Anda di halaman 1dari 26

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BEHAVIORISME

Dosen Pengampu:
Dr. M. Nurwahidin, M.Si

Disusun oleh:
Bagus Sajiwo 2213044015
Putri Gita Nadwah 2213044017
Farkan Ahmabi 2213044019
Rizal Marsandi 2213044021
Popi Maya Dika 2213044023
Fathiya Shofi Rahmadhani 2213044025

UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dan
referensi jurnal-jurnal mengenai "TEORI BEHAVIORISME" ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dan
dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran bertujuan agar dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan juga bagi kami sebagai penyusun.
Kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M.
Nurwahidin, M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Serta, terima kasih atas kritik dan sarannya sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 25 Februari 2023

Penyusun

Kelompok 2
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Teori Belajar
Behaviorisme................................................................................................................3
B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar
Behavioristik................................................................................................................4
C. Aplikasi Teori Behaviorisme terhadap Pembelajaran
Siswa...................................8
D. Tujuan Pembelajaran
Behaviorisme..........................................................................9
E. Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran
Behavioristik.................................................10
F. Kelebihan dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran
Behavioristik................10
BAB
III....................................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................................12
ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleks, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut :
 Apa pengertian Dari Teori Belajar Behaviorisme?
 Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar Behaviorisme?
 Bagaimana aplikasi teori Behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
 Apa tujuan pembelajaran Behaviorisme?
 Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme?
 Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behaviorisme?
 Bagaimana analisis dari teori Behaviorisme ?
1

C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar Behaviorisme
 Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh terhadap teori
belajar Behaviorisme
 Untuk mengetahui dan menjelaskan aplikasi teori Behaviorisme terhadap pembelajaran
siswa
 Untuk menjelaskan tujuan pembelajaran Behaviorisme?
 Untuk mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
Behaviorisme
 Untuk mengetahui dan menjelaskan dari analisis dari teori Behaviorisme
2

BAB II
PEMBAHASAN
TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme


Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu
aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian,
alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan
respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya,
ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan
semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif
dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.
3

B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik


a. Edward Lee Thorndike(1874-1949)
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika
lulus S1 dari Universitas Wesleyan tahun 1895,S2 dari Harvard Tahun 1896 dan meraih gelar
Dokter di Columbia tahun 1898. Menurutnya “belajar merupakan proses interaksi antara
Stimulus (S) yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga
berupa pikiran, perasaan atau gerakan.”
Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai
hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang
tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan
(Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau
selecting and conecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar
koneksionisme atau asosiasi.
Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, menyatakan
bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak
atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan
teori S – R Bond. Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan
respon ini mengikuti hukum-hukum berikut.
1. Hukum kesiapan (Law of readiness)
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung di perkuat.
2. Hukum Latihan (law of exercise)
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku di ulang/di latih(digunakan) ,maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung di perkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung di per lemah jika akibatnya tidak memuaskan.

4
Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut :
a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response)
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan eror yang
menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat
dalam memecahkan masalah yang di hadapi.
b. Hukum sikap (set/attitude)
Menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan
stimulus dengan respon saja, tetapi juga di tentukan keadaan yang ada dalam diri individu
baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja
sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
d. Hukum Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada situasi yang belum
pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum
pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang
sama/identik, maka transfer akan makin mudah.
e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang
belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
b. Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)
B. F. Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai
seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses
operant conditioning di mana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui
pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Gaya mengajar
guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Menagement kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi
perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant
Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses perilaku operan (penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.

5
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun
dari semua pendukung teori ini, teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh Skinner.
Menurut Skinner – berdasarkan percobaannya terhadap tikus dan burung merpati –
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan
( penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan
bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa hukuman
memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut Skinner :
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2 Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa
terhukum) bila hukuman berlangsung lama
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia
terbebas dari hukuman
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala lebih
buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa
yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
3. Materi pelajaran digunakan sistem modul
4. Dalam proses pembelajaran, lebih di pentingkan aktivitas sendiri
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini, lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan jadwal variable rasio reinforcer
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
6

C. Robert Gagne
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa Conditions of Learning. Ia lahir pada 21 Agustus 1918. Teori Gagne
banyak dipakai untuk mendesain software instruksional (program-program berupa drill,
tutorial atau simulasi). Kontribusi terbesar dari teori instruksional Gagne adalah “9 kondisi
Instruksional” yaitu :
1. Mendapatkan perhatian
2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
3. Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar
4. Penyajian materi baru
5. Menyediakan pembimbingan
6. Memunculkan tindakan
7. Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa
pembelajaran harus dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning)
2. Belajar stimulus respon
3. Belajar merantaikan (chaining)

C. Aplikasi Teori Behaviorisme terhadap Pembelajaran Siswa


Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang
pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis
dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan.
2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik).
3. Mementingkan peranan reaksi.
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
6. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik
yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam
merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran tersebut antara lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan
awal siswa.
3. Menentukan materi pembelajaran.
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan sub
pokok bahasan, topik dsb.
5. Menyajikan materi pembelajaran.
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes atau kuis,
latihan atau tugas-tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.

8
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan
negatif), ataupun hukuman.
9. Memberikan stimulus baru.
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
11. Evaluasi belajar.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga dalam
proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati
sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramatir kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang
perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk
perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Pembelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku
sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri pembelajar.
D. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer perilaku adalah penggambaran pengetahuan dan kecakapan
peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang
dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada
kondisi respon diciptakan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar
lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.

9
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila pembelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa pembelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
pembelajar secara individual.

E. Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Behavioristik


Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasaan respons
(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat
situasi dan kondisi apa yang menjadi bahan pembelajaran.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada
pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku :
1. Menggunakan prinsip penguatan, yaitu untuk mengidentifikasi aspek paling diperlukan
dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

F. Kelebihan dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran Behavioristik


a. Kelebihan :
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat beberapa kelebihan
di antaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

10

b. Kekurangan :
1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon.
2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok.
3. Proses belajar berlangsung secara teori.
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik
pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap.
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan guru.

11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan
tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
2. Teori behavioristik terdiri dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian, penguatan, dan
Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
5. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes.
6. Tokoh-tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. :
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)
Robert Gagne

B. Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan
baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu
menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

12

JURNAL-JURNAL TEORI BEHAVIORISME

1. Implementasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran


Elvia Baby Shahbana, Fiqh kautsar farizqi, Rachmat Satria
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan 9 (1), 24-33, 2020
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui teori belajar Behavioristik dalam
pembelajaran, Teori belajar behaviorisme diarahkan pada “hasil yang dapat diukur, diamati,
dianalisis, dan diuji secara objektif”. Pengulangan dan pelatihan digunakan agar perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behaviorisme adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau penilaian berdasarkan pada perilaku yang tampak dalam pembelajaran
peserta didik.

2. Relevansi Teori Belajar Behaviorisme terhadap Pendidikan Agama


Islam
Yoga Anjas Pratama
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 4 (1), 38-49, 2019
Teori belajar behaviorisme dapat digunakan untuk membantu proses
pembelajaran. Namun diketahui bahwa banyak percobaan dalam teori behaviorisme
dilakukan dengan menggunakan hewan sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah teori
belajar behaviorisme sejalan dengan ajaran agama Islam dan dapat digunakan dalam
Pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis konten. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan adanya
relevansi antara teori belajar behaviorisme terhadap pendidikan Islam, sebagai berikut: (1)
Teori belajar perilaku dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran pendidikan
Islam (2) Teori belajar perilaku merupakan teori belajar yang sejalan/berkaitan dengan ajaran
agama Islam (3) Adanya pengkondisian (classical conditioning),pengulangan dan penguatan
dalam teori perilaku yang juga digunakan dalam pembelajaran pendidikan Islam (4) Teori
belajar perilaku menurut Edward Lee Thorndike mengandung empat hukum, yaitu: law of
radiness (hukum kesiapan), law of exercise (hukum latihan), law of effect (hukum latihan),
dan hukum sikap (hukum sikap), yang sejalan/berkaitan dengan proses pembelajaran
pendidikan Islam.

13

3. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran

Novi Irwan Nahar

NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial 1 (1), 2016


Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan
pada perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata
lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
yang
bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut Watson tingkah laku siswa merupakan hasil dari pembawaan genetis dan
pengaruh lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
antara satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam
mengembangkan respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan
respons terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku. Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan
untuk mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.

4. Kajian Teori Behavioristik Stimulus dan Respon dalam


Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Dwi Okti Sudarti


Jurnal Tarbawi 16 (2), 2019
Artikel ini menjelaskan teori belajar aliran psikologi behavioristik yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Behavior sendiri merupakan salah satu pendekatan dalam
psikologi pendidikan untuk mengatasi perilaku mal adaptif menuju ke adaptif. Teori belajar
behavioristik ialah teori belajar yang mengutamakan pada perubahan tingkah laku siswa
sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Belajar ialah serangkaian proses yang bertujuan
untuk mengubah perilaku siswa melalui interaksi stimulus dan respon. Belajar merupakan
asosiasi peristiwa yang diamati melalui stimulus dan respon. Minat merupakan faktor internal
psikologis siswa yang sangat penting peranannya dalam proses belajar mengajar, tujuan dari
pembelajaran tidak akan sampai jika siswa memiliki minat yang rendah. Kurangnya minat
siswa terhadap pembelajaran ini dikarenakan pembelajaran guru yang monoton menggunakan
strategi ceramah, sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dan murid dalam proses
belajar mengajar. Dengan ini guru harus dapat memberikan stimulus yang tepat untuk
diberikan kepada siswa sehingga terjadilah respon yang diinginkan. Adanya pembelajaran E-
learning yang dijadikan stimulus anteseden untuk meningkatkan kemungkinan bahwa suatu
respon tertentu akan muncul. Tulisan ini bermaksud menjelaskan stimulus dan respon dalam
meningkatkan minat belajar siswa, dengan menggunakan media pembelajaran tambahan
milenial yang inovatif, kreatif dan tampil berdasarkan perkembangan zaman menggunakan E-
Learning agar siswa paham dan terampil.
14

5. Analisis Teori Behaviorisme (Thorndike) pada Pelajaran


Matematika dan Bahasa Indonesia SDN UPT XVII Mukti Jaya Aceh
Singkil
Nur Rohman
Abdau: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah 4 (2), 223-236, 2021
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) Bagaimana penerapan teori pembelajaran
Thorndike dalam pembelajaran (2) teori pembelajaran Thorndike pada pembelajaran
Matematika dan Bahasa Indonesia di SDN UPT XVII Mukti Jaya Kecamatan Singkohor
Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Dalam bentuknya
penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
kepercayaan, dan pemikiran seseorang secara individual maupun kelompok. Jenis penelitian
ini adalah penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan data digunakan meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini bahwa teori Thorndike
merupakan salah satu bagian dari teori Behaviorisme yang dikembangkan oleh Edward Lee
Thorndike di williamsburg. Dalam penjabaran teorinya dibagi menjadi beberapa bagian
yakni: pertama, pemikiran tahap pertama yang meliputi: hukum kesiapan, hukum latihan,
hukum akibat dan hukum sikap. Kedua, pemikiran tahap kedua merupakan bentuk revisi yang
dilakukan oleh Thorndike yang berkenaan dengan hukum latihan dan hukum akibat.
Berdasarkan analisis data yang ada terlihat bahwa teori pembelajaran Thorndike secara tidak
langsung sudah diterapkan oleh guru khususnya pada pelajaran matematika dan bahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara teori pembelajaran Thorndike dengan
tahapan-tahapan yang digunakan guru dalam melakukan proses pelajaran mengajar di kelas.

6. Implikasi Teori Belajar E. Thorndike (Behavioristik) dalam


Pembelajaran Matematika

Dina Amsari

Jurnal Basicedu 2 (2), 52-60, 2018

Dalam konsep belajar behavioristik, siswa dikatakan belajar jika terjadi Perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh pengusung teori ini adalah Edward
Thorndike yang dikenal dengan teori Koneksionisme. Menurut Thorndike, belajar merupakan
proses koneksi antara stimulus respon yang berujung kepada Perubahan tingkah laku.
Hubungan stimulus respon ini menurut Thorndike dapat diperkuat dengan adanya kesiapan
dalam menerima Perubahan tingkah laku tersebut (Law of Readiness), diberikan pengulangan
(Law of Exercise) dan diberikan penghargaan (Law of Effect). Dalam pembelajaran
khususnya matematika, guru memastikan kesiapan siswa dalam belajar, agar stimulus yang
diberikan dapat diterima baik oleh siswa dan memunculkan respon yang diinginkan.
15
Stimulus yang diberikan hendaknya sering diulang agar hubungan stimulus respon semakin
kuat salah satunya dengan memberikan latihan ataupun penekanan konsep oleh guru. Selain
itu, hubungan ini juga dapat diperkuat dengan memberikan penghargaan kepada siswa.
Sehingga menimbulkan kepuasan bagi mereka.
7. Analisis Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Belajar Mengajar
di SD Negeri 7 Kayu Agung

Muhammad Dhori
HEUTAGOGIA: Journal of Islamic Education 1 (1), 110-124, 2021
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pentingnya analisis dan penerapan teori
behavioristik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini, teori belajar
behavioristik sangat menekankan dalam perkembangan perilaku anak tersebut. Pelatihan dan
pengulangan perlu dilaksanakan agar perilaku siswa tersebut menjadi kebiasaannya. Hasil
dan pembahasan yang diterapkan pada sekolah dengan menggunakan teori Behaviorisme
ialah terwujudnya suatu perilaku yang dicapai. Berdasarkan dari penelitian ditemukan
bahwasanya analisis penerapan teori belajar behavioristik dalam proses belajar mengajar di
sekolah menggunakan penguatan, latihan, stimulus, serta motivasi. Sedangkan perubahan
perilaku siswa mengarah positif ialah termotivasi dengan baik dalam pembelajaran, sangat
interaktif dan aktif, serta daya ingat yang kuat. Berdasarkan komponen tersebut, teori
behavioristik sangat akurat dilaksanakan dalam proses pembelajaran saat ini. Di dalam
implementasi teori belajar behavioristik sangat mudah dilaksanakan di lingkungan sekolah.

8. Analisis Teori Behavioristik (Edward Thorndike) dan


Implementasinya dalam Pembelajaran SD/MI

Hermansyah
Modeling: Jurnal Program Studi PGMI 7 (1), 15-25, 2020
Penelitian ini merupakan penelitian library research yaitu menganalisis teori
behavioristik berdasarkan literatur berupa buku, jurnal dan teori-teori pendukung lainnya.
Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana implementasi teori belajar Thorndike dalam
pembelajaran SD/MI, Thorndike menganggap bahwa yang menjadi dasar belajar ialah
asosiasi antara kesan pancaindra (Sense Impresion) dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi
yang demikian itu disebut Connectio yaitu Pembentukan hubungan SR dilakukan secara
berulang-ulang dengan prinsip coba dan salah (trial and error).

16
Hasil penelitian bahwa dalam empat hukum yang ditawarkan oleh Thorndike yaitu:
pertama law of readines (hukum kesiapan), Kedua law of effect (hukum akibat), dan Ketiga
law of exerciser (hukum latihan), keempat hukum sikap (law of attitude), dapat diterapkan
dengan baik dan sistematis makan proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan membuat
siswa mudah menyerap materi yang telah disampaikan oleh guru serta dapat menumbuhkan
sikap berani dengan cara trial and error. Dalam pembelajaran guru dapat menerapkan empat
hukum itu agar siswa dapat ikut terlibat secara maksimal dalam pembelajaran, sehingga
tujuan dapat tercapai.

9. Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling

Sigit Sanyata
Jurnal Paradigma 14 (7), 1-11, 2012
Proses konseling akan berjalan efektif jika konselor memahami dan menguasai
pendekatan teoretik dalam konseling. Pendekatan behavioristik banyak mendapatkan kritik
tetapi sekaligus dukungan. Kritik yang ditujukan kepada pendekatan behavioristik difokuskan
pada cara pandang terhadap manusia yang kemudian berimplikasi pada teknik-teknik
konseling yang digunakan. Perkembangan pendekatan behavioristik kontemporer berusaha
untuk menempatkan manusia dalam dimensi yang lebih tinggi dibandingkan konsep tentang
manusia pada awal kemunculan behavioristik. Namun demikian pendekatan behavioristik
menjadi salah satu pendekatan yang masih dominan dalam konseling dan psikoterapi.
Perkembangan pendekatan ini memiliki kontribusi besar dalam mencapai target konseling
untuk mencapai perubahan pikiran, perasaan dan perilaku.

10. Paradigma Teori Behavioristik dalam Pengembangan Multimedia


Pembelajaran

Oleh: Deni Hardianto


http://journal.uny.ac.id
Paradigma teori belajar behavioristik sangat berpengaruh pada pengembangan
multimedia pembelajaran. Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang
menekankan pada perubahan tingkah laku, di mana perubahan tersebut dilahirkan dari proses
belajar karena adanya stimulus, respons dan pengkondisian. Sementara multimedia
pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikembangkan dengan komponen
pembelajaran seperti adanya petunjuk belajar, sajian materi, rangkuman, soal latihan dan
umpan balik.

17
Sajian materi dalam multimedia pembelajaran didesain dengan memperhatikan unsur-
unsur pesan seperti teks, grafik, warna, animasi dan video. Penggunaan komponen
pembelajaran dan unsur-unsur pesan pada multimedia pembelajaran didasarkan pada teori
stimulus, respons dan pengkondisian.
11.Pembelajaran Online dalam Perspektif Teori Behavioristik

Akbar Nur Aziz, Azam Syukur Rahmatullah, Anisa Dwi Makrufi,


Muhammad Samsudin
Url: jurnal.ideaspublishing.co.id

Tujuan tulisan ini ialah memberikan pandangan teori belajar behavioristik terhadap
proses pembelajaran yang dilaksanakan secara online di tengah pandemi Covid-19 serta
implikasi teori belajar behavioristik terhadap proses pembelajaran online. Metode yang
digunakan adalah kajian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data
didapat dari buku dan jurnal melalui pencarian di Google Scholar. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran online ialah
membentuk perilaku murid secara tidak tatap muka dengan pemberian stimulus dan reaksi
murid yang dilihat dari perubahan tingkah lakunya. Meski dilaksanakan melalui layar, guru
dapat melakukan pembiasaan-pembiasaan yang mengandung unsur keterampilan dalam
proses pembelajaran. Terdapat kelebihan teori behavioristik dalam pembelajaran online yakni
guru menjadi jeli terhadap kondisi dan situasi kelas, membentuk perilaku murid sesuai
harapan, dapat mengganti stimulus jika kurang sesuai, dan cocok digunakan pada murid yang
senang dengan pelajaran praktek. Selain itu, teori behavioristik juga memiliki kekurangan
dalam pembelajaran online yakni faktor guru yang kurang memahami teknologi serta akses
internet dan fasilitas pembelajaran online yang kurang memadai. Selain itu, kekurangan dari
teori behavioristik ialah membuat murid menjadi pasif serta teori ini tak melihat perbedaan
tingkat pemahaman murid meski memiliki kemampuan yang sama dikarenakan faktor
intelegensi murid.

12. Penguatan Pendidikan Karakter melalui Literasi Cina Klasik di Zi


Gui Dengan Pendekatan Teori Behavioristik

Dewi Anggreani, Eko Hadi Purnomo, Dylmoon Hidayat


WASKITA: Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter Vol.5 No.2
Literasi Cina klasik Di Zi Gui merupakan kegiatan membaca dan menemukan nilai-
nilai karakter. Kemerosotan moral, budi pekerti dan nilai sosial pada siswa menjadi
permasalahan yang mengkhawatirkan.

18
Penguatan pendidikan karakter merupakan upaya menyeimbangkan ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik siswa. Penguatan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui kegiatan
literasi di sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
kegiatan literasi dengan pendekatan Teori Behavioristik B.F. Skinner dalam penguatan
pendidikan karakter yang dapat diterapkan oleh para pendidik tingkat sekolah dasar. Metode
penelitian ini berlandaskan kajian pustaka dengan menggunakan teknik analisis wacana.
Hasil penelitian menunjukkan literasi Di Zi Gui bermanfaat dalam penguatan moral dan budi
pekerti siswa. Nilai moral dan karakter dalam Di Zi Gui dapat membantu siswa dalam
penguatan karakter dan budi pekerti siswa.

13. Kajian Teori Belajar Behaviorisme dan Desain Instruksional

Wathroh Mursyidi
Al Marhalah | Jurnal Pendidikan Islam Volume. 3, No. 1 Mei 2019
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar adalah usaha
untuk mengubah tingkah laku. Belajar akan membawa suatu perubahan bagi individu-
individu yang belajar. Perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri. Dan menyangkut semua aspek organisme dan tingkah laku
pribadi seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
berarti menyangkut unsur rasa, cipta, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

14. Peran Guru dalam Menstimulus Respon Anak melalui Teori Belajar
Behavioristik
Meidawati Suswandari
Absorbent Mind: Journal of Psychology and Child Development 1 (1), 47-55,
2021
Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan metode yang digunakan guru dalam
menstimulasi respon siswa melalui teori behavioristik, dan 2) mendeskripsikan manfaat guru
menstimulasi respon siswa melalui teori belajar behavioristik. Metode penelitian ini
menggunakan studi literatur. Objek penelitian ini adalah teori belajar behavioristik. Subyek
penelitian ini adalah guru dan anak. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah melalui pencarian jurnal ilmiah yang saya ambil dari beberapa media
elektronik seperti perpustakaan digital, internet, dan Google Scholar. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kepustakaan bernotasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) metode yang digunakan guru dalam merangsang respon siswa adalah
melalui teori behavioristik.
19
Adapun tujuan penelitian ini yakni 1) mendeskripsikan cara yang digunakan guru
dalam menstimulus respon anak melalui teori behavioristik, dan 2) mendeskripsikan manfaat
guru menstimulus respon anak melalui teori belajar behavioristik. Metode penelitian ini
dengan menggunakan studi pustaka. Obyek penelitian ini adalah teori belajar
behavioristik. Subyek penelitian ini yakni guru dengan anak. Sedangkan alat pengumpulan
data yang digunakan penelitian ini melalui penelusuran jurnal ilmiah yang saya ambil dari
beberapa media elektronik sebagaimana dalam digital library, internet, dan Google
Cendekia. Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yakni analisis
bibliografi anotasi (annotated bibliography).

15. Teori Belajar Behaviorisme Albert Bandura dan Implikasinya


dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Habib Maulana Maslahul Adi


(LISANUNA): Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Pembelajarannya 10 (1), 22-31,
2020
Penelitian ini bertujuan mengungkap teori behaviorisme Albert Bandura dan
implikasinya dalam pembelajaran bahasa Arab. Perlu kajian mendalam untuk membedah
teori behaviorisme Bandura yang merupakan tokoh baru dalam perkembangan teori belajar
yang selama ini dipegang oleh para guru tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan, dengan mengandalkan sumber bibliografi berupa buku dan jurnal ilmiah dari
penelitian terkait, dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk membaca data dan
menganalisis pemikiran teori Bandura. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
observasional (pemodelan) yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan psikologi
kepribadian, serta program-program yang didasarkan pada konsep stimulus-respons yang
dikemukakan oleh Bandura berimplikasi pada pembelajaran bahasa Arab. Implementasi yang
dapat digunakan antara lain: Penyajian materi banyak dengan ḥiwār, peniruan idiom,
pembiasaan, dengan tidak mengajarkan qawā'id secara tersendiri. Kemudian, semua tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan mengoptimalkan lingkungan bahasa (bī'ah).

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004


B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2006
Bambang warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, 2008.
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.
Gage, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology, 1979.
Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat dan
behavioristik(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara
Toronto, 1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009
Skinner, The Behavior of Organism, 1989.
Slavin, Belajar dan Pembelajaran, 2000.
Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2009
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2011
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.
Diposkan oleh Ismail M.Pd.I di 00.49
21

Anda mungkin juga menyukai