Anda di halaman 1dari 9

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah

dari Kurikulum 2004, 2006 ke Kurikulum 2013

Penulis : Dr. Herry Widyastono,PU

ISBN : 978-602-217-406-6

Penerbit : Bumi Aksara

Editor /Penyunting : Prof.Said Hamid Hassan, M.A.,Ph.D

Tebal : 242 halaman

1
RINGKASAN BUKU

Buku Pengembangan Kurikulum di era Otonomi Daerah yang ditulis oleh

Dr.Herry Widyastono,PU membahas tentang metodologi pengembangan

kurikulum dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam

pengembangan kurikulum dari masa ke masa. Buku ini disajikan dalam Sembilan

bab.

Bab 1 membahas tentang hakikat kurikulum. Kurikulum merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran yang berfungsi untuk mengopimalkan perkembangan peserta didik

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kedudukannya sangat

strategis sebab berisi rumusan tentang tujuan yang menentukan ke mana peserta

didik akan dibawa dan diarahkan, selain rumusan tentang isi dan kegiatan belajar

yang akan membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap,

serta nilai-nilai yang mereka perlukan dalam kehidupan dan pelaksanaan tugas

pekerjaan di masa yang akan datang sehingga dapat mengarahkan guru, kepala

sekolah, pengawas, orang tua, dan peserta didik sesuai dengan peran dan tugas

masing-masing.

Bab 2 membahas teori pendidikan dan model-model kurikulum. Teori-

teori pendidikan tertentu mendasari model-model kurikulum tertentu. Teori

pendidikan klasik mendasari model kurikulum subjek akademis, teori pendidikan

2
pribadi mendasari model kurikulum humanistik, teori pendidikan interaksional

mendasari kurikulum rekonstruksi sosial, dan teori teknologi pendidikan

mendasari kurikulum kompetensi.

Bab 3 membahas landasan pengembangan kurikulum. kurikulum selalu

relevan dengan kondisi kekinian (tuntutan zaman) maka harus selalu

disempurnakan dengan mengacu pada landasan yuridis, di samping landasan

filosofis, psikologis, sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan empiris.

Bab 4 membahas prinsip, model, dan manajemen pengembangan

kurikulum. Terdapat berbagai model pengembangan kurikulum, yang pada

dasarnya mencakup Iangkah-langkah: (a) merumuskan tujuan; (b) merumuskan

pengalaman belajar ; (c) mengelola pengalaman belajar; dan (d) melakukan

evaluasi, yang mengacu pada prinsip-prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,

efisiensi dan efektivitas, sedangkan manajemen pengembangannya dapat bersifat

sentralistik, desentralistik, atau sentralistik-desentralistik (pembagian kewenangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau sekolah).

Bab 5 membahas perkembangan kurikulum di Indonesia. Sejak zaman

kemerdekaan sekurang-kurangnya sudah terjadi ll kalj perubahan kurikulum, 8

kali terjadi sebelum era otonomi daerah dan 3 kali terjadi setelah era otonomi

daerah, yaitu (1)Kurikulum 1947; (2) Kurikulum 1964; (3) Kurikulum 1968; (4)

Kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan); (5) Kurikulum 1975;

(6) Kurikulum 1984; (7) Kurikulum 1994; (8) Kurikulum SMK 1999; (9)

Kurikulum 2004; (10) Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan);

dan (11) Kuriku1um 2013.

3
Bab 6 membahas pengembangan Kurikulum 2004 yang juga disebut

dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 2004

merupakan kurikulum pertama di era otonomi daerah, era desentralisasi

pendidikan. Sebagian kewenangan Pemerintah dalam mengembangkan kurikulum

dilimpahkan kepada pemerintah daerah dan satuan pendidikan. Manajemen

pengembangan kurikulumnya bersifat sentralistik-desentralistik.

Pemerintah menyusun Ketentuan Umum, Standar Kompetensi Bahan

Kajian, Standar Kompetensi Mata Pelajaran, dan Pedoman Pelaksanaan

Kurikulum. Pemerintah daerah dan satuan pendidikan menyusun Petunjuk Teknis,

silabus dan Persiapan Mengajar.

Bab 7 membahas pengembangan Kurikulum 2006, yang disebut dengan

istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidlkan (KTSP), Manajemen pengembangan

kurikulumnya bersifat sentralistik-desentralistik. Pemerintah menetapkan Standar

Nasional Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendid Lkan (BSNP) menyusun

Panduan Penyusunan KTSP, sedangkan setiap satuan pendidikan menyusun

KTSP mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Panduan Penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP meliputi. Dokumen l, yang antara

lain terdiri atas visi, misi, tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP,

beban belajar, dan kalender akademik; Dokumen 2, yang berupa Silabus setiap

mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru; Dokumen 3, yang berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh setiap guru pula

Bab 8 membahas pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih

menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap

peserta didik secara holistik, yang harus diimplementasikan dalam pembelajaran

4
dan ditagih dalam rapor, serta sebagaj penenm kenaikan kelas dan kelulusan

peserta didik. Manjemen pengembangan kurikulumnya bersifat

sentralistik~desentralistik. Pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan,

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. Silabus, dan Pedoman Implementasi

Kurikulum, sedangkan setiap satuan pendidikan seperti halnya pada Kurikulum

2006 juga menyusun KTSP . KTSP meliputi Dokumen l, antara lain terdin atas

visi, misi, tuiuan satuan pendidikan. struktur dan muatan KTSP, beban belajar,

dan kalender akademik. Dokumen 2, berupa Silabus setiap mata pelajaran yang

sudah disusun oleh Pemerintah, guru tinggal menyalinnya; Dokumen 3, berupa

RPP yang hams disusun oleh setiap guru.

Bab 9 membahas tentang penyusunan dan pengelolaan KTSP dan RPP

Kurikulum 2013. Untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, satuan

pendidikan diwajibkan menyusun KTSP dan RPP sesuai dengan potensi daerah,

karakteristik satuan pendidikan, dan peserta didik. Dokumen RPP sekurang-

kurangnya berisi: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.

5
RIVIEW BUKU

Buku ini membahas mengenai perubahan kurikulum padaa era otonommi

daerah yaitu kurikulum 2004, kurikulum 2006 dan kurikulum 2013.

Penyempurnaan kurikulum sesungguhnya merupakan hal yang biasa, bahkan

iustru merupakan suatu keharusan. Ketika kurikulum diimplementasikan pada

tahun pertama, kondisinya akan sesuai dengan kondisi saat ini, yakni sesuai

dengan tuntutan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

sebagainya. Akan tetapi, setelah kurikulum diimplementasikan beberapa tahun

kemudian, ada bagian-bagian tertentu dari dokumen kurikulum tersebut, yang

mungkin tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknoIogi. Hal ini menunjukkan bahwa zaman akan selalu

berubah. Untuk itu, tuntutan kompetensi juga akan berubah. Oleh karena itu, perlu

dilakukan perubahan. penyesuaian, penyempumaan, atau pengembangan terhadap

kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, dan sebagainya.

Buku ini sangat lengkap membahas kurikulum yang berkembang pada era

Otonomi daerah, mulai dari kerangka dasar, landasan kurikulum, konten, struktur

dan rasionalnya. Dari beberapa kurikulum yang dibahas pada buku ini,

pengembangan kurikulum 2013 yang pada awalnya banyak menuai pro dan

kontra. Masyarakat yang kontra, mungkin dilatarbelakangi karena belum

mengetahui secara utuh dokumen kurikulum 2013, atau karena ketidaktahuan

mereka tentang perlunya kurikulum selalu disesuaikan dengan tuntutan zaman dan

6
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar sesuai dengan kekinian, atau

karena memiliki persepsi yang berbeda.

Seperti yang kita ketahui, kurikulum merupakan seperangakat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang berfungsi untuk

mengotimalkan perkembangan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Kedudukan kurikulum sangat strategis dalam seluruh proses

pendidikan karena berisi rumusan tentang tujuan yang menentukan kemana

peserta didik akan dibawa dan diarahkan; dan berisi rumusan tentang isi dan

kegiatan belajar, yang akan membekali peserta didik dengan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, serta nilai-nilai yang mereka perlukan dalam kehidupan

dan pelaksanaan tugas pekerjaan di masa yang akan datang. Selain itu, fungsi

kurikulum dalam pendidikan, yaitu mengarahkan guru, kepala sekolah, pengawas,

orangtua, dan peserta didik sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.

Dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa prinsip antara lain

relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip relevansi

artinya tujuan, isi, dan proses belajar dalam kurikulum hendaknya relevan dengan

kebutuhan dan perkembangan masyarakat (relevansi ke luar) serta relevansi

antarkomponen-komponen kurikulum yaitu antara tujuan, isi, proses

penyampaian, dan penilaian. Pada prinsip fleksibilitas, kurikulum mempersiapkan

anak untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Pada prinsip

kontinuitas, perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

berkesinambungan. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang

disediakan kurikulum hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas

7
dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga

antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Prinsip praktis kurikulum disebut

juga prinsip efisiensi, mudah dilaksanakan, menggunakan biaya yang murah.

Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan

baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Pada prinsip efektivitas,

meskipun kurikulum tersebut sederhana tetapi keberhasilan secara kualitas dan

kuantitas tetap diperhatikan.

Dalam mengembangkan kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi

yaituadministrator pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan,

guru-guru, dan orangtua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Peranan para

administrator di tingkat pusat adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun

kerangka dasar serta program inti kurikulum. Administrator tingkat pusat bekerja

sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di Perguruan Tinggi serta

meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Oleh

karena itu, para administrator daerah (kepala kantor wilayah) dan administrator

lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah) mengembangkan kurikulum

sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

Pengembangan kurikulum perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-

konsep dalam ilmu dan membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli

pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.

Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang

studi/bidang ilmu yang mempunyai wawasan tentang pendidikanserta

perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih bidang

ilmu, yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat

8
sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun

materi ajaran yang sesuai dengan struktur keilmuan tetapi sangat memudahkan

para siswa untuk mempelajarinya.

Guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Guru juga

merupakan merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan dan

melakukan evaluasi serta penyempurnaan terhadap kurikulum. Orang tua juga

mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Dalam penyusunan

kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta. Peranan orang tua

lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut

kurikulum dilaksanakan di rumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau

mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.

Anda mungkin juga menyukai