Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI PROGRAM GREEN SCHOOL

MENGGUNAKAN COUNTENANCE
EVALUATION MODEL PADA SD
NEGERI 12 PANGKALPINANG

PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Program
Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dosen Pengampu: Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 4
Nursalima (170141261)
Bella Putri Agustiarasari (170141275)
Siti Maisyaroh (170141281)
Hazini (170141289)
Insan Kurniawan (170141293)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA
BELITUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah


S.W.T karena atas karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi tugas mata
kuliah Evaluasi Program. Dalam penyusunan proposal ini, penulis tidak
luput dari hambatan dan kesulitan, tapi berkat adanya bantuan, bimbingan,
dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Fadillah Sobri, S.T., M.Eng., selaku Ketua Universitas
Muhammadiyah Bangka Belitung.
2. Romadon. S.T M.Pd, selaku Kepala Program Studi PGSD Universitas
Muhammadiyah Bangka Belitung.
3. Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata kuliah
Evaluasi Program
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan penulis dalam
segala sesuatu yang sifatnya membangun.
5. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan
semangat dalam pembuatan makalah ini.
Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, penulis sangat
menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari
segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan bagi penulis, dan semoga apa yang penulis
tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis serta mahasiswa dan mahasiswi di
Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Pangkalanbaru, 01 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Program................................................................
B. Green school ........................................................................................
C. Countenance Evaluation Model............................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...............................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam program

yang telah direncanakan, baik yang direncanakan oleh pemerintah maupun

program yang dibentuk dan dilaksanakan oleh sekolah itu sendiri. Adanya

program dalam suatu pendidikan biasanya digunakan untuk kemajuan dari


dunia pendidikan itu sendiri. Lingkungan merupakan salah satu pendukung

yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar dan juga dapat

menjadi salah satu pendukung meningkatnya kreatifitas siswa. Lingkungan

sekolah yang baik dapat meningkatkan rasa nyaman siswa ketika berada di

lingkungan sekolah itu sendiri.

Salah satu program yang pernah diterapkan di sekolah adalah program

green school (sekolah hijau). Program ini merupakan salah satu program

pemerintah untuk kemajuan dunia pendidikan. Adanya program green

school ini diharapkan dapat meningkatkan rasa peduli warga sekolah

terhadap lingkungan hidup yang ada di lingkungan sekitarnya. Tidak hanya

dapat meningkatkan rasa cinta terhadap lingkungan saja, adanya program

green school ini diharapkan bisa membantu mengajarkan untuk cinta pada

kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa cinta terhadap

lingkungan ini salah satunya yaitu dengan membuat suatu program

mengenai lingkungan yaitu program green school. Untuk itu, akan

dilakukan evaluasi program terhadap dunia pendidikan dalam proposal yang

berjudul “Evaluasi Program Green School Menggunakan Countenance

Evaluation Model pada SD Negeri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penjelasan mengenai Evaluasi Program?


2. Bagaimana penjelasan mengenai Green School?

3. Bagaimana penjelasan mengenai Countenance Evaluation Model?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai

penulisan ini adalah:

1. Mengetahui tentang penjelasan mengenai Evaluasi Program.

2. Mengetahui tentang penjelasan mengenai Green School.

3. Mengetahui tentang penjelasan mengenai Countenance Evaluation

Model.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang hendak dicapai

adalah:

1. Teoritis

Hasil penulisan diharapkan dapat menjadi acuan untuk pemikiran

pembaca dalam membuat suatu evaluasi program terutama mengenai

program green school.


2. Praktis

Hasil penulisan diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah yang

ingin mengikuti program pemerintah yaitu green school.

BAB II

PEMBAHASAN

A. EVALUASI PROGRAM

1. Evaluasi Program

Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti

penilaian atau penafsiran. Evaluasi dilakukan untuk mengukur atau

mengetahui bagaimana hasil terhadap kinerja kebijakan yang telah dibuat,


dengan adanya evaluasi maka akan dapat diketahui apakah suatu kebijakan

yang telah dibuat dan dilaksanakan telah berhasil atau gagal mencapai tujan

awal dibuatnya kebijakan tersebut dan berdampak sesuai dengan apa

yang diinginkan. Adanya evaluasi maka akan terlihat seberapa jauh

manfaat yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.

Menurut Arikunto (2004 : 1) “Evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam

mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah

menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision

maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan

evaluasi yang telah dilakukan”.

2. Model Evaluasi Program

Sebelum kita mengetahui pengertian model evaluasi program, kita harus

tau dulu pengertian dari model itu apa. Secara umum model diartikan

sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan

sebagai barang atau benda sesungguhnya, seperti “globe” yang merupakan

model dari bumi tempat kita hidup.

Menurut Sarliaji Cayaray (2014: 01) Model adalah representasi dari

suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari

kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi- informasi tentang

suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena

sistem yang sebenarnya. Mills, berpedapat bahwa “ model adalah bentuk


representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu,”. Model

merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang

diperoleh dari beberapa sistem.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan model merupakan

suatu objek yang kita jadikan sebagai pedoman untuk melakukan suatu

kegiatan tersebut.

Sedangkan menurut Zainal Arifin (2010: 4) Program adalah rencana

atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Program adalah suatu unit

atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari

suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan

terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Program

bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu yang

singkat tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan

Berdasarkan penyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

program adalah suatu rancangan kegiatan yang kita lakukan. Jadi dapat

dipahami bahwa model evaluasi program adalah aktivitas yang sistematis

tentang sesuatu yang beharga dan bernilai dari suatu objeksuatu rangkaian

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat

keberhasilan programdan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi

tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan 

B. Green School

1. Pengertian Sekolah Hijau


Secara harfiah, arti kata green school adalah sekolah hijau, namun

sebenarnya memiliki makna yang lebih luas. Green School bukan hanya

tampilan fisik sekolah saja yang hijau atau rindang, tetapi wujud sekolah

yang memiliki program dan aktivitas pendidikan yang mengarah pada

kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup. Dalam makna luas,

Sekolah Hijau diartikan sebagai sekolah yang memiliki komitmen dan

secara sistematis mengembangkan program- program untuk

menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas

sekolah.

Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana

pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan

berperilaku ramah lingkungan. Program pendidikan dikemas secara

partisipatif penuh dengan mengaktifkan dan menyeimbangkan feeling,

acting dan thinking. Secara konsep, individu didorong untuk mampu

melahirkan visi bersama dengan memahami apa yang menjadi penting

(definisi), menemukan dan mengapresiasi apa yang telah ada dan tentunya

itu terbaik (discovery), menemukan apa yang semestinya ada (design), dan

merawatnya hingga menjadi ada (Destiny), sehingga hasilnya akan

melampaui dari apa yang diinginkan dan sangat sinergi dengan konteks

realitas yang ada dalam kehidupan sekolah (Sugeng Paryadi, 2008).

Sekolah Hijau sebagai salah satu bentuk pendidikan lingkungan hidup

melalui jalur sekolah sebenarnya memberikan pemahaman mengenai makna

Sekolah Hijau yang seharusnya yakni “berbuat untuk menciptakan kualitas

lingkungan sekolah yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan


berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif dan inovatif

dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal” (Sugeng Paryadi

2008:13) Proses menuju sekolah hijau secara ideal membutuhkan waktu

yang relatif panjang sehingga membutuhkan perencanaan yang matang serta

kerja keras seluruh warga sekolah. Langkah awal dari program ini yaitu

dengan menanamkan serta membangun rasa kepedulian warga sekolah

untuk menyelamatkan lingkungan sekolah dalam ruang lingkup mikro.

Penyusunan program sekolah hijau ini dilakukan secara holistik dengan

mengaitkan seluruh program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan

faktor pendukung dan penghambatnya. Potensi internal sekolah yang berupa

lahan, sumberdaya air, energi dan limbah serta potensi sekitar sekolah

seperti tradisi masyarakat, kondisi bentang alam dan ekosistemnya akan

menjadi objek-objek pengembangan dalam program Sekolah Hijau.

Pelaksanaan Program Sekolah Hijau dilakukan dalam satu langkah

strategis yaitu:

a. Pengelolaan Lingkungan Sekolah

Upaya peningkatan efektifitas pembelajaran yang mengarah kepada

pembentukan perilaku bagi siswa ditempuh dengan pendekatan

pembelajaran yang aplikatif dan materi yang menyentuh kehidupan anak

sehari-hari. Sedangkan lingkungan kehidupan sekolah harus dapat menjadi

wahana pembiasaan berperilaku peduli lingkungan sehari-hari. Sekolah

Hijau merupakan wujud sekolah yang dikemas sedemikian rupa, sehingga

seluruh aspek dari program sekolah diarahkan kepada pembelajaran dan

pembiasaan peduli lingkungan. Komponen lingkungan yang menjadi obyek


pengelolaan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Pengelolaan lingkungan fisik meliputi pengelolaan lahan sekolah

(ploting lahan, upaya konservasi, kebersihan dan penghijauan), pengelolaan

limbah (aplikasi konsep penanganan sampah dan limbah cair), pengelolaan

air, dan pengelolaan energi.

Pengelolaan lingkungan sosial meliputi kekeluargaan, keagamaan,

keamana dan seni budaya. Tatanan kehidupan sosial di sekolah dibentuk

menjadi wahana pembiasaan perilaku-perilaku sosial yang positif bagi siswa

seperti kedisiplinan, kerja sama, kepedulian, kejujuran, menghargai orang

lain dan sportiviitas serta mengangkat kearifan budaya lokal.

Upaya peningkatan pemahaman generasi Indonesia mengenai

pentingnya pelestarian alam dan lingkungan hidup saat ini banyak dilakukan

melalui jalur pendidikan formal. Bahkan untuk memperkuat adanya

penerapan yang berkelanjutan pada tahun 2005 Kementerian Lingkungan

Hidup dengan Departemen Pendidikan telah berkomitmen untuk bersama

sama mengawasi, membina serta mendampingi proses pembelajarannya di

sekolah. Kemudian, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kementerian Pendidikan Nasional semakin memantapkan program tersebut

melalui program Sekolah Hijau yang dinamakan dengan program

Adiwiyata. Konsep dasar dari program Sekolah Hijau “Adiwiyata” ini

adalah agar warga sekolah juga memiliki nilai- nilai luhur pelestarian alam

dan lingkungan hidup dalam diri mereka. Adiwiyata memiliki makna

“tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu

pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-

cita pembangunan berkelanjutan”.

C. Countenance Evaluation Model

Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2018: 43)

Model ini dikembangkan oleh Stake. Menurut ulasan tambahan yang

diberikan oleh Fernandes (1984), model Stake menekankan pada adanya

pelaksanaan dua hal pokok; yaitu (1) deskripsi (description) dan (2)

pertimbangan (judgment); serta membedakan adanya tiga tahap dalam

evaluasi program, yaitu (1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi

(transaction/process), dan (3) keluaran (ouput-outcomes). Oleh Stake, model

evaluasi yang diajukan dalam bentuk diagram, menggambarkan deskripsi

dan tahapan seperti berikut.

Tiga hal yang dituliskan di antara dua diagram, menunjukkan objel atau

sasaran evaluasi. Dalam setiap program yang dievaluasi, evaluator harus

mampu mengidentifikasi tiga hal, yaitu (1) anteseden-yang diartikan sebagai

konteks, transaksi-yang diartikan sebagai proses, dan (3) outcoems-yang

diartikan sebagai hasil. Selanjutnya, kedua matriks yang digambarkan

sebagai deskripsi dan pertimbangan, menunjukkan langkah-langkah yang

terjadi selama proses evaluasi.

Matriks pertama, yaitu deskripsi, berkaitan atau menyangkut dua hal ang

menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran evaluasi), yaitu apa

maksud tujuan yang diharapkan oleh program, dan pengamatan/akibat, atau

apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi. Selanjutnya

evaluator mengikuti matriks kedua, yang menunjukkan langkah


pertimbangan, yang dalam langkah tersebut mengacu pada standar.

Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program

pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan dua perbandingan,

yaitu:

1. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang

terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama;

2. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar

yang diperuntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada

tujuan yang akan dicapai.

Bertitik tolak dari penjelasan Fernandes terhadap objek dan cara kerja

model tersebut, penulis memberikan nama pada model yang dikemukakan

oleh Stake ini dengan nama bahasa Indonesia, yaitu model dekripsi-

pertimbangan.

1. Pengertian Evaluasi Model countenance

Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi di mana suatu

tujuan telah dapat dicapai. Definisi tersebut menerangkan secara langsung

hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, di

mana suatu tjuan dapat dicapai.

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris

“evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut

pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk

mengikuti keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan

hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan


insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara

terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.

Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh

melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat

dan membuat keputusan pendidikan.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan

evaluasi countenance tercakup dalam empat langkah pasti berdasarkan

empat matriks yang ada. Yaitu:

a. Sehubungan dengan kategori intent, evaluator dapat melakukan studi

dokumen atau wawancara kepada pengembang program, baik

berhubungan dengan antecedents (persyaratan awal), transaksi (proses)

serta hasil. Dalam hal pembelajaran dapat dilakukan dengan

mempersiapkan rencana yang dituangkan dalam silabus dan RPP.

b. Sehubungan dengan kategori observasi, evaluator harus megadakan

analisis kongruen, yaitu menganalisa implementasi dari rencana pada

intent. Apakah sesuai atau terjadi penyimpangan, jika terjadi

penyimpangan faktor-faktor apa yang menyebabkannya.

c. Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai

program yang sedang dikaji, oleh karenanya perlu standar yang dapat

diperoleh dari sekolah.

d. Dan yang terakhir adalah memberi pertimbangan terhadap hasil dari

analisis ketiga kategori sebelumnya. Pertimbangan dapat diperoleh

dengan mengumpulkan data dari sekelompok orang yang memiliki

kualifikasi untuk memberikan pertimbangan. Dalam pembelajaran


pertimbangan dapat berdasarkan factor karakteristik siswa, sarana sekolah

ataupun factor-faktor yang lain.


BAB III

METODE

A. Jenis Evaluasi Program

Jenis evaluasi program yang digunakan adalah evaluasi program dengan

model countenance evaluation model karena ingin melihat perbandingan

antara kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di

program lain, dengan objek sasaran yang sama yang dilaksanakan SD

Negeri 12 Pangkalpinang di Kecamatan Rangkui.

B. Lokasi Evaluasi Program dan Populasi

Evaluasi ini dilakukan di SD Negeri 12 Pangkalpinang. Evaluasi ini

dilakukan di SD tersebut karena program green school ini sebelumnya

sudah diterapkan di SD tersebut. Sd negeri 12 pangalpinang pernah

mendapatkan piagam penghargaan sekolah adiwiyata.

C. Langkah-Langkah Evaluasi

Adapun langkah-langkah evaluasi program pramuka di SD Negeri 12

Pangkalpinang sebagai berikut:

a. Sehubungan dengan kategori intent, evaluator dapat melakukan studi

dokumen atau wawancara kepada pengembang program, baik

berhubungan dengan antecedents (persyaratan awal), transaksi (proses)

serta hasil. Dalam hal ini apa yang ingin didapatkan evaluator dapat

dituangkan dalam instrummen wawancara dan observasi.

b. Sehubungan dengan kategori observasi, evaluator harus megadakan

analisis kongruen, yaitu menganalisa implementasi dari rencana pada

intent. Apakah sesuai atau terjadi penyimpangan, jika terjadi


penyimpangan faktor-faktor apa yang menyebabkannya. Dalam halini

evaluator akanmengkaji ulang instrument yang digunakan dalam

pengumpulan data apakah harus ada penambahan atau tidak.

c. Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai

program yang sedang dikaji, oleh karenanya perlu standar yang dapat

diperoleh dari sekolah. sebelum melakukan evaluasi program evaluator

memerlukan data yang sesuai dari sekolah yang bersangkutan untuk

melakukan evaluasi.

d. Dan yang terakhir adalah memberi pertimbangan terhadap hasil dari

analisis ketiga kategori sebelumnya. Pertimbangan dapat diperoleh

dengan mengumpulkan data dari sekelompok orang yang memiliki

kualifikasi untuk memberikan pertimbangan. Dalam point ini

evaluator akan mengumpulkan hasil data yang didapatkan

dari tiga point sebelumnya .

D. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yang

merupakan data yang didapat secara langsung melalui studi dokumentasi.

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara (interview)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara mendalam

untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai data-data


yang di butuhkan oleh peneliti, sehingga data-data yang diperoleh dapat

dengan cermat untuk di olah menjadi sebuah informasi yang berguna.

Peneliti akan melakukan tanya jawab dengan kepala sekolah untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Wawancara yang dilakukan

adalah wawancara semi tertutup, dimana peneliti sudah membuat panduan

pertanyaan namun masih bisa memberikan pertanyaan diluar panduan

pertanyaan berdasarkan jawaban dari responden.

2. Dokumentasi

Dekomentasi digunakan untuk mencari data-data yang peneliti

butuhkan. Metode dekomentasi yaitu mencari data baik berupa catatan, hasil

pelaksanaan pemasaran dari tahun – tahun sebelumnya. Latar belakang

sekolah, data guru, peserta didik, tenaga kependidikan dan dokumen-

dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara sehingga hasil penelitian dari observasi dan wawancara

akan lebih dapat dipercaya. Pengambilan dokumen dalam penelitian ini

berupa catatan peristiwa yang telah berlalu yaitu profil sekolah, arsip

sekolah, data guru dan siswa, serta foto yang terkait.

3. Observasi

Menurut Sugiyono (2010: 145-146) observasi dapat dilihat dari segi

proses pelaksanaan pengumpulan data dapat dibedakan menjadi observasi

berperan serta dan observasi nonpartisipan. Observasi berperan serta berarti

peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati, sedangkan observasi nonpartisipan bararti peneliti tidak terlibat


langsung dengan kegiatan yang dilakukan oleh subyek melainkan hanya

sebagai pengamat independen. Peneliti mengobservasi bagaimana keadaan

sekolah dan kegiatan subjek penelitian selama berada di sekolah.

F. Teknik Analisis Data

1. Reduksi data

Pada tahap reduksi data peneliti akan menyeleksi, memfokuskan dan

menyederhanakan, data hasil dari wawancara dan studi dokumen yang

dilakukan. Reduksi data ini dilakukan untuk mengelompokan, menyeleksi

dan mengklasifikasikan data agar dapat ditarik kesimpulan.

2. Penyajian data

Penyajian data dengan menampilkan informasi yang telah diperoleh

secara sistematis berdasarkan data yang konkrit dari lapangan.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Ditahap menarik kesimpulan, peneliti menarik kesimpulan dari hasil

yang telah diperolehnya secara teliti dan mandalam. Peneliti menelaah

seluruh data dan informasi yang telah terkumpul melalui wawancara dan

studi dokumen yang telah dilakukan


DAFTAR PUSTAKA

Paryadi, Sugeng. 2008. Konsep Pengelolaan Lingkungan Sekolah (Green


School). Cianjur: Modul.
Cayaray, Sarliaji. 2014. Model Layanan Sekolah Luar Biasa. Universitas
Pendidikan Indonesia
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2018. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Program. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Arikunto S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2010. Metode penelitian Kuantitaif Kualitaif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
M. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya.
Jakarta: Bumi Aksara.
S. Hamid Hasan. 2008 .Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja rosda karya.

Anda mungkin juga menyukai