggunakan terorisme
dan pembunuhan.
7. Agnositisme
Agnositisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu a yang berarti
‘bukan’, ‘tidak’ dan gnotikos yang berarti ‘orang yang mengetahui atau mempunyai
pengetahuan tentang’. Agnositisme umumnya paham yang berhubungan tentang wacana
ketuhanan. Agnositisme mengklaim bahwa manusia tidak pernah mampu untuk menge-
tahui hakikat eksistensi Tuhan.
D. Objek Ontologi
1. Kuantitatif
a. Objek Materi
Objek materi objek yang dipelajari dalam pluralitas ilmu pengetahuan bersifat monis-
tik pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh objek materi pluralitas ilmu penge-
tahuan, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan zat kebendaan pada tingkat

5
abstrak tertinggi yaitu dalam kesatuan dan kesamaan nya sebagai makhluk. Keber-
adaan zat kebendaan demikaian ditentukan oleh penyebab terdahulu, sekaligus penye-
bab pertama dan terakhir, yang disebut ‘causa prima’. Oleh karna itu, pada tingkat
substansi tertinggi, seluruh pluralitas ilmu pengetahuan, sebagai akibat pluralitas ob-
jeknya, berada dalam satu kesatuan didalam diri causa prima-nya
b. Objek Forma
Objek forma sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang (point of view), yang
selanjutnya menentukan ruang lingkup studi (scope of the study). Berdasarkan ruang
lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi plural,
berbeda beda dan cendrung saling terpisah antara satu dengan yang lain. Dalam
hubungannya dengan perilaku, kebenaran objektif memberikan landasan yang stabil
dan establis, sehingga suatu perilaku dapat diukur nilai kebenarannya, dan bisa di-
pakai sebagai pedoman bagi semua pihak.
2. Kualitatif
a. Abstrak Universal
Pada tingkat ini, pluralitas ilmu pengetahuan tidak tampak. Hal ini yang menampak
adalah bahwa ilmu pengetahuan itu stu alam jenis, sifat dan bentuknya dialam ilmu
pengetahuan’filsafat’. Karena filsafat memandang suatu objek materi menurut seluruh
segi atau sudut yang ada didalamnya
b. Teoretis Potensial
Pada tingkat ini, pluralitas ilmu pengetahuan mulai tampak. Hal ini boleh jadi plurali-
tas ilmu pengetahuan masih berada dalam satu kesatuan sistem. Suatu teori berlaku
bagi banya jenis ilmu pengetahuan serumpun, tetapi tidak berlaku bagi banyak jenis
ilmu pengetahuan yang berlainan rumpun. Sebagai contoh adalah teori ilu penge-
tahuan sosial, dimana manusia dalam bermasyarakat bisa berubah-ubah.
c. Praktis Fungsional
Pada tingkat ini pluralitas ilmu pengetahuan, justru mendapatkan legalitas akademik.
Karena, ilmu pengetahuan dituntuk untuk memberikan konstribusi praktis secara
langsung terhadap upaya reproduksi demi kelangungan eksistensi kehidupan manusia.
Contohnya kebenaran teoristis potensial disusun dalam suatu sistem teknologis, se-

6
hingga membentuk suatu teknologi yang siap memproduksi barang dan jasa sesuai
dengan kebutuhan kehidupan manusia.
E. Ontologi dalam Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan menjelaskan tentang adanya intonasi, pemahaman, dan keahlian


yang diperoleh secara biasa melalui pengalaman atau pendidikan. Sedangkan ontologi adalah
Studi yang membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi secara ringkas
membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi be-
rarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memer-
lukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses terse-
but memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realita.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ontologi mempelajari hakikat keberadaan sesuatu, dari yang terbentuk konkret


sampai yang terbentuk abstrak, tentang sesuatu yang tampak hinga sesatu yang tidak tampak,
mengenai eksistensi dunia nyata maupun eksistensi dunia kasat mata, eksistensi gaib. On-
tologi memerlukan proses bagaimana hal-hal tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu
proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana
ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realita.

B. Saran

Ontologi dalam sebuah pendidikan sangat penting, dapat membantu mengubah baik
perilaku, kognitif, dan psikomotor sebagai sebuah perubahan yang baik dimana
penerapannya kepada peserta didik akan berubah dari yang buruk menjadi yang lebih baik.
Sebaiknya dalam mempelajari Ilmu Filsafat serta kajiannya, dibutuhkan bimbingan guru
maupun dosen serta juga adanya buku pedoman agar dapat membantu semaksimal mungkin
dalam penerapan untuk kehidupan yang lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suhartono. Suparlan, 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Russ Media.

Zaprulkhan. 2015. Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontenporer (buku pertama). Jakarta: Rajawali
Pers.

Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.

Akmal. 2015. Contoh Makalah Ontologi Filsafat ilmu dan Aliran-Aliranya. http://www.tongkro-
nganislami.net/2015/10/contoh-makalah-ontologi-filsafat-ilmu.html. 10 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai