Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL BORG DAN GALL

Mata Kuliah:

Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sutarto Hadi, M. Si, M.Sc
Dr. Arif Sholahuddin, M.sc

Oleh:

Amiratush Shalihah 1920132320006


Khairiana Fitri 1920132320001

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2019
MODEL GORG DAN GALL

Oleh: Amiratus Shaliha (1920132320006)


Khairiana Fitri (1920132320001)

INDIKATOR

1. Mengetahui hakikat dari penelitian pengembangan


2. Mengetahui karakteristik dari penelitian pengembangan
3. Mengetahu langkah-langkah model Borg dan Gall
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan model Gorg dan Gall

URAIAN TOPIK

A. Hakikat Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan


menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi
pembelajaran, digunakan untuk mengatasi pembelajaran di kelas/laboraturium,
dan bukan untuk menguji teori. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan
oleh Borg & Gall (1983) bahwa penelitian pengembangan sebagai usaha untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam
pendidikan. Seel & Richey (1994) juga memberikan pengertian pengembangan
sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.
Pengembangan atau sering disebut sebagai penelitian pengembangan dilakukan
untuk menjembatani antara penelitian dan paktik pendidikan (Ardhana,2002).

Penelitian Pengembangan Inovasi Pembelajaran dapat dilakukan melalui


beberapa cara yaitu: 1) Penelitian Tindakan Kelas, 2) Penelitian Eksperimen
Semu dan 3) Penelitian Pengembangan (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi
Pendidikan, 2008). Penelitian dan Pengembangan atau Reasearch and
Development (R&D) atau sering disebut “pengembangan” adalah strategi atau
metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki produk-produk yang
telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Direktorat Tenaga Kependidikan
dan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,
2008).

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru,
materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran

B. Karakteristik Model Penelitian Pengembangan (Research and


Development Borg and Gall)

Santyasa (2009) mengemukakan bahwa penelitian pengembangan dalam


rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai
pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan
kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media
belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk validasi yang dilakukan melalui uji ahli dan uji
lapangan secara terbatas perlu dilakukan, sehingga produk validasi yang
dilakukan melalui uji ahli dan uji lapangan secara terbatas perlu dilakukan,
sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas
pembelajaran. Proses pengembangan, validasi dan uji coba lapangan tersebut
seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode dan media
pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara
sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
C. Model Penelitian Pengembangan (Research and Development Borg and
Gall)

Dari banyak model- model "Penelitian dan Pengembangan" yang ada, yang
secara khusus mengarahkan penelitian dan pengembangan di bidang
pendidikan, khususnya pembelajaran adalah model R&D yang dikembangkan
oleh Borg dan Gall.

Dalam model pengembangan, Borg and Gall memuat panduan sistematika


langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang dirancangnya
mempunyai standar kelayakan. Dengan demikian, yang diperlukan dalam
pengembangan ini adalah rujukan tentang prosedur produk yang akan
dikembangkan. Uraian model pengembangan Borg dan Gall, dijelaskan sebagai
berikut.
Educational research and development (R & D) is a process used to develop and
validate educational products. The steps of this process are usually referred to as
the R & D cycle , which consists of studying research findings pertinent to the
product to be developed, developing the product based on the finding, field
testing it in the setting where it wil be used eventually, and revising it to correct
the deficiencies found in the field testing stage. In indicate that product meets its
behaviorally defined objectives. (Borg & Gall, 1983:772)
Terjemahan:
Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R & D) adalah suatu proses
yang yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk
bidang pendidikan. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya
dikenal sebagai siklus R& D, yang terdiri dari: pengkajian terhadap hasil-
hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-
komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya
menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang dirancang, dan
peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji
coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan
pengembangan yang dilakukan mempunyai obyektivitas.
Model ini dikenal dengan model sepuluh langkah. Langkah umum dalam siklus
R & D (Research and Development) atau penelitian dan pengembangan yang
digunakan untuk mengembangkan suatu prosuk pengembangan adalah sebagai
berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi-termasuk kajian pustaka, pengamatan


kelas dan penyiapan laporan sebagai bagian dari seni.
2. Perencanaan-termasuk mendefinisikan keterampilan, pernyataan tujuan dan
tes skala kecil yang mungkin dikerjakan.
3. Mengembangkan bentuk pendahuluan produk-termasuk persiapan materi
pembelajaran, handbook dan alat evaluasi.
4. Uji lapangan persiapan-dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah, menggunakan 6
sampai 12 subjek.wawancara, observasi dan kuesioner pengumpulan data dan
analisis data.
5. Revisi produk utama-revisi produk sebagaimana disarankan oleh hasil uji
lapangan persiapan.
6. Uji lapangan utama- dilakukan pada 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai
100 subjek. Data kuantitatif hasil belajar prekursus dan poskursus
dikumpulkan. Hasilnya dievaluasi berkenaan dengan tujuan kursus dan
dibandingkan dengan data kelompok kontrol, yang sesuai.
7. Pelaksanaan revisi produk-revisi produk sebagaimana disarankan oleh hasil
uji lapangan utama.
8. Uji lapangan operasional-dilakukan pada 10 sampai 30 sekolah meliputi 40
sampai 200 subjek. Wawancara, observasi dan kuesioner pengumpulan dan
analisis data.
9. Revisi produk akhir-revisi produk sebagaimana disarankan oleh hasil uji
lapangan operasional.
10. Penyebaran dan pengimplementasian-melaporkan produk pada pertemuan
profesional dan dalam jurnal. Bekerja dengan penerbit yang memangku
distribusi komersial. Memonitor distribusi untuk meningkatkan kontrol
kualitas.
Secara procedural, maka langkah-langkah dalam model pengembangan Borg
and Gall dijabarkan dalam bagan seperti di bawah ini.

Pengembangan
Penelitian dan Uji lapangan
bentuk
Pengumpulan Perencanaan pendahuluan/pers
pendahuluan
Informasi iapan
prosuk

Revisi
Revisi
berdasarkan hasil Uji lapangan Uji lapangan
berdasarkan uji
uji lapangan utama operasional
lapangan utama
pendahuluan

Revisi
berdasarkan uji Penyebaran dan
lapangan implementasi
operasional

Gambar C.1 Model desain Borg dan Gall

Tahap ke sepuluh langkah ini, jika diikuti secara tepat menghasilkan


produk penddikan berdasarkan penelitian, di mana produk sepenuhnya siap
digunakan secara operasional di sekolah-sekolah. Walaupun stiap langkah akan
didiskusikan secara detail, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar langkah-
langkah juga dimasukkan dalam banyak proyek penelitian pendidikan.
Sebenarnya terutama sekali langkah keenam, uji lapangan utama, di mana data
kuantitatif dikumpulkan untuk menentukan apakah produk sesuai dengan tujuan
penampilan/tujuan pembelajaran.

a. Seleksi Produk

Sebelum proses R & D pendidikan dapat diaplikasikan, perlu melukiskan


sekhusus mungkin produk pendidikan yang dikembangkan. Deskripsi ini akan
termasuk: (1) deskripsi naratif menyeluruh usulan produk, (2) garis besar
sementara produk apa yang akan termasuk dan bagaimana menggunakannya, dan
yang lebih penting, (3) pernyataan tujuan khusus produk. Dalam kasus kursus ini
adalah penelitian mini kursus, tujuannya akan menyatakan tingkat penampilan
khusus untuk dicapai oleh guru melengkapi kursus. Dalam sejumlah waktu
tertentu mereka akan mendemonstrasikan setiap keterampilan dalam periode
waktu yang diberikan.
Pada sebagian besar kasus alami produk akan berubah secara substansi
selama proses pengembangan. Ini tidak berarti bahwa perencanaan awal akan
menjadi enteng. Perencanaan ini membutuhkan dasar di mana revisi yang lalu
dibangun. Tanpa perencanaan yang hati-hati pada saat memulai, kemungkinan
bangunan produk yang baik banyak berkurang.
Sangat sedikit pengembangan produk yang baik bersedia dalam
pendidikan, pengembang mempunyai rentangan hampir tanpa batas produk yang
mungkin dia kembangkan. Bagaimanapun, terdapat sejumlah kriteria yang dapat
diterapkan dalam memilih area untuk dikerjakan. Kriteria pemilih produk
digunakan di Far West Laboratory sebagai berikut.
1. Apakah usulan produk menemukan kebutuhan pendidikan penting?
2. Apakah bagian seni cukup maju bahwa ada kemungkinan produk yang layak
sukses dapat dibangun?
3. Apakah tersedia personil yang mempunyai keterampilan, pengetahuan dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk membangaun produk ini?
4. Dapatkan produk dikembangkan dalam waktu yang layak?
Itu adalah suatu kenyataan bahwa pada staf Teacher Education Program
ada penekanan kebutuhan untuk mengembangkan produk efektif bagi pendididkan
guru dalam dinas. Disktrik sekolah umumnya memberikan sangat sedikit
pendidikan dalam dinas dan apa yang tersedia umumnya kurang. Program
pendidikan guru konvensional mempunyai empat kelemahan serius: (1) guru
diberitahukan apa yang dikerjakan dalam sebagian besar waktu, daripada
diberikan kesempatan untuk mempraktikkan teknik mengajar yang baik; (2)
sebagian besar program pelatihan memberikan guru generalisasi yang tidak jelas,
seperti “individualisasi pembelajaranmu”, tetapi gagal untuk mencobanya dalam
mengkhususkan, perilaku keterampilan kelas yang didefinisikan; (3) pengajaran
siswa kurang model yang efektif dan (4) program pelatihan konvensional
menyediakan sedikit atau tanpa umpan balik kepada guru dalam penampilan
kelasnya. Mini kursus dirancang untuk mengatasikelemahan yang ada dalam
program pelatihan guru.

b. Tinjauan Literatur

Segera sesudah produk pendidikan sementara diidentifikasi, tinjauan


literatur dilakuakan untuk temuan-temuan penelitian dan informasi lain
berhubungan dengan rencana pengembangan. Dalam penelitian dasar atau
terapan, satu tujuan tinjauan literatur adalah menentukan bagian pengetahuan
dalam area yang bersangkutan. Dalam proyek R & D, peneliti harus juga
memperhatikan bagaimana pengetahuan ini dapat diaplikasikan ke dalam produk
yang ingin dikembangkan.
Tinjauan pendahuluan literatur pada metode pengajaran mengajukan
bahwa teknik bertanya pada diskusi kelas akan menjadi pilihan baik bagi kursus
mini pertama. Judul akhirnya diberikan untuk kursus mini 1 adalah “Pertanyaaan
Efektif-Tingkat Dasar.” Sejak kursus mini 1 dikembangkan produk oleh The
Teacher Education Program, itu perlu dilakukan dua tinjauan literatur. Tujuan
pertama adalah untuk menemukan penelitian yang dapat digunakan untuk
mengembangkan model dasar pembelajaran bagi pelatihan guru. Penelitian di
empat wilayah meneliti: pengajaran mikro, belajar dalam film, umpan balik dalam
belajar dan permodelan dalam belajar. Sebagai contoh, ditemukan bahwa memberi
guru umpan balik vidio pada penampilan pengajarannya adalah teknik efektif
untuk pengembangan keterampilan kelas baru. Teknik efektif lain adalah
memberikan model keterampilan untuk dipelajari.menariknya, penelitian
menemukan indikasi baha kehadiran supervisor tidak perlu untuk menghasilkan
perbaikan guru ketika permodelan dan rekaman video umpan balik berikan.
Dalam kenyataan Bruce Tuckman dan W.F. Oliver menemukan bahwa umpan
balik supervisor berperan penting untuk mengubah penilaian perilaku guru dalam
interval tiga bulan lebih dalam arah berlawanan yang direkomendasikan oleh
supervisor. Masih banyak pendidik percaya bahwa supervisor adalah elemen yang
dibutuhkan dalam pelatihan guru. Contoh ini mendemonstrasikan bahwa pendapat
dan praktik yang berlaku kurang dapat dijadikan pedoman bagi pengembangan
produk pendidikan yang dikerjakan sesuai harapan.
Tinjauan literatur kedua mengenai keterampilan bertanya dan diskusi.
Ditemukan bahwa penelitian di area ini belakangan meluas dari penelitian Steven
tahun 1912 pada kelas sekolah tinggi. Steven menemukan bahwa 2/3 pertanyaan
guru dibutuhkan siswa untuk menggali fakta dari pada untuk berfikir tentang
fakta. Lebih lanjut, guru berbicara 2/3 waktu diskusi, kemudian mengijinkan
siswa berpartisipasi hanya 1/3 waktu. Temuan yang sama diperoleh dalam
penelitian baru-baru ini. Itu menunjukkan bahwa sekalipun mereka mengetahui
kezaliman yang tidak diinginkan dalam praktik pengajaran dalam waktu yang
lama, pendidik tidak berhasil menghasilkan kebutuhan peningkatan keterampilan
mengajar guru. Tujuan utama kursus mini 1 akan mengurangi guru berbicara dan
menyesuaikan untuk meningkatkan murid berbicara dan meningkatkan persentase
pertanyaan berfikir guru.
Dalam fase berikut tinjaun literatur, itu diperlukan untuk teknik khusus
yang dapat digunakan guru untuk menyempurnakan tujuan. Walaupun sedikit
penelitian yang berhubungan, itu juga dibutuhkan untuk memberi perhatian yang
dapat dipertimbingkan bagi opini dan pengalaman praktisi. Sebagai contoh,
Groisser mengajukan beberapa strategi pengajaran yang dimasukkan dalam kursus
mini 1, tetapi dia sajikan tanpa keefektifannya. Sejak pengalaman lapangan
dengan kursus mini 1 menunjukkan bahwa sebagian besar strategi menghasilkan
peningkatan diskusi kelas, mereka masukkan dalam bentuk akhir kursus.
Wawancara dan observasi lapangan langsung juga telah berguna
melengkapi literatur penelitian dalam memberikan dasar-dasar pengetahuan untuk
mengembangkan produk pendidikan. Sebagai contoh, dalam kursus mini 5, yang
berhubungan dengan keterampilan tutorial matematika, dapat ditemukan temuan
tanpa penelitian berkenaan dengan apa yang terjadi antara iswa dan guru dalam
tutorial khas. Agar sebagian mengisi kesenjangan ini, laboratorium mengirim
pengamat ke sejumlah kelas untuk mempelajari interaksi tutorial antara guru dan
siswa. Dapat dipelajari bahwa observasi ini merupakan kontak tutorial basanya
antara guru dan individu siswa singkat, rata-rata 15 menit. Konten tutorial ini
berhubungan dengan anjuran bahwa guru khususnya memberi siswa jawaban atau
menunjukkan kesalahannya dan kemudian melanjutkannya. Usaha untuk
memandu siswa ke arah identifikasi kesalahannya atau untuk mengembangkan
pemahaman konsep matematika dan prosedur pemecahan masalah adalah jarang.
Walaupun mereka tidak dikumpulkan dalam kontrol latar penelitian yang rapat,
data ini memberikan dasar informasi tentang sifat dasar tutoring matematika pada
tingkat menengah dan dianjurkan guru dapat mengambil keuntungan dari tahapan
belajar tutorial di mana siswa di pandu ke arah diskoveri kesalahannya dan
memahami konsep matematika dan prosedur pemecahan masalah.

c. Perencanaan

Segera sesudah melengkapi kajian literatur dan informasi lain yang berhubungan,
pengembang meneruskan langkah perencanaan siklus R & D.
Barangkali aspek paling penting perencanaan penelitian pendidikan
berbasis produk adalah pernyataan tujuan khusus yang dicapai oleh produk. Kritik
yang sering ada dalam praktik pendidikan adalah tidak adanay tujuan dan kriteria
yang tersedia untuk mempertimbangkan keefektifan. Tujuan memberikan dasar
terbaik untuk pengembaangan program pengajaran, sejak program dapat diuji
lapangan sampai menentukan tujuannya. Selama fase pengembangan, tujuan
perilaku biasanya dinyatakan agak longgar. Contoh, di awal perencanaan kursus
min 1, satu tujuan dinyatakan bahwa setelah kursus sebagian besr guru akan
meningkat penggunaan gagasan pertanyaan dalam situasi diskusi.
Elemen penting lain fase perencanaan adalah estimasi uang, sumber daya
manusia, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk. Umumnya
banyak sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tunggal R & D.
Perencanaan yang baik dapat membantu pengembang menghindari banyak
pemborosan kerja selama fase siklus R & D sebelumnya.

d. Pengembangan Bentuk Awal Produk

Setelah rencana awal telah dilengkapi, langkah utama selanjutnya siklus R & D
adalah membangun bentuk awal produk pendidikan yang dapat diuji lapangan.
Prinsip penting yang akan diobservasi dalam pengembangan bentuk awal produk
pendidikan adalah struktur produk, dimana diperbolehkan memperoleh umpan
balik sebanyak mungkin dari uji lapangan.

e. Uji Lapangan Pendahuluan dan Revisis Prosuk

Tujuan uji lapangan pendahuluan adalah untuk memperoleh evaluasi kualitatif


awal produk pendidikan baru. Untuk evaluasi kursus mini ini terutama didasarkan
pada umpan balik kelompok kecil guru yang ikut kursus dan observasi personil
laboraturium yang mengkoordinir uji lapangan. Sebagai aturan, dari 4-8 guru
sudah cukup untuk uji lapangan pendahuluan, karena penekanan evaluasi ini
adalah penelitian kualitatif isi kursus daripada penilaian kuantitatif outcome
kursus

Dalam seluruh fase siklus R & B yang termasuk evaluasi produk, penting
untuk menetapkan lokasi uji yang mirip dengan di mana produk akan digunakan
ketika produk telah dikembangkan secara penuh. Jika berbeda jenis lokasi
lapangan yang digunakan peneliti menghadapi masalah dalam penggeneralisasian
temuan yang diperoleh dalam satu sening ke setting lainnya.

Setelah uji lapangan pendahuluan, seluruh data disusun dan dianalisis. Tim
pengembang menggunakan hasil itu untuk merencanakan kembali kursus dan
kemudian menuju ke perbuatan revisi sesuai tuntutan.

f. Uji Lapangan Utama dan Revisi Produk

Tujuan uji lapangan dalam siklus R & D kursus mini adalah untuk menentukan
apakah produk pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Umumnya rancangan eksperimen digunakan untuk menjawab
pertanyaan ini. Dalam kasus kursus mini 1, kelompok tunggal rancangan pretes
postes (a single-group pre-post design) digunakan untuk menentukan apakah guru
akan meningkatkan secara signifikan penggunaan keterampilan diskusi mereka.
Sebagai tambahan, tujuan primer uji lapangan utama adalah menentukan
kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya, tujuan sekundes uji
lapangan utama adalah mengumpulkan Informasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya. Oleh karena itu, data kuesioner dan
wawancara akan diperoleh dari seluruh partisipan dalam uji lapangan utama.

g. Uji Lapangan Operasional dan Revisi Produk Akhir

Tujuan uji lapangan operasional adalah untuk menentukan apakah produk


pendidikan siap secara penuh digunakan di sekolah tanpa kehadiran pengembang
atau staf pengembang. Agar siap secara penuh untuk penggunaan operasional
paket harus lengkap dan diuji secara menyeluruh setiap aspel Setelah uji lapangan
operasional lengkap dan data telah dianalisis, revisi akhir keseluruhan paket
kursus dilaksanakan.

h. Penyebaran dan Pelaksanaan

Siklus Penelitian (Riset) dan Pengembangan (R & D) seringkali menjadi proses


yang memakan waktu dan mahal, cara untuk menyesuaikan biaya adalah dengan
menunjukkan penyebaran yang efektif dari produk yang dihasilkan pada pangsa
yang dimaksud. Penyebaran merupakan proses membantu para pemakai yang
potensial agar berhati-hati terhadap produk-produk Riset dan Pengembangan.
Juga penting untuk menunjukan bahwa produk Riset dan Pengembangan
dilaksanakan menurut spesitikasi para pengembangnya, sehingga menghasilkan
pengaruh-pengaruh yang dimaksudkan. Pelaksanaan merupakan proses
membantu para pemakai produk Riset dan Pengembangan untuk
menggunakannya dengan cara-cara yang dimaksudkan oleh para pengembang.

Dari arti penyebaran dan pelaksanaan Riset dan Pengembangan, proses ini
jarang dipelajari sampai pertengalun tahun 1970-an. Perhatian personil Riset dan
Pengembangan saat Itu adalah
pada konseptualisasi dan pengembangan produk dengan program berskala besar
yang menggunakan siklus Riset dan Pengembangan dari revisi uji pengembangan.
Sedikit pembiayaan disediakan untuk mengawasi produk-produk ini setelah
produk-produk dikembangkan. Meskipun prioritasnya berubah secara dramatis
pada pertengahan tahun 1970-an. Banyak pendidik berhenti menggunakan istilah
"riset dan pengembangan dan lebih mernilih istilah "riset, pengembangan, dan
penyebaran (R, D & D). Riset, Pengembangan dan Penyebaran merupakan
pengembangan produk berdasarkan riset yang memenuhi sasaran dan penyebaran
serta kriteria pelaksanaan yang dimaksudkan.

Rasio 1:10:10 terkadang digunakan dalam industri untuk memperkirakan


kebutuhan dana untuk Riset Pengembangan dan Penyebaran. Misalnya, anggaplah
memperlukan $1 juta untuk melakukan riset dasar pada suatu produk baru
kemudian memerlukan dana sebesar $10 juta untuk mengembangan produk
tersebut melalui revisi uji bidang operasional. Sepuluh kalinya ($100 juta) akan
diperlukan untuk memproduksi dan menyebarkan produk.

Para pendidik tidak terbiasa berpikir mengenai jumlah uang yang besar
yang termasuk dalam rasio 1 10:10 pada penyebaran produk-produk Riset dan
Pengembangan. Para pemberi pendidikan bisnis memperbesar jumlah uang untuk
fasilitas-fasilitas produksi, penyimpanan inventaris dan bagian pengiriman,
kantor-kantor cabang, periklanan, tenaga penjualan dan para pelatih tetap.
Meskipun sampai hari ini, fasilitas-fasilitas dan personil ini tidak ada dalam
sistem pendidikan federal dan negara. Misalnya, ketika Minicourse pertama
menyelesaikan siklus pengembangan pada awal tahun 1970-an, tidak ada rencana
resmi pada laboratorium Barat Jauh atau Kementerian Pendidikan AS mengenai
penyebaran. Rencana penyebaran dikembangkan secara bertahap dengan pelaku
bisnis. Rencana ini didasarkan pada prosedur distribusi yang dibuat oleh pelaku
bisnis daripada berdasarkan analisis rasio syarat-syarat penyebaran dan
pelaksanaan pada produk tertentu.

Kemampuan penyebaran dan pelaksanaan produk-produk Riset dan


Pengembangan berkembang dengan lamban di negara ini. Misalnya, Jaringan
Penyebaran Nasional (NDN) yang diciptakan oleh Kementerian Pendidikan AS
untuk menyebarkan produk-produk Riset dan Pengembangan. Organisasi
penyebaran ini menghubungkan produk-produk yang berhasil dengan sistem
pendidikan yang mungkin menguntungkan keduanya. Penyebaran Produk Riset
dan Pengembangan tidak diterima secara otomatis oleh NDN. Awalnya organisasi
ini hans menjadi contoh suatu kelompok yang disebut Dewan Peninjau
Penyebaran Bersama (JDRP). Dewan ini menerima produk-produk Riset dan
Pengembangan untuk disebarkan oleh NDN jika pengaruh yang penting bagi
pendidikan ditunjukkan dan jika pengaruhnya diulangi pada beberapa sekolah
lain. Salah satu pelayanan yang diberikan NON adalah katalog tentang proyek-
proyek yang disetujui dan surat kabar mengenai kegiatan kegiatan NDN. NDN
juga memberikan bantuan teknis pada sistem pendidikan yang tertarik
menggunakan dan melaksanakan suatu proyek yang telah disetujui Fasilitator
NDN yang ditunjuk pada masing-masing negara bagian dibenkan untuk tujuan ini.

Kemampuan penyebaran dan pelaksanaan nasional lainnya adalah


Pertukaran Riset dan Pengembangan (RDx). RDX menyebarkan informasi
mengenai produk-produk Riset dan Pengembangan yang inovatif pada para
pendidik dalam negeri. RDx juga mengumpulkan dan meneruskan informasi
mengenai kebutuhan daerah pada para peneliti dan pembuat keputusan. Kegiatan
tersebut diawasi oleh pengembang pendidikan, organisasi ini akan melibat bagian
sumberdaya yang meningkat sehingga menjadi berlebihan

Alasan yang lebih jelas untuk menolak upaya-upaya menggunakan produk


yang berlebihan selama siklus pengembangan yaitu jika pengembang memberikan
tekanan ini, dia mungkin menciptakan monster yang tidak dapat dihancurkan.
Sangat sulit untuk mengesampingkan produk yang berlebihan ini meskipun data-
data uji subyek menunjukkan bahwa data ini tidak mencapai tujuannya. Pertama,
pengembang telah menghabiskan banyak uang yang tidak ingin dbuangnya sia-
sia. Kedua, produk terlihat bagus dan dia mengetahui bahwa sebagian besar
konsumen dari produk-produk pendidikan tidak berhubungan erat dengan bukti
keefektifan yang sulit. Yang terakhir meskipun produk pendidikan gagal
mencapai tujuannya, mudah untuk menguraikan hal ini yang mungkin lebih baik
atau pasti lebih buruk, daripada bahan-bahan yang bersaing untuk digunakan saat
ini.

D. Kelebihan dan Kekurangan Model Penelitian Pengembangan (Research


and Development Borg and Gall)

Kelebihan Model Penelitian Pengembangan (Research and Development Borg


and Gall)

a. Mampu mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the here-
and-now) melalui pengembangan solusi atas suatu masalah sembari
menghasilkan pengetahuan yang bisa digunakan di masa mendatang.
b. Mampu menghasilkan satu produk model yang memiliki nilai validasi
tingi, karena melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi ahli.
c. Mendorong proses inovasi produk model yang tiada henti sehingga
diharapkan akan selalu ditemukan model produk yang selalu aktual
dengan tuntutan kekinian.
d. Merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan
lapangan (Pasu Iting Situmorang, 2013).
e.

Kekurangan Model Penelitian Pengembangan (Research and Development


Borg and Gall)

a. Pada prinsipnya memerlukan waktu yang relatif panjang, karena prosedur


yang harus ditempuh relatif kompleks.
b. Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, karena penelitian R&D ditujukan
untuk pemecahan masalah “here and now”, dan dibuat berdasar sampel
(Spesifik), bukan populasi.
c. Model penelitian pengembangan R&D ini memerlukan sumber dana dan
sumber daya yang cukup besar (Pasu Iting Stumorang, 2013).
KESIMPULAN

Langkah pengembangan dengan model Borg & Call adalah (1) penelitian dan
pengumpulan informasi, 2) perencanaan, mengembangkan bentuk pendahuluan
produk (4) uji lapangan pendahuluan/persiapan (5) revisi berdasarkan hasil uji
lapangan pendahuluan, (6) uji lapangan utama, 7) revisi berdasarkan lapangan
Utama (8) uji lapangan operasional (9) revisi berdasarkan uji lapangan
operasional dan (10) penyebaran dan implementasi.

Tujuan uji lapangan pendahuluan adalah untuk memperoleh evaluasi


kualitatif awal produk pendidikan baru. Tujuan uji lapangan dalam siklus R&D
kursus ini adalah untuk menentukan apakah produk pendidikan yang
dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Umumnya rancangan
eksperimen digunakan untuk menjawab pertanyaan ini. Tujuan uji lapangan
operasional adalah untuk menentukan apakah produk pendidikan siap secara
penuh digunakan di sekolah tanpa kehadiran pengembang atau staf pengembang.

DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/makalah-model-pengembangan-borg-
gall1doc.html

Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K. (2014). Model penelitian


pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. (1996). Educational research: An
introduction. Longman Publishing.
Borg & Gall,2003. Education Research. New York : Allyn and Bacon.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai