Anda di halaman 1dari 22

Teori Belajar dan Implementasi pada

Pembelajaran di SD

“Teori Belajar Behavioristik”


Oleh:

Dewi Hartini (105061103721)


Alisyah Purnama Abadi (105061103821)
Maya Safitri (105061103021)

Kelas A

Pendidikan Dasar Program Pascasarjana


Universitas Muhammadiyah Makassar
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita selalu panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat
yang telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan makalah dengan
judul “Teori Belajar Behavioristik’’dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam selalu kita kirimkan kepada panutan dan tauladan hidup kita,
yakni nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa hidup kita ini dari zaman
kegelapan ke zaman terang-benderang.

Dalam penyusunan makalah ini, Penulis tidak dapat menyelesaikan


makalah ini tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis sangat berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Pendidikan terpadu
dan teman-teman yang telah mendukung pembuatan makalah ini.

Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah ini


dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti dengan jelas apa
yang dibahas didalamnya. Tidak lupa juga penulis menerima kritikan dan saran
yang membangun, yang sangat diharapkan demi memperbaiki pembuatan
makalah di kemudian hari.

Makassar, 10 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik .......................................................... 3

B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Behavioristik ................................................... 4

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Behavioristik .................................................. 10

D. Tujuan Pembelajaran Behavioristik ........................................................ 10

E. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran ....................11

F. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Teori Belajar Behavioristik ...... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17

A. Kesimpulan .................................................................................................. 17

B. Saran ........................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan topik yang tetap menarik ketika
mengkaji ilmu-ilmu perilaku. Bagaimana sebenernya proses belajar itu dapat
berlangsung dan bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan, ini merupakan
hal yang menarik bagi pendidik, guru, orang tua, konselor, dan orang-orang yang
bergerak dalam pengelolaan perilaku. Jika belajar merupakan suatu kegiatan yang
bersifat rumit dan kompleks, maka pembelajaran menjadi lebih kompleks dan
rumit karena tujuan pembelajaran adalah untuk memacu (merangsang) dan
memicu (menumbuhkan) terjadi kegiatan belajar. Dengan demikian, hasil belajar
merupakan tujuan dan pembelajaran dari sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk menghasilkan suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari bersikap
buruk menjadi bersikap baik, dari tidak terampil menjadi terampil. Sedangkan
pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat beberapa teori belajar salah satunya
yaitu teori belajar behavioristik. Menurut pandangan psikologi behavioristik
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang lain. Hal ini dapat
kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau
pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori behavioristik
memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah
mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Teori Belajar dan Implementasi pada Pembelajaran di SD kelompok kami
menyusun makalah Teori Belajar Behavioristik dalam rangka mengetahui lebih

Teori Belajar Behavioristik | 1


lanjut lagi tentang Teori Belajar Behavioristik dan diharapkan tidak lagi muncul
asumsi yang keliru tentang pendekatan behavioristik tersebut, sehingga pembaca
memang benar-benar mengerti apa dan bagaimana teori belajar behavioristik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
2. Siapa sajakah tokoh- tokoh teori belajar behavioristik?
3. Apasakah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik?
4. Apa tujuan pembelajaran behavioristik?
5. Bagaimana aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar behavioristik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
2. Untuk mengetahui tokoh- tokoh teori belajar behavioristik?
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik?
4. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran behavioristik?
5. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar
behavioristik?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep tentang teori belajar behavioristik
2. Dapat memberikan informasi kepada para pembaca khususnya bagi para guru
dan peserta didik tentang penerapan teori belajar behavioristik.

Teori Belajar Behavioristik | 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Belajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan secara
keseluruhan (Miswar, 2017). Untuk mencapai tujuan belajar yang efektif dan
efisien, maka diperlukan teori belajar dan pembelajaran yang cocok dan sesuai
dengan tujuan belajar itu sendiri. Berbicara tentang teori pembelajaran atau teori
belajar, maka banyak sekali teori semacam ini yang sudah dirumuskan pakar
pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu contoh teori
pembelajaran yang dimaksud adalah teori behavioristik. Teori behavioristik
adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran psikologi.
Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata
lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Safaruddin, 2016).
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons (Suyono &
Harianto, 2012). Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara -cara tertentu,
untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam
teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan
respons. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa,
sedangkan respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa.
Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respons
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh

Teori Belajar Behavioristik | 3


karena itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang
dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon bila pengutan ditambahkan maka respon semakin kuat. Begitu juga
bila pengutan dikurangi responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika
peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia
akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan
penguat positif (positive reinforcement) dalam brlajar. Bila tugas-tugas
dikurangi dan pengurangan itu justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement)
dalam belajar.
B. Tokoh- Tokoh Teori Belajar Behavioristik
1. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike
Connectionisme atau Bond-Psychology (Trial and Error) Teori belajar
behavioristik model ini dipelopori oleh Thorndike (1874-1949) dengan teorinya
connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980,
Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subyeknya.
Menurutnya, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi (koneksi)
antara peristiwa yang disebut dengan Stimulus (S) dengan Respon (R).
Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang
Hermansyah (2020). Cara belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial
dan error. Supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau
percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu.
Menurut Rufaedah (2018) dari eksperimen Thorndike ini, bisa diambil tiga
hukum dalam belajar, yaitu:

Teori Belajar Behavioristik | 4


a. Law of readiness (hukum kesiapan). Belajar akan berhasil apabila
subyek memiliki kesiapan untuk belajar.
b. Law of exercise (hukum latihan), merupakan generalisasi dari law of use
dan law of disuse, yaitu jika perilaku itu sering dilatih atau digunakan,
maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (Law of use).
Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka perilaku tersebut akan
menjadi bertambah lemah atau tidak digunakan sama sekali (law of disuse).
Dengan kata lain, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan.
c. Law of effect, yaitu jika respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya,
jika respon menghasilkan efek yang tidak memuaskan, maka semakin
lemah hubungan antara stimulus dan respon tersebut . Dengan kata lain,
subyek akan bersemangat dalam belajar apabila ia mengetahui atau
mendapatkan hasil yang baik.
2. Teori Belajar menurut Ivan Pavlov
Classical Conditioning. Teori ini dikemukakakn oleh Ivan Pavlov
(1849-1936). Melalui teori pavlov ini dapat diketahui bahwa individu dapat
dikendalikan dengan cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
menyadari bahwa ia sebenarnya telah dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.
Teori ini dihasilkan berdasarkan pada eksperimen terhadap anjing,
Prosesnya adalah sebagai berikut: secara alami, ketika anjing diberi makanan
(Unconditioned Stimulus=US) ia akan mengeluarkan air liur (Unconditioned
Response=UR). Kemudian Pavlov mencoba dengan cara memberikan makanan
(US) 30 detik setelah mentronom (Conditioned Stimulus=CS) dibunyikan. Maka
terjadilah refleks pengeluaran air liur (UR). Percobaan tersebut diulangi
sebanyak 32 kali dan untuk ke 33 kali ternyata bunyi mentronom saja telah
dapat menyebabkan keluarnya air liur ( =CR) dan bertambah deras jika makanan
diberikan. Menurut Rufaedah (2018), proses belajar berdasarkan eksperimen
Pavlov menuntut pada dua hukum, yaitu:

Teori Belajar Behavioristik | 5


a. Law of Respondent Conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut), terjadi
jika dua macam stimulus (hubungan antara CS dan US yang salah satunya
menjadi (reinforcer) dihadirkan secara simultan, maka refleks ketiga
(hubungan antara CS dan CR) akan meningkat. Dalam hal ini, apabila
bunyi mentronom dan pemberian makanan (sebagai reinforcer)
dihadirkan secara bersamaan, maka keluarnya air liur sebagai respon
yang dikehendaki akan meningkat.
b. Law of Respondent Extinction (hukum pemusnahan yang dituntut), terjadi
jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya
akan menurun (Muhibbin Syah, 2004: 97-98). Dalam hal ini, apabila
bunyi mentronom sebagai stimulus yang diadakan tidak dibarengi dengan
pemberian makanan yang berfungsi sebagai reinforcer, maka respon yang
dikehendaki, yaitu intensitas keluarnya air liur akan menurun.
3. Teori Belajar menurut Burhus Frederic Skinner
Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon) Selain dua
model teori behavioristik di atas, muncul Burhus Frederic Skinner (lahir
tahun 1904) dengan teorinya Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku
Respon) yang mengadakan eksperimen terhadap tikus (Muhibbin Syah,
2004). Skinner merupakan seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa
perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana
seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement (balikan). Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu. Berdasarkan teori ini dapat
disimpulkan bahwa proses belajar tunduk kepada dua hukum, yaitu:
a. Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya tingkah laku operant
diiringi dengan stimulus reinforcer, maka kekuatan tingkah laku tersebut
akan meningkat. Artinya tingkah laku yang ingin dibiasakan akan meningkat
dan bertahan apabila ada reinforcer.
b. Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku operant
tidak diiringi dengan stimulus respon, maka kekuatan tingkah laku tersebut

Teori Belajar Behavioristik | 6


akan menurun bahkan musnah. Ini bermakna bahwa tingkah laku yang
ingin dibiasakan tidak akan eksis, apabila tidak ada reinforcer. Selain itu,
Skinner juga memberikan konsekuensi tingkah laku yaitu ada yang
menyenangkan (reward) dan tidak menyenangkan (punishment).
Menurut Herpratiwi (2016) Beberapa prinsip belajar skinner adalah:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada peserta didik, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
d. Pembelajaran lebih meningkatkan aktivitas mandiri.
e. Pembelajaran menggunakan shaping.
4. Teori Belajar Edwin R. Guthrie
Edwin Ray Guthrie adalah seorang penemu teori kontinguiti yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul
kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Teori guthrie ini
mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Salah asatu eksperimen Guthrie untuk mendukung teori kontiguitas
adalah percobaannya terhadap kucing yang dimasukkan ke dalam kotak
puzle. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapai dengan
alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzle tersebut. Selain itu,
kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-
gerakan kucing di dalam kotak. Alat tersebut menunjukkan bahwa kucing telah
belajar mengulang gerakan -gerakan sama yang diasosiasikan dengan gerakan-
gerakan sebelumnya ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
Menurut Herpratiwi (2016) dari hasil eksperimen tersebut, muncul
beberapa prinsip dalam teori kontiguitas, yaitu:

Teori Belajar Behavioristik | 7


a. Peserta didik harus melakukan sesuatu atau merespon sesuatu, agar terjadi
pembiasaan.
b. Instruksi yang diberikan harus spesifik, sehingga pembiasaan dapat terwujud.
c. Berbagi stimulus harus dirancang dengan baik.
d. Asosiasi akan menjadi kuat jika terjadi pengulangan.
5. Teori Belajar Menurut Jhon Broadus Waston
John watson adalah penggagas utama aliran behaviorisme di Amerika
Serikat. Menurut teori ini, belajar adalah proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(respon). Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia
adalah hasil conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan-
kebiasaan bereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu
yang di alaminya didalam kehidupannya.
Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan oleh guru kepada siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon yang diekspresikan para murid. Oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang dieksperikan oleh siswa
(respon) harus dapat diamati dan diukur.
6. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Belajar menurut Hull merupakan hubungan stimulus dan respon. Tetapi
teori hull sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Menurutnya,
seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat untuk menjaga
peserta didik agar tetap bertahan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis (drive)
dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dalam seluruh
aktivitas peserta didik. Dengan demikian stimulus dalam belajar harus dikaitkan
dengan kebutuhan biologis peserta didik. Walaupun respon yang muncul

Teori Belajar Behavioristik | 8


wujudnya bermacam-macam. Menurut Hull, penguatan respon juga sangat
diperlukan, tetapi tetap harus dikaitkan dengan kondisi biologis peserta didik.
Prinsip utama teori Hull yaitu:
a. Reinfocement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada.
b. Dalam Pemenuhan hubungan S-R yang perlu dikaji adalah peranan dari
intervening varieble (Variabel penghalang).
c. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbagan biologis terjadi .
Menurut Safaruddin (2016) secara ringkas teori behaviorisme yang
dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disempulkan bahwa:
a. Belajar adalah perubahan tingkah laku
b. Tingkah laku tersebut harus dapat diamati
c. Mengikuti pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon.
d. Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak struktur pengetahuan
yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
e. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
f. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati.
g. Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon.
h. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahauan
dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum.
i. Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes.
Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian
keseluruhan. Pembelajaran dan evalusi menekan pada hasil, dan evaluasi
menuntut jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan belajaranya.
j. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang berada di luar
dirinya, sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
k. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulanagn dan
pengutan (reinforcement).

Teori Belajar Behavioristik | 9


l. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang
mudah mendahului yang lebih sulit.
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Behavioristik
Menurut Mukinan dalam Nahar (2016), beberapa prinsip pembelajaran
behavioristik yaitu:
1. Teori belajar behavioristik beranggapan yang dinamakan belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku.
2. Teori ini beranggapan yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus
dan respons, karena hal ini yang dapat diamati, sedangkan apa yang
terjadi dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
3. Penguatan, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,
merupakan faktor penting dalam belajar.
Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa ke arah yang lebih
baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami peserta didik yang beranjak
dewasa. Perkembangan perilaku merupakan objek pengamatan dari aliran-
aliran behaviorisme. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang
sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi. Oleh sebab itu,
psikologi pendidikan mengkaji masalah yang memengaruhi perilaku orang
ataupun kelompok dalam proses belajar.
D. Tujuan Pembelajaran Behavioristik
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”,
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Abdurakhman & Radif (2017).
1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan
kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental).
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik
yang dimunculkan dari stimulus.

Teori Belajar Behavioristik | 10


3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik
mungkin pada kondisi respon diciptakan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas
belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Thorndike (Schunk, 2012) kemudian merumuskan peran yang
harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Membentuk kebiasaan siswa. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk
dengan sendirinya.
2. Berhati hati jangan smpai membentuk kebiasaan yang nantinya harus
diubah. Karena mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang
sangat sulit.
3. Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan, jika satu kebiasaan saja sudah
cukup.
4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan
itu akan digunakan.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar
menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian
yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
siswa secara individual.
E. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena
memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah
pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge)
kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan

Teori Belajar Behavioristik | 11


dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran untuk
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran, guru perlu menyiapkan dua hal
yang meliputi:
1. Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik siswa.
2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan (Hamalik 2004:
38).
Sedangkan menurut Shahbana, dkk (2020) Terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran sebagai berikut:
1. Mementingkan dan memerhatikan pengaruh lingkungan.
2. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui mekanisme
stimulus-respon (S-R).
3. Mementingkan dan memperhatikan kemampuan yang sudah dimiliki dan
terbentuk pada saat-saat sebelumnya.
4. Mementingkan pembentukan kebiasaan perilaku melalui latihan dan
pengulangan.

Teori Belajar Behavioristik | 12


5. Hasil belajar yang tercapai terwujud dalam bentuk perilaku-perilaku yang
diinginkan.
Secara umum, guru bisa merancang pembelajaran dengan berpijak
pada teori belajar behavioristik, seperti yang dikemukakan Suciati dalam
Budiningsih (2005: 29) yang dapat digunakan dalam merancang pembelajaran,
langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok
bahasan, sub pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajara
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes
atau kuis, latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif
ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai

Teori Belajar Behavioristik | 13


kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar
atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pelajar.
F. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori Belajar Behavioristik
Menurut Abdurakhman & Radif (2017) berdasarkan beberapa kajian dari
tokoh-tokoh teori behavioristik, maka dapat diambil beberapa kelebihan dari teori
ini yaitu:
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
b. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid
dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif yang didasari pada prilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
e. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian‐bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan
tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten
terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.

Teori Belajar Behavioristik | 14


g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur‐unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk‐bentuk
penghargaan langsung.
Selain memiliki kelebihan, teori belajar behavioristik juga memiliki
kekurangan. Berdasarkan beberapa kajian dari tokoh-tokoh teori behavioristik,
maka dapat diambil beberapa kekurangan dari teori ini yaitu:
a. Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap.
b. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang
efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
f. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan dari guru dan
mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul
secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
g. Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
h. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cencered learning)
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamat dan
diukur.

Teori Belajar Behavioristik | 15


i. Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa,
yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

Teori Belajar Behavioristik | 16


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
2. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.
a. Edward Lee Thordike : koneksionisme.
b. Ivan Pavlov : Classic Conditioning
c. Burhus Frederic Skinner : Operant conditioning
d. Edwin R. Guthrie: Kontinguitas
e. Jhon Broadus Waston : Conditioning
f. Clark Hull: Teori Evolusi
3. Prinsip pembelajaran behavioristik yaitu: (a) belajar adalah perubahan
tingkah laku, (b) yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan
respon, (c) penguatan merupakan faktor penting dalam belajar.
4. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
5. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
6. Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang
menjadi kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar
Dan kekurangannya kita renovasi agar bisa lebih baik lagi.

Teori Belajar Behavioristik | 17


B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan semoga bermanfa’at
bagi pembaca pada umumnya dan pada kami khususnya. Dan tentunya
makalah ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat kami butuhkan, guna memperbaiki pembuatan
makalah selanjutnya.

Teori Belajar Behavioristik | 18


DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhman Omon & Radif Khotamir Rusli. (2017). Teori belajar dan
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah. Vol 2, No 1. p. ISSN:
2442-4544, e. ISSN 2550-0252.
Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hermansyah. 2020. Analisis Teori Behavioristik (Edward Thordinke) Dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran SD/MI. Modeling: Jurnal Program
Studi PGMI. Vol 7, No 1. p. ISSN: 2442-3661, e. ISSN 2477-667X.
Herpratiwi. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi.
Miswar. 2017. Teori Pembelajaran CBSAK Sebagai Sebuah Teori Alternatif.
Jurnal Basicedu. Vol 1, No 1. p. ISSN: 2580-3735, e. ISSN 2580-1147.
Nahar, Novi Irwan. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam
Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. ISSN 2541657X.
Rufaedah Evi Aeni. 2018. Teori Belajar Behavioristik Menurut Perspektif Islam.
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam. Vol 4, No 1. p. ISSN: 2085-2487, e.
ISSN 2614-3275.
Safaruddin. 2016. Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Kajian Islam & Pendidikan.
Vol 8, No 2. p. ISSN: 1858-4152, e. ISSN 2715-5684.
Schunk, Daleh H., (2012). Teori-teori Pembelaaran: Perspektif Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shahbana, dkk. 2020. Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan. Vol 9, No 1. e.
ISSN 2620-9209.
Suyono dan Harianto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibbin.(2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Teori Belajar Behavioristik | 19

Anda mungkin juga menyukai