Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN SEBAGAI FUNGSI SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini kita telah melihat bahwa suatu kelompok masyarakat atau kelompok sosial
secara terus menerus melakukan pembaruan. Pembaharuan ini berlangsung dengan cara
partumbuhan dibidang pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai
proses membina, mengasuh, dan mengarahkan individu. Secara etimologis, kata pendidikan
berarti hanya sekedar proses mengarahkan atau mendidik individu saja.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Sekolah hanya membantu melanjutkan dari pendidikan dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak yaitu dalam lingkungan
keluarga. Peralihan bentuk pendidikan yang belum dilembagakan tersebut memerlukan
kerjasama antara orang tua dan sekolah atau pendidik. Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Sangat diperlukan kepercayaan orang
tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di lingkungan sekolah. Aktivitas pendidikan bukan sekedar mentransfer informasi atau pengetahuan saja,
melainkan memberikan pengetahuan yang sekaligus mengimplikasikan nilai baik dan buruk
bagi anak.
Pendidikan merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi
mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif
dan efesien. Pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran saja. Pendidikan adalah suatu
proses dimana suatu bangsa atau Negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di
antara individu-individu. Jadi, pendidikan pada dasarnya merupakan upaya peningkatan
kemampuan sumber daya manusia agar dapat menjadi manusia yang mandiri serta dapat
berkonstribusi terhadap masyarakat dan bangsanya (Naya, 2008).
Mahluk hidup seperti manusia yang aktivitasnya berhubungan dengan orang lain
memiliki lingkungan sosial. Apa yang dia lakukan dan dia dapat lakukan mengandalkan
pada harapan, tuntutan, persetujuan, dan kritikan dari orang lain. Aktivitas yang
1

berhubungan dengan orang lain tidak dapat dilakukan sendiri. Setiap orang tentunya selalu
berhubungan dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Bagi
mereka keadaan seperti itu sangat diperlukan demi terciptanya interaksi sosial diantara
individu.
Lingkungan sosial adalah interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya. Lingkungan sosial juga yang membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan sosial seseorang,
pertama dibentuk dalam lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang khususnya anak-anak. Di dalam lingkungan keluarga kita diberikan berbagai pendidikan supaya seorang anak menjadi mandiri, tidak hanya mandiri saja akan tetapi juga
bisa mengarahkan anak kepada keputusannya sendiri untuk mengembangkan kemampuan
mental, sosial, emosional, maupun fisik yang dimiliki anak. Lingkungan keluarga merupakan bekal bagi anak dalam melakukan sosialisasi di dalam lingkungan sosial yang
cakupannya luas, tidak hanya pada lingkungan rumah saja tetapi juga bisa menggunakan
bekal itu dalam lingkungan sosial hidup bermasyarakat.
Sekolah berperan sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga. Oleh
karena itu, sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperluas
tingkah laku peserta didik yang dibawa dari keluarganya. Sekolah merupakan suatu sistem
organisasi pendidikan formal, yaitu suatu lembaga sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Oleh karena
itu, sekolah tidak bisa lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya.
Penyimpangan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas, dan keyakinan berdampak pada bagaimana budaya sekolah berkembang. Sistem
penggabungan budaya pada sistem sosial sangat penting, karena mempengaruhi berbagai
reaksi, kegiatan, dan perilaku individu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud lingkungan dan alam (lingkungan keluarga)?
2. Apa yang di maksud lingkungan sosial?
3. Apa pengaruh pendidikan sebagai media sosial?
4. Apa pengaruh sekolah sebagai lingkungan yang khusus?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan dan alam (lingkungan keluarga).
2. Untuk mengatahui pengaruh lingkungan sosial.
3. Untuk mendeskripsikan pengaruh pendidikan sebagai media sosial.
4. Untuk mendeskripsikan pengaruh sekolah sebagai lingkungan yang khusus.
1.4 Struktur Makalah
Bagian I Pendahuluan
Pada bagian ini menguraikan mengenai latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, dan struktur makalah.
Bagian II Intisari Isi Chapter
Pada bagian 2 menguraikan rangkuman atau intisari dari chapter 2 tentang Education as a
Social Function dari buku John Dewey Berjudul Democracy and Education.
Bagian III Pembahasan
Pada bagian III menguraikan pembahasan berupa pengayaan terhadap rumusan masalah.
Bagian IV Simpulan Dan Rekomendasi
Pada bagian IV berupa penyajian berdasarkan simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan
yang dibahas dan rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi implikasi bagi pendidikan
Indonesia.
Bagian V Daftar Pustaka
Pada bagian ini merupakan referensi penulis yang penulis gunakan sebagai bahan rujukan
untuk menyusun makalah.

BAB II
INTISARI CHAPTER
2.1 Pengertian Lingkungan dan Alam
Kita telah melihat bahwa suatu kelompok masyarakat atau kelompok sosial secara
terus menerus melakukan pembaruan dan bahkan pembaharuan ini berlangsung dengan
cara pertumbuhan dibidang pendidikan dari kelompok anggota tersebut. Pendidikan
merupakan proses membina, mengasuh, dan mengolah. Dalam pendidikan juga berbicara
mengenai perlindungan, dan peningkatan untuk mengungkapkan bahwa perbedaan pada
tingkat pendidikan bertujuan untuk mencakup itu semua. Secara etimologis, kata pendidikan berarti hanya sekedar proses mengarahkan atau mendidik. Ketika kita memiliki
pemikiran mengenai proses pendidikan, kita berbicara tentang pendidikan sebagai
pembentukan individu, yaitu membentuk, melatih, serta mencetak ke dalam bentuk standar
kegiatan sosial.
Sejak saat itu dalam pendidikan yang dibutuhkan individu adalah perubahan
kualitas pengalaman hingga ikut menjadi bagian dalam kepentingan, tujuan, dan ide-ide
dalam kelompok sosial. Tetapi masalahnya pendidikan jelas bukan hanya membentuk dari
segi fisik atau jasmani saja. Mungkin secara fisik hal ini dapat dijadikan acuan. Keyakinan
dan aspirasi tidak didapatkan hanya dengan dari segi fisik saja. Bagaimana kemudian
mereka berkomunikasi? Permasalahan kita adalah untuk menemukan metode yang cocok
untuk generasi muda dalam menerima sudut pandang yang lama atau lebih tua yang dapat
membawa generasi muda menjadi berfikir terhadap diri mereka sendiri. Jawabannya dalam
perumusan umum adalah maksud dari pengaruh lingkungan dalam merespon keyakinan
tersebut. Oleh karena itu, secara bertahap lingkungan pendidikan menghasilkan individu
pada sistem perilaku, tindakan, dan watak tertentu.
Mahluk yang bernyawa pasti terus menerus berdampingan dengan lingkungannya.
Tetapi, dengan keadaan lingkungan yang tidak baik, mahluk hidup tersebut tidak dapat
berkembang dengan baik juga. Di sisi lain, beberapa hal di daerah terpencil pada ruang dan
waktu dari makhluk hidup terutama mahluk hidup seperti manusia, dapat membentuk
lingkungannya bahkan lebih baik daripada beberapa mereka yang dekat dengan lingkungan
4

pendidikan. Singkatnya, lingkungan terdiri atas kondisi-kondisi yang dapat mendukung


atau menghalangi, merangsang atau menghambat, aktivitas karakter mahluk hidup.
2.2 Lingkungan Sosial
Suatu mahluk yang aktivitasnya berhubungan dengan orang lain memiliki
lingkungan sosial. Apa yang dia lakukan dan dia bisa lakukan mengandalkan pada harapan,
tuntutan, persetujuan, dan kritikan dari orang lain. Aktivitas yang berhubungan dengan
orang lain tidak dapat dilakukan sendiri. Bagi mereka keadaan itu sangat diperlukan demi
terwujudnya kecenderungan sosial tersebut. Ketika ada kegiatan sosial yang bergerak pasti
membutuhkan suatu perpindahan dan timbal balik. Berfikir dan merasa yang harus
dilakukan dengan tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain yang disebut cara sosial.
Apa yang kita miliki terlebih lagi untuk menunjukan bagaimana lingkungan sosial
menjaga anggotanya yang masih muda. Tidak ada kesulitan besar dalam melihat bagaimana
membentuk tingkah laku dari luar tindakannya. Bahkan anjing dan kuda, mereka memiliki
tindakan ketika berinteraksi dengan manusia, mereka membentuk tingkah laku yang
berbeda karena mereka yakin manusia peduli terhadap apa yang mereka lakukan. Manusia
mengendalikan hewan dengan cara mengontrol dan memberi rangsangan secara alami agar
hewan terpengaruh, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang pasti. Makanan, gigitan,
ikatan, dan suara adalah cara yang digunakan untuk mengarahkan agar kuda dapat
merespon secara alami. Berdasarkan stimulus tersebut dapat membangun tingkah laku
tertentu. Tingkah laku yang terbentuk dan berfungsi dengan keseragaman yang sama seperti
rangsangan aslinya.
Selain tingkah laku yang dapat terbentuk dalam lingkungan sosial dari aspek bahasa
juga penting. Bahasa cenderung menjadi alat utama dari pembelajaran mengenai banyak hal
kita melihat bagaimana bahasa bekerja. Anak kecil memulai latihan hanya dengan
mendengarkan suara, bunyi, dan menikmati nada yang belum dia mengerti maksudnya. Hal
tersebut menandakan bahwa aktivitas itu dilakukan secara spontan. Suara hanya satu
macam stimulus dan respon langsung. Ketika ibu sedang menggendong bayi keluar dari
pintu, dia berkata topi dia meletakan sesuatu pada kepala si bayi.

2.3 Pendidikan sebagai Media Sosial


Hasil yang kita terima bahwa lingkungan sosial membentuk kecenderungan perilaku
mental dan emosional pada individu dengan melibatkan mereka dalam kegiatan yang
membangun dan memiliki tujuan dalam memerlukan konsekuensi tertentu. Seorang anak
yang dibesarkan di keluarga musisi pasti akan mempunyai kemampuan bermusik yang
baik. Beberapa jenis partisipasi dalam kehidupan mereka dengan siapa individu terhubung
tidak bisa dihindari dengan memberi rasa hormat kepada mereka bahwa lingkungan sosial
melatih, mendidik, dan mempengaruhi pembentukan sadar dari setiap tujuan tertentu.
Dalam masyarakat masa kini sifat dasar pemuda di sekolah dapat disesuaikan secara
terus-menerus. Sesuai dengan kepentingan dan pekerjaan kelompok. Hal-hal tertentu
menjadi objek penghargaan tinggi dari keseganan yang lain. Perkumpulan tidak
menciptakan dorongan atau kasih sayang dan rasa tidak suka tapi melengkapi objek yang
melekatkan pada diri mereka. Tetapi penjelasannya bahwa cara hidup mereka tidak
meminta untuk diperhatikan seperti fakta-fakta tersebut, namun diadakan pikiran yang
terpaku pada hal-hal lain. Sebagaimana panca indra membutuhkan benda yang masuk akal
untuk merangsangnya sehingga kekuatan pengamatan, ingatan, dan imajinasi kita tidak
bekerja secara spontan, tetapi digerakkan oleh kebutuhan pekerjaan sosial yang dibentuk
saat ini. Susunan utama kecenderungan yang dibentuk dengan bebas dari sekolah karena
pengaruh tersebut.
Sementara tanpa disadari pengaruh dari lingkungan ini begitu halus dan dapat
menembus dalam mempengaruhi setiap pikiran dan karakter individu. Pertama, kebiasaan
berbahasa. Pada dasarnya cara berbicara merupakan bagian terbesar dari pembendaharaan
kata. Yang kedua sopan santun, contoh ini lebih terkenal daripada aturan. Sopan santun
seperti yang kita katakan berasal dari keturunan yang baik dan keturunan yang diperoleh
oleh suatu tindakan yang biasa dilakukan dalam menanggapi rangsangan yang biasa
dilakukan dan bukan hanya dengan menyampaikan informasi saja. Ketiga selera dan
menghargai estetika yang baik. Jika mata secara konstan melihat suatu hubungan yang
rukun, menikmati keindahan bentuk dan warna. Pengaruh lingkungan yang tidak baik, tidak
teratur, dan lebih dihiasi lingkungan bekerja tidak akan menimati hubungan kerukunan
tersebut.
6

2.4 Sekolah sebagai Lingkungan yang Khusus


Dalam proses mendidik yang berlangsung bagaimanapun perlu memperhatikan
bahwa satu-satunya cara dimana orang dewasa secara sadar dapat mengontrol jenis
pendidikan yang masih baru dengan mengendalikan lingkungan dimana mereka berada.
Lingkungan apapun adalah lingkungan yang dapat merubah sejauh ada pengaruh dari
proses mendidik. Sebuah rumah yang berpenghuni orang cerdas berbeda dari satu rumah
yang tidak berpenghuni orang cerdas terutama dalam memilih kebiasaan hidup dan
pergaulan yang dilakukan dengan pemikiran yang tegas dalam perkembangan anak-anak
mereka. Tapi pada lingkungan sekolah tetap, yaitu lingkungan yang khas disusun dengan
referensi yang cepat untuk mempengaruhi kecenderungan mental dan moral anggotanya.
Akibatnya suatu masyarakat segera bergantung pada sebagian besar yang ada di luar
wilayah dan generasinya sendiri. Masyarakat harus bergantung pada lembaga aturan
sekolah untuk memastikan pengajaran yang memadai.
Perkumpulan cara ini memiliki tiga fungsi yang cukup spesifik. Pertama, sebuah
peradaban yang kompleks untuk menerima. Hubungan kehidupan sosial kita sekarang
begitu banyak dan begitu terjalin bahwa seorang anak ditempatkan di posisi yang paling
menyenangkan dan tidak mudah berbagi dalam banyak hal kepada yang lain.
Di tempat kedua bisnis lingkungan sekolah untuk dihapuskan sebisa mungkin. Ciriciri yang tidak layak dari pengaruh lingkungan yang ada pada kebiasaan mental. Sekolah
memiliki tugas menghilangkan hal-hal tersebut dari lingkungan yang mempengaruhinya
dan dengan demikian melakukan apa yang bisa untuk mengatasi pengaruh dalam
lingkungan sosial mereka. Pihak sekolah menyadari bahwa tanggung jawab tidak hanya
untuk mengirimkan dan melestarikan seluruh prestasi yang ada, tetapi juga membuat masa
depan masyarakat yang lebih baik. Sekolah merupakan lembaga utama untuk pemenuhan
tujuan ini.
Pada tempat ketiga lingkungan kantor sekolah untuk menyeimbangkan berbagai
elemen di lingkungan sosial dan untuk melihat bahwa setiap individu mendapatkan
kesempatan untuk keluar dari keterbatasan dari kelompok sosial dimana dia dilahirkan dan
masuk ke dalam hubungan kehidupan dengan lingkungan yang lebih luas. Faktanya,
masyarakat modern adalah masyarakat yang banyak kurang atau lebih terhubung dan
7

memiliki kebebasan. Setiap rumah tangga dengan lingkungan terdekat dari teman mereka
membuat suatu perkumpulan, masing-masing kelompok pengusaha, masing-masing perkumpulan, dan lainnya. Dalam kota modern meskipun kesatuan politiknya mungkin
terdapat banyak masyarakat, adat istiadat yang berbeda-beda, tradisi, aspirasi, dan bentuk
atau kontrol pemerintahan tetapi bisa menjalankan itu semua.
Setiap kelompok melatih dan memberikan pengaruh kepada pembentukan watak
para anggotanya. Sebuah kelompok, klub, geng, pencuri rumah tangga, menyediakan
lingkungan yang mendidik bagi mereka yang masuk ke dalam aktivitas bersama. Masingmasing cara mereka menghubungkan seperti sebuah keluarga, kota, atau Negara. Ada juga
masyarakat yang anggotanya memiliki sedikit atau tidak ada kontak langsung satu sama
lain, seperti serikat seniman, sastrawan, para anggota kelas belajar profesional yang
tersebar di permukaan bumi. Mereka memiliki tujuan dan kegiatan yang sama antar
masing-masing anggotanya.
Terdapat banyak masyarakat, tetapi masing-masing dalam wilayah negaranya
sendiri yang relatif homogen. Situasi ini yang mungkin kurang lebih menjadi salah satu
penyebabnya. Percampuran generasi muda di sekolah dari berbagai ras, agama yang berbeda, dan dengan kebiasaan yang berbeda untuk menghasilkan suatu lingkungan baru dan
lebih luas. Materi pelajaran umum membiasakan semua individu untuk bersatu dalam pandangan pada wawasan yang lebih luas daripada yang terlihat dengan anggota kelompok
manapun ketika sedang dalam kelompoknya. Sekolah juga memiliki fungsi mengkoordinir
dalam pengaturan setiap individu yang berpengaruh pada beragam dari berbagai lingkungan
sosial dimana dia masuk.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Lingkungan dan Alam
Manusia adalah mahluk sosial. Tanpa rasa sosial tidak mungkin manusia itu melanjutkan hidupnya dan seterusnya. Manusia membentuk suatu masyarakat bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya dan membangun suatu tata kehidupan yang disebut kebudayaan (Tilaar, 2015:16). Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama bagi anak yang memberikan tuntutan dan contoh-contoh bagi anak.
Oleh karena itu, lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Di dalam lingkungan keluargalah tempat dasar pembentukan watak dan sikap anak terjadi.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Gunarsa, 2009:5 dalam Suhaimi) menjelaskan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang mula-mula
memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak. Dari anggota-anggota keluarganya (ayah,
ibu, dan saudara-saudaranya) anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual
maupun sosial. Setiap sikap, pandangan, dan pendapat orang tua atau anggota keluarga
yang lain akan dijadikan contoh oleh anak dalam berprilaku. Demikian juga dengan pendapat (Sadjaah, 2002 dalam Suhaimi) yang mengemukakan bahwa keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki nuclear family maupun extended family,
yang secara nyata mendidik kepribadian seseorang dan mewariskan nilai-nilai budaya
melalui interaksi sesama anggotanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah lingkungan alami dan memiliki peranan
yang sangat penting dalam membentuk karakter individu karena mempengaruhi perilaku
seorang anak.
Peranan keluarga di dalam menjamin keberlanjutan suatu keturunan tidak dapat
diganti oleh lembaga lainnya. Setiap keluarga demi untuk menjaga keberlanjutan keturunan, maka keluarga itu akan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya dalam berbagai
segi kehidupan. Bahkan, bukan hanya di dalam kehidupan jasmani saja tetapi dalam
kehidupan rohani peranan keluarga sangat menentukan terutama di dalam pembentukan
kepribadian keturunannya. Keluarga merupakan dasar dari penanaman dan pengembangan
9

nilai-nilai kepribadian dari bentuk-bentuk yang sederhana seperti kebiasaan, tingkah laku
yang baik dan buruk, nilai-nilai moral yang hidup di dalam keluarga dan masyarakatnya,
sampai kepada pendidikan agama. Setiap keluarga menginginkan adanya pendidikan yang
sebaik-baiknya bagi anak-anaknya, termasuk di dalamnya memberikan kecakapan keterampilan dasar bagi kehidupannya.
Dalam hal ini berarti lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang
pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Di lingkungan keluarga
anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dorongan, bimbingan, dan keteladanan sehingga anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya demi perkembangan di
masa mendatang (Naya, 2008). Dari lingkungan inilah lahir peradaban kemanusian karena
dari sinilah akan lahir budi pekerti manusia, norma, dan nilai yang akan membina pada hidup bersama yaitu kebudayaan di masyarakat.
3.2 Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun dengan lingkungannya. Lingkungan sosial memiliki beberapa tingkatan seperti keluarga, sekolah, masyarkat. Pada lingkungan sosial yang akan dibahas pada bagian ini adalah lingkungan masyarakat. Sikap
individu atau masyarakat dalam lingkungan sosial dipengaruhi oleh nilai sosial. Masyarakat
dan nilai sosial selalu berkaitan. Apabila nilai sosial tehadap masyarakat berubah atau
bergeser maka sikap masyarakat akan berubah juga. Mahluk hidup yang aktivitasnya
berhubungan dengan orang lain memiliki lingkungan sosial. Aktivitas yang berhubungan
dengan orang lain tidak dapat dilakukan sendiri. Lingkungan sosial inilah yang membentuk
sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang,
kemudian terjadilah interaksi antara individu atau masyarakat dengan lingkungannya.
Seperti contoh gotong royong, melakukan program kali bersih, dan membersihkan sampah
bersama anggota masyarakat yang lain.
Lembaga sosial lahir dan terdapat dalam masyarakat tanpa mengenal tingkat kebudayaannya, apakah taraf kebudayaan yang masih bersahaja (primitif) atau sudah kebudayaan moderen. Hal ini disebabkan karena setiap masyarakat mempunyai kebutuhan mendasar atau pokok yang muncul dengan sendirinya. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
10

tersebut, maka lahirlah lembaga-lembaga. Misalnya kebutuhan akan pendidikan, lahirlah


lembaga pendidikan, seperti taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan seterusnya. Kebutuhan hidup kekerabatan, melahirkan lembaga kemasyarakatan, seperti pernikahan, kebutuhan menyatakan keindahan, melahirkan kesusasteraan, seni, dan sebagainya. Menurut (Saat, 2013) lembaga sosial mempunyai fungsi, yaitu: (a) memberikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya, (b) menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan, dan (c) memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control), yakni sistem pengawasan oleh masyarakat terhadap
tingkah laku anggota-anggotanya.
Setiap kebudayaan dari suku bangsa mempunyai nilai-nilai sendiri dan nilai-nilai
yang beragam. Puncak kebudayaan lokal adalah nilai-nilai luhur dari suatu masyarakat
yang disumbangkan di dalam terbentuknya kesatuan dan budaya masyarakat. Bahkan
binatang seperti kuda dan anjing mereka memiliki tindakan atau aktivitas ketika berinteraksi dengan manusia, mereka membentuk tingkah laku yang berbeda karena mereka
yakin manusia peduli terhadap apa yang mereka lakukan. Manusia mengendalikan hewan
dengan cara mengontrol dan memberi rangsangan secara alami agar hewan terpengaruh,
yaitu dengan menciptakan lingkungan yang pasti. Makanan, ikatan, suara adalah cara yang
digunakan untuk mengarahkan agar kuda dapat merespon secara alami. Berdasarkan stimulus tersebut dapat membangun tingkah laku tertentu. Tingkah laku yang terbentuk dan
berfungsi dengan keseragaman yang sama seperti pada rangsangan aslinya.
Aktivitas atau tindakan manusia diubah atau diatur dengan cara seperti itu. Misalnya
seorang anak yang mempunyai rasa takut dengan api. Kemudian jika orang tua membuat
keadaan seperti jika setiap kali anak menyentuh mainan tertentu orang tuanya akan berkata
mainan itu panas, dengan sendirinya anak akan belajar untuk menghindari mainan tersebut
agar tidak menyentuhnya. Sejauh ini, kita berhadapan dengan apa yang disebut dengan
pelatihan tetapi berbeda dari pembelajaran yang mendidik.
Pentingnya bahasa dalam memperoleh ilmu pengetahuan tidak diragukan lagi. Sejak
bahasa menjadi alat utama dari pembelajaran mengenai banyak hal kita melihat bagaimana
bahasa bekerja. Anak kecil memulai berlatih hanya dengan mendengarkan suara, bunyi, dan
menikmati nada yang belum mereka mengerti maksudnya. Hal tersebut menandakan bahwa
11

aktivitas itu dilakukan secara spontan. Ketika ibu sedang menggendong bayi keluar dari
pintu, dia berkata topi kemudian dia meletakan sesuatu pada kepala si bayi.
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vokal yang dapat diperkuat dengan gerak gerik badaniah yang nyata. Bahasa sebagai sarana
komunikasi mempunyai fungsi utama yaitu penyampaian pesan atau makna oleh seseorang
kepada orang lain. Melalui bahasa, kita dapat menunjukan sudut pandang kita, pemahaman
kita atas suatu hal bahkan sifat kita. Bahasa yang dituliskan dan dilafalkan pasti memiliki
makna. Melalui bahasa kita dapat menuangkan ide dan gagasan yang kita pikirkan. Bahasa
merupakan dasar dari semua kegiatan yang kita lakukan. Kita menyimpulkan sesuai dengan
hal tersebut bahwa bahasa digunakan untuk menyampaikan dan memperoleh ide sebagai
perluasan dan penyempurnaan dari suatu prinsip bahwa hal-hal yang mendapatkan arti digunakan dalam pengalaman bersama.
3.3 Pendidikan sebagai Media Sosial
Dalam masyarakat yang bersahaja atau primitif, mereka tidak memiliki lembaga
pendidikan, apalagi yang formal. Orang tua mendidik anaknya dengan jalan memberi contoh dan anak menyaksikan secara langsung kemudian menirukannya. Cara seperti inilah
yang dapat dikatakan sebagai pendidikan dalam masyarakat yang bersahaja. Sekolah mulai
lahir ketika kebudayaan telah menjadi sangat kompleks, sehingga pengetahuan yang dianggap penting tidak mungkin lagi ditangani dalam lingkungan keluarga dapat di tangani
oleh lembaga pendidikan. Dalam perkembangan beberapa generasi selanjutnya lahirlah
guru yaitu orang yang waktunya dipergunakan sepenuhnya untuk mengajar.
Pada tahap itulah ketika telah ada orang-orang yang berspesialisasi guru dan anakanak didik dalam kelas yang formal yang berlangsung di luar lingkungan keluarga dan
ketika itulah ditemukan cara yang pantas untuk mendidik anak-anak tersebut, barulah dapat
dikatakan lembaga pendidikan itu telah lahir. Pendapat tersebut menggambarkan bahwa
lembaga pendidikan lahir, tumbuh, dan berkembang sejalan dengan perkembangan
kebudayaan yang dicapai oleh manusia. Dengan demikian, keberadaan lembaga pendidikan
pada awalnya merupakan sesuatu yang tidak direncanakan atau disadari, melainkan hanya
untuk memenuhi suatu kebutuhan masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, barulah
12

hal itu diketahui kegunaannya, dimengerti, dipahami, ditaati, dan dihargai, karena telah
menjadi sesuatu yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sementara tanpa disadari pengaruh dari lingkungan ini begitu halus dan dapat
mempengaruhi setiap pikiran dan karakter individu. Pertama, kebiasaan berbahasa. Pada
dasarnya cara berbicara merupakan bagian terbesar dari pembendaharaan kata. Yang kedua
sopan santun, contoh ini lebih terkenal daripada aturan. Sopan santun seperti yang kita
katahui berasal dari lingkungan keluarga. Sopan santun dapat terlihat pada tindakan yang
biasa dilakukan dalam menanggapi rangsangan dan bukan hanya dengan menyampaikan
informasi saja. Ketiga selera dan menghargai estetika yang baik. Jika mata secara konstan
melihat suatu hubungan yang rukun, menikmati keindahan bentuk dan warna. Pengaruh
lingkungan yang tidak baik, tidak teratur, dan lebih dihiasi lingkungan bekerja tidak akan
menimati hubungan kerukunan tersebut.
Setiap bangsa, setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal, semakin banyak dan tinggi pendidikan semakin baik kualitas bangsa. Bahkan masyarakat menginginkan agar setiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup. Dalam setiap kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap
anggota kelompok atau masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu
masyarakat disebut kebudayaan.
Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat.
(Tilaar, 2015: 48) mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan. Dengan
kata lain, pendidikan antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, ketika berbicara
pendidikan, maka kebudayaanpun ikut di dalamnya. Pendidikan memang bukan hanya bertujuan menghasilkan manusia yang pintar dan terdidik, tetapi yang lebih penting pendidikan
mampu menciptakan manusia yang terdidik dan berbudaya (education civilized human
being). Kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang, tetapi juga dikembangkan
oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa pendidikan tidak lain
dari proses pembudayaan. Tanpa pendidikan yang inovatif dan kreatif maka kebudayaan
akan hilang. Perkembangan kebudayaan, penguasaan unsur-unsur baru, di dalam kebu13

dayaan seperti kebudayaan global hanya dapat terlaksana apabila pelaku-pelaku kebudayaan melalui pendidikan adalah manusia-manusia yang inovatif dan produktif. Pendidikan merupakan sebagian dari proses kebudayaan artinya apabila pendidikan itu
dilepaskan dari kebudayaan, maka tujuan pendidikan dapat dimanipulasi ke arah yang kurang jelas atau bahkan ke arah yang salah dan dapat direkayasa oleh kekuatan-kekuatan politik penguasa. Oleh karena itu, reformasi di bidang pendidikan di dukung oleh manusia
yang berjiwa reformasi yang berkesinambungan melalui pendidikan nasional yang didasarkan kepada kebudayaan dengan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya.
3.4 Sekolah sebagai Lingkungan yang Khusus
Ketika berada dalam keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri pada
orang tua, maka memasuki sekolah dimana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri
sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat. Di dalam
masyarakat yang mulai berkembang dan berdeferensiasi lahirlah apa yang disebut lembaga
sekolah. Di Indonesia lembaga-lembaga tersebut terdapat di dalam semua suku bangsa
dengan nama yang bermacam-macam. Lembaga yang populer dikenal sebagai lembaga
pesantrian atau pesantren, madrasah, papendangan, dan banyak nama lainnya di masyarakat
Indonesia (Tilaar, 2015: 20).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam masyarakat berkembang mempunyai
fungsi dan tujuan khusus. Lembaga sekolah merupakan lembaga untuk pengembangan
intelektual anak tetapi tidak melepaskan dari keseluruhan aspek pengembangan kepribadian
anak. Walaupun sekolah menitikberatkan kepada fungsi dan tugasnya untuk pengembangan
intelektual, maka pengembangan tersebut tidak terlepas dari fungsi-fungsi lainnya seperti
pengembangan moral, emosional, jasmani, dan pendidikan agama. Mengenai pendidikan
agama sebenarnya merupakan tugas utama di dalam pusat pendidikan keluarga. Oleh sebab
itu, pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah hanya berfungsi sebagai pelengkap
dari pendidikan agama yang diterima anak dalam lingkungan keluarganya.
Tugas utama dari pendidikan di sekolah memang untuk pengembangan dan penajaman intelektual, namun bukan berarti bahwa pendidikan di sekolah haruslah bersifat intelektualistis (Tilaar, 2015:21). Meskipun pendidikan di sekolah terutama ditekankan untuk
14

pengembangan intelektual, namun di dalam proses pengembangan itu selalu terselubung di


dalam lingkup budi pekerti. Apalagi perkembangan teknologi akhir-akhir ini mengalami
kemajuan yang pesat dapat mengakibatkan nilai-nilai moral anak menjadi hilang.
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi pendidikan formal, yaitu suatu lembaga
sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah
sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya individu yang berbeda dan menyatu kedalam satu sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak bisa lepas dari kepercayaan dan
nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya. Persaingan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal dimana nilai-nilai komunitas dan keyakinan berdampak pada bagaimana
budaya sekolah berkembang. Sistem penggabungan budaya sosial sangat penting karena
mempengaruhi berbagai reaksi, kegiatan, dan perilaku individu.
Sekolah merupakan salah satu elemen pendidikan yang membantu dalam pembentukan anak serta perbaikan pendidikan mereka. Ketika Sekolah memiliki niat baik serta
metode-metode yang benar, yang dikelola oleh lembaga pendidikan yang sungguhsungguh, akan menghasilkan generasi muda yang sadar untuk meyakini tujuan bangsa. Di
sisi lain, jika sekolah mengabaikan tugas dan tanggung jawab mereka maka nilai-nilai
bangsa akan runtuh dan prilaku generasi mendatang akan mudah terpengaruh hal-hal yang
negatif.
Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha siswa secara individual
atau berkat interaksi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh
interaksi siswa dengan lingkungannya. Anak itu berbeda-beda bukan hanya karena berbeda
bakat atau pembawaannya akan tetapi mereka berbeda karena membawa kebudayaan
rumah tangganya, yang mempunyai corak tertentu tergantung pada status sosial, agama
nilai-nilai yang dijalankan orang tuanya. Mengutip Pendapat (Djohar dalam Naya: 2008),
pendidikan harus berorientasi pada pembangunan yang berwawasan kemanusiaan yang
menekankan perhatian terhadap manusia sebagai individu secara utuh, tidak hanya terbatas
pada dimensi psikologis, motorik atau pengetahuan saja, namun pada keutuhan antropologis anak didik sebagai manusia, dalam arti, sebagai pribadi dengan segala karakteristik
fisik dan psikisnya serta karakter sosial budayanya. Fokus pendidikan yang diarahkan pada
pembangunan kemanusiaan meliputi cara memperlakukan sasaran pendidikan, yaitu
15

individu anak dalam proses pendidikan yang manusiawi, sistem-sistem pendidikan yang
dilaksanakan, manajemen pendidikan, penyelenggaran pendidikan termasuk kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan. Sekolah berperan sebagai lembaga yang membantu
lingkungan keluarga maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan
mempeluas tingkah laku peserta didik yang dibawa dari keluarganya.
Disamping itu sekolah bertugas melayani kepentingan bangsa seperti yang ditetapkan oleh pemerintah karena pemerintah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dan
menyangkut kepentingan bangsa dan rakyat, seperti penyelenggaraan sekolah. Agen sosialisasi berikut dalam masyarakat yang telah mengenalnya adalah sistem pendidikan formal.
Disini seorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga ataupun
kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran
baru dikemudian hari, dikala seseorang tidak bergantung lagi pada orang tuanya. Sejumlah
ahli sosiologi memusatkan perhatian mereka pada perbedaan antara sosialisasi yang
berlangsung dalam keluarga dengan sosialisasi pada sistem pendidikan formal. (Robert
Dreeben, 1968 dalam Suhaemi, 2010) misalnya berpendapat bahwa yang dipelajari anak
sekolah disamping membaca, menulis dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism) dan spesifisitas
(specificity). Dari Dreeben kita dapat melihat bahwa sekolah merupakan suatu jenjang
peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memperkenalkan aturan baru yang
diperlukan bagi anggota masyarakat, dan aturan baru tersebut sering berbeda dan bahkan
dapat bertentangan dengan aturan-aturan yang juga dipelajari ketika berlangsung di rumah.

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

16

4.1 Simpulan
Manusia adalah mahluk sosial. Tanpa rasa sosial tidak mungkin manusia itu melanjutkan hidupnya dan seterusnya. Manusia membentuk suatu masyarakat bersama-sama
dengan anggota masyarakat lainnya dan membangun suatu tata kehidupan yang disebut
kebudayaan. Setiap sikap, pandangan, dan pendapat orang tua atau anggota ke-luarga yang
lain akan dijadikan contoh oleh anak dalam berprilaku. Sebagai mahluk sosial seorang anak
dilahirkan di dalam suatu keluarga sebagai anggota masyarakat. Masyarakat pertama-tama
yang dihadapi oleh anak adalah suku dan budayanya sendiri.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama seseorang menerima pendidikan. Akibat
dari perkembangan zaman dan keterbatasan orang tua dalam mendidik anak, maka kegiatan
pendidikan juga dilaksanakan di suatu lembaga yang disebut sekolah. Pendidikan yang
dilakukan disekolah disebut pendidikan formal. Masyarakat merupakan tempat atau unsur
yang sangat berperan penting dalam pendidikan. Lingkungan pendidikan masyarakat disebut pendidikan non formal.
4.2 Rekomendasi
Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian baik, dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh sebab itu, pentingnya
pengembangan karakter pada setiap mata pelajaran di sekolah yang dapat menumbuhkan
nilai-nilai moral yang baik, sopan santun, dan berbudi pekerti. Untuk itu, tugas dari lembaga sekolah tidak hanya sekedar mengajarkan secara intelektual saja tetapi diimbangi
dengan nilai-nilai yang positif yang dapat membentuk peserta didik menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dewey, John. 2001. Democracy and Education. United Stated. The Pennsylvania State
University.
17

Naya, A. Mujadid. 2008. Tri Pusat Pendidikan Sebagai Lembaga Pengembangan Teori
Pembelajaran. Jurnal Fakultas Ushuludin Dan Dakwah IAIN Ambon.
Saat, Sulaiman. 2013. Pendidikan Sebagai Institusi Sosial. Jurnal Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar. Vol. 16 No. 2.
Suhaimi, Ahmad. 2010. Sekolah Sebagai Alat Kontrol Sosial dan Integrasi Sosial. Paper.
Tilaar, H.A.R. 2015. Pedagogik Teoritis untuk Indonesia. Jakarta: PT. Kompas.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
______, Fungsi Pendidikan dalam Perubahan Sosial.
(http://fungsipendidikandalamperubahansosial.blogspot.co.id/), Online. diakses 12
September 2015.
______, Pengertian, Fungsi, dan Jenis Lingkungan Pendidikan.
(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenislingkungan-pendidikan/), Online. diakses 12 September 2015.

18

Anda mungkin juga menyukai