Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Ira Vahlia, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Amelia Prananingrum 22310019
Tasya Santika Putri 22310017
Hadi Muhammad Marwan 22310018
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran denga judul Teori Belajar Menurut
Aliran Behavioristime Dan Landasan Filosofinya.
Kami bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Hormat Kami
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
BAB.I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 2
1.3. Tujuan Makalah ................................................................ 2
BAB.II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristime .......................... 3
2.2 Konsep Dasar Teori Behavioristime ................................. 4
2.3 Tokoh-tokoh dalam Teori Behaviorisme .......................... 5
2.3.1 EL.Thorndike ...................................................... 5
2.3.2 Ivan Petrovich Pavlov ......................................... 6
2.3.3 JB Watson ........................................................... 8
2.3.4 Clark Hull ............................................................ 8
2.3.5 BF.Skiner Burrhus Frederic ................................ 9
2.3.6 Edwin Guthrie ..................................................... 9
2.4 Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran ..................................................................... 10
2.5 Kelebihan Dan Kelemahan Teori Belajar Behaviorisme .. 11
BAB.III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 14
B. Saran ................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang
menuntunterbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi
demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan
memberikan kemudahan bagi guru dalammenjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telahditemukan teori belajar
yang pada dasarnya menitik beratkan ketercapaian perubahantingkah laku
setelah proses pembelajaran.Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaankemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapisebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan, gurumengajar agar peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapaisesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahansikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik,namun proses
pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik.Pembelajaran yang berkualitas
sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar
yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yangmampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaiantarget belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap
dan kemampuansiswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yangmemandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudahmencapai target belajar.Anda telah
1
melihatindividumengalami pembelajaran, melihat individu berperilakudalam
cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda
(bahkansaya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam
hidup Anda.Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran telah terjadiketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan
merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari
caranya berperilaku sebelumnya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari teori Behaviorisme
2. Mengetahui toko-tokoh yang ada dalam teori behaviorisme
3. Mengetahui pengaplikasian teori belajaar behaviorisme dalam Pendidikan
4. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori belajar behaviorisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Konsep Dasar Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu diantara sekian banyak teori yang memiliki
sumbangsih besar kaitanya dengan belajar. Oemar Hamalik (2013: 107) Aliran ini
berangkat dari anggapan bahwa kesan dan ingatan sesungguhnya merupakan kegiatan
organisme. Manusia tidak dapat diamati, tetapi kelakuan jasmaniahnya lah yang dapat
dimati. Kelakuan itulah yang dapat menjelaskan segala sesuatu tentang jiwa manusia.
Kelakuan merupakan jawaban terhadap perangsang atau stimulus dari luar. Stimulans
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fisik terhadap stimulans. Behaviorisme memandang manusia dari sisi
lahiriah/jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar hanya berdasarkan melatih refleks atau respon
individu sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Ahli teori behaviorisme
berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalman Suyono & Hariyanto (2014: 59). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Ada
beberapa ciri yang bisa menunjukan dari teori ini:
1) mementingkan faktor lingkungan,
2) menekankan pada tingkah laku yang tampak secara obyektif,
3) bersifat mekanis,
4) mementingkan pengaruh masa lalu,
5) mementingkan elemen-elemen kecil,
6) mementingkan pembentukan dari reaksi atau respon yang muncul,
7) menekankan pentingnya latihan atau pembiasaan,
8) menekankan kepada pengukuran.
Beberapa ahli yang mengembangkan teori behaviorisme adalah E.L.
Thorndike, Ivan Pavlov, B.F. Skinner, J.B. Watson, Clark Hull dan Edwin Guthrie.
Teori behviorisme memilih objek penelitiannya hewan, kemudian respon yang muncul
dari hasil penelitian diasumsikan juga akan terjadi pada manusia bila ada perlakuan
yang sama. Kecenderungan behaviorisme yang menyamakan manusia sama seperti
4
binatang mendapatkan banyak kecaman dan penolakan. Meskipun demikian
behaviorisme tetap masih bisa diterima karena beberapa konsep yang dikembangkan
terbukti berhasil dan menimbulkan dampak positif dalam belajar.
5
sudah menemukan jalan yang benar maka dia mengulangi lagi di jalan yang
benar menuju makanan. Thorndike dalam Nyayu Khodijah (2014: 66) Ada tiga
hukum belajar yang dikemukakakn, yaitu (1) hukum kesiapan (law of
readiness), (2) hukum latihan (law of exercise), dan (3) hukum efek (law of
effect).
a. Hukum efek menyatakan bahwa hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibatnya tidak memuaskan. Perbuatan yang menyenangkan cenderung
dipertahankan dan diulang. Semisal anak dapat ranking satu dikelas
dapat hadiah uang maka itu akan diulang, tetapi bila tinggal kelas
mendapakan hukuman maka situasi itu cenderung ditinggalkan.
b. Hukum latihan menyatakan bahwa latihan akan menyempurnakan
respons. Semakin sering tingkah laku diulang atau dilatih maka akan
semakin kuat. Walaupun demikian, pengulangan situasi yang tidak
menyenangkan tidak akan membantu meningkatkan proses belajar.
c. Hukum kesiapan menyatakan semakin siap seseorang memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu
kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera
dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang
atau tertarik pada kegiatan melukis maka ia akan cenderung
mengerjakannya, dan dapat mencapai kepuasan.
6
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi
behaviorisme di Amerika. Santrock, John W (2014: 248) Pengkondisian klasik
adalah jenis pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk
menghubungkan, atau asosiasi, rangsangan sehingga rangsangan netral (seperti
melihat seseorang) menjadi terkait dengan rangsanagan bermakna (seperti
makanan) dan memperoleh kemampuan untuk memperoleh rangsangan yang
sama. Pengkondisian klasik (classic conditioning) ditemukan secara kebetulan
oleh Pavlov pada tahun 1890-an saat melakukan percobaan terhadap anjing
untuk mempelajari air liur yang membantu proses pencernaan makanan,
Pavlov memberi makan anjing eksperimen dan mengukur volume produksi air
liur anjing tersebut di waktu makan. Setelah anjing tersebut melalui prosedur
yang sama beberapa kali, ternyata mulai mengeluarkan air liur sebelum
menerima makanan.
Pavlov menyimpulkan bahwa beberapa stimulus baru seperti pakaian
peneliti yang serba putih, bunyi bel telah diasosiasikan oleh anjing tersebut
dengan makanan sehingga menimbulkan respons keluarnya air liur, perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulangulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Meskipun Pavlov
menerapkannya pada hewan tetapi dalam kehidupan sehari hari dalam dunia
pendidikan teori Pavlov juga digunakan semisal suara bel sebagai tanda
pergantian jam atau istirahat.
Kesimpulan dari kondisi tersebut yaitu peserta didik dapat dikondisikan
dengan stimulus yang tepat untuk mendaptkan respon yang diharapkan.
Sementara peserta didik tersebut tidak merasa kalau sedang dikendalikan.
Prinsip pengkondisian klasik Pavlov adalah sebagai berikut: acquisition
(akuisisi), extinction (eliminasi), generalization (generalisasi), dan
discrimination (diskriminasi). Belajar merupakan suatu upaya untuk
mengkondisikan pembentukan kebiasaan. Pavlov mengembangkan hukum
belajar menjadi dua yaitu:
1. law of respondent conditioning atau hukum pembiasaan yang dituntut
2. law of respondent extinction atau hukum permusnahan yang dituntut.
7
2.3.3 JB Watson
JB watson merupakan orang amerika yang menerapkan teori percoban
Pavlov tentang pengkondisian klasik dengan objek tikus dan seorang anak
bernama Albert. Meskipun Watson tidak menghasilkan hukum-hukum dalam
teori behavior tetapi Watson ikut mengkritiki metode yang hanya memusatkan
perhatian pada perilaku saja. Eveline Siregar & Hartini Nara (2014: 27)
Menurut Watson stimulus respon harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observable).
Watson mengabaikan brbagai perubahan mental yang mungkin terjadi di
dalam belajar dan menanggapinya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui.
Sebab menurut Watson, faktor-faktor yang tidak dapat teramati tersebut tidak
dapat menejelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Kebanyakan dari karya-karya Watson adalah komparatif yaitu
membandingkan perilaku berbagai binatang. Karya-karyanya sangat
dipengaruhi karya Ivan Pavlov. Namun pendekatan Watson lebih menekankan
pada peran stimuli dalam menghasilkan respons karena pengkondisian,
mengasimilasikan sebagian besar atau seluruh fungsi dari refleks. Karena
itulah, Watson dijuluki sebagai pakar psikologi S - R (stimulus-respons)
8
reinformcement, makin motivasi memberikan respon yang menuju
keberhasilan belajar.
9
Demikian halnya dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar. Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Clark dan Hull. Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons
cenderung hanya bersifat sementara.Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar
perlu diberikan sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus
dan respons bersifat lebih tetap.
Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat
dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah
kebiasaan dan perilaku seseorang. Setelah Skinner mengemukakan dan
mempopulerkan pentingnya penguatan (reinforc/ement) dalam teori
belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan
merupakan rangkaian tingkah laku yang terdiri atas unit-unit. Unit-unit
tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan
kemudian unit respon tersebut menjadi stimulus yang kemudian akan
menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Prinsip belajar
pembentukan tingkah laku ini disebut “ Law of Association”.Menurut
Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang buruk harus dilihat dari
deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk
menghilangkan atau mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan
tingkah laku yang seharusnya
10
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transferof knowladge)
kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yangdapat dianalisis dan dipilih,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikirseperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut
11
Aliran behaviorisme mendapatkan beberapa tanggapan yang bersifat kurang
efisiendalam pembelajaran karena tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks.Disamping itu aliran ini juga dianggap efisien dan mempunyai banyak
kelebihan dalam pembelajaran. Berikut penjelasan mengenai kekurangan dan
kelebihan pada aliran behaviorisme dalam pembelajaran
2.5.1 Kekurangan
1. Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru.Peserta didik hanya
mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yangdiberikan guru. Mereka
tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta
didik cenderung pasif dan bosan.
2. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan
guru.Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno
karenamenghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yangefektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara
untukmendisiplinkan.
3. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.Karena menurut teori
ini belajar merupakan proses pembentukan yangmembawa peserta didik
untuk mencapai target tertentu. Apabila teori iniditerapkan terus menerus
tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikanmereka akan tertekan,
tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar.
2.5.2 Kelebihan
12
3. Membangun konsentrasi pikiranDalam teori ini adanya penguatan dan
hukuman dirasa perlu. Penguatan iniakan membantu mengaktifkan siswa
untuk memperkuat munculnya respon.Hukuman yang diberikan adalah
yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai
dengan baik.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik sebauknya
danseharusnya mempertimbangkan keadaan mental peserta didiknya
disampingtingkah laku yang diamati.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. M. (2022, Juni Senin). Penerapan Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran
(Studi Pada Anak). Teori Belajar Behaviorisme, pp. 3-6.
15