Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF

OLEH :

KELOMPOK II

HASRULLAH HARUNA : 171052003018

RISMAWATI : 171052003002

SAFITRI : 171052003006

MUSLIMIN : 171052003007

MUH. GUSNANDAR ISMAIL : 171052003001

Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan

Program Pascasarjana

Universitas Negeri Makassar

2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah dari tugas mata kuliah kami
“Teori dan Strategi Pembelajaran PTK”

Dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini kami masih jauh dari kesempurnaan. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Makassar, 03 Maret 2018

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Belajar..............................................................................................................................................6
B. Teori Belajar.....................................................................................................................................7
C. Teori Belajar Kognitif........................................................................................................................7
D. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif.................................................................................................15
E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif............................................................................19
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................21
Kesimpulan............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berupa
kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan dan tidak mau
mendengarkan penjelasan gurunya, serta anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa
tersebut adalah peistiwa yang sangat menjengkelkan, sehingga guru menganggap kelas tersebut
menjadi kelas yang bandel, sulit di diurus dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang
membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang tidak mampu
mengkondisikan kelas senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang telah
diajarkannya telah dipahami siswa atau belum. Ketika proses belajar dan pembelajaran guru
tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir. Komunikasi terjadi hanya pada satu arah, yaitu
dari guru kesiswa. Guru berpikir bahwa materi pelajaran lebih penting daripada mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik. Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong
yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggap penting. Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru
dalam mengajar. Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun
agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku peserta
didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan
secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.
Teori belajar ada beberapa macam, namun dalam makalah ini kami akan menjelaskan
secara rinci seputar teori belajar kognitif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan belajar?


2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
4. Tuliskan dan Jelaskan tokoh-tokoh teori kognitif!
4
5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif!

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif.
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori kognitif.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
untuk menambah wawasan seputar teori kognitif.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa
yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respons) harus dapat
diamati dan diukur.
Belajar menurut para ahli :

1. Belajar adalah suatu proses dimana perilaku yang dihasilkan atau dimodifikasi melalui
pelatihan atau pengalaman. (James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi
Belajar; Rineka Cipta; 1999)).

2. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap. (Winkel)

3. Belajar adalah serangkaian kegiatan dan jiwa untuk mendapatkan perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan kognitif, afektif dan psikomotorik. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi
Belajar; Rineka Cipta; 1999)

6
Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is
demonstrated by a relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or
experience”.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi
karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987: 150)
“Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.
Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat
dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara
sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Teori Belajar

Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk
memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai,
dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami
proses kompleks inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu:
1. Teori belajar behaviorisme
2. Teori belajar kognitivisme,
3. Teori belajar konstruktivisme.

C. Teori Belajar Kognitif

1. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Secara etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi
populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

7
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang
berpusat diotak juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
berkaitan dengan rasa.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-
bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya
dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya)
dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara baru dalam
mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif digolongkan ke dalam
konstruktivisme, bukan teori nativisme yang menggambarkan perkembangan kognitif
sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan.

2. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif


Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang
prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
1) Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
2) Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
3) Menekankan pada pola pikir peserta didik
4) Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya
5) Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai
proses aktif di dalam diri peserta didik
6) Menerapkan reward and punishment
8
7) Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
3. Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach)
Sejalan dengan upaya menerapkan filsafah teknologi pembelajaran Tut Wuri
Hadayani pada semua jenjang pendidikan formal, pendekatan kognitif mulai menjajaki
keberadaan pendekatan perilaku sejak pertengahan dekade 80-an.
Pendekatan kognitif itu sendiri berangkat pada teori Gestalt yang
memproposisikan bahwa keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagiannya.
Sebagaimana dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran hendaknya dapat
menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan
eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya.
Sedangkan Ausubel (1978) memdeskripsikan agar pembelajar dapat mengembangkan
situasi belajar , memilih dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam
bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi dari umum menuju kerinci dalam satu satuan
bahasan yang bermakna.
Dalam pandangan psikologi kognitif, peran guru atau dosen menjadi semakin
menentukan apabila variabel perbedaan karakter individu dihargai dalam bentuk
penyajian variasi pola struktur kegiatan belajar mengajar.
Masalah yang sering muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif dibidang
pembelajaran adalah dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan
belajar dan penstrukturan kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan dengan adanya kenyataan empiris tersebut , maka teori dan teorema
kognitif yang ada bisa saja digunakan sebagai acuan umum bagi setiap jenis cabang
disiplin keilmuan. Namun, kemungkinan dapat terjadi bahwa kefektifan penerapannya
pada level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu bidang studi berbeda dengan
bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan
kualitas output pendidikan dari sudut pandang psikologi kognitif adalah pengembangan
program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental
intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomen-dasikan.

9
Merril (1983:286), jenjang tersebut bergerakdari tahapan meningkat, dilanjutkan
ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru
dibidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.

4. Gaya Kognitif Dalam Pembelajaran

Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif . Gaya kognitif merupakan
cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan
dengan lingkungan belajar.
Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah
satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya
kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan
pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari
faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat
dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang
menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu.
Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin
mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.
Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik
individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan. Sebagai karakteristik perilaku, gaya kognitif berada pada lintas kemampuan
dan kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media. Gaya kognitif
menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap satu tugas,
tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan tertentu. Sebagai
karakteristik prilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama
belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu yang memiliki gaya
kognitif yang berbeda kecendrungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.
Setiap individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd
menyatakan bahwa gaya kognitif adalah langkah individu dalam memproses informasi
melalui strategi responsif atas tugas yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk
menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk
10
melihat ,mengenal , dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih cara
yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap
stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan adapula yang lambat ,
cara-cara merespons ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal.
Selanjutnya menurut Woolfolk gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan
variasi individu dalam hal perhatian, penerimaan informasi, mengingat, dan berpikir yang
muncul atau berbeda diantara kognisi dan kepribadian.
Selanjutnya Keefe agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi
gaya kognitif. Menurut Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam dua kelompok, yaitu
gaya dalam menerima informasi (reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep
dan retensi (concept formation and retention style). Keefe juga menambahkan, bahwa
gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar , dan gaya berlajar berhubungan
dengan kemampuan intelektual.
Pengelompokan gaya kognitif tersebut didasarkan atas dimensi gaya kognitif yang
dikaji dari beberapa hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif dalam menerima informasi
meliputi :
1) Perceptual modality prefrrence, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan
kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya. Khususnya
kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial, pemahaman auditory atau
verbal.
2) Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya kognitif yang mencerminkan cara
analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3) Scanning, yang menggambarkan kecendrungan seseorang dalam menitik beratkan
perhatiannya pada suatu informasi.
4) Strong and Weakness Automatization, yang merupakan gambaran kapasitas
seseorang untuk menampilkan tugas secara berulang-ulang.
Sedangkan dimensi gaya kognitif yang termasuk dalam pembentukan konsep dan retensi
menurut Pettegrew dan Holzman terdiri atas dua gayakognitif, yaitu :
1) Breath Of Categorization, yang berkaitan dengan kesukaan seseorang dalam
menyusun kategori konsep secara luas atau sempit.

11
2) Leveling Sharperning, berkaitan dengan perbedaan seseorang dalam pemprosesan
ingatan, yakni antara kesukaan mengingat sesuatu dengan menyamakan pada hal-
hal yang telah diingatkannya atau kesukaan mengingat sesuatu dengan membuat
ciri yang baru serta mengingatnya dalam ciri baru tersebut.
Berdasarkan pemilahan gaya kognitif sebagaimana diuraikan diatas, dalam
konteks penelitian ini yang digunakan sebagai salah satu variabel adalah gaya kognitif
perceptual modality preference, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan
kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya , khususnya kemampuan melihat
gerakan secara visual atau spasial. Atau dengan kata lain variabel gaya kognitif yang teliti
adalah gaya kognitif meruangkan.
Pijakan teoritis gaya kognitif meruangkan bertolak dari teori hemisfer yang
menjelaskan tentang belahan otak manusia yang terdiri dari belahan kanan dan belahan
kiri. Kedua hemisfer ini mempunyai fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan
penyusunan informasi selama proses belajar.
Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran dapat diabaikan. Hal ini
sesuai dengan pandangan Reigeluth bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif
merupakan salah satu karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi
pembelajaran, disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat,
kemampuan berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa , kedudukan
gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang
pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan
gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan
tercipta dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak siswa.
Selain itu, pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif
siswa.
Resnick and collins mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses
kognitif sangat erat hubungannya dengan karakteristik proses kognitif siswa. Dengan
demikian, untuk meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian
terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran
pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum rancangan

12
disusun, hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan
terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang kognitif. Dengan
pengetesan gaya kognitif tersebut, guru atau perancang pembelajaran dapat mengetahui
tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa. Paling tidak ditemukan empat kelompok gaya
kognitif siswa tersebut sebagaimana diuraikan diatas.
Gaya kognitif memiliki nilai adaptif yang bervariasi dari budaya dan situasi
sosial. Selain gaya kognitif FD dan Fi yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik
siswa, gaya kognitif lain yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi gaya kognitif
spasial (GR) dan gaya kognitif analitis (GA).Dimensi gaya kognitif GR berkaitan dengan
pembentukan imajinasi tentang objek ruang dalam pikiran, sedangkan dimensi gaya
kognitif GA berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menganalisis secara kritis
dalam memecahkan masalah.

5. Ruang Lingkup Psikologi Kognitif


1) Atensi ( Perhatian)
2) Persepsi (sudut Pandang)
3) Memori
4) Membangun pengetahuan
5) Pementukan konsep
6) Pengambilan keputusan
7) Penalaran
8) Pemecahan masalah
9) Inteligensi (pengawasan)
10) Kreatifitas
11) Emosi
12) Proses kognisi

6. Pengaplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Sebagai Upaya Meningkatkan


Prestasi Anak Didik
1) Aplikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut:
2) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak

13
3) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru
tetapi tidak asing.
4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
6) Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai
dikembangkan dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh
perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada
kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.
7) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan
jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
8) Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan
yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk mengatur aktivitas di
dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.

9) Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran


gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
disimulasi.

14
D. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif

Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:


1. Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”.
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang
bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret
menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya
mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi
kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental
memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.Menurut
Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat
tahap:
a. Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.
b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-
7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.

d. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan
Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan
melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika

15
pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang
telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga
menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus
mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas
mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari
disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi

2. Jerome Bruner dengan “Discovery Learning”

Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner
meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu:
enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan
kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu
dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya
memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan
lompat tali (“melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana
menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus
menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang
melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui
sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan
gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih
kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan
pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa)
yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut.
Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik
pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses berpikir

16
dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri
learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:
a. Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity
(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
b. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada.
Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan.
c. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan
secara enaktif, ekonik, dan simbolik.
d. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif.

e. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab
memungkinkan kemajuan.
3. Teori Belajar Bermakna Ausubel.

Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum
belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian
belajar bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis belajar :
1) Belajar bermakna (meaningful learning) dan
2) belajar menghafal (rote learning).
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan
yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi
pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar
melalui bahasa (meaningful verbal learning).
Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan
prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja
tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar
siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri

17
semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak
menebak dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti
baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam mengadakan penelitian demi untuk
menemukan kebenaran baru, bahaya itu tidak ada; tetapi jika siswa tersebut belum ahli,
maka bahaya itu ada. Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan informasi merupakan
tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru
untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab
untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa,
sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya.
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh
Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar
seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari di
asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
Untuk itu diperlukan dua persyaratan :
a. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan
tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang
peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan
materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan
bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak
dipelajari secara hafalan.
c. Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu
proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2
hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan
yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh
motivasi. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan
bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan
pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna

18
daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan
ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya
sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.

E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar
kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya.
Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif[ CITATION Bur14 \l 1033 ]
1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
1) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan
pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang
dimiliki pada setiap individu.
2) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-
dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya
deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan
menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
3) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi
yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan
pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang
telah diberikan.
4) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal
baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam
metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru
yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik
lagi.

5) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan
pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan

2. Kelemahan Teori Belajar kognitif

19
Selain meninjau dari segi kelebihan teori kognitif, brikut adalah beberapa kelemahan
dari metode pembelajaran kognitif:
1) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan
peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga
kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu
mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta
didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik
memiliki cara yang berbeda-beda.
3) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek
kegiatan atau materi.
5) Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses
yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan
musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas
dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan
perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar
melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Setiap teori
pembelajaran pastilah di bandingkan dengan teori pembelajaran yang lain. Selain itu setiap teori
pembelajaran juga melengkapi dan menambah dari kekurangan teori-teori pembelajaran yang
telah diungkapkan oleh para ahli sebelumnya. Teori Kognitif juga memiliki kelebihan dan
kekurangan, beberapa diantaranya yakni :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
2. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
1. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, A. (2014, 6 7). Ananlisis Teori Belajar. Retrieved 3 4, 2018, from afidburhanuddin:
https://afidburhanuddin.wordpress.com

Sari, Y. N. (2014, 10 6). Teori Kognitif. Retrieved 3 4, 2018, from yessynovitasari:


http://yessynovitasari.blogspot.co.id

22

Anda mungkin juga menyukai