Disusun oleh :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teori Psikologi Belajar" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengertian, konsep dasar, faktor yang
mempengaruhi, karakteristik dalam teori psikologi belajar. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Naharus Surur, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Belajar. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan yang pembaca temukan
dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Pembelajaran ...........................................................................................
Neobehaviorisme muncul sebagai teori revisi yang telah dicetuskan ahli psikologi
pendidikan yang ada pada masa abad ke-19 yakni ilmuwan itu bernama Watson, dan Skinner.
Teori ini dipopulerkan oleh Robert M. Gagne. Teori ini lebih cenderung pada proses belajar
yang didasarkan pada tingkah laku seorang siswa. Teori neobehaviorisme merupakan salah
satu teori yang mampu berkembang menjadi aliran psikologi belajar dan berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori ini lebih cenderung melihat hasil dari proses belajar mengajar, tentunya setelah
melalui pengaruh yang telah ada dalam behaviorisme. Teori neobehaviorisme ini hadir sebagai
teori yang melihat nilai daripada hanya sebatas tingkah laku. Karena di balik tingkah laku itu
terdapat nilai yang dalam hal ini dikaji oleh teori Gagne dalam teori neobehaviorisme-nya.
Pendekatan neobehaviorisme ini menekankan pada teori yang melihat hasil dari konsep yang
hanya memandang tingkah laku. Dan hasil dari tingkah laku tersebut dijadikan dasar atau tolak
ukur keberhasilan proses belajar.
Gagne berpendapat pengajaran adalah upaya guru menyakinkan siswa bahwa setiap
siswa mempunyai kemampuan persyaratan untuk tugas-tugas belajarnya, menstimulir
penggunaan kemampuan siswa sehingga siap menyelesaikan dan mengatur persyaratan belajar.
Dengan demikian pengajaran adalah faktor eksternal bagi siswa. Pada situasi belajar, tingkatan
belajar yang tepat terdiri dari hal-hal yang berhubungan dengan persyaratan keterampilan
intelektual dan melibatkan penggunaan persyaratan belajar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa inti dari belajar bagi Gagne adalah
perkembangan kemampuan untuk perubahan sikap peserta didik. Gagne menyamakan
perubahan sikap itu sendiri dengan belajar. Buku utamanya “The Condition of Learning”
menguraikan delapan tingkah laku belajar yang dapat dibedakan sesuai dengan persyaratan
belajar yang dihubungkan satu dengan lainya.
Ide Gagne yang sangat penting adalah pengetahuan dari kemampuan baru
membutuhkan pengetahuan sebelumnya dari kemampuan yang lebih rendah yang terlibat
dalam kemampuan baru tersebut. Sebagai contoh: seseorang yang pada tingkat kemampuan
yang lebih tinggi, membutuhkan pengetahuan sebelumnya dari kemampuan yang lebih
sederhana. Jadi suatu pengetahuan yang dicapai seseorang dapat dianalisis kemampuannya dari
pengetahuan yang lebih rendah. Gagne menanamkan gerak maju dari belajar itu dengan istilah
tingkatan belajar (learning hierarchy).
Gagne mengemukakan lima kategori besar dari kemampuan manusia berkenaan dengan
hasil belajar, yaitu : a. Informasi verbal (Verbal Information)
d. Sikap (Attitudes)
Pada fase ini akan menjadikan siswa peka/sadar akan adanya stimulus
yang muncul dari situasi belajar. Siswa dapat melihat stimulus-stimulus
tersebut dan sifat-sifatnya. Apa yang dilihat siswa, akan diberi kode
secara unik oleh setiap siswa dan akan dicatat dalam pikirannya. Hal ini
biasa terjadi dalam proses belajar mengajar. Bila guru memberikan
pelajaran (stimulus), mungkin guru melihat isi pelajaran berbeda dengan
yang dilihat siswa, dan setiap siswa mungkin saja berbeda persepsinya
satu dengan yang lainnya.
Pada fase ini membawa siswa tahu tujuan belajar. Misalnya siswa
menetapkan bahwa ia akan memperoleh suatu keterampilan motorik,
defenisi baru, atau belajar memecahkan suatu masalah. Orientasi tujuan
yang sudah terbentuk pada tahap ini membuat siswa bisa memilih hasil
apa yang sesuai pada tiap fase berikutnya dalam pengolahan informasi.
Transfer dapat bersifat horizontal, yakni apa yang dipelajari itu dapat
digunakan untuk situasi-situasi lain yang bersamaan dan setaraf
tingkatnya. Misalnya prinsip-prinsip yang dipelajari dalam matematika
dapat digunakan dalam ilmu bumi, fisika, atau kimia. Di samping itu ada
lagi transfer vertikal.
Apa yang dipelajari dapat digunakan untuk mencapai prinsip yang lebih
tinggi. Hierarki dalam tipe belajar menunjukkan perlunya dikuasai tipe
belajar yang lebih rendah agar dapat dipelajari tipe belajar yang lebih
tinggi. Tipe belajar yang lebih rendah menjadi prasyarat untuk tipe
belajar pada tingkat yang lebih tinggi.
Belajar tidak dengan sendirinya berhasil baik. Oleh sebab itu pelajar
harus mengetahui apakah jawabannya tepat. Feedback pada manusia
merupakan tanda bahwa jawabannya benar. Di sini pun tak perlu selalu
dikatakan bahwa jawabannya itu benar. Sering anak mengetahuinya dari
senyuman, anggukan kepala, pandangan mata guru atau isyarat lain.
Feedback mempertinggi efektivitas dan efisiensi belajar.
Feedback dapat juga dilakukan oleh murid sendiri, yakni bila ia dapat
atau diberi jalan untuk memeriksa sendiri benar tidaknya jawabannya.
Mengetahui keberhasilan belajar memberi kepuasan yang mempercepat
proses belajar. Siswa yang sanggup men-check kebenaran hasil
belajarnya telah sanggup untuk belajar secara individual dan belajar
sepanjang hidupnya. Tidak ada metode mengajar yang menjamin
keberhasilan. Keberhasilan baru diketahui bila ada penilaian yang dapat
menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai feedback untuk
diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek
yang penting dalam proses belajar.
Dalam pola belajar ini, dibentuk hubungan antara suatu perangsang dan
suatu raksi, berdasarkan efek yang mengikuti pemberian reaksi tertentu.
Pola ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Skinner.
1. Informasi verbal
2. Kemahiran intelektual
4. Ketrampilan motorik
5. Sikap
Perlu diselidiki sampai seberapa jauh terdapat hubungan antara sistematika
”delapan tipe belajar” dan sistematika ”lima jenis belajar” yang keduanya
dikembangkan oleh Gagne. Dari uraian di atas, jelas bahwa kedua sistematika itu tidak
bisa dilepaskan satu sama lain, meskipun sistematika ”lima jenis belajar” lebih
bermanfaat untuk diterapkan dalam menganalisa proses belajar mengajar di sekolah,
karena dibedakan dengan tegas aspek hasil dan aspek proses dalam suatu jenis belajar.
Kalau dilihat historis dari pada teori Gagne atau neobehaviorisme ini, teori
yang mampu berkembang menjadi aliran psikologi belajar dan berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran Neobehavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Sebenarnya teori ini hampir ada kesamaan dengan teori sebelumnya, namun
teori ini lebih cenderung melihat hasil dari proses belajar mengajar tersebut, tentunya
setelah melalui pengaruh yang telah ada dalam behaviorisme, nah, teori
neobehaviorisme ini hadir sebagai teori yang melihat nilai daripada hanya sebatas
tingkah laku. Karena di balik tingkah laku itu terdapat nilai yang dalam hal ini dikaji
oleh teori Gagne atau neobehaviorisme.
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa teori behaviorisme yang hadirnya
sebelum teori ini (neobehaviorisme) lebih mengutamakan penguasaan material saja
tanpa melihat nilai yang diterapkan di dalamnya. Sedangkan teori nebehaviorisme ini
menbidik nilai penerapan dari tingkah laku peserta didik setelah ia belajar. Dan inilah
merupakan salah satu pengaruh yang terdapat dalam teori neobehaviorisme ini.
2.6 TEORI HUMANISTIK
Teori adalah suatu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan
yang didukung oleh data dan argumentasi. Secara garis besar teori humanistik ini adalah
sebuah teori belajar yang mengutamakan pada proses belajar bukan pada hasil belajar.
Teori ini mengemban konsep untuk memanusiakan manusia sehingga manusia (siswa)
mampu memahami diri dan lingkungannya. Teori Humanistik ini bermula pada ilmu
psikologi yang amat mirip dengan teori kepribadian. Sehingga dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori ini diterapkan dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pembelajaran formal maupun non formal dan cenderung mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan dalam dunia pendidikan. Teori ini memberikan suatu
pencerahan khususnya dalam bidang pendidikan bahwa setiap pendidikan haruslah
berparadigma Humanistik yakni, praktik pendidikan yang memandang manusia sebagai
satu kesatuan yang integralistik, harus ditegakkan, dan pandangan dasar demikian
diharapkan dapat mewarnai segenap komponen sistematik kependidikan dimanapun
serta apapun jenisnya.
Teori belajar ini memiliki prinsip yang tidak jauh-jauh dari manusia itu sendiri,
yaitu sebagai berikut.
Konsep dasar yang harus dijadikan acuan pada teori belajar ini adalah manusia
memegang peranan penting pada kesuksesan dirinya sendiri. Untuk mencapai
kesuksesannya, seorang individu harus memiliki motivasi yang kuat sehingga tidak
pernah menyerah untuk terus belajar dengan tetap memperhatikan pada beberapa aspek
penting, yaitu kognitif dan afektif. Adapun motivasi bisa berasal dari dalam maupun
luar individu. Selain motivasi, seseorang juga harus memahami bagaimana cara belajar
teori humanistik. Perpaduan antara keduanya diharapkan bisa menghasilkan
kesuksesan.
Suatu teori belajar dikatakan humanistik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Beberapa
ilmuwan yang termasuk pendiri dan penganut teori ini antara lain adalah Thorndike,
Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner. Menurut teori behavioristik, adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
stimulus dan respon. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik
memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa.
Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas
“mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Teori ini lebih cenderung melihat hasil dari proses belajar mengajar, tentunya
setelah melalui pengaruh yang telah ada dalam behaviorisme. Teori neobehaviorisme
ini hadir sebagai teori yang melihat nilai daripada hanya sebatas tingkah laku. Karena
di balik tingkah laku itu terdapat nilai yang dalam hal ini dikaji oleh teori Gagne dalam
teori neobehaviorisme-nya.
Pendekatan neobehaviorisme ini menekankan pada teori yang melihat hasil dari
konsep yang hanya memandang tingkah laku. Dan hasil dari tingkah laku tersebut
dijadikan dasar atau tolak ukur keberhasilan proses belajar. Teori belajar yang
dikemukakan Robert M. Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara
behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkal pada teori pemrosesan informasi.
Menurut gagne (1975), belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam benak seseorang,
di dalam otaknya. Belajar disebut suatu proses karena secara formal ia dapat
dibandingkan dengan proses-proses organik manusia lainnya, seperti pencernaan dan
pernapasan. Namun belajar merupakan proses yang rumit dan kompleks. Belajar terjadi
ketika seseorang merespon dan menerima rangsangan dari lingkungan eksternalnya.
Belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya
secara permanen, sedemikian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada
situasi baru. Pengamat akan mengetahui tentang terjadinya proses belajar pada orang
yang diamati bila pengamat itu memperhatikan terjadinya perubahan tingkah laku.
3.2 SARAN
Pada saat pembuatan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan
makalah ini yang nantinya sangat penting bagi kami untuk memperbaiki
kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA