Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BEHAVIORISTIK

Disusun oleh:

1. Erina Salsabila Ashri (200103049)


2. Nurfadilah (200103054)
3. Hanna Afriana (200103051)

Dosen Pengampun:

Ervin Ependi, M.Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera untuk kita semua, semoga
apa yang kita lakukan pada kesempatan kali ini bernilai ibadah disisi Allah swt. Salawat dan
salam kita kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad saw yang telah membawa perubahan dari
dunia kegelapan menjadi dunia yang terang bercahaya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama kepada pemakalah. Namun
pemakalah menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, olehnya itu, jika
terdapat hal-hal yang dianggap kurang atau keliru dalam hal penulisan ataupun penyampaian
lisan, maka penyusun makalah tidak menutup diri untuk menerima saran ataupun kritik yang
sifatnya membangun untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih


Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mataram, 02 Maret 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................................
B. Rumusan masalah.............................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik............................................................
B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya Terhadap Teori Belajar Behavioristik........
C. Definisi Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik ....................................
D. Kelebihan Serta Kekurang Teori Behavioristik................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang
sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa
membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorag
bisa merumuskan tujuan hidup. Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di
lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai
dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak
teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behaviorisme. Dalam
menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-
aliran psikologi. Salah satunya adalah teori belajar behaviorisme, Teori belajar behavioristik
menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan
respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi titik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulusRespon). Teori Behaviorisme:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifat
mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak
berdasar karena penggunaan teori behaviorisme mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri
yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi
behaviorisme. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau puji.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan kita bahas sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behavioristik?
2. Bagaimana pengembangan teori behaviorisme menurut tokoh – tokoh?
3. Bagaimana definisi belajar menurut pandangan teori Behavioristik?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari teori Behavioristik?
5. Bagaimana Aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran?

C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami mengenai teori pembelajara Behavioristik
2. Mampu mengkaji hakikat belajar menurut teori Behavioristik
3. Mengetahui apasaja yang menjadi kelemahan serta kelebihan teori Behavioristik
4. Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori Behavioristik dalam system
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil
belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisikondisi belajar.Teori
behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati.
Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran
psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya.Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti,
ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat
peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan
respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta
didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat
belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar,
begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
 Objek psikologi adalah tingkah laku
 Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
 Mementingkan terbentuknya kebiasaan.

B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.


a)E.L Thorndike : koneksionisme.
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika.
Menurutnya, belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa
pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau
gerakan. Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan
antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta
melalui usahausaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih
dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau selecting and
conecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori
belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau
asosiasi. Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, menyatakan
bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak
atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan
teori S – R Bond. Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer dan hukum
sekunder. Hukum primer terdiri dari :
1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri
dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan.
2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan diklat
dan pengulangan.
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang
memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan
dilupakan.
Hukum sekunder terdiri dari :
1. Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi uji coba dalam
menghadapi situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga.
2. Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru,
asal situasi itu ada unsur bersamaan
3. Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkinan
yang ada di dalam situasi tertentu.
b) Thomas Watson : Conditioning
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat di amati (observable) dan dapat di ukur. Jadi
meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu di
perhitungkan karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang behaviorist murni, karena kajianya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmuilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman
empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Hanya dengan asumsi seperti
itulah – menurut watson - kita dapat meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada
siswa.
c) Edwin Guthrie : Conditioning.
Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh
gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan
hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah
perolehan respon yang baru. Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan
respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu
sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
d) B.F Skinner : Operant conditioning
Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang tokoh
behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant
conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Menagement kelas
menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses
penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi
imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses
perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari
semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh skinner. Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan
burung merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi
penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa
hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain
menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan
perilaku tidak senang. Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan
menurut skinner :
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa
terhukum) bila hukuman berlangsung lama
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar
ia terbebas dari hukuman
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya
dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.

e) Ivan Pavlov : Classic Conditioning


Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Berangkat dari
asumsi tersebut Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing)
karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian,
dengan segala kelebihanya secara hakiki, manusia berbeda dengan binatang.
Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing.
Sehingga keluar kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka
akan keluar air liur anjing tersebut. Kemudian dalam percobaan berikutya sebelum makanan
diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah terlebih dahulu, kemudian baru makanan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan demikian di lakukan berulang-
ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa
makanan maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan
merah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-
ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur
pada anjing tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan,
dapat di ketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinar
merah sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus). Ketika sinar merah di
nyalakan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov berpendapat bahwa
kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih sebagaimana tersebut.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada
situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es creem Walls yang
berkeliking dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual
es creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur. Dari contoh
tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

f) Albert Bandura
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia
seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi
diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Faktor-faktor yang
berproses dalam belajar observasi adalah:
 Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
 Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
 Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
umpan balik.
 Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

C. Definisi Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang
baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Misalnya, seorang guru mengajari
siswanya membaca, dalam proses pembelajaran guru dan siswa benar-benar dalam situasi belajar
yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil yang dicapai belum maksimal. Namun, jika terjadi
perubahan terhadap siswa yang awalnya tidak bisa membaca menjadi membaca tetapi masih
terbata-bata, maka perubahan inilah yang dimaksud dengan belajar. Contoh lain misalnya, anak
belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun sudah
mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan
perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan
prilaku sebagai hasil belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam contoh di atas, stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman
kerja atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam teori ini tingkah laku
dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan respons. Stimulus dapat berupa perlakuan
yang diberikan kepada siswa, sedangkan respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa.

Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus),
dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh
aliran behavior adalah faktor pengutan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon bila pengutan ditambahkan maka respon semakin kuat. Begitu juga
bila pengutan dikurangi responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika peserta didik diberi
tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka
penambahan tugas tersebut merupakan penguat positif (positive reinforcement) dalam brlajar. Bila
tugas-tugas dikurangi dan pengurangan itu justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi
penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau dikurangi untuk
memungkinkan terjadinya respon.

D. Kelebihan serta Kekurangan Teori Behavioristik


1. Kelebihan Teori Behavioristik:
a) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentukbentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.Dengan
bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik paham
sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.
b) Materi yang diberikan sangat detail.Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang
yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta
didik memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.
c) Membangun konsentrasi pikiran.Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa
perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya
respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta
didik mampu berkonsentrai dengan baik.
d) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
e) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
f) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan
prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku
yang tampak.
g) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika
anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan
pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
h) Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.
i) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai
respons yang diinginkan muncul.
j) Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.

2. Kelemahan Teori Behavioristik:


a) Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru sehingga terkesan menjadi bersikap
otoriter kepada siswa.Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar
lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas
belajar.
b) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
c) Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru.
Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik
cenderung pasif dan bosan. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan
guru. Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
d) Pemberian hukuman dianggap menjadi salah satu cara atau pilihan yang paling efektif
untuk menertibkan siswa.
e) Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap. 
Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
f) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di
dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
g) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
h) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan oleh guru.
i) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa
terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh
siswa.
j) Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak
produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
k) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
l) Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid.
E. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang
bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pembelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam
proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi
belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik
dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar
untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon
sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas
dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi
fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon
pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai
dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran,
dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual.
Contoh Kasus Penerapan Teori Belajar Behaviorisme:
Ani merupakan seorang murid yang tidak begitu berprestasi di bidang akademik sewaktu duduk
di bangku SD. Setelah mengamati anak perempuannya yang tak becus dalam urusan sekolah, Ibu
Ani menawarkan sebuah perjanjian yang ternyata dapat menumbuhkan motivasi belajarnya.
Apabila Ani bisa memperoleh peringkat sepuluh besar, Ani akan terbebas dari segala urusan
rumah tangga, seperti mengepel, menyapu, mencuci, dan lain sebagainya. Alhasil, Ani pun giat
belajar demi terbebas dari kewajiban membantu ibu. Dan tanpa disangka, Ani berhasil
memperoleh peringkat pertama. Senyuman penuh kebahagian, syukur, dan rasa bangga pun yang
terukir di wajah ibu setelah pulang mengambil rapor. Hal ini menyebabkan Ani menjadi kian
kalut dalam usaha mempertahankan juara kelas dari tahun ke tahun. Dan banyak hal positif yang
Ani rasakan setelah itu, seperti lebih dihargai teman dan guru. Sayangnya, ketika Ani gagal
menjaga konsistensi tersebut, maka Ani akan mendapatkan beberapa hal sebagai ganjaran,
seperti berkurangnya waktu bermain dan tentu harus tetap mengerjakan tugas bersih-bersih
rumah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan maslah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah
laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
2. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
3. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.

B. Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan
metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena
itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan dalam
metode mengajar yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Riyanto, Yatim. 2009.Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Pranada Media Group
file:///C:/Users/USER/Downloads/382818091-Makalah-Teori-Belajar-Behaviorisme
%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai