BAB 1
Pengertian, Dimensi, Fungsi, danPerananKurikulum
Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah
kurikulum memilki empat dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi
yang lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut, yaitu: (1)
kurikulum sebagai suatu ide/gagasan; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; (3)
kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum
sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum; (4) kurikulum sebagai suatu hasil
yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
BAB 2
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
sophia (wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau love of wisdom (Redja Mudyahardjo, 2001:83).
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti cinta akan kebijakan (love of
wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat
secara bijak. Tiga cabang filsafat, yaitu metafisika, epistimologi, dan aksiologi.
Donald Butler, filsafat memberikan arah dan metadologi terhadap praktik pendidikan,
sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagipertimbanganpertimbangan filosofis. Jhon Dewey (1964:177) Pendidikan itu tidak mempunyai
tujuan, hanya orang tua, guru dan masyarakat yang mempunyai tujuan.
1
0
kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang
meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta
bagaimana perserta didik belajar. Melalui kajian tentang peserta didik, diharapkan
upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik
penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus
disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi
evaluasi pembelajaran.
a. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu
Yusuf (2005: 23), menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang digunakan
sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat saja, tetapi
bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang
erat.Setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri, karena ada
dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan dibandingkan dengan
tahap perkembangan lainnya. Atas dasar itu kita dapat memahami karakteristik profil
pada setiap tahapan perkembangannya. Syamsu Yusuf (2005: 23-27) menguraikan
karakteristik tahap-tahap perkemabangan individu yang digambarkan di atas sebagai
berikut:
1) Masa Usia Prasekolah
2) Masa Usia Sekolah Dasar
3) Masa Usia Sekolah Menengah
Pemahaman tentang perkembangan peserta didik berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum, antara lain:
1) Setiap pesrta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai
bakat, minat, dan kebutuhannya.
2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang
wajib dipelajari setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran
pilihan yang sesuai dengan minat anak.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
1
1
1
2
1
3
1
4
3) kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus
bermuatan kebudayaan yang umum.
2.4 Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum
1
5
BAB 3
Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum
1
6
Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau
sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu
masyarakat yang dicita-citakan. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan
dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan
setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan.
Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila
yang dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
b. Tujuan Institusional (TI), adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan
umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan.
c. Tujuan Kurikuler (TK), adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi Matematika di
SD, tujuan pelajaran IPS di SLTP, dan sebagainya.
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP), didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka memiliki bahasan
tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Menurut Bloom (1965), bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan
dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:
1.
Domain afektif
1
7
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari
dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua
berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi
ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh,
ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa
menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas,
standar kualitas minimum untuk produk.
2. Pemahaman (Comprehension)
Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan mengelompokkan
dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, memaknai, memberi
deskripsi, dan menyatakan gagasan utama
Terjemahan
Pemaknaan
Ekstrapolasi
3. Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika
diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
1
8
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan
berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.
2.
Domain afektif
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
1
9
Yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku.
Taksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu:
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
1. Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
1. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
2. Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian
nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
3. Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
4. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya-hidupnya.
3.
Domain psikomotorik
Yaitu berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Rincian dalam
domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang
dibuat Bloom.
1. Persepsi (Perception) : Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
membantu gerakan.
2. Kesiapan (Set) : Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
2
0
2
1
2
2
a. Pengajaran Ekspositori
b. Pengajaran Interaktif
c. Pengajaran Kelompok Kecil
d. Pengajaran Inkuiri (Pemecahan Masalah)
e. Strategi Lainnya
3.3 Pengembangan Komponen Evaluasi
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
2
3
b. Non tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek
tingkat laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai
alat evaluasi, diantanya wawancara observasi, studi kasus, skala penilaian.
1) Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada
situasi tertentu. Ada dua jenis observasi yaitu observasi partisipatip dan non
partisipatif.
2
4
BAB 4
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
2
5
1) Prinsip Relevansi
Artinya adalah prinsip kesesuaian. Terdapat dua jenis yaitu relevansi eksternal
merupakan kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, masa kini maupun
kebutuhan yang diprediksi pada masa ynag akan datang. Relevansi internal yaitu
kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.
2) Prinsip fleksibilitas
Suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku) terutama dalam hal pelaksanaanya.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
2
6
3) Prinsip Kontinuitas
Kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, yang meliputi
sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan
4) Prisip Praktis dan Efisiensi
Kurkulum dikembangkan dengan meperhatikan prinsip praktis, yaitu dapat
dan mudah diterapkan dilapangan.
5) Prinsip Efektivitas
Kurikulum selalau berrientasi terhadap tujuantertentu yang ingin dicapai.
b. Prinsip Khusus
Prinsip khusus hanya berlaku ditempat dan kondisi tertentu dan digunakan
dalam pengebangan komponen-kmpnen yang dikembangkan secara khusu.
1) Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yagn bersifat umum (jangka panjang),
jangka menengah, dan jangka pendek (khusus).
2) Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi
pendidikan/kurikulum, yaitu:
2
7
BAB 5
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
2
8
2
9
(d) evaluasi.
Konsep kurikulum ini mendapat kritikan tajam dari berbagai aliran pendidikan
yang lain, antara lain:
(a) konsep kurikulum ini terlalu menonjolkan domain kognitif-akademis
(b) konsep yang dikembangkan oleh para ahli belum tentu sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
2. Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional yang
menekankan interaksi dan kerja sama antar siswa, guru, kepala sekolah, orang tua,
dan masyarakat. Menurut pemahaman kurikulum rekonstruksi sosial bahwa
kepentingan sosial harus diletakkan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Tujuan
utama kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi
masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Pendekatan pembelajaran lebih banyak
menggunakan pendekatan tematik, yaitu menentukan tema pokok yang
dikembangkan menjadi beberapa topik.
Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikulum ini mempunyai dua
kelompok, yaitu bersifat adaptif dan reformatoris. Adaptif dimaksudkan agar
individu dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi segala macam bentuk
perubahan. Sedangkan kelompok reformis menginginkan agar individu tidak hanya
mampu menghadapi masalah-masalah yang akan datang, tetapi harus turut aktif
mengadakan perubahan yang diinginkan.
Konsep kurikulum rekonstruksi sosial sangat mengutamakan keterkaitan
kurikulum dengan masa depan masyarakat, bukan dengan apa yang terjadi saat ini.
3
0
Masyarakat setiap negara atau daerah mempunyai tingkat sosial dan ekonomi yang
berbeda. Maka konsep kurikulum rekonstruksi sosial sangat tepat digunakan.
3. Konsep Kurikulum Humanistik (Aktualisasi Diri)
Kurikulum ini lebih mengutamakan perkembangan anak sebagai individu
dalam segala aspek kepribadiannya. Tujuan pendidikan adalah untuk membina anak
secara utuh, baik fisik, mental, intelektual, maupun aspek-aspek afektif lainnya,
seperti sikap, minat, bakat, motivasi, emosi, perasaan, dan nilai.
Kurikulum humanistik bersumber dari aliran pendidikan humanistik. Mereka
sangat menentang pendidikan yang lebih mengutamakan intelektual. Mereka juga
menolak pendekatan pembelajaran yang bersifat teacher-centered. Kurikulum
humanistik justru lebih mengutamakan aktualisasi diri anak.
Kurikulum humanistik bersifat child-centeredyang menekankan ekspresi diri
secara kreatif, individualistis, dan aktivitas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan
dari luar. Kurikulum ini memadukan antara domain kognitif dan domain afektif
sehingga apa yang dipelajari anak mempunyai makna secara pribadi.
Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum humanistik juga
mempunyai ciri tersendiri, antara lain:
(a) tujuan,
(b) materi,
(c) proses, dan
(d) evaluasi.
3
1
3
2
3
3
3
4
BAB 6
EVALUASI KURIKULUM
6.1
3
5
6.4
1.
PENILAIAN KONTEKS
Dasar dalam menentukan tujuan programo
Fisibilitas dengan kondisi dan situasi di mana program itu akan dilaksanakan
2.
3
6
6.5
Dimensi Program
a. Tujuan (institusional, kurikuler, instruksional) yang terdiri dari : Lingkup
Dimensi Pelaksanaan
a) Komponen Masukan
Masukan mentah (input peserta didik)
Komponen- komponen yang ada didalam masukan mentah ini yaitu : Jumlah
3
7
6.6
Prinsip-prinsip Evaluasi
Tujuan evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa ketercapaian
3
8
5. Akuntabel
Sudah semestinya hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau
bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa,
sekolah, dan lainnya.
Yang harus diperhatikan agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas
2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil penilaian obyektif, menggunakan penilaian yang komprehensif.
4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
5. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)
6. Penilaian harus bersifat komparabel.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
3
9
7. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya bagi siswa dan juga guru.
Secara sederhana dalam penggambaran prinsip-prinsip evaluasi menyangkut
beberapa hal yang mesti diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan Tujuan adalah Menjabarkan segala proses dan hasil pembelajaran
yang dicapai
b. Realistik dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi kondisi dan kemampuan
para siswa
c. Ekologi adalah memperhitungkan situasi dimana kurikulum yang akan
dilaksanakan
d. Operasional adalah merumuskan secara spesifik dan terperinci segala sesuatu
yang harus diukur
e. Klasifikasi merupakan Jenjang atau tingkatan, jenis pendidikan, daya dukung,
dan geografis
f. Keseimbangan merupakan Penilaian kurikulum yang ideal dan aktual,
mengenai komponen kurikulum yang mesti diperhatikan
g. Kontinuitas merupakan penilaian yang harus dilakukan secara menyeluruh
terhadap semua program yang akan dilaksanakan.
6.7
4
0
4
1
BAB 7
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
7.1 Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu
supaya terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar, dari asalnya seseorang
tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi bisa melakukannya. Dari asalnya seseorang
tidak terampil, menjadi terampil.
Terdapat tiga unsur pokok dalam belajar:
a. Proses
Balajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang bisa dikatakan belajar apaila pikiran serta perasaannya aktif,
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
4
2
dan keaktifan pikiran dan perasaan seseorang tidak akan dirasakan oleh orang lain
kecuali oleh dirinya sendiri. begitu pun dengan peserta didik, dan guru hanya bisa
mengamati kegiatan-kegiatan siswa sebagai manifestasi dari adanya aktivitas pikiran
dan perasaan siswa.
b. Perubahan Perilaku
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari
kegiatan belajarnya Sebuah perilaku tidak dikatakan sebagai sebuah hasil belajar
apabila perilaku tersebut bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan
lingkungan), serta tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain:
Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif berkaitan dengan kemampuan
intelektual manusia. Domain afektif berkaitan dengan emosional manusia, yaitu
kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap seseorang. domain
psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam bentuk keterampilan-keterampilan
motorik (gerakan fisik).
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi karena individu
berinteraksi dengan lingkungannya, yakni lingkungan fisik, baik itu bersifat alami
maupun bentuk hasil ciptaan, sesrta lingkungan sosialnya.
3.4 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu uaya yang dilakukan oleh seorang guru atau
pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.
Menurut Mudhofir (1987:30) ada empat pola pembelajaran:
a. Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga.
b. Pola pembelajaran (guru+alat bantu) dengan siswa.
c. Pola pembelajaran (guru + media) dengan siswa.
d. Pola pembelajaran media dengan siswa, atau pola pembelajaran jarak jauh.
4
3
4
4
4
5
Tujuan dari tahap persiapan ini untuk menimbulkan minat peserta belajar,
memberikan kesan positif pada peserta didik sehingga peserta didik dapat memulai
proses pembelajaran dengan baik, dan diharapkan dapat membuat proses
pembelajaran berlangsung lebih optimal.
b. Penyampaian (presentation)
Presentasi dilakukan hanya untuk mengawali proses belajar, dimana pada
presentasi guru sebagai fasilitator memimpin pembelajaran, dan peserta didik harus
terlibat aktif dalam pembelajaran.
c. Latihan (practice)
Setelah mendapat materi baru pada tahap presentasi, pada tahap pelatihan ini
bertujuan untuk membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap
pengetahuan yang baru tersebut.
4
6
2. Faktor psikologis
3. Faktor kematangan fisik serta psikisnya
yang memengaruhi hasil belajar peserta didik dari luar diantaranya:
1.
2.
3.
4.
Faktor sosial
Faktor budaya
Faktor lingkungan fisik
Faktor keagamaan
4
7
BAB VIII
KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN
8.1 Uraian
Pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari istilah pengajaran. Kata
pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata
pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal, sedangkan kata
pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal. Akan tetapi,
meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Di
dalam kata pembelajaran, ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usahausaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar.
Sebagai sebuah system, pembelajaran memiliki sejumlah komponen, yaitu:
1) Tujuan: tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh
kegiatan pembelajaran. Dimulai dari tujuan pembelajaran (umum dan khusus),
tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi untuk menuju tujuan yang
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
4
8
lebih tinggi tingkatannya, yakni membangun manusia (peserta didik) yang sesuai
denngan yang dicita-citakan.
2) Bahan (materi pembelajaran): pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni
berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topic/sub topic dan rinciannya.
Secara umum isi kurikulum itu dapat dipilah menjadi tiga unsur utama, yaitu: logika
(penngetahuan tentang benar-salah; berdasarkan prosedur keilmuan), etika
(pengetahuan tentang baik-buruk) berupa muatan nilai moral, dan estetika
(pengetahuan tentang indah-jelek) berupa muatan nilai seni.
3) Strategi pembelajaran: merupakan salah satu komponen di dalam sestem
pembelajaran, yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor, antara lain:
a. Tujuan
b. Materi
c.
d.
e.
f.
Siswa
Fasilitas
Waktu
Guru
Ekspositori klasikal
Heuristik
Pembelajaran kelompok
Pembelajaran individual.
Media Pembelajaran: adalah alat dan bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Jenis media pembelajaran
1.
2.
3.
4.
5.
meliputi:
Media visual
Media audio
Media audio visual
Media penyaji
Media interaktif
5) Evaluasi Pembelajaran:
Evaluasi pembelajaran bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi
penilaian dan pengukuran. Evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses
membuat keputusan tentang nilai suatu objek (value judgment) tidak hanya
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
4
9
BAB IX
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Dari pembelajaran mengenai prinsip-prinsip pembelajaran seperti yang telah
dikemukakan di atas, pada pokoknya dapat dikemukakan ke dalam rangkuman
sebagai berikut. Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut
Larsen dan Freeman (1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the
theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis
sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan
harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2)
prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan
bahan), 3) gurunya, dan 4) siswanya.
Dengan demikian, prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis, petunjukpetunjuk teoretis bagi penyusunan sebuah metode pembelajaran dalam hal :
1)
5)
5
0
pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan.
Setiap strategi memiliki kekhasan tersendiri, karena itu guru harus mampu memilih
strategi yang dianggap cocok dengan keadaan, guru perlu memahami prinsip-prinsip
umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh
karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk menyadari
tujuan dari kegiatan mengajarnya dengan titik tolak kebutuhan siswa.
b.
Aktivitas.
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
Individualitas.
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa, dan pada
hakekatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Walaupun
5
1
yang diajar adalah kelompok siswa dan standar keberhasilan guru ditentukan
setinggi-tingginya.
d. Integritas.
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi
siswa. Strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian
siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi misalnya, guru harus dapat
merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan aspek
intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara
keseluruhan. Mendorong siswa agar dapat menghargai pendapat orang lain,
mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide-ide yang orisinil,
mendorong siswa untuk bersikap jujur, tenggang rasa, dan lain sebagainya.
Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
9.2 Macam-macam Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) prinsip
umum dan 2) prinsip khusus (lihat Supani, dkk. 1997/1998).
1. Prinsip umum,
Yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/ berlaku untuk semua
mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum
pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
1)
Prinsip motivasi,
Yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa
untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam
belajar.
2) Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami,
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
5
2
5
3
4)
5
4
BAB 10
PENDEKATAN, STRATEGI, dan MODEL PEMBELAJARAN
10.1 Uraian
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa
melakukan kegiatan belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru harus memahami karakteristik siswa, tujuan yang ingin
dicapai, kompetensi yang harus dimiliki siswa, materi yang akan diajarkan, cara
penyampaian materi, dan penggunaan jenis penilaian yang akan dipilih sebagai alat
ukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran, guru harus
terlebih dahulu memahami pendekatan, strategi, dan model pembelajaran.
Pemahaman akan hal ini menuntun guru memilih, memilah metode pembelajaran
yang tepat.
Perlu dipahami setiap pendekatan memiliki pandangan yang berbeda tentang konsepsi
dan makna pembelajaran. Ini menyebabkan strategi dan model pembelajaran yang
dikembangkan menjadi berbeda juga.
1. Pendekatan Pembelajaran
a) Pendekatan Filsafati terhadap Pembelajaran
G.F. Kneller (1971), E. J. Power (1982, Callahan dan Clark (1983) mengemukakan
adanya berbagai aliran filsafat pendidikan. Setiap aliran filsafat memiliki konsepsi
yang berbeda, aliran filsafat yang berbeda itu dipaparkan sebagai berikut :
1) Idealisme: Pembelajaran adalaha kegiatan Tanya jawab antara guru dan murid,
melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan,
nilai dan moral keyakinan dan tingkah laku, agar siswa dapat menemukan jawaban
atas masalah yang dihadapinya, memiliki pengetahuan yang benar dan berlaku
sepanjang jaman, serta mengembangkan karakter dan bakatnya.
5
5
5
6
4) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa.
5) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekolompok kecil (5-7 orang) siswa.
b. Berdasarkan Pola Hubungan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran, terdapat tiga jenis
strategi pembelajaran yaitu :
1) Pembelajaran tatap muka
2) Pembelajaran melalui media
3) Pembelajaran tatap muka plus melalui media
c. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan Pembelajaran
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
5
7
5
8
5
9
waktu panjang)
Ingatan Kembali, (Mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan).
Generalisasi (Menggunakan hasil pembelajaran unntuk keperluan tertentu).
Perlakuan, (Perwujudan perubahan perilaku individu hasil pembelajaran).
Umpan Balik, (Individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya).
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
6
0
10.4
dibahas.
a) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
b) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditetapkan.
c) Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d) Memberikan penguatan pada prilaku pembelajaran.
e) Memberikan freedback terhadap prilaku yang ditunjukkan siswa.
f) Melaksanakan nilai proses dan hasil.
g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab
berdasarkan pengalamannya.
Adapun beberapa strategi pembelajaran (metode dan teknik) model pemrosesan
informasi ini meliputi, diantaranya:
a. Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
membentuk teori.
b. Latihan Inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang
diperlukan.
c. Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu,
dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domain-domain disiplin ilmu.
d. Pembentukan konsep, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
induktif, mengembangkan konsep, dan kemampuan analisis.
e. Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan inteligensi umum, terutama
berpikir logis, aspek sosial, dan moral.
f. Advanced Organizer Model, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu
pengetahuan secara bermakna.
Sedangkan impilkasi Teori Belajar Kognitif (Piaget) dalam pembelajaran,
diantaranya:
a. Bahasa dan cara berpikirn anak berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu guru
hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak. Anak akan
dapat belajar dengan baik apabila ia mampu menghadapi lingkungan dengan baik.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
6
1
b. Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
belajarnya sebaik mungkin (fasilitator, ing ngarso sung tulodo).
c. Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru, tetapi tidak asing. Beri
peluang kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
d. Di kelas, berikan kesmpatan pada anak untuk dapat bersosialisasi dan diskusi
sebanyak mungkin.
3. Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi kepada
perkembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk
mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini
menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta
mampu memproses informasi secara efektif.
Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Tokoh
humanistic adalah Abraham Maslow (1962), R. Rongges. C. Buhler, dan Arthur
Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik
emosional maupun intelektual. Teori humanistic timbul sebagai gerakan
memanusiakan manusia. Pada teori humanistic ini, pendidik seharusnya berperan
sebagai pendorong, bukan menahan sensivitas siswa terhadap perasaannya
Implikasi teori humanistic dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
6
2
6
3
6
4
rencana sistem pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk memudahkan dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
Secara lebih jelas diungkapkan oleh Reigeluth, bahwa fungsi dan peran Desai
Pembelajaran, Antara lain:
1)
2)
3)
4)
a) Kontruktivisme (Contructivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pendekatan
CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas memalui konteks yang terbatas. Pengatahuan bukanlah sepangkat
fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Batasan kontruktivisme diatas memberikan penekanan bahwa konsep bukalah tidak
penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh
siswa. Akan tetapi, bagai mana dari setiap konsep atau pengetahuanyang dimiliki
siswa dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam
kondisi nyata.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
6
5
6
6
6
7
BAB 11
INOVASI KURIKULUM
11.1 Uraian
A. Dasar Pemikiran
Sejak kurikulum 1975 sampai sekarang (kurikulum 2004) bberbagai inovasi
telah dilakukan, baik dalam komponen tujuan, isi/materi, proses maupun evaluasi.
Inovasi tersebut, antara lain dari kurikulum yang berorientasi kepada tujuan (goal
oriented) menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi, dari subjectcentered curriculum menjadi broad-field curriculum , dari pembelajaran yang bersifat
teacher-centered menjadi child-centered dengan dengan menggunakan pendekatan
Students Active Learning (SAL) atau di Indonesia dikenal dengan istilah CBSA,
sistem pengajaran pamong, sistem belajar jarak jauh, pengembangan keterampilan
proses, pengembangan life skills, perubahan sistem penilaian dari yang hanya paper
and pencil test menjadi classroom-based assessment dengan salah sau tekniknya
adalah portfolio, dan tentu masih banyak lagi bentuk-bentuk inovasi lain.
B. Konsep, Jenis dan Strategi Inovasi
Berbicara tentang inovasi (pembaruan) mengingatkan kita pada istilah
invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
6
8
sebagai hasil karya manusi. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya). Dengan demikian, inovasi berarti usaha
menemukan sesuatu yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (upaya) invention
dan discovery.
Pada dasarnya, inovasi kurikulum berkenaan dengan inovasi terhadap system
kurikulum itu sendiri. Focus inovasi adalah ide atau rangkaian ide. Inovasi yang
karena sifatnya tetap bercorak mental, sedangkan inovasi yang lain harus memperoleh
bentuk yang nyata. Inovasi kurikulum harus dilakukan secara sengaja dan terencana,
dalam arti bukan karena factor kebetulan atau sekadar hobi.
Inovasi kurikulum adalah usaha melakukan pembaruan system kurikulum untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan inovasi kurikulum, antara lain: (a) lebih
meratanya kesempatan belajar, (b) adanya keserasian antara kegiatan pembelajaran
dengan tujuan kurikulum, (c) implementasi kurikulum menjadi lebih efisien dan
efektif, (d) menghargai kebudayaan local/daerah, (e) tumbuhnya sikap, minat, dan
motivasi belajar peserta didik, (f) tersebarnya paket kurikulum yang menarik dan
menyenangkan semua pihak, mudah dicerna, mudah diperoleh, dan (g) terpenuhinya
kebutuhan tenaga terdidik dan terlatih yang bermutu. Adapun ciri-ciri utama suatu
inovasi, yaitu: (a) adanya sesuatu yang baru menurut persepsi yang menerima, (b)
diciptakan secara sengaja, (c) bertujuan untuk memperbaiki system yang sudah ada,
dan (d) kebaikan dari inovasi itu dapat ditunjukkan.
Inovasi harus mengandung makna perbaikan terhadap tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan termasuk menetapkan satu atau lebih kriteria kualitatif. Inovasi juga
biasanya dilihat sebagai sesuatu yang baru dan bukannya menyusun kembali apa yang
sudah ada ke dalam pola-pola baru, di lain pihak perubahan memimnta respons
sedangkan inovasi memerlukan inisiatif.
Pelaksanaan inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pelaksana inovasi itu
sendiri. Dilihat dari hal itu, inovasi kurikulum dibagi kedalam dua jenis, yaitu topdown innovation dan Buttom-up innovation.
1. Top-Down Innovation
Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, ataupun
sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi, dan sebagainya. Inovasi seperti ini
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
6
9
dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan, dan
bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan
bawahannya dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
2. Button-up Innovation
Inovasi ini dibuat berdasarkan ide, pikiran, kreasi, inisiatif di sekolah, guru
atau masyarakat. Sistem pendidikan ini cenderung bersifat sentralistis.
Selanjutnya, Chin dan Benne dalam Kennedy (1987) mengemukakan tiga strategi
yaitu:
a. Strategi Pemaksaan
Strategi pemaksaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi
yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini
cenderung memaksakan kehendak, ide, dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan
kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya di mana inovasi itu akan
dilaksanakan.
b. Strategi Empirik-Rasional
Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan
pikiran logisnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan
dengan ini, innovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan
metode yang terbaik dan valis untuk memberikan manfaat bagi penggunanya.
c. Strategi Pendidikan yang Berulang Secara Normatif
Strategi ini didasarkan pada pemikiran yang menekankan bagaimana klien
memahami permasalahan pembaruan, seperti perubahan sikap, keterampilan, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia.
C. Proses Pengembangan dan Keputusan Inovasi
1. Invention
Meliputi penemuan-penemuan baru yang biasanya merupakan adaptasi dari
apa yang telah ada. Dalam praktiknya, sering terjadi inovasi kurikulum dan
pembelajaran menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan ada yang
terjadi sebelumnya.
2. Development
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
7
0
Yaitu suatu proses sebelum masuk kedalam skala yang lebih besar.
Pengembangan sering kali bergandengan dengan penelitian sehingga prosedur
research and development merupakan tahapan yang digunakan dalam kurikulum
research and development yang meliputi berbagai aktivitas.
3. Diffusion
Difusi merupakan suatu tipe khusus dari komunikasi yang berhubungan
dengan gagasan atau ide baru. Komunikasi merupakan proses yang melibatkan para
pelakunya dalam menciptakan dan membagi informasi di antara sesamanya dalam
rangka mencapai pemahaman bersama. Komunikasi dalam difusi adalah isi pesan
dalam komunikasi tersebut adalah baru. Barunya isi pesan yang terdapat dalam
komunikasi tersebut menentukan ketidakpastian. Ketidakpastian adalah tingkat
kepercayaan terhadap sejumlah alternative dari suatu peristiwa yang akan terjadi.
4. Adoption
Pada tahap penyerapan (adoption) terdapat beberapa unsur penting yang perlu
dipertimbangkan, antara lain: penerimaan, waktu, tipe pembaruan, unit pengadopsi,
saluran komunikasi, struktur social dan budaya.
Proses pengembangan invoasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Memahami masalah atau kebutuhan yang timbul dalam masyarakat. Dalam
sistuasi tertentu, akibat desakan dan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi,
maka munculah ide, gagasan dan pandangan baru yang mencoba memecahkan
masalah secara komprehensif.
b) Melakukan penelitian dasar dan terapan.
c) Pengembangan.
d) Komersialisasi. Pada tahap ini proses penelitian dan pengembangan dikemas
dalam bentuk produk siap pakai oleh pengguna.
e) Difusi dan adopsi. Masalah yang paling krusial dalam proses pengembangan
inovasi adalah keputusan untuk memulai difusi kepada pengguna (adopter). Hal
ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dua hal, yaitu menjaga kualitas
teknologi dan keputusan untuk menyebarluaskan inovasi.
f) Konsekuensi. Tahap akhir dari proses pengembangan inovasi adalah
konsekuensi. Persoalannya apakah kebutuhan dapat dipecahkan oleh hasil
inovasi atau sebaliknya.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
7
1
Proses keputusan inovasi adalah proses dimana seorang individu atau unit
pembuatan keputusan mempertimbangkan langkah-langkah membuat keputusan,
mulai dari memahami tentang inovasi, menentukan sikap, membuat keputusan,
implementasi sampai pada konfirmasi dari keputusan tersebut.
Adapun uraian dari kelima langkah utama dalam proses keputusan inovasi ini adalah
sebagai berikut.
1) Pengetahuan, terjadi bila seorang individu terbuka terhadap adanya inovasi
dan memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara ia terlibat dan
berfungsi dalam pengembangan inovasi.
2) Persuasi, terjadi bila seorang individu menentukan sikap senang atau tidak
senang terhadap inovasi tersebut.
3) Keputusan, terjadi bila seorang individu terikat dalam aktivitas untuk
memilih mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
4) Implementasi, terjadi bila seorang individu menentukan pelaksanaan suatu
inovasi.
5) Konfirmasi, terjadi bila seorang individu mencari dukugan bagi suatu
keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi mungkin mengembalikkan
keputusan yang lalu jika pesan-pesan yang disampaikan bertentangan
dengan inovasi itu.
D. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan dari individu lain,
baik langsung maupun tidak langsung. Saluran media massa adalah semua alat yang
digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang melibatkan suatu media massa.
Dalam proses difusi perlu dipertimbangkan juga masalah waktu, karena waktu
merupakan unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu yang terlibat dalam
proses difusi, antara lain: (a) dalam proses keputusan inovasi, dimana individu baru
pertama kali megetahui tentang inovasi sampai kepada adopsi atau penolakan, (b)
dalam keinovasian individu atau unit adopsi lainnya, artinya perbandingan kecepatan
inovasi untuk diadopsi dari suatu system dengan system lainnya adalah relative, (c)
tingkat adopsi dalam system, biasanya diukur menurut jumlah anggota system yang
mengadopsi invoasi dalam jangka waktu tertentu.
Agri Triya Nugraha ( 1405603 )
7
2
7
3
7
4
Hambatan tersebut antara lainnya dapat disebabkan oleh tidak sesuainya latar
belakang kultur masyarakat (terutama guru) tempat inovasi itu berkembang dengan
budaya Indonesia. Penyebab lainnya adalah masih kurangnya sikap dan kemapuan
berpikir kritis, analitis, reflektif, konstruktif, dan antisipatif terhadap inovasi yang
dikenalkan, baik mengenai kegunaannya maupun implikasi yang mungkin timbul,
sekarang atau masa mendatang
DAFTAR PUSTAKA
7
5
7
6