Anda di halaman 1dari 13

1 3 TEORI PERKEMBANGAN VYGOTSKY

Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa
anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky tidak
setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan
membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Vygotsky menekankan bagaimana
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam
perkembangan kognitif lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-
anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak
lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami
dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki
fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan
masalah. Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky mengandung
banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan
budaya.Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif
menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental
memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak
mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat
dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif
seorang seturut dengan teori sciogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer,
sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan
bersifat skunder. Artinya, pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal
dari sumber-sumber social di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu
bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan
pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka
teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme.
Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu
sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan social yang aktif pula.
Teori psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada
kontruktivisme. Karena ia lebih menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.
Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh
individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif.

Teori Belajar Vygotsky


Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai
sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky
menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan,
perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan
masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga
menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari
orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Vygotsky lebih
banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan
memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang
lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi
mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai alat kebudayaan tempat individu
hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak
oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman
pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur
menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia.
Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain
dalam kebudayaannya.
Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian
mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian
pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang
kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa
konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh
lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah
mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan
melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih
dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual development dan
potensial development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang
anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan
potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama
dengan teman sebaya.

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)


Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas
yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan
dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky,
Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang
bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang
dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD
adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan
perkembangan anak.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah
terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan
perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil
mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang
penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak
sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat
dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih
jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk
merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan
kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka
sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa
untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan
bicara ekternal menjadi internal.
Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1)
bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit
mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa
interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama
guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran
siswa.

Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar


(1) Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif
mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak
bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding
bagi anak selama melalui ZPD.
(2) Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara
kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
(3) Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi
oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang
agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak
lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga
bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan
menyediakan scaffolding yang sesuai.
Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan,
berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini
dianggap sebagai alat kebudayaan tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal
dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota
kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan
membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak
dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya. Menurut
vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam memfungsikan mental anak
berkembang melalui interaksi sosial langsung.
Dalam teorinya, Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan
kognitif daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah
mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak
tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky,
bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya
fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi
selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat
untuk membantu memecahkan masalah.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep
melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih
berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah
mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky
mengemukakan bahwa fungsi-fungsi kognitif anak-anak belum benar-benar matang,
tetapi masih dalam proses pematangan. Sehingga secara tidak langsung anak
membutuhkan orang lain untuk mematangkan dan mengembangkan pola pikirnya.

Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Lev Vygotsky 03 Maret


2011 07:30:16 Diperbarui: 26 Juni 2015 08:07:02 Dibaca : 28,358 Komentar : 1
Nilai : 0 Durasi Baca : 11 menit Pendidikan pada zaman ini memegang peran
yang sentral dalam hidup manusia. Karena dengan pendidikan, dalam hal ini
pendidikan formal, mampu membantu seseorang untuk dengan mudah
memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis. Dengan melihat betapa
penting dan sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik anak-anak bangsa,
maka perlulah untuk menyambut dengan penuh penghargaan bagi mereka
yang telah memfokuskan perhatian di dalamnya. Perlu juga untuk
mengusahakan metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi pengembangan
kognitif anak. Psikologi pendidikan adalah sebuah cabang dalam psikologi
secara umum. Psikologi pendidikan memberikan landasan bahwa kata
pendidikan/education atau menurut bahasa Latin, educere mempunyai makna
membantu untuk mengembangkan, memajukan, dan atau menumbuhkan.
Dalam mata kuliah psikolog pendidikan, dijabarkan dasar mengenai makalah
yang berjudul Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky
(1896-1934) ini. Masalah utama yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
melihat atau melakukan sebuah kajian tentang Teori Perkembangan Sosial
Kognitif Vygotsky dilihat dengan kacamata psikologi pendidikan. Sehingga
nantinya akan ditemukan korelasi antara keduanya. Tujuannya adalah untuk
mencoba bercermin dan memberikan masukan secara tepat dalam menangani
pendidikan anak. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk
menjelaskan perkembangan kognitif. Satu di antara teori tersebut adalah teori
konstruksi pemikiran sosial. Konteks sosial juga merupakan satu di antara sudut
pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa
lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap
pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung
pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara
aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky,
Albert Bandura, dan Michael Tomasello. Teori perkembangan kognitif Vygotsky
kerap dijadikan salah satu bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian
tersendiri yang membedakannya dengan para tokoh yang lain. Vygotsky sangat
dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan teori
sosiobudaya. Teori yang dinyatakan oleh Vygotskyini merupakan teori gabungan
antarakognitif dengan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa
perkembangan kanak-kanak bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan
orang ada di sekitarnya yang menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang
membantu mereka membina pandangan tentang sekelilingnya. Dalam kajian ini,
terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, akan dilihat secara
menyeluruh tentang teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky. Secara
definitif, teori Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori besar
konstruktivisme. Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen
bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang membentuk
pengetahuan seorang. Kedua, melakukan analisis teori perkembangan sosial
kognitif Vygotsky dalam psikologi pendidikan pendidikan. Apakah teori Vygotsky
mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori yang terdapat dalam psikologi
pendidikan? Akhirnya dalam kesimpulan nanti dapat diperoleh sebuah teori
Vygotsky ternyata sejalan dengan psikologi pendidikan. Artinya dalam teori
Vygotsky terdapat beberapa hal yang menjadi unsur dalam teori psikologi
pendidikan. Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu,
melainkan dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting untuk
terjadi. Latar Belakang Teori Lev Vygotsky (1896-1934) Nama lengkapnya adalah
Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia,
tepatnya pada pada 17 November 1896, dan berkuturunan Yahudi. Ia tertarik
pada psikologi saat berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia lebih menyukai dunia
sastra. Awalnya, ia menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namum pihak
sekolah juga memintanya untuk mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali
tidak pernah mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya.
Namun, inilah skenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni
psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan kuliah di program studi psikologi
Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya mengenai
Psychology of Art. Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari
Rusia dan hidup pada masa revolusi Rusia. Vygotsky dalam menelurkan
pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi kerap menghadapi rintangan oleh
pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya meluas setelah ia wafat
pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit TBC. Vygotsky pun sering
dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang
sama dengan Piaget, seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa
keaktifan anak yang membangun pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal
dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika masih berusia tigapuluh tujuh tahun.
Vygotsky merupakan satu di antara tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah
argumen bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang
mengenal sesuatu. Seseorang yang belajar dipahami sebagai seseorang yang
membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya
pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi
antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya
pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif
berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.
Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam zone of
proximal development mereka. Zone of proximal development adalah jarak
antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam
kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan
perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu. Teori Vygotsky yang lain adalah scaffolding. Scaffolding adalah
memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab
yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan
yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta
menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandiri. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya.
Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang
efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua,
pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori
belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai
dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan
antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan
pemecahan masalah Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan
anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky,
anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan
untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak
banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir dan
menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap
sebagai alat kebudayaan tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari
budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota
kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam
dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir
setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional
maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional,
sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi
aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer
dan mengenal huruf. Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-
norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya. Level
interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian
mental anak. Menurut Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam
keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi
tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan
interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia.
Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada
di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak
menjadi matang. Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu
pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran
sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan
sosial secara aktif. Oleh karenanya, konsep teori perkembangan kognitif
Vygotsky berkutat pada tiga hal: Hukum Genetik tentang Perkembangan
(Genetic Law of Development) Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan
berkembang melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya dan
tataran psikologis yang ada pada dirinya. Zona Perkembangan Proksimal (Zone
of Proximal Development) Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari
sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya
bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain.
Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal
tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development
dan potential development pada anak. Actual development ditentukan apakah
seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru.
Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa
atau kerjasama dengan teman sebaya. Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan
potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial
dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan
pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan
berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya
bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui
perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa
mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan
dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses
ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulation).
Mediasi Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci
utama memahami proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih
mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis
mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah
penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation
(pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking,
dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk
memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu.
Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan (yang mungkin
salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). Inti Teori Vygotsky
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan
intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak
berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang
yang lebih tahu. Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa
interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan
budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan
kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan
dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang
anak. Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan
spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih
kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan
pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan
formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar
adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang
lebih ilmiah. Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak
dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar
kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini
bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat
berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya
dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara
pemikiran dan bahasa. Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya
harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa.
Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu
menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk
berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan
pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial.
Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak
untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk
awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget
yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris. Unsur
yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan
masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori
Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu.
Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata
pencaharian, dan lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam
teori Vygotsky terdapat tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif
seorang anak dapat diketahui hanya jika dianalisis dan ditafsirkan. Kedua,
kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk
percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang
untuk mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak
kecil seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap
aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal
dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.
The More Knowledgeable Other (MKO) Istilah ini jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi orang lain yang lebih tahu. MKO mengacu kepada
siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pelajar, dalam hal
ini termasuk guru, teman sebaya, atau bahkan komputer. Seorang pelajar perlu
berinteraksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari dirinya.
Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor
interaksi sosial dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci
perkembangan kognitif anak. Perkembangan Bahasa Bagi Vygotsky bahasa
berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya
fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri,
tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya
sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap
praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan
masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah.
Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah
tidak terdengar lagi. Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme pada
pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi guru menjadi
pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa
mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi
pengalaman, pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan mereka untuk tahu
dari pembentukan pengertian baru ini. Pada bagian ini, dapat dilihat permulaan
aliran konstruktivisme, peranan pengalaman siswa dalam belajar, dan cara
mengasimilasi pengertiannya. Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang
mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi.
Pedoman filosofi pada teori ini ditemukan pada abad ke-5 SM. Metode baru ini
yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek
pemecahan masalah aliran konstruktivisme. Penyelidikan atau pengalaman fisik,
pengalaman pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme. Pendukung
konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan
mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian
sebelumnya, membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses
belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Pada
konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses membantu pelajar-pelajar
mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan
tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk dimengerti, tetapi
pengetahuan merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi dengan
pengertian sebelumnya dari pelajar. Para konstruktivisme menekankan peranan
motivasi guru untuk membantu siswa belajar mencintai pelajaran. Tidak seperti
behaviourist yang menggunakan sanksi berupa reward, konstruktivisme percaya
bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat daripada
reward eksternal. Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun
1930 dan yang bekerja sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky. Beliau
sangat tertarik pada efek interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran.
Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung
pada situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subjek yang dipelajari berpengaruh
pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai
metode pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik
untuk mendesain kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa. Aplikasi dan
Implikasi Teori dalam Pendidikan Agar pembahasan tentang teori Vygotsky
langsung terasa bagi usaha pengembangan kognitif, banyak usaha konkret yang
dapat dilakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut, misalnya: 1. Teori
Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-
tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih
berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi
fasilitator konstruksi siswa. 2. Menggunakan zone of proximal development.
Dengan penyesuaian terus menerus. 3. Banyak menggunakan teman sebaya
sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang dewasa yang mampu
membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya
memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam
interaksinya. Analisis Psikologi Pendidikan Analisis awal adalah langsung
membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama yang menjadi sorotan kita
adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial dan budaya lebih berperan
dalam pengembangan kognitif anak. Inti penekanan teori Vygotsky adalah
bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di luar dirinya yang membuat kognitif
anak berkembang. Dengan demikian, zone proximal development anak semakin
meningkat. Teori Vygotsky tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam
mengembangkan kognitif mengalami keselarasan dengan pandangan dalam
psikologi pendidikan. Dalam filsafat pendidikan pun beranggapan bahwa
manusia membutuhkan pendidikan untuk bertahan. Manusia membutuhkan
bahasa untuk mampu mendapatkan pengetahuan atau ia mempelajari bahasa
yang berfungsi sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam
bahwa proses transfer ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa
sebagai sarananya. Kemudian dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa
unsur yang menjadi agen perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat
bimbingan dari orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih dari
dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam
bentuk spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis. Teori
Vygotsky di atas juga mengalami keselarasan dengan teori dalam psikologi
pendidikan. Dalam psikologi pendidikan kita dapat menemukan beberapa
konsep tentang agen-agen perubahan untuk membantu anak mengembangkan
kognitifnya. Agen-agen perubahan dalam psikologi pendidikan adalah keluarga
dan negara. Agen-agen perubahan seolah-olah menjadi tombak dalam usaha
mengembangkan kognitif atau intelektual. Peran mereka sangat sentral dalam
membantu anak mengolah pengetahuan spontan mereka menjadi pengetahuan
yang lebih tertata, sistematis, dan logis. Kesimpulan Pada intinya dapat
disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi
pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori
Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat
pendidikan pun dapat kita temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga
menjadi sangat sentral bagi berkembangnya kognitif. Bahasa menjadi alat
transfer ilmu. Beberapa konsep dalam psikologi pendidikan juga selaras dengan
teori pengembangan kognitif Vygotsky. Psikologi pendidikan telah memberikan
landasan filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual. Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.
http://www.scribd.com/doc/35776081/teori-vygotsky (Diakses pada 19 Februari
2011, pukul 18.06 WIB) http://netsains.com/2009/02/pembelajaran-lanjutan-
dengan-teori-konstruktivis/ (Diakses pada 20 Februari 2011, pukul 15.37 WIB)
http://www.learning-theories.com/vygotskys-social-learning-theory.html
(Diakses pada 22 Februari 2011, pukul 17.47 WIB)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/naffstradiv13/teori-pendidikan-
teori-perkembangan-sosial-kognitif-lev-vygotsky_55009090a33311bb74511689

Anda mungkin juga menyukai