Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PROGRAM

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evalusi Pendidikan
pada Jurusn Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh

Muhammad Ayyub Syamsul


NIM. 80200218002

Dosen Pemandu:
Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si
Dr. Sitti Mania, M.Ag

PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas individu yang diberikan oleh deosen

pemandu mata kuliah Evaluasi Pendidikan.

Puji syukur Alhamdulilah penulis haturkan dalam menyelesaikan makalah ini

yang berjudul Evaluasi Program. Ucapan rasa terima kasih juga, penulis haturkan

terhadap berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini,

baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk materi, sehingga dapat terlaksana

dengan baik.

Penulis, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memang masih

banyak terdapat kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun penulis

telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping

itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta sarannya dari pembaca demi tercapainya

kesempurnaan makalah ini di masa akan datang.

Makassar, 14 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1-2


A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 1
A. Konsep Dasar dari Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi............ 3-8
B. Perbedaan Evaluasi Program dan Penelitian Konvensional ..... 4
C. Evaluasi Program Kualitatif dan Kuantitatif ............................. 7
D. Model-model Evaluasi Program ................................................. 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kajian penelitian terdapat istilah-istilah yang kadang dianggap sama,

yaitu pengukuran dan penilaian serta evaluasi. Antara tes, pengukuran, penilaian dan

evaluasi merupakan hal yang berbeda antar satu sama lain namun saling memiliki

keterkaitan. Menurut Griffin dalam Heri Retnawati bahwa antara pengukuran,

penilaian dan evaluasi merupakan satu hirarki.1

Pada tahun 1960-an di Amerika Studi Evaluasi program dicetuskan dalam

mengeveluasi suatu praktik kebijakan sekaligus dalam rangka penerapan aktivitas.

Secara umum kegiatan evaluasi program hampir berkonotasi dengan kegiatan evaluasi

yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu paradigmanya positivistik,

metodenya kuantitatif, instrumen juga kuantitatif. Fakta itu muncul dan menguat

sejak tahun 1960-an, dan baru mulai mereda di awal tahun 1980-an, dan sejak tahun

2000 dikotomi antara kuantitatif dan kualitatif dalam evaluasi program telah

ditinggalkan.2

Menyiasati fenomena di atas, maka perlu diperkenalkan juga evaluasi program


yang melibatkan pendekatan kualitatif. Penulisan makalah ini merupakan hasil

kombinasi berbagai sumber referensi yang mengkaji tentang evaluasi program secara

umum, sehingga makalah ini lebih bersifat memperkenalkan dan membuka jalan untuk

menarik perhatian dalam evaluasi dengan prosedur kuantitatif maupun kualitatif.

1
Heri Retnawati dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan (Universitas
Terbuka: Jakarta, 2013), h. 10.
2
Heri Retnawati dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan, h. 25.

1
Selain itu dalam menjalankan aktivitas mengevaluasi suatu program atau

dikenal dengan nama evaluasi program, juga berbeda dengan istilah penelitian. Namun

dalam prakteknya, evaluator menggunakan sebagian besar desain yang sama dalam

penelitian, sebab evaluasi program dalam prosedurnya patuh pada kaidah-kaidah

metode penelitian.

Berdsarkan uraian di atas maka, penulis menggap perlu untuk menulis makalah

tentang evaluasi program yang cakupan pembahasannya terlebih dahulu membahas

makna evaluasi dan perbedaannya dengan pengukuran dan penelaian kemudian

membahas tentang disitngsi antara evaluasi program dengan penelitian dan membahas

evaluasi program dalam prosedur kuantitatif maupun kualtatif serta akan membahas

seputar model-model evaluasi program.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antara tes, pengukuran dan penilian dengan evaluasi?

2. Bagaimana konsep perbedaan antara evaluasi program dengan penelitian?

3. Bagaimana konsep dari evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif?

4. Bagaimana konsep dari model-model evaluasi program?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar dari Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Mendefenisikan makna dari pengukuran dan penilaian terlebih dahulu dianggap

perlu sebelum mendefenisikan evaluasi. Sebab pengukuran dan penilaian merupakan

hal-hal yang erat kaitannya dengan evaluasi. Pengukuruan adalah proses menetapkan

angka terhadap sesuatu dengan menggunakan aturan tertentu3 atau process by which

information about the attributes or characteristics of things are determined and


differentiated.4 Hakikat dari kegiatan pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan
angka mengenai objek yang diukur.

Sementara itu penilaian adalah semua cara yang digunakan untuk menilai

unjuk kerja individu atau kelompok.5 Dengan kata lain penilaian dapat diartikan

sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran melalui pemberian status

seseorang. Adapun evaluasi adalah the process of determining to what exte nt the

educational objectives are actually being realized.6 Pengertian tersebut mengandung


makna bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan dalam melihat seberapa jauh suatu

tujuan program tercapai. Tingkat keberhasilan program tersebut dapat diketahui


melalui kegiatan penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, maka antara pengukuran, penilaian dan evaluasi

adalah hal yang berbeda namun saling terkait dalam hirarki evaluasi program. Hasil

3
Griffin, P dan Nix, P. Educational Assessment and Reporting (Harcout Brace Javanovich
Publisher: Sydney, 1991),h.3.
4
Oriondo, L.L., dan Antonio, E. M.D., 1998, Evaluating Educatiobal Outcomes (Test,
Measurement and Evaluation) (Rex Printing Company Inc: Florentino St., 1998), h. 2.
5
Griffin, P dan Nix, P. Educational Assessment and Reporting, ,h.3
6
Heri Retnawati dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan (Universitas
Terbuka: Jakarta, 2013), h. 12.

3
yang dicapai dalam bentuk informasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pembuatan keputusan dan penentuan kebijakan. Evaluasi dilakukan secara sistematis

dengan melalui proses pengumpulan dan analisis data yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu

program.

Pertanyaan-pertanyaan kunci dalam evaluasi biasanya ditetapkan sesuai

kebutuhan atau tujuan evaluasi itu sendiri. Menurut Greene dalam Safruddin amin

bahwa tujuan evaluasi misalnya untuk mengetahui efektifitas suatu program maka

pertanyaan-pertanyaan kuncinya di antaranya meliputi: Seberapa jauh program

tersebut mencapai tujuan yang diinginkan?, Apakah program tersebut efektif (dalam

mencapai hasil yang diharapkan)?, Seberapa besar program tersebut mencapai hasil

nyata?, Seberapa jauh hasil – hasil nyata tersebut konsisten/sejalan dengan hasil yang

diharapkan?7

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat ditetapkan kaitanya dengan evaluasi prgram

bisa dikembangkan sesuai kebutuhan sejauh mampu menemukan informasi dan data

yang membantu mengetahui efektifitas program.

B. Perbedaan Evaluasi Program dan Penelitian Konvensional


Studi Evaluasi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang terus mengalami

perkembangkan mengikuti dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan

masyarakat. Dilihat dari tujuannya, yaitu bahwa pelaksana ingin mengetahui kondisi

sesuatu, maka evaluasi dapat dikatakan salah satu bentuk penelitian yaitu penelitian

evaluatif, oleh karena itu dalam pelaksana evaluasi harus berfikir dan menentukan

langkah sebagaimana melaksanakan penelitian.

7
Safruddin Amin, ‚Memperkenalkan Evaluasi Program Secara Kualitatif‛, Jurnal Etnohistori,
vol. 1, No. 1 (2014), h. 24.

4
Dalam berbagai sumber yang ada, bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi

dengan penelitian. Dari segi pelaksana penelitian dan evaluasi dilabeli dengan istilah

yang berbeda. Orang yang hendak ingin melakukan penelitian disebut dengan peneliti,

namun pada evaluasi proram sering disebut sebagai evaluator. Sebagaimana menurut

Feuerstein bahwa evaluator program adalah seseorang yang melakukan evaluasi atau

yang memungkinkan terjadinya evaluasi.8

Perbedaan antara evaluasi dan penelitian dinyatakan oleh Retnawati dengan

menyasar beberapa perbedaan yaitu dari segi motivasi inqurer dan tujuan. Dari segi

motivasi dari inquirer. Penelitian dan evaluasi dilaksanakan untuk beberapa alasan

yang berbeda. Penelitian dilakukan untuk memenuhi keingintahuan (curiosity),

sedangkan evaluasi dilakukan untuk memberikan sumbangan penyelesaian atau solusi

dari permasalahan praktis.9 Selain itu menurut Ashiong P. Munthe bahwa pada

penelitian dilaksanakan untu memenuhi keingintahuan/pengembangan ilmu sehingga

dibuatkan rumusan masalah karena ingin mengetahui jawaban dari hasil penelitian.

Sedangkan evaluasi program ingin mengetahui tingkat ketercapaian tujuan program

dan mengetahui letak kekurangan dan sebabnya.10

Adaun dari segi tujuan, penelitian dan evaluasi mempunyai tujuan akhir yang
berbeda. Menurut Cronbach dan Suppesdalam Retnawati perbedaan tersebut

dikatakan dengan berorientasi pada keputusan (decision-oriented) dan berorientasi

pada kesimpulan (conclusion-oriented). Ketika tujuan berorientasi pada keputusan,

invertigator menyediakan informasi yang diinginkan oleh pembuat keputusan, seperti

8
Feuerstein, Partners in Evaluation, terj. Farid Wadjidi, Evaluasi Partisipatoris (Jakarta: P3M,
1990), h. 204
9
Heri Retnawati dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan , h. 31-32.
10
Ashiong P. Munthe Pentingnya Evaluasi Prgram di Instansi Pendidikan‛, Scholaria, vol. 5,
no. 2, (Mei 2015), h, 6.

5
halnya administrator sekolah, pembuat kebijakan pendidikan, manajer proyek

pengadaan buku teks, dan sejenisnya. Pada kegiatan yang berorientasi pada

kesimpulan, peneliti merumuskan sendiri pertanyaan penelitiannya. Kegiatan

dilakukan untuk mengonsep dan memahami gejala. Kegiatan difokuskan pada orang-

orang atau keadaan yang diharapkan dapat memberikan pencerahan pada masalah

yang diteliti. Penelitian berorientasi pada kesimpulan, sedangkan evaluasi berorientasi

pada keputusan.11

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuatkan matriks terhadap perbedaan

evaluasi dan penelitian yakni sebagai berikut:

No Aspek Penelitian Evaluasi


1 Objek Bisa dipilih sendiri Ditentukan Program
2 Tujuan Ditentukan oleh Ditentukan oleh tujuan programnya
masalahnya serta dampak dari program
4 Kesimpulan Mengarah pada Mengacu pada kriteria yang sudah
rumusan masalah ada
5 Tindak Adanya saran –saran Kesimpuan ditindaklanjuti dengan
lanjut kepada pihak terkait rekomendasi
Kendati terdapat perbedaan antara evaluasi program dan penelitian dari

berbagai aspek, namun antara evaluasi program dan penelitian sama-sama patuh

terhadap kaidah-kaidah penenelitian.12 Maka dari itu dalam uraian jenis penelitian

terdapat istilah penelitian evaluasi yang merupakan bagian dari penelitian terapan.

Penelitian evluasi adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi suatu

kegiatan/program dan menentukan keberhasilan suatu prgram dan apakah sesuai dari

yang telah diharapkan.13


11
Heri Retnawati dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan , h. 31-32.
12
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (Medan: Perdana
Publishing, 2017), h. 13.
13
Sri Kantun, ‚Penelitian Evaluatif Sebagai Salah Satu Model Penelitian dalam Bidang
Pendidikan,‛ Jurnal Pendidikan Ekonomi, vo. 10, no.2 (2016), h. 3.

6
Dari uraian diatas maka arti evaluatif dalam penelitian evaluasi mengarah pada

sifat dari suatu kegiatan. Dalam hal ini, bagian yang penting dalam suatu evaluasi

adalah adanya suatu tujuan atau keadaan yang diharapkan, dan kemudian tujuan

tersebut dinilai dengan melakukan evaluasi. Penilaian dalam evaluasi ini tidak saja

menyangkut perubahan yang direncanakan, akan tetapi juga perubahan-perubahan

yang tidak direncanakan. Oleh karena itu evaluasi akan dapat dilaksanakan dengan

baik apabila dalam program dicantumkan tujuan yang jelas, sehingga mampu

mendefinisikan hasil yang diharapkan untuk dicapai melalui kerangka konseptual

metodologi pada penelitian evaluasi.

C. Evaluasi Program Kualitatif dan Kuantitatif

Untuk menegaskan karakteristik evaluasi program kualitatif dengan evaluasi

program kuantitatif, perlu kiranya ditampilkan perbandingan keduanya untuk

mempertegas perbedaannya. Selain itu, menunjukan perbedaan juga membuka peluang

penggunaan keduanya secara kolaboratif untuk saling mengisi kekuarangan antara

satu sama lain. McDavid dan Hawthorn dalam Safruddin menyusun perbedaan

evaluasi kualitatif dan kuantitatif dalam tabel berikut:14

Evaluasi Kualitatif Evaluasi Kuantitatif


Pengumlan data secara induktif, Bersifat deduktif dalam artian berangkat dari
bersifat interpretis dan penyajian hipotesis dan pertanyaan yang kemudian diuji
laporan. dalam evaluasi.
Holistik: hasil evaluasi dilihat dalam Menemukan pola yang mendukung atau
keterkaitan berbagai aspek yang menolak hipotesis dan pertanyaan penelitian.
membentuk kesatuan makna.
Verstehen: berusaha memahami Berusaha memahami apakah realitas sosial
pengalaman subjektif dari pihak mendukung atau menolak hipotesis dan
yang diteliti/evaluasi. apakah menjawab pertanyaan evaluasi.
Menggunakan bahasa ‘alamiah’ Menggunakan prosedur pengukuran yang

14
Safruddin Amin, ‚Memperkenalkan Evaluasi Program Secara Kualitatif‛, h. 27.

7
(sesuai mentyajikan gambaran numerik atas variabel
kondisi lokal) selama proses variabel.
evaluasi.
Menggunakan sampel representatif
Umumnya menggunakan studi kasus
Evaluator sebagai instrumen Memastikan reliabilitas dan validitas
pengukuran utama instrumen
Pendekatan naturalistik: tidak Evaluator punya kemampuan dan kontrol
secara eksplisit memanipulasi seting terhadap
evaluasi. seting untuk memperbaiki validitas internal,
validitas
kesimpulan statsitik, dan validitas konstruk
dari rancangan evaluasi/penelitian.
Adanya perbedaan antara pendekatan evaluasi kuantitatif dengan kualitatif

memugnkinkan peluang untuk adanya kombinasi antara keduanya. Dengan begitu kita

dapat melibatkan evaluasi program pendekatan kualitatif dan pada tataran tertentu

juga melibatkan pendekatan kuantitatif dan begitu juga sebaliknya. Bentuk-bentuk

evaluasi bisa dalam titik ekstrim kualitatif atau ekstrim kuantitatif, namun banyak

juga kemungkinan menggabungkan kuanti-kuali atau kuali-kuanti di antara kedua titik

ekstrim tersebut. Bentuk-bentuk itu dapat digambarkan sebagai berikut. Pertama,

bentuk evaluasi yang murni kualitatif atau sebaliknya murni kuantitatif.15

Kedua, evaluasi program yang diawali dengan pendekatan kuantitatif lalu

kemudian menggunakan kualitatif. Hal ini dapat ditempuh jika diperlukan upaya

evaluator yang membutuhkan survey lalu dilakukan penjelasan secara mendalam

terkaitan fenomena yang tidak tersenutuh oleh survey. Ketiga, terdapat juga data

kualitatif dan data kuantitatif disajikan bersamaan. Misalnya pada evaluasi

menggunakan survei yang dilengkapi dengan open-ended question, atau evaluasi yang

menggunakan survei dan interview mendalam. Keempat, setelah penelitian/evaluasi

kuantitatif selesai, kadang dibutuhkan penelitian kualitatif. Misalnya ketika suatu

15
Safruddin Amin, ‚Memperkenalkan Evaluasi Program Secara Kualitatif‛, h. 27.

8
organisasi atau pengguna evaluasi memutuskan bagaimana menindaklanjuti hasil

survey yang mengindikasikan perlunya perubahan dalam program, mereka biasanya

membutuhkan ekplorasi kualitatif tentang kebutuhan tersebut.

Kelima, bentuk lain adalah penelitian kualitatif dilakukan terlebih dahulu

kemudian diikuti oleh penelitian kuantitatif.16 Misalnya untuk mengetahui suatu

persoalan dalam program, peneliti/evaluator kualitatif mengekplorasi berbagai aspek

yang terkait dengan masalah tersebut. Hasil kualitatif yang telah mengidentifikasi

faktor-faktor berpengaruh pada masalah tadi, kemudian oleh evaluator kuantitatif

diambil beberapa faktor, dirumuskan dalam hubungan hipotetis antar variabel,

kemudian diteliti/dievaluasi.

D. Model – model Evaluasi Program

Model-model evaluasi adalah desain yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar

evaluasi. Adapun beberapa model evaluasi yang familiar adalah 1) Goal Oriented

Evaluation Model, 2) Model Scriven yang berisi dua model yaitu Goal-Free
Evaluation Approach dan Formative and Summative model, 3) Model CIPP dan 4)
Model CSE- UCLA.

1. Goal Oriented Evaluation Model


Model evaluasi yang berorientasi pada tujuan ini merupakan model yang

munculcpaling awal. Evaluasi berorientasi program dari Tyler ini didesain untuk

menggambarkan sejauh mana tujuan program telah dicapai. Pendekatan ini

memfokuskan pada tujuan spesifik dari program dan sejauh mana prorgam ini telah

berhasil mencapai tujuan tersebut.17Yang menjadi objek pengamatan pada model ini

16
Safruddin Amin, ‚Memperkenalkan Evaluasi Program Secara Kualitatif‛, h. 27.
17
Aris Try Andreas Putra, ‚Evaluasi Program Pendidikan: ‚Pedekatan Evaluasi Program
Berorientasi Tujuan (Goal-Oriented Evaluation Approach: Ralph W. Tyler)‛, Shatut Tarbiyah, vol.18,
no.1 (2012), h. 62.

9
adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan sebelum program tersebut dimulai.

Evaluasi ini dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, untuk mengevaluasi

seberapa jauh tujuan tersebut telah tercapai dalam proses pelaksanaan program.18

Tyler dalam Andreas Putera menetapkan 7 (tujuh) langkah untuk menentukan

sejauh mana tujuan program/kegiatan pendidikan telah dicapai sebagai berukut:


a. Menetapkan tujuan umum
b. Menggolongkan sasaran atau tujuan
c. Mendefinisikan tujuan dalam konteks istilah perilaku
d. Menentukan situasi dimana pencapaian tujuan dapat ditunjukkan
e. Mengembangkan atau memilih tenik pengukuran
f. Mengumpulkan data kinerja
g. Membandingkan data kinerja dengan perilaku yang menggambarkan tujuan.19

Setelah langkah terakhir ini selesai, kesenjangan antara kinerja dan tujuan yang

diinginkan dapat diketahui. Kemudian hasil ini digunakan untuk mengoreksi

kekurangan program. Saat program koreksi berjalan, berikutnya siklus evaluasi ini bisa

diulang kembali.

2. Model Scriven\

Scriven merancang dua model evaluasi yaitu: (1) Goal-Free Evaluation

Approach, dan (2) Formative and Summative model. Adapun penjelasan dari kedua
model tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Goal-Free Evaluation Approach

Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program,

evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu

diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu

18
Amat Jaedun, ‚Metode Penelitian Evaluasi Program‛, (Makalah disajikan pada kegiatan
Pelatihan Penelitian Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Program Pendidikan di UNY, Yogyakarta, 23-24
Agustus, 2010), h. 8.
19
Aris Try Andreas Putra, ‚Evaluasi Program Pendidikan: ‚Pedekatan Evaluasi Program
Berorientasi Tujuan (Goal-Oriented Evaluation Approach: Ralph W. Tyler)‛ h. 62.

10
program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi

(pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang

negatif (yang tidak diharapkan). Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang

dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau

melakukan cost benefit analysis.20 Ciri –ciri dari Model evaluasi Goal-Free Evaluation

Approach adalah sebagai berikut:


1) Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program.
2) Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan
fokus evaluasi.
3) Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil
yang direncanakan.
4) Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat
seminimal mungkin.
5) Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak
diramalkan.21
Model Goal Free Evaluation berfokus pada hasil yang sebenarnya dari suatu

program atau kegiatan, bukan hanya tujuan-tujuan yang teridentifikasi. Jenis model ini

memungkinkan evaluator untuk mengidentifikasi dan mencatat hasil yang tidak

mungkin telah diidentifikasi oleh perancang program. Melalui proses teknik baik

terang-terangan dan terselubung, metode ini berusaha untuk mengumpulkan data

dalam rangka untuk membentuk deskripsi program, mengidentifikasi proses akurat,

dan menentukan pentingnya mereka ke program.


b. Formative and Summative model.

Scriven adalah ahli yang pertama sekali membedakan evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk

memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan

program agar program tersebut lebih sistematis, efektif dan efisien. Adapun Evaluasi

20
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, h. 55.
21
Tayibnapis, Evaluasi Program, h. 35.

11
sumatif yang dilaksanakan di akhir suatu program yang bertujuan untuk melihat

kualitas untuk memberikan keputusan tentang masa depan program.22

Dalam menjalankan evaluasi formatif akan menghasilkan umpan balik yang

segera kepada perancang program yang kemudian menggunakan informasi tersebut

untuk merevisi program apabila diperlukan. Kegagalan melakukan evaluasi formatif

merupakan suatu kerugian karena data evaluasi formatif diperoleh lebih dulu, hal ini

dapat menolong penyusunan jadwal kembali, pengaturan pembiayaan, dan sebagainya

sehingga dapat diarahkan ke arah yang lebih produktif.

Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi

kepada pengguna/konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program.

Misalnya, pada evaluasi kurikulum. Sesudah paket kurikulum dikembangkan, evaluasi

sumatif mungkin dilaksanakan untuk menentukan efektifitas paket tersebut pada

tingkat nasional atas sampel sekolah khusus, guru dan siswa pada tingkat

perkembangan tertentu. Penemuan hasil pada evaluasi sumatif ini akan diberikan

kepada konsumen/ pengguna. Objek atau subjek dan pemakaian evaluasi antara

evaluasi formatif dan evaluasi sumatif berbeda.

Pada evaluasi formatif, audiensinya adalah personalia program, dalam contoh


di atas, adalah mereka yang bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum. Pada

evaluasi sumatif, audiensinya termasuk konsumen yang potensial seperti siswa, guru,

dan lain-lain yang terlibat dalam program. Evaluasi formatif harus mengarah kepada

keputusan tentang perkembangan program tersebut termasuk perbaikan atau revisi.

Sedangkan evaluasi sumatif mengarah ke arah keputusan tentang kelanjutan program,

berhenti atau program diteruskan, pengadopsian, dan sebagainya.23

22
Heri Retnawati dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan, h. 27.
23
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan , h. 61.

12
Dengan demikian jelaslah bahwa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

sangatlah penting karena keputusan diperlukan selama proses, tingkat pengembangan

proyek, untuk memperbaiki, dan memperkuat lagi sesudah stabil, untuk menilai

manfaat atau menentukan masa depan program

3. Model CIPP

Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam, model CIPP yang merupakan

sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, and

Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan
sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program

kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang

program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.24

Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 huruf yang dari nama modelnya yaitu

Context, Input, Process, and Product.


a. Context Evaluation

Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan

yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.25 Tujuan evaluasi

konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan

arah perbaikan yang diperlukan.

b. Input Evaluation

Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-

sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk

mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Pertanyaan yang

24
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan , h. 43
25
Tayibnapis, Evaluasi Program (Jakarta: Rineka Cipta, 200), h. 14

13
berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong

diselenggarakannya program yang bersangkutan. Dalam hal ini komponen evaluasi

masukan meliputi: (1) sumber daya manusia, (2) sarana dan peralatan pendukung, (3)

dana atau anggaran, dan (4) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.26

c. Evaluation Process

Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana

telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Evaluasi proses dalam

model CIPP menunjuk pada ‚apa‛ (what) kegiatan yang dilakukan dalam program,

‚siapa‛ (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, ‚kapan‛

(when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada

seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai

dengan rencana.27

d. Product Evaluation

Evaluasi produk/hasil adalah: to allow to project director (or teacher) to make

decision of program. Evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek


atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir,

maupun modifikasi program. Menurut Tayibnapis evaluasi produk untuk membantu


membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa

yang dilakukan setelah program itu berjalan.28

Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat

ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat

26
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, h. 46.
27
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 47
28
Tayibnapis, Evaluasi Program, h. 14

14
menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program

dapat dilanjutkan, dikembangkan/ modifikasi, atau bahkan dihentikan.

4. Model CSE- UCLA

CSE-UCLA adalah akronim dari Center for the Study of Evaluation-

University of California in Los Angeles. Pada awalnya, karakteristik dari model CSE-
UCLA adalah adanya 5 (lima) tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu:

perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. Seiring dengan

perkembangannya, Fernandes dalam Arikunto dan Jabar memaparkan bahwa langkah-

langkah dari model CSE-UCLA menjadi empat tahap yaitu:

a. Need assessment.

Pada tahap pertama ini yaitu analisis kebutuhan, evaluator memusatkan

perhatian pada penentuan masalah pertanyaan yang dapat diajukan yaitu:

1. Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan

program?

2. Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya pelaksanaan

program ini?

3. Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini?
b. Program planning.

Pada tahap kedua ini yaitu perencanaan program, evaluator mengumpulkan

data yang terkait langsung dengan program dan mengarahkan pada pemenuhan

kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap pertama. Dalam tahap perencanaan ini

program yang di evaluasi degan cermat untuk mengetahui apakah rencana program

yang telah disusun berdasarkan analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari

tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

15
c. Formative evaluation.

Dalam tahap ketiga ini yaitu evaluasi formatif, evaluator memusatkan

perhatian pada keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan

betul-betul terlibat dalam program karena harus mengumpulkan data dan berbagai

informasi dari pengembang program.

d. Summative evaluation.

Dalam tahap keempat yaitu evaluasi sumatif, evaluator diharapkan dapat

mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.29 Melalui evaluasi

sumatif ini diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang dirumuskan untuk program

sudah tercapai dan jika belum dicari bagian mana yang dan apa faktor-faktor

penyebabnya

29
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan ., h. 68-69

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antara pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah hal yang berbeda namun

saling terkait dalam hirarki evaluasi program. Sebab evaluasi merupakan proses untuk

mengetahui tingkat keberhasilan program. Tingkat keberhasilan program tersebut

dapat diketahui melalui kegiatan penilaian, sedangkan penilaian merupakan kegiatan

menafsirkan data hasil pengukuran.

Perbedaan antara evaluasi program dan penelitian dapat dilihat dari berbagai

aspek, namun antara evaluasi program dan penelitian sama-sama patuh terhadap

kaidah penenelitian. Maka dari itu dalam uraian jenis penelitian terdapat istilah

penelitian evaluasi yang merupakan bagian dari penelitian terapan. Penelitian evaluasi

adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi suatu kegiatan/program dan

menentukan keberhasilan suatu prgram dan apakah sesuai dari yang telah diharapkan.

Model-model evaluasi adalah desain yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar

evaluasi yang biasanya nama dari model evaluasi itu diambil dari nama pembuat

model tersebut atau singkatan dari tahap-tahap dari model yang dibuatnya. Adapun
beberapa model evaluasi yang familiar adalah 1) Goal Oriented Evaluation Model, 2)

Model Scriven yang berisi dua model yaitu Goal-Free Evaluation Approach dan

Formative and Summative model, 3) Model CIPP dan 4) Model CSE- UCLA.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Safaruddin. ‚Memperkenalkan Evaluasi Program Secara Kualitatif‛, Jurnal


Etnohistori, vol. 1, No. 1 .2014.
Ananda, Rusydi dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan .Medan:
Perdana Publishing, 2017.
Arikunto, Suharisimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan .Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Feuerstein, Partners in Evaluation, terj. Farid Wadjidi, Evaluasi Partisipatoris
.Jakarta: P3M, 1990.
Griffin, P dan Nix, P. Educational Assessment and Reporting .Harcout Brace
Javanovich Publisher: Sydney, 1991.
Jaedun, Amat. ‚Metode Penelitian Evaluasi Program‛, .Makalah disajikan pada
kegiatan Pelatihan Penelitian Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Program
Pendidikan di UNY, Yogyakarta, 23-24 Agustus, 2010.
Kantun, Sri. ‚Penelitian Evaluatif Sebagai Salah Satu Model Penelitian dalam Bidang
Pendidikan,‛ Jurnal Pendidikan Ekonomi, vo. 10, no.2 .2016.
Oriondo, L.L., dan Antonio, E. M.D., 1998, Evaluating Educatiobal Outcomes .Test,
Measurement and Evaluation. .Rex Printing Company Inc: Florentino St.,
1998.
P. Munthe, Ashiong. ‚Pentingnya Evaluasi Prgram di Instansi Pendidikan‛, Scholaria,
vol. 5, no. 2, .Mei 2015.
Retnawati, Heri dan Endag Multiyaningsih, Evaluasi Program Pendidikan .Universitas
Terbuka: Jakarta, 2013.
Tayibnapis, Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Try Andreas Putra, Aris. ‚Evaluasi Program Pendidikan: ‚Pedekatan Evaluasi
Program Berorientasi Tujuan .Goal-Oriented Evaluation Approach: Ralph W.
Tyler.‛, Shatut Tarbiyah, vol.18, no.1 .2012.

18

Anda mungkin juga menyukai