2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Memahami Perbedaan Teori Belajar dan
Implikasinya dalam Proses Pembelajaran” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan dan dengan harapan dapat menambah pengetahuan serta wawasan penulis
maupun pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, khususnya dosen pengampu yang telah memberikan arahannya.
Penulis menyadari bahwa tugas ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan tugas ini.
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
5. Agar mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing teori.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator.
4. Membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif.
6
karakteristik yang berbeda. Tingkat perkembangan peserta didik harus dijadikan
dasar pertimbangan guru dalam menyusun struktur dan urutan mata pelajaran di
dalam kurikulum. Guru juga harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak.
Menurut Bruner
Implikasi teori belajar kognitif Bruner menekankan pada bagaimana mengeksplorasi
potensi yang dimiliki individu.
1. Dalam proses pembelajaran harus menekankan pada cara individu apa yang telah
dialami dan dipelajari, sehingga individu mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri konsep, teori, dan prinsip melalui contoh yang dijumpai
dalam kehidupannya. Tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya untuk meperoleh
pengetahuan semata, tetapi yang terpenting adalah melatih kemampuan
intelek/kognitif siswa, merangsang keingintahuan, dan memotivasi siswa. Untuk
mendalami tujuan pembelajaran tersebut diperlukan peran aktif siswa
disesuaikan dengan potensi dan tingkat perkembangan siswa. Individu dapat
mempelajari sesuatu berdasarkan urutan isi dan disesuaikan dengan karakteristik
kognitifnya.
2. Guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran, tetapi guru berperan sebagai :
a. Merencanakan pembelajaran agar terpusat pada masalah yang tepat untuk
diselidiki siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah.
c. Guru menata strategi pembelajaran sesuai dengan isi bahan yang akan
dipelajari dan karakteristik individu.
d. Guru berperan sebagai tutor dengan memberikan umpan balik pada waktu
yang tepat.
e. Guru berperan sebagai evaluaotor yang memberikan penilaian terhadap hasil
belajar.
7
Menurut Ausubel
Implikasi teori belajar kognitif menurut Ausubel, yaitu :
1. Kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar bahan
ajar yang dipelajari siswa. Guru dituntut untuk mampu menggali dan
mengeksplorasi segala potensi yang dimilki oleh siswa, sehingga siswa terbantu
dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan dirinya sehingga mendapatkan sesuatu yang bermakna dari
proses pembelajaran.
2. Belajar bermakna akan berhasil apabila siswa memiliki minat dan kesiapan untuk
belajar. Minat dan kesiapan berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terpenting
adalah motivasi yang dating dari dalam diri masing-masing individu.
Menurut Gestal
Implikasi teori kognitif menurut Gestal adalah sebagai berikut.
1. Belajar harus tearah pada tujuan bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus
respon. Guru harus menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik memahami tujuannya.
2. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami secara totalitas
terhadap objek yang dipelajari, memiliki kemampuan mengenal dan memahami
unsur-unsur, mampu memahami keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau
peristiwa dan ketrkaitan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
sebelumnya.
c. Implikasi Teori Belajar Psikoanalisa
Pada perkembangannya, teori psikoanalisa banyak diimplementasikan dalam
dunia pendidikan. Pertama, konsep kecemasan yang dikemukakan Freud tentu berkaitan
dengan proses pendidikan. Dalam dunia pendidikan, konsep kecemasan dapat diolah dan
dikembangkan oleh pendidik untuk kebaikan peserta didik. Peserta didik dibantu agar
menghargai diri, orang lain dan lingkungannya atau dengan kata lain, konsep ini
diarahkan ke pendidikan ranah afektif atau karakter.
Kedua, teori psikoanalisa digunakan pada proses pendidikan yang berbasis
kecerdasan majemuk. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan
8
tidak berpatokan dengan angka yang berkaitan dengan IQ. Pendidikan sudah seharusnya
menjembatani setiap kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
Ketiga, teori psikoanalisa menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang
mempunyai keinginan dan kebutuhan dasar. Mengembangkan bakat dan minat sesuai
dengan kebutuhannya sejalan dengan teori ini. Pendidik harus melakukan berbagai
analisis kebutuhan dan tujuan agar apa yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik.
Keempat, berkaitan dengan agresivitas peserta didik (ungkapan perasaan frustasi
yang tidak tepat). Pendidik harus mampu mengontrol dan mengatur sikap ini agar terarah
menjadi lebih postif. Sikap ini muncul karena adanya penilaian negatif atau kata-kata
yang menyakitkan. Dalam hal ini dijelaskan bahwa jika peserta didik melakukan
kesalahan, tidak seharusnya dihukum dengan kata-kata kasar atau hukuman lain yang
dapat melukainya secara psikologi.
Kelima, perlunya pendidikan inklusif disemua strata pendidikan, yaitu pendidikan
yang tidak boleh membeda-bedakan peserta didiknya. Secara psikologis, anak-anak yang
memiliki kekurangan/keterbatasan akan mengalami krisis kepercayaan diri (minder).
Untuk mengatasi hal tersebut, sekolah harus mampu menerima tanpa merasa peserta
didik yang mengalami keterbatasan tersebut sebagai bagian yang terpisah dari
masyarakat.
Keenam, pendidikan yang bermuara pada penciptaan kreativitas peserta didik.
Menurut Freud, kreativitas merupakan bagian dari kepribadian yang didorong untuk
menjadi kreatif.
d. Implikasi Teori Belajar Humanistik
1. Guru sebagai fasilitator :
a. Memberi perhatian terhadap penciptaan awal, suasana lompok, dan pengalaman
kelas.
b. Membantu siswa untuk memperjelas tujuan-tujuan perorangan dan kelompok
didalam kelas secara umum.
c. Menyediakan sumber-sumber untuk belajar dan mudah dimanfaatkan para siswa
untuk mencapai tujuan mereka.
d. Menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel.
9
e. Harus mencoba untuk mengenali dan menerima kekurangannya sendiri.
f. Harus memposisikan dirinya sebagai orang tua yang bijaksana, yang dapat
memahami keinginan siswa dalam pembelajaran.
2. Guru-guru yang baik menurut Hamacheek adalah guru yang manusiawi, mempunyai
rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis daripada autokratik, dan peka terhadap
siswanya. Sedangkan guru yang tidak baik adalah guru yang tidak mempunyai rasa
humor, tidak sabar, kurang terintegrasi, cenderung bertindak otoriter, dan kurang peka
terhadap kebutuhan siswa. Menurut Combs dkk, ciri guru yang baik adalah :
a. Mempunyai anggapan bahwa orang itu mampu memecahkan masalah sendiri.
b. Cenderung melihat orang lain sebagai orang yang patut dihargai.
c. Melihat bahwa orang lain mempunyai kreativitas.
d. Menganggap orang lain pada dasarnya dapat dipercaya dan diandalkan.
e. Memahami jati diri setiap siswa karena pada dasarnya setiap orang butuh
penghargaan.
3. Guru sejati menurut teori belajar Humanistik harus :
a. Bersikap tenang.
b. Dapat menyukai siswanya secara adil.
c. Menyembunyikan perasaannya meskipun hatinya terluka.
d. Selalu merasakan diperlukan siswanya.
e. Menjawab pertanyaan yang disampaikan siswanya.
10
Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, peserta didik diharapkan mampu
mengikuti dan memahami setiap pembelajaran.
4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan jika terjadi kesalahan
segera dilakukan perbaikan.
Kelemahan Teori
1. Pembelajaran berpusat pada guru dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat
diamati dan diukur.
2. Dapat membuat suasana belajar yang tidak menyenangkan (membosankan)
karena guru bersikap otoriter dan komunikasi hanya berlangsung satu arah.
3. Peserta didik menjadi pasif karena hanya mendengar dan menghapalkan apa yang
didengarnya, tidak diajarkan berkreasi sesuai dengan perkembangannya, sehingga
peserta didik tidak dapat bebas untuk berkreasi, bereksperimen, dan
mengembangkan kemampuannya sendiri.
4. Cenderung membentuk peserta didik berpikir linear, konvergen, tidak kreatif, dan
tidak produktif.
b. Teori Belajar Kognitif
Kelebihan Teori
1. Siswa sebagai subjek belajar menjadi faktor yang paling utama, dituntut untuk
belajar mandiri secara aktif.
2. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah.
3. Menerapkan apa yang dimiliki siswa sehingga siswa mempunyai pengalaman
mengeksplorasi kemampuan kognitifnya lebih dalam.
4. Pendidik hanya memberikan dasar-dasar materi. Kemudian
pengembangan/kelanjutan dari materi tersebut diserahkan pada siswa.
Selanjutnya, pendidik hanya perlu memantau dan menjelaskan alur
pengembangan materi.
5. Mudah diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Kekurangan Teori
1. Pada dasarnya menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, sehingga
dampak negative yang terjadi adalah bahwa pendidik selalu menganggap
kemampuan daya ingat peserta didik sama.
11
2. Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. Misalnya, pada
sekolah kejuruan, teori ini sulit dipraktikkan karena jika sekolah kejuruan hanya
menerapkan teori ini, maka peserta didik akan kesulitan dalam praktik kegiatan.
c. Teori Belajar Psikoanalisa
Kelebihan Teori
1. Menjadikan individu percaya pada kemampuan dirinya yang selama ini tidak
disadari dengan baik.
2. Memahami kehidupan psikologi seseorang dan dapat memahami lebih dalam
mengenai sifat manusia.
3. Mengajarkan betapa pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan
kepribadian seseorang.
Kelemahan Teori
1. Efesiensi waktu dan biaya yang kurang baik jika teori ini diterapkan.
2. Menimbulkan kebosanan karena proses yang cukup panjang.
3. Terlalu menekankan pada masa lalu, sehingga seolah-olah kehidupan ditentukan
oleh masa lalu.
d. Teori Belajar Humanistik
Kelebihan Teori
1. Sangat cocok diterapkan untuk materi pembelajaran pembentukan, seperti
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
2. Membuat peserta didik mengalami perubahan pola pikir, perilaku, dan sikap atas
kemauan sendiri.
3. Peserta didik menjadi manusia yang dapat mengatur pribadinya secara
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain.
4. Selalu mengedepankan demokratis dan saling menghargai.
Kekurangan Teori
1. Kurang cocok diterapkan pada siswa yang kurang aktif karena dalam teori ini guru
akan memberikan respon jika murid juga aktif dalam menanggapi respon yang
diberikan oleh guru.
2. Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa
menjadi berkurang.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar adalah teori yang di dalamnya terdapat cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar dan perancangan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar. Teori belajar terdiri dari beberapa teori yang muncul karena ketidakpuasan para
ahli pendidikan terhadap teori yang sudah sebelumnya yang pada dasarnya mempunyai
tujuan yang sama, yaitu perubahan sikap, perilaku, dan keterampilan peserta didik melalui
proses pembelajaran.
Teori Behavior lebih mengutamakan hasil pembelajaran. Berbeda dengan teori Kognitif
yang lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar. Sementara teori psikoanalisa
berusaha menjelaskan tentang hakikat manusia. Teori Humanistik menekankan bahwa belajar
itu adalah proses memanusiakan manusia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alauddin. (2015). Prinsip Dan Implikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran. In
Jurnal Pendidikan ‘IQRA’ (Vol. 3, Issue 1, pp. 68–73). https://docplayer.info/57975605-
Prinsip-dan-implikasi-teori-belajar-humanistik-dalam-pembelajaran-alauddin-iain-
palopo.html
Dangnga., M. S., Abd, A., & Muis. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran Inovatif. 33.
Latifah, D. (2016). Teori Belajar Dan Model Penerapannya Dalam Pembelajaran. Prosiding
Konferensi Nasional Bahasa Arab, 19–20.
Maulana, S., & Banten, H. (2016). Teori Belajar Behaviorisme dan Implikasinya dalam Praktek
Pendidikan. Research Gate, December 2015, 0–61.
Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori Belajara Menurut Aliran Psikologi Humanistik dan
Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 2(2), 270–
275.
Nurhadi. (2020). Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran. EDISI : Jurnal
Edukasi Dan Sains, 2(1), 13–10. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi
Sutarto, S. (2017). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 1. https://doi.org/10.29240/jbk.v1i2.331
Untuk, P., Belajar, P., Belajar, T., & Belajar, K. (n.d.). Pengertian belajar, teori belajar dan
implikasinya.
Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196308241989031-
14
AGUS_MAHENDRA/Modul_Perkembangan_
%26_Belajar_Motorik_Agus_Mahendra/Modul_10-
_Pengertian_Belajar_dan_Implikasinya.Pdf, 1–42.
15