Psikologi Pembelajaran
Teori Lev Vygotsky
Disusun oleh :
Vincencia Velly (181334025)
Albert Donny (181334063)
Agustina Sinambela (181334059)
Pendahuluan
A. Latar belakang
Lev Vygotsky melihat pembelajaran itu terjadi dari sisi sosial. Menurutnya,
perkembangan kognitif dan Bahasa anak tidak berkembang jika dalam situasi sosial yang
hampa. Teori-teori Vygotsky mengenai pikiran anak ini telah lebih dari setengah abad yang
lalu dan mendapat perhatian yang besar ketika memasuki abad ke-20. Vygotsky adalah seorang
penulis yang berasal dari Rusia sejak 1920-an dan 1930-an. Namun, karya-karyanya baru
dipulikasikan pada tahun 1960-an di dunia barat dan sangat berpengaruh pada saat itu.
Lev Vygotsky adalah salah satu pengagum Piaget. Piaget adalah seorang filsuf, ilmuan,
dan psikologi perkembangan dari swiss. Piaget terkenal karena hasil penelitiannya tentang
anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Vygotsky setuju dengan Piaget karena
perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap. Namun, dibalik itu Vygotsky
tidak setuju bahwa seorang anak menjelajahi dunianya sendirian dalam artinya bahwa anak itu
berkembang sendiri tanpa orang-orang di sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
Melalui pembahasan dari makalah ini, para pembaca diharapkan memiliki pemahaman
tentang teori belajar menurut Vygotsky dan dapat mengimplementasikan dalam pembelajaran.
BAB II
Pembahasan
Perkembangan kognitif diperoleh melalui dua jalur yaitu proses dasar biologis dan
proses psikologis yang bersifat sosiobudaya. Vygotsky berfokus pada hubungan antara
manusia dan konteks sosial budaya di mana saling berinteraksi dalam berbagai pengalaman
dan pengetahuan. Maka dari itu, teori perkembangan sosiokultural menekankan pada
interaksi sosial dan budaya dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif. Perkembangan
pemikiran seorang anak dipengaruhi pada interaksi sosial dalam konteks budaya di mana ia
dibesarkan. Menurut Vygotsky perkembangan kognitif terjadi ketika seorang anak mendapat
pengalaman baru yang menantang serta memecahkan masalah yang ada. Fungsi kognitif
berkembang pada manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam
konteks budaya.
Kemajuan perkembangan kognitif seorang anak diperoleh sebagai hasil interaksi sosial
dengan orang lain. Dalam hal ini, orang lain tidak selalu orangtua, tetapi juga bisa orang
dewasa atau bahkan teman sebaya yang lebih memahami tentang sesuatu hal. Sebagai contoh
seorang anak dengan pemikiran matematika maka anak tersebut akan berkembang
kemampuan berpikir matematisnya melalui interaksi dengan orang lain yang memahami dan
menguasai matematika dengan lebih baik. Vygotsky mengemukakan 4 konsep yaitu :
3. Perancah (scaffolding)
Dalam konsep ini, Perancah disini dimaksudkan untuk memberi bantuan kepada
anak-anak dalam tahap awal pembelajaran dan perlahan-lahan mengurangi bantuannya
untuk membiarkan anak semakin berkembang dan memiliki kesempatan untuk
mengeksplor tentang pengetahuan lain dan mengajarkan untuk bertanggungjawab
terhadap apa yang sudah ia kerjakan. Konsep ini sama seperti memasang susunan bambu
atau kayu sebagai tumpuan sementara ketika membangun sebuah bangunan. Ketika
konstruksinya sudah kokoh maka susunan bambu atau kayu tadi dicabut kembali. Konsep
ini merupakan interaksi antara orang dewasa dan anak-anak yang memungkinkan seorang
anak melakukan sesuatu di luar usahanya sendiri. Singkatnya, konsep ini dapat diartikan
sebagai dukungan belajar secara terstruktur.
Hal ini dilakukan pada tahap awal pembelajaran untuk mendorong siswa agar
dapat belajar secara mandiri. Dukungan ini dapat tidak dapat dilakukan secara terus-
menerus, karena ketika seorang siswa atau anak meningkat kemampuannya maka secara
perlahan-lahan guru harus mengurangi dan melepaskannya untuk membiarkannya belajar
secara mandiri. Jika seorang siswa belum mencapai kemandirian dalam belajar maka guru
harus kembali ke sistem dukungan awal untuk membantu siswa kembali memperoleh
kemajuan hingga ia benar-benar mampu belajar secara mandiri. Konsep pembelajarn ini
sebagai bantuan belajar yang dapat dilakukan pada saat siswa merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tugas-tugas belajarnya.
Menurut Wood, dukungan belajar itu adalah membantu peserta didik
menyelesaikan proses belajarnya yang tidak dapat diselesaikannya sendiri. Bantuan yang
diberikan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian menguranginya serta
memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan sendiri. Bantuan yang
diberikan guru berupa petunjuk, peringatan, dorongan, dan lain-lain. Pemberian bantuan
diberikan oleh guru ketika siswa merasa kesulitan, yaitu pada saat berada di ujung
kemampuannya. Jika telah seperti itu maka guru memberikan bantuan misalnya berupa
contoh, sehingga siswa tersebut mampu menyelesaikannya.