Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

DOSEN PEMBIMBING:

RATNA DEWI, SE,M.Pd

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

DWI SITI HARYANI

SEKOLAH TINGGKI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN


(STKIP) SYEKH MANSUR TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahi

m Assalamu’alaikum

wr.wb

Puji serta rasa syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ Memahami teori
belajar behavioristik ” dengan lancar. Sholawat serta salam tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
samapai kepada seluruh umatnya. Kami berharap dengan adanya makalah
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran. Penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pandeglang, 14 September 2023

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................3
C. Tujuan ........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Persfektif Operant Conditioning ..................4
B. Makna Belajar Menurut Teori Behavioristik..............................4
C. Aplikasi Teori Belaqjar Behaviorisme Dalam Pembelajaran......5
D. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik ........................................8
E. Prinsip-prinsip dalam teori belajar Behaviorisme.......................9
F. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran......14

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan..................................................................................17

2. Saran ...........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................18

ii
iii

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan topik yang tetap menarik
ketika mengkaji ilmu-ilmu perilaku. Bagaiman sebenernya proses belajar
itu dapat berlangsung dan bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan,
ini merupakan hal yang menarik bagi pendidik, guru, orang tua, konselor,
dan orang-orang yang bergerak dalam pengelolaan perilaku. Jika belajar
merupakan suatu kegiatan yang bersifat rumit dan kompleks, maka
pembelajaran menjadi lebih kompleks dan rumit karena tujuan
pembelajaran adalah untuk memacu (merangsang) dan memicu
(menumbuhkan) terjadi kegiatan belajar. Dengan demikian, hasil belajar
merupakan tujuan dan pembelajaran dari sarana untuk mencapai tujuan
tersebut.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi
terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi
pribadinya.
Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu
belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori
adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya
dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-
kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip
yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

1
2

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang
psikologi belajar. Untuk itu dalam pemahasan ini penyusun akan mengulas
mengenai teori belajar yang berhubungan dengan psikologi yang berpijak
pada pandaangan behaviorisme dan aplikasinya dalam pembelajaran.
Secara etimologi, Behaviorisme berasal dari kata behavior yang
artinya tingkah laku dan isme yang berarti paham atau aliran. Sedangkan
secara terminology behaviorisme adalah salah satu aliran dalam psikologi
yang memandang individu dari sisi fenomena jasmaniah atau prilaku nyata
yang di tampilkanya. Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang
kajian psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia
pendidikan. Behaviorisme berpendapat bahwa perilaku dapat dijelaskan
melalui hal-hal yang dapat diobservasi, bukan melalui proses mental yang
tidak kelihatan. Jadi perilaku bagi pengikut behaviorisme adalah segala
sesuatu yang kita lakukan dapat diobservasi secara langsung. Misalnya:
seorang anak membuat poster, seorang anak mengganggu anak lain,
sedangkan proses mental seperti berpikir, perasaan dan motivasi adalah
sesuatu yang tersembunyi dan tidak dapat diobservasi langsung karena
bukan hal yang nyata. Jadi dalam membuat poster tadi pendekatan
behaviorisme tidak mempertimbangkan bagaimana pikiran anak; atau
perasaan anak yang terganggu sehingga mengganggu temannya. Bagi
behaviorisme, pikiran, perasaan, dan motiasi adalah bukan materi ilmiah
karena tidak dapat diobservasi secara langsung

2
3

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas beberepa hal sebagai berikut :

1. Pengertian Belajar Persfektif Operant Conditioning

2. Apa ciri-ciri teori belajar Behaviorisme ?

3. Apa prinsip-prinsip dalam teori belajar Behaviorisme ?

4. Bagaimana penerapan teori belajar Behaviorisme dalam pembelajaran ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Belajar Persfektif Operant Conditioning .

2. Mengetahui ciri-ciri teori belajar Behaviorisme.

3. Mengetahui prinsip-prinsip dalam teori belajar Behaviorisme.

4. Mengetahui Bagaimana penerapan teori belajar Behaviorisme dalam


pembelajaran.

3
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BELAJAR PERSFEKTIF OPERANT CONDITIONING


Operant conditioining adalah suatu metode pembelajaran
menggunakan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai
konsekuensi perilaku. Teori ini dikembangkan oleh “B.F Skinner” dan
sering juga disebut teori Skinner maupun instrumental conditioning.
Operant conditioning bisa dipraktikkan dalam banyak aspek di kehidupan
sehari-hari, terutama saat kegiatan belajar di kelas. Dengan cara ini,
banyak anak yang sudah belajar perilaku baik ataupun positif hingga
terbiasa melakukannya.
Menurut pandangan Skinner (1958 dalam Nurjan, 2016, hlm. 35)
belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku
yang ketika seseorang melakukannya maka responsnya menjadi lebih balk.
Sebaliknya jika individu tidak belajar, maka responsnya menurun.
Percobaan Skinner mengenai operant conditioning telah banyak diterapkan
sebagai salah satu turunan model pembelajaran behaviorisme. Berdasarkan
percobaannya mengenai operant conditioning, Skinner menyimpulkan
beberapa hal yang dapat ditentukan dan ditemukan untuk memaksimalkan
belajar, yakni sebagai berikut :
1. kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons
belajar.
2. respons si pelajar sendiri.
3. konsekuensi yang bersifat menggunakan respons tersebut, baik
konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
B. MAKNA BELAJAR MENURUT TEORI BEHAVIORISTIK
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus dan respon. Seseorang

4
5

dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah


lakunya. Contoh, seorang anak mampu berhitung penjumlahan dan
pengurangan, meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih belum
bisa mempraktekkan penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakan
belajar karena ia belum menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari belajar.
Dalam teori Behavioristik, yang terpenting itu adalah masukan atau
input yang berupa stimulus serta output yang berupa respon. Apa yang
terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidaklah penting karena
tidak dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran sebab
dengan pengukuran kita akan melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting bagi teori ini adalah
penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat respon. Jika penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat, begitu juga penguatan dikurangi
(negative reinforcement) respon akan tetap dikuatkan. Misal jika peserta
didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan, maka ia akan
lebih giat belajarnya (positive reinforcement). Apabila tugas-tugas
dikurangi justru akan meningkatkan aktifitas belajarnya (negative
reinforcement). Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang
penting diberikan (ditambah) atau dihilangkan (dikurang) untuk
memungkinkan mendapat respon.
C. APLIKASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DALAM
PEMBELAJARAN
Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik
pembelajaran, perlu dipahami terlebih dulu mengenai prinsip belajar
menurut teori behaviorisme (Mukminan, 1997). Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukan perubahan tingkah laku tertentu.

5
6

2. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang


terjadi karena hubungan stimulus dan respons., sedangkan proses yang
terjadi antara stimulus dan respons, yang tidak dapat diamati itu tidak
penting.
3. Perlunya Reinforcement untuk memunculkan perilaku yang
diharapkan. Respons akan semakin kuat jika reinforcement (baik positif
maupn negative) ditambah.
Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah
hubungan stimulus dan respons. Dengan demikian, agar pembelajaran di
kelas menjadi efektif, hendaknya gguru perlu memerhatikan hal-hal
berikut:
1. Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan
kepada peserta didik agar dapat memberikan respons yang diharapkan.
2. Guru hendaknya menentukan jenis respons yang harus dimunculkan
oleh peserta didik.
3. Guru perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan
perilaku yang diharapkan muncul dari peserta didik.
4. Guru hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung,
sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah
benar atau belum.
Metode yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran antara lain:
ceramah, demonstrasi, dimana aktivitas ada pada guru sedangkan peserta
didik pasif menerima sesuai yang diberikan guru.
1. Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Enam strategi pengondisian operan dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku yang diinginkan, yaitu:
a. Memilih penguat yang efektif
Guru harus mampu menemukan penguat mana yang berhasil paling baik
untuk setiap peserta didiknya, yaitu membedakan setiap individu dalam
menggunakan penguat tertentu.
b. Membuat penguat menjadi bergantung pada tepat waktu

6
7

Agar penguat efektif, guru harus memberikan penguat secara tepat waktu
dan segera mungkin setelah anak menampilkan perhilaku tertentu yang
diharapkan.
c. Pilih jadwal terbaik untuk penguatan
Guru harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai dengan tuntutan
perilaku peserta didik yang diharapkan guru.
d. Pertimbangkan untuk membuat kontrak
Analisis perilaku terapan menyarankan bahwa kontrak kelas seharusnya
merupakan hasil masukan dari guru maupun peserta didik. Pembuatan
kontrak melibatkan pembuatan ketergantungan penguatan secara tertulis.
e. Gunakan penguatan negative secara efektif
Penguatan negative, meningkatkan frekuensi respons dengan
menghilangkan stimulus yang tidak disukai. Contoh: stimulus guru yang
sering mengkritik jawaban serta pertanyaan peserta didik harus dihilangkan
agar frekuensi bertanya dan frekuensi menjawab semakin meningkat.
f. Gunakan arahan dan pembentukan
Arahan merupakan stimulus ditambahkan sebelum terjadinya kemungkinan
peningkatan respons yang diinginkan. Jika arahan belum mampu membuat
peserta didik menampilkan perilaku yang diharapakan, guru perlu
membantu dengan pembentukan.
2. Mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
Ada beberapa langkah yang dapat digunakan guru untuk
mengurangi perilaku peserta didik yang tidak diinginkan (Alberto &
Troutman dalam Santrock, 2008) :
a. Gunakan penguatan Diferensial
Gdalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang tidak sesuai
dengan apa yang dilakukan anak tersebut. Contoh: guru dapat memperkuat
peserta didik untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan
memanfaatkan computer dari pada computer hanya dipakai untuk
memainkan game.
b. Gunakan penguatan Diferensial

7
8

Tanpa disengaja guru memberikan penguatan positif yang justru membuat


perilaku peserta didik yang tidak diharapkan semakin terpelihara. Dengan
demikian, guru harus segera menghentikan penguatan positif tersebut agar
perilaku yag tidak diharapkan menurun atau hilang dan guru memberikan
peguatan positif lagi setelah perilaku yang diharapkan muncul.
c. Hilangkan stimulus yang diinginkan
Jika memberikan penguatan tetap tidak berhasil meingkatkan respons
diharapkan, penghilangan stimulus yang diinginkan harus dilakukan oleh
guru, dengan cara time-out dan respons-cost. Time out adalah penghentian
penguatan positif terhadap seseorang untuk sementara, yaitu hamper sama
dengan penghentian penguatan, yang berbeda adalah waktu penghilangan
penguatan positif lebih lama sampai terbentuk lagi perilaku yang
diinginkan.
d. Biaya respons (Respons cost)
Adalah menjauhkan atau mengambil penguatan-penguatan positif dari
seseorang, seperti peserta didik kehilangan hak istimewa tertentu. Biasanya
biaya respons melibatkan sejumlah sanksi atau denda.
e. Hadirkan stimulus yang tidak disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru adalah
teguran verbal serta disertai dengan kerutan dahi atau kontak mata.
Tindakan ini lebih efektif digunakan ketika guru berada dekat dengan
peserta didik.

D. CIRI-CIRI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


Teori Belajar Behavioristik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmental)
2. Mementingkan bagian-bagian (elementaris)
3. Mementingkan peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan

8
9

7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal”


(trial and error).

Pendekatan behaviorisme memberi tekanan pada bagaimana peserta


didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilakunya (Greeno,
Collins & Rensnick, 1996). Salah satu pendekatan behaviorisme yang paling
awal adalah “pengkondisian klasik”. Belajar menurut teori behavioristik
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon (Slavin, 2000). Belajar merupakan hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan
apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement)
penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement).

maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan


dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) respon pun akan tetap
dikuatkan. Stimulus yaitu rangsangan dari luar diri subyek yang dapat
menyebabkan terjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi
terhadap rangsangan atau stimulus yang diberikan. Dalam perspektif
behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang
kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek
belajar agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons
secara berkelanjutan.

9
10

E. PRINSIP-PRINSIP DALAM TEORI BELAJAR BEHAVIORISME


Teori belajar behavioristik merupakan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner, tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behaviristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. dan teori ini sering disebut dengan “S-R
Psychologists” mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran “Reward” atau penguatan “Reinforcement”
dari lingkungannya. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksireaksi behavioral dengan stimulusnya.
Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku
siswa/I merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa
lalu dan sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah hasil belajar.
kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari
latar-belakang penguatan “Reinforcement” terhadap tingkah laku tersebut.
Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respons, maka
pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah aktivitas alih
pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam
perspektif semacam ini, terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan. Kedudukan siswa dalam konteks
pembelajaran behaviorisme menjadi “orang yang tidak tahu apaapa” dan
karena itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan
perilaku siswa mesti bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru.
Jika terjadi perubahan perilaku yang tidak sesuai maka hal tersebut
dipandang sebagai error behavior yang perlu diberikan ganjaran.
Pembelajaran dengan demikian dirancang secara seragam dan berlaku
untuk semua konteks, tanpa mempersoalkan perbedaan karakteristik siswa
maupun konteks sosial dimana siswa hidup. Kontrol belajar dalam
pembelajaran behavioristik tidak memberi peluang bagi siswa untuk

10
11

berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa


yang ditentukan. Dalam proses pengkondisian berlaku 3 dalil tentang
belajar, yaitu dalil sebab akibat, dalil latihan/pembiasaan, dan dalil
kesiapan (Thorndike). Jika respon siswa terhadap stimulus yang di berikan
guru menghasilkan rasa yang menyenangkan bagi siswa maka siswa
cenderung untuk mengulang melakukan hal yang sama. Namun, jika
respon siswa terhadap stimulus yang di berikan menghasilkan rasa tidak
senang bgai siswa, maka siswa cenderung tidak melakukan hal yang sama.
Di samping itu, respon yang benarakan semakin banyak di munculkan jika
siswa memperoleh latihan yang berulang-ulang.
Dengan demikian dalam setiap proses pembelajaran, latihan
menjadi komponen utama yang harus di rancang dan di laksanakan.
Prinsip teori belajar Behaviorisme (Alrasyidi, 2011 :22) yang banyak di
terapkan di dunia pendidikan meliputi beberapa hal yaitu :
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik ikut
terlibat aktif di dalamnya
2. Materi pelajaran di susun dalam urutan yang logis supaya
peserta didik mudah mempelajarinya dan dapat memberikan
respon tertentu
3. Tiap-tiap respon harus di beri umpan balik secara langsung
supaya peserta didik dapat mengetahui apakah respon yang di
berikanya telah benar
4. Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu
di berikan penguatan
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulusresponsnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons
(Slavin, 2000). Seseorangdianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat

11
12

menunjukkan perubahan perilakunya, menurut teori ini dalam belajar yang


penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta
didik, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati atau tidak dapat diukur, yang
dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh peserta didik
(respons) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Beberapa teori yang termasuk behaviorisme yaitu pertama, teori
Koneksionisme Edward Thorndike yang sering disebut juga
Connectionism Theory. Menurut teori koneksionisme belajar merupakan
perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan
respons. Bagi Thorndike, perubahan perilaku belajar dapat berwujud
perilaku yang konkret dan dapat diamati (observable behavior) serta
perilaku yang tidak tampak dan tidak dapat diamati (hidden behavior).
Kendati Thorndike tidak mengajukan prosedur pengukuran perilaku dalam
teorinya, namun harus diakui bahwa teorinya telah memberikan inspirasi
kepada para behaviorist yang datang sesudahnya.
Kedua, teori Behaviorisme Watson yang lebih ditekankan pada
perubahan tingkah laku belajar yang harus dapat diamati (observable
behavior). Menurut Watson kegagalan utama Thorndike adalah membuka
peluang kepada proses mental yang tidak dapat diamati, sehingga bagi
Watson teori Thorndike tidak memiliki justifikasi empirik untuk sebuah
teori ilmiah. Interaksi antara stimulus dan respon terhadap berbagai situasi
proses pengkondisian menurut Watson merupakan proses pengembangan
kepribadian seseorang. Pernyataan Watson di landaskan pada penelitian
yang di lakukan terhadap sejumlah bayi.

12
13

Pada dasarnya bayi yang baru di lahirkan hanya memiliki jenis


respon emosional, yaitu takut, marah, dan sayang. Kehidupan emosi
manusia dewasa merupakan hasil pengkondisian dari 3 jenis respon
emosional dasar tersebut terhadap situasi yang bervariasi. Dalam hal
interaksi antara stimulus dan respon Watson menggunakan teori Cassical
Conditioning Pavlop yang penempatan hasil proses pengkondisian 3 emosi
dasar bayi terhadap dewasa. Watson lebih menggunakan 3 dalil belajar dan
konsep perampatan hasil belajar dari Thorndike (Udin, 2011 :210). Ketiga,
teori Eksperimen Watson berdasarkan hasil eksperimen mengenai
kondisioning pada anak-anak sebagai akibat pengaruh Pavlov. Salah satu
eksperimennya ialah dengan menggunakan bayi sebagai obyek coba yang
diberikan minuman dari botol. Sebelum minuman botol diberikan lebih
dahulu di bunyikan bel, dan hal tersebut dilakukan berulang kali. Langkah
Watson tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada bayi terbentuk
respon berkondisi, yaitu dengan bunyi bel —sekalipun tidak diberikan
minuman dari botol —bayi tetap menunjukkan gerakan mulut seperti
mengeyut dot dari botol. Implikasi Teori Belajar Behaviorisme dalam
pembelajaran (Ahmadi, 2004) sebagai berikut :
1. Prosedur-prosedur Pengembangan Tingkah Laku Baru
a. Shaping : Suatu bentuk operant conditioning dimana suatu
tindakan yang serupa dengan respon yang diinginkan lebih
dahulu diperkuat, dan kemudian menyusul penguatan terhadap
tindakan-tindakan yang secara progresif lebih mendekati
respon yang diinginkan, hingga pada akhirnya respon yang
diinginkan tercapai.
b. Modelling : individu belajar dengan cara mengikuti kelakuan
orang lain sebagai model
2. Prosedur-prosedur Pengendalian atau Perbaikan Tingkah Laku
a. Memperkuat tingkah laku bersaing: dlm usaha mengubah
tingkah laku yang tidak diinginkan diadakan penguatan tingkah
laku yang diinginkan, misalnya dengan kegiatan-kegiatan
kerjasama.

13
14

b. Ekstingsi: dilakukan dengan meniadakan peristiwaperistiwa


penguat tingkah laku.
c. Satiasi: adalah suatu prosedur menyuruh seseorang
melakukan perbuatan berulang-ulang shg ia menjadi lelah tau
jera.
d. Perubahan lingkungan stimulus: beberapa tingkah laku dapat
dikendalikan oleh perubahan kondisi stimulus yg
mempengaruhi tingkah laku.
F. PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DALAM
PEMBELAJARAN

Penerapan teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar


ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran
dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban
benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata.

Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement


dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau

14
15

siswa. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap


pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau
guru itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006). Demikian halnya
dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standart-standart tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh
para siswa. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada
hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori
behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang
gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri.

Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam


menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin
atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka. Pembelajaran dan evaluasi menekankan
pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara
terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian
yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).

15
16

Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka


secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat
dideskripsikan sebagai berikut :

a. Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa

b. Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah


pengetahuan.

c. Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang


terisolasi dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.

d. Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih


ditekankan pada keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.

e. Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan


pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan
keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah.

f. Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil
test dan menuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian,
evaluasi lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada proses, atau sintesis antara
keduanya.

Implikasi prinsip teori belajar behaviorisme ini di dalam kelas


umumnya dimulai dengan observasi menyeluruh tentang perilaku individu
kemudian ditentukan perilakuperilaku yang menjadi target yang akan diubah.
Untuk itu dipilih beberapa cara yang akan digunakan untuk mengubah
perilaku tersebut dalam kondisi-kondisi tertentu, melalui pemberian hadiah
atau hukuman. Jadi disusun sebuah program yang akan diterapkan setelah
pelaksanaan diadakan evaluasi untuk melihat apakah program berhasil atau
masih perlu diperbaiki.

16
17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya,
dapat kita ambil sebuah kesimpulan dalam penelitian ini sebagaimana
berikut:
1. Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dari beberapa teori belajar behavioristik yang dikembangkan dapat
disimpulkan bahwa untuk memunculkan respon yang diharapkan
dibutuhkan penguatan (reinforcement).
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme,
pengkondisian, penguatan, dan Operant conditioning. Menurut teori
belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.

B. Saran

Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana


belajar yang kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode dan teori yang
tepat, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena
itu sebagai calon pendidik (guru) hendaknya kita mempelajari teori-teori
pembelajaran yang ada, agar kita mampu menemukan kecocokan dalam
metode mengajar yang tepat.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

https://serupa.id/operant-conditioning-eksperimen-pengertian-proses-
aplikasi/

https://www.sehatq.com/artikel

https://anaozen.blogspot.com/2017/12/teori-belajar-behavioristik.html

https://mahmudakkgaipanji.blogspot.com/2014/05/landasan-behavioristik-
dan-penerapannya.html

18

Anda mungkin juga menyukai