Unit 6
Mulyasa, E. 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Glosarium
Komite : sejumlah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas
tertentu
Pengembang : orang atau pihak yang mengembangkan
Pengembangan : proses atau cara dan perbuatan untuk menjadi lebih
sempurna
Prinsip : asas yang dijadikan pokok/dasar berpikir dan bertindak. Dalam konteks ini,
maka prinsip tersebut merupakan asas yang dijadikan dasar dalam
pengembangan kurikulum
Sekolah : lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk
memberikan dan menerima pelajaran
Strategi : ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan pengetahuan, kepribad
Pengantar
ada Unit 1 Anda telah mempelajari hakikat kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan,
kurikulum merupakan acuan dalam menyelenggarakan pendidikan sekaligus sebagai tolok ukur pencapaian
tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan tersebut meliputi tujuan pendidikan nasional yang juga memiliki
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan siswa.
Pemerintah memberikan kewenangan kepada setiap satuan pendidikan (sekolah) untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan daerah dan kebutuhan masyarakat di sekitar
sekolah.Kurikulum yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan ini disebut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam subunit 1 ini kita akan mempelajari konsep dasar, tujuan, dan
landasan pengembangan KTSP.
Tujuan KTSP
KTSP memberi peluang kepada pihak sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan mengenai pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah.
Dibandingkan dengan kurikulum yang diberlakukan sebelumnya, KTSP lebih bersifat fleksibel. Sebelum
diberlakukan KTSP, kurikulum dikembangkan oleh pemerintah pusat sampai dengan masalah teknis operasi-
onalnya. Dengan pendekatan sentralistik tersebut, pihak sekolah tidak mendapatkan kesempatan untuk
berperan serta dalam pengambilan kebijakan tentang penyeleng-garaan pendidikan di sekolahny. Kondisi
seperti itu menyebabkan kreativitas para pengelola sekolah dan pendidik kurang berkembang. Tingkat
partisipasi masyarakat pun relatif rendah karena banyak di antara mereka yang beranggapan bahwa pendidikan
adalah tanggung jawab pemerintah. Akibatnya, tujuan pendidikan tidak dapat tercapai secara optimal.
Pemberlakuan kebijakan KTSP bertujuan untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2006:22).
Dengan kebijakan tersebut, diharapkan mutu pendidikan dapat ditingkatkan oleh sekolah secara mandiri
karena sekolahlah yang paling mengetahui kondisi objektif siswa dan kebutuhan masyarakat terhadap
pendidikan.
Di samping itu, penerapan KTSP pun diharapkan dapat menciptakan kompetisi yang sehat di antara
sekolah-sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikannya. Keterlibatan semua warga sekolah dan
masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
Sekolah menjadi lebih bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang diselenggarakan,
baik kepada pemerintah, orang tua, dan masyarakat, sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin
melaksanakan dan mencapai tujuan pendidikan seperti yang telah dituangkan ke dalam kurikulum yang
dikembangkan.
Pasal 8 menjelaskan kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan. Dalam ayat (1)
dinyatakan bahwa kedalaman muatan kurikulum setiap satuan pendidikan dituangkan ke dalam kompetensi
setiap tingkatan dan/atau semester, sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Ini berarti pengembangan
KTSP didasarkan pada standar nasional, khususnya berkaitan dengan pencapaian kompetensi siswa. Ayat (2)
menegaskan bahwa kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dengan demikian, pengembangan kurikulum setiap satuan pendidikan dilaksanakan dengan
menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh BSNP. Hal ini juga
ditegaskan dalam ayat (3) bahwa ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri.
Ketentuan tentang pengembangan KTSP ini juga dipertegas pada Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan
bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah
berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Panduan itu dibuat untuk dijadikan sebagai acuan bagi
satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh setiap satuan pendidikan. Hal itu diperjelas
dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan Pasal 1 ayat (3), ” Pengembangan
dan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah memperhatikan panduan penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun BSNP. Ayat (4) menyatakan bahwa
satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP.
Rangkuman
KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan. Pengembangan KTSP oleh satuan pendidikan bertujuan memberikan peluang dan
kesempatan kepada pihak sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan mengenai
pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan sehingga diharapkan mampu memberdayakan
semua potensi yang dimiliki. Dengan kebijakan ini, sekolah diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Pengembangan KTSP dilakukan berdasarkan pada Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan,
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional dan Peraturan
Pemerintah nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar
penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah atau setiap satuan pendidikan tidak menyimpang dari
tujuan pendidikan nasional dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.
Rumusan visi harus singkat, tetapi mampu menggambarkan ancangan ke depan ke arah yang dicita-
citakan sekolah. Visi juga harus sesuai dengan kondisi setiap sekolah serta tujuan pendidikan nasional.
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi yang telah ditetapkan (Dirjen
Dikdasmen, 2004:2 1). Misi adalah bentuk layanan atau tugas untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan
dalam visi dengan berbagai indikatornya. Sebagai contoh, rumusan misi sekolah dengan visi “Sebagai
Lembaga Pendidikan Dasar yang Unggul dalam Prestasi Dilandasi Kekokohan Iman dan Taqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa” memiliki misi:
· Melaksanakan pembelajaran yang efektif berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa untuk mengembangkan potensi keilmuan siswa
· Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah
· Membimbing dan mengembangkan bakat dan minat siswa
· Mendorong dan membantu siswa untuk mengembangkan potensinya.
· Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah
· Dll.
Cakupan setiap kelompok mata pelajaran disajikan pada Tabel 1. Tabel 6.1. Cakupan
Kelompok Mata Pelajaran
Kelompok Mata
NO Cakupan
Pelajaran
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk
membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Agama dan
1 Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
Akhlak Mulia
etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama.
2 Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan
dan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak, dan
Kepribadian kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran
dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela
negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi,
tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar
pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SD/MI/SDLBdimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan
mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi
Ilmu dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
3 Pengetahuan dan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata
Teknologi pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB
dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah
secara kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi,
kecakapan, dan kemandirian kerja.
Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan
4 Estetika mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan
ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati
dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan
sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta
menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP/MTs/ SMPLB
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan
sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata pelajara jasmani,
Jasmani,
olahraga dan kesehatan pada SMA/MA/ SMALB/SMK/ MAK
5 Olahraga dan
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan
Kesehatan
sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat. Budaya hidup
sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat
individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan
seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan
narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit
lain yang potensial untuk mewabah.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi sub stansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada
Tabel 2.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
c. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d.
VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.
e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Materi muatan lokal bukanlah bagian dari
materi mata pelajaran lain. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada
mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakannya. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap
semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran
muatan lokal.
Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap siswa, sesuai
dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan
diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier siswa serta kegiatan kepramukaan,
kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan, pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus
menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus siswa.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
884-1064 jam
35 pembelajaran
I s.d. III 26-28 34-38 516-621
(30940 – 37240
SD/MI/ menit)
SDLB*) 1088-1216 jam
pembelajaran
IV s.d. VI 35 32 34-38 635-709
(38080 - 42560
Menit
1088 - 1216
jam
SMP/MTs/ VII s.d.
40 32 34-38 pembelajaran 725-811
SMPLB*) IX
(43520 - 48640
menit)
1292-1482 jam
SMA/MA/ X s.d. pembelajaran
45 38-39 34-38 969-1111,5
SMALB*) XII (58140 - 66690
menit)
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh
siswa yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompe-tensi. Waktu penyelesaian penugasan
terstruktur ditentukan oleh pendidik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh siswa.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur terdiri atas:
a. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi siswa pada
SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan.
b. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi siswa pada
SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan.
c. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi siswa pada
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran yang bersangkutan.
Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket ialah enam tahun untuk
SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/ SMALB, dan tiga sampai dengan empat
tahun untuk SMK/MAK. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi siswa yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang siswanya
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan.
Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).
Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu
jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Panduan tentang sistem kredit semester diuraikan secara khusus dalam
dokumen tersendiri.
Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-
100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan
kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis
terkait.
Pendidikan Kecakapan Hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat
memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik dan/atau kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus. Pendidikan
tersebut dapat diperoleh siswa dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan
formal lain dan/atau nonformal.
Kalender Pendidikan
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti
kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran siswa selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur (Dikdasmen Depdiknas, 2006).
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan siswa dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi. Adapun rambu-rambu penyusunan kalender pendidikan menurut
standar isi sebagai berikut.
1. Alokasi waktu
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran
pada setiap satuan pendidikan. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam
pembelajaran setiap minggu, yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk
muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada
satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur
akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur
khusus. Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada berikut.
Rang kuman
Sebagai perangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran, KTSP memiliki komponen
visi dan misi satuan pendidikan, tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan,
silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan dan dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP, kepala
sekolah maupun guru harus mampu mensinergikan komponen-komponen tersebut secara komprehensif.
Pengembangan KTSP
Pengantar
Pengembangan KTSP merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan berbagai
komponen yang saling berkaitan dan berbagai pihak yang berkepentingan dengan pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Hal ini menuntut profesionalitas tim pengembang, terutama Kepala Sekolah sebagai ketua tim
pengembang kurikulum di tingkat sekolah. Keahlian yang dituntut untuk dikuasai bukan hanya mengenai
penguasaan dan pemahaman terhadap berbagai komponen kurikulum beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, melainkan juga keterampilan teknis berkaitan dengan pengorganisasian pelaksanaan
pengembangannya.
Berdasarkan tuntutan tersebut, Anda sebagai guru perlu dibekali dengan pemahaman tentang
pengembangan KTSP, prinsip pengembangan KTSP, dan proses pengembangan KTSP. Untuk itu, mari kita
pelajari uraian berikut.
Keempat, penyiapan sumber belajar. Sumber belajar yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan KTSP
antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, pepustakaan, dan tenaga pengelola profesional. Karena itu,
guru harus kreatif mengembangkan media dan sumber pembelajaran dan memanfaatkannya secara efektif
dalam pembelajaran. Kelima, dalam pengembangan KTSP, guru harus dapat mengembangkan dan
menciptakan disiplin peserta didik agar dapat mematuhi segala peraturan dan tata tertib yang ada. Guru harus
mampu membimbing siswa untuk membentuk pola perilaku disiplin dan tertib.
Keenam, pengembangan kemandirian kepala sekolah. Kemandirian dan profesionalisme kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengembangan KTSP. Kemandirian kepala sekolah
diperlukan mengingat dalam pengembangan KTSP, pihak sekolah dituntut untuk memiliki insiatif dan
kemandirian untuk mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
setempat, terutama siswa. Untuk itu, diperlukan kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh
agar mampu mengambil keptusan dan prakarsa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Ketujuh, membangun karakter guru. Guru harus kreatif dan mampu menjadi mitra belajar siswa. Hal ini
diperlukan karena KTSP menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Untuk itu, peran guru
sangat penting dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP karena gurulah yang langsung melaksanakan
pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa.
Rangkuman
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, mulai dari analisis konteks, evaluasi
diri untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan serta tantangan yang dihadapi sekolah hingga tersusunnya
kurikulum tingkat sekolah dan bahkan tingkat mata pelajaran. Berdasarkan hasil analisis konteks tersebut,
dikembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yang
telah ditetapkan.
Pengembangan KTSP tersebut melibatkan seluruh komponen sekolah, mulai dari kepala sekolah
sebagai ketua merangkap anggota, guru-guru dan administrator sekolah, komite sekolah, pakar kurikulum dan
tokoh masyarakat jika diperlukan dibawah supervisi dinas pendidikan kota/kabupaten. Dengan demikian,
diharapkan kurikulum yang dikembangkan dapat mengakomodasi semua kepentingan dan sesuai dengan
karakteristik serta kebutuhan masyarakat setempat.
Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Man ajem en Berbasis Sekolah. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Pendidikan
nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Glosarium
Kalender pendidikan : pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu
tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur
Kompetensi : serangkaian pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kurikulum : seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kurikulum Tingkat : kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan Satuan Pendidikan oleh
masing-masing satuan pendidikan
Misi : tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi
yang telah ditetapkan
Muatan lokal : Kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu
banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Otonomi pendidikan : pendelegasian wewenang kepada sekolah untuk
mengembangkan program-program pendidikan di sekolah dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan
Pengembangan diri : kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat, setiap siswa sesuai dengan kondisi sekolah
Penugasan : kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi terstruktur
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk
mencapai standar kompetensi
Rencana Pelaksanaan : rencana yang menggambarkan prosedur dan Pembelajaran (RPP) manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus
Silabus : rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar
Sistem Kredit : sistem penyelenggaraan program pendidikan yang semester peserta didiknya
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap
semester pada satuan pendidikan
Sistem paket : sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang
sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang
berlaku pada satuan pendidikan.
Standar Nasional : kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Pendidikan wilayah
hukum Negara Kesatuan republik Indonesia
Standar isi : standar lingkup materi dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
Standar Kompetensi : kualifikasi kemampuan lulusan minimal yang Lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sebagaimana
ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006. SKL meliputi standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata