Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

EVALUASI PROGRAM

“SYARAT, DIMENSI, STANDAR, EVALUASI DAN ISTILAH DALAM


EVALUASI PROGRAM”

Dosen Pembimbing :

Novrianti, M.Pd

Oleh Kelompok 1:

Fajar Alfaridho H 14004062


Maghfirah Dawati 16004022
Yulianis 16004038
Ori Setria Sari 16004059
Winda Lesfiani 16004073
Roby Suhandri 16004129

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas dalam mata kuliah
Evaluasi Program.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Evaluasi
Program khususnya tentang prinsip, aspek dan dimensi ,standar menilai, serta
istilah-istilah dalam Evaluasi Program yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber mulai dari mencari informasi literatur serta sumber lainnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Negeri Padang. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Padang, 1 Februari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................


A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
D. Manfaat .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................


A. Definisi Evaluasi program ........................................................................
B. Tujuan Penilaian........................................................................................
C. Fungsi Penilaian ........................................................................................
D. Jenis-Jenis Evaluasi/Penilaian ..................................................................
E. Jenis-Jenis Program ...................................................................................
F. Aspek-Aspek Penilaian .............................................................................
G. Prinsip-Prinsip Penilaian ...........................................................................
H. Objek Penilaian .........................................................................................

BAB III PENUTUP .............................................................................................


A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah evaluasi dalam dunia pendidikan di negara kita, pada
umumnya belum begitu di kenal benar-benar baik bentuk maupun
pelaksanaannya. Masih banyak guru-guru yang belum begitu mengetahui
apakah sebenarnya dan bagaimana seharusnya melakukan evaluasi itu
dalam pendidikan. Mengingat pentingnya hal ini dan mengingat pula
bahwa evaluasi itu merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan
yang tidak dapat diabaikan, maka dalam makalah ini akan dibicarakan
mengenai evaluasi program dalam pendidikan. Masalah yang sering di
jumpai dalam sisitem pendidikan ialah kurangnya evaluasi yang efektif
yang disebabkan oleh kurangnya informasi yang dapat diandalkan
teentang hasil pendidikan, tentang praktek, dan programnya, kurangnya
suatu sistem yang standar untuk memperoleh informasi tersebut dalam
butir satu.
Kesadaran akan hal tersebut merupakan salah satu langkah ke arah
perbaikan, evaluasi dapat memberikan pendekatan yang lebih banyak lagi
dalam memberikan informasi kepada pendidikan untuk membantu
perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan. Oleh sebeb itu, orang-
orang yang berpengaruh dalam pendidikan, pakar-pakar pendidikan, dan
para pemimpin menyokong dan menyetujui bahwa program pendidikan
harus dievaluasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditelaah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang menjadi syarat/prinsip evaluasi program?
2. Apa yang menjadi aspek dan dimensi evaluasi program?
3. Bagaimana standar untuk menilai evaluasi program?
4. Apa saja yang yang menjadi istilah-istilah dalam evaluasi program?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan masalah yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu:
1. Agar mengetahui apa saja syarat/prinsip evaluasi program
2. Agar mengetahui apa saja aspek dan dimensi evaluasi program
3. Agar dapat memahami standar untuk menilai evaluasi program
4. Agar mengetahui istilah-istilah dalam evaluasi program

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Program dan Evaluasi Program

Ada tiga istilah yang digunakan dan disepakati pemakaiannya,


sebelum disampaikan uraian lebih jauh tentang evaluasi program, yaitu
“evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian”
(assessment). Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris).
Istilah “penilaian” merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian
“pengukuran” mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu hal
dengan satuan ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
(AS Hornby, 186) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value
yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. kegiatan
evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab,
menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan.

Suchman (1961 dalam Anderson, 1975) evaluasi sebagai sebuah


proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Worthen dan Sanders
(1973 dalam Anderson, 1971) bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari
sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut,
juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai
keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi
yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Stufflebeam
(1971, dalam Fernandes 1984) evaluasi merupakan proses penggambaran,
pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi
pengambil keputusan dalam menentukan altematif keputusan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi


adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.Sampai dengan
kira-kira tahun 1974 masyarakat masih menganggap bahwa evaluasi
pendidikan terbatas pengertiannya pada penilaian hasil belajar. Dasar
pemikiran yang digunakan adalah bahwa pendidikan merupakan upaya
memberikan satu perlakuan pembelajaran kepada peserta didik. Dapat
diasumsikan bahwa di antara pembelajaran dengan hasil belajar
merupakan hubungan lurus atau linier.

B. Syarat atau Prinsip Evaluasi Program

Syarat – syarat evaluasi program :

1. Berorientasi kepada tujuan


2. Berorientasi kepada kriteria keberhasilan
3. Menyeluruh (komprehensif), mencakup seluruh kegiatan dalam
program dan penyelenggaraanya dilaksanakan secara terpadu seluruh
komponen program.
4. Serasi dan berkesinambungan.
5. Menggunakan berbagai sumber informasi dan teknik

Untuk dapat menjadi evaluator, seseorang harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :

1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh


evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk
melaksanakan evaluasi program yang didukung oleh teori dan
keterampilan prakatek.
2. Cermat, dapat melihat celah – celah dan detail dari program serta
bagian program yang akan dievaluasi
3. Objektif, tidak mudah dipengaruh oleh keinginan pribadi, agar dapat
mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat
mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus
di ikuti.
4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai membuat
rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun
instrument, mengumpulkan data, dan menyusun laporan,
tidak gegabah dan tergesa – gesa.
5. Hati – hati dan Bertanggung Jawab yaitu melakukan pekerjaan
evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada
kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung risiko atas segala
kesalahannya.

Berdasarkan persyaratan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak


semua orang dapat menjadi evaluator. Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil
Belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk
mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan
dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat
evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi
biasa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang
sebenarnya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan
instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah
penyusunan instrumen.
Prinsip – prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
evaluasi program :
1. Pelaksanaan evaluasi didasarkan atas tujuan tertentu.
2. Evaluasi harus bersifat obyektif.
3. Evaluasi bersifat komprehensif.
4. Evaluasi dilaksanakan secara kooperatif.
5. Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara efisein.

Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus


memenuhi beberapa kaidah antara lain

1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki
validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah
kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil
belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Tinggi rendah
nya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di
nyatakan dengan koefisien validitas
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala
instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang
ketetapan disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti
perubahan secara ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di
hitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien
reliabilitas.
3. Objectivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh
subyektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya.
Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa dihindari
hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman terutama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
4. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus).
Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audience
yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu
atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif
tentang keadaan audience yang di evaluasi.

5. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang
tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan
memiliki ciri sebagai berikut: Mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience
mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban.
Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh
orang lain.
6. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
7. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah
tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha
memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena
diluar jangkauannya. Di dalam isitilah evaluasi index kesukaran ini
diberi simbol p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.
8. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen
tersebut membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Index Diskriminasi.

C. Aspek dan dimensi Evaluasi Program

Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang,


seperti pendidikan, manajemen, perusahaan serta dalam berbagai jenjang
baik itu proyek, program maupun institusi. Dalam bidang pendidikan
Stufflebeam (2003) menggolongkan sistem pendidikan atas empat
dimensi, yaitu context, input, process, dan product, sehingga model
evaluasi yang ditawarkan diberi nama CIPP model yang merupakan
singkatan ke empat dimensi tersebut.

Sudjana dan Ibrahim (2004:246) menerjemahkan masing-masing


dimensi tersebut dengan makna:

1. Context, situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis


tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem
yang bersangkutan, situasi ini merupakan faktor eksternal, seperti
misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi
negara, dan pandangan hidup masyarakat,
2. Input, sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, komponen input meliputi siswa, guru,
desain, saran, dan fasilitas,
3. Process, pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di
dalam kegiatan nyata di lapangan, komponen proses meliputi kegiatan
pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan,
4. Product, hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir
pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan, komponen
produk meliputi pengetahuan, kemampuan, dan sikap (siswa dan
lulusan).

Aspek yang dievaluasi dan prosedur pelaksanaan evaluasi model


CIPP menurut Stufflebeam dalam Oliva (1992:491) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Aspek dan Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Model CIPP


Context Evaluation Input Evaluation Process Product Evaluation
Evaluation

Obyek Mendefinisikan Mengidentifikasi Mengidentifikasi Menghubungkan


(sasaran) operasional context, dan dan informasi outc
mengidentifikasi dan memperkirakan memperkirakan dengan obyek
memperkirakan kapabilitas di dalam proses, informasi context,
kebutuhan dan sistem, strategi tentang dan process
mendiagnosa masalah, input yang kerusakan di
memprediksi kebutuhan sekarang dalam desain
dan peluang tersedia, dan prosedur atau
mendesain untuk implementasi,
implementasi menyediakan
strategi informasi
sebelum
program
diputuskan dan
memperbaiki
dokumen even
prosedural dan
aktivitas

Metode Mendeskripsikan context, Mendeskripsikan Memonitoring Mendefinisikan


membandingkan dengan dan setiap aktivitas operasional
yang sebenarnya dan menganalisis yang berpotensi mengukur k
mengawasi input dan SDM dan terdapat asosiasi dengan ob
output, membandingkan sumber daya tantangan secara dan membandi
kemungkinan dan material yang prosedural, dan hasil pengu
ketidakmungkinan sistem tersedia, solusi memberikan dengan standar seb
kerja, dan menganalisa strategis, dan tanda untuk dilakukan antis
penyebab desain prosedur antisipasi, untuk dan menginterp
ketidakmungkinan dan untuk relevansi, memperoleh outcomes berdas
ketidaksesuaian kemungkinan informasi yang dokumen
kenyataan dengan tujuan kegiatan yang spesifik untuk informasi context,
(harapan) dapat memutuskan dan process
dilaksanakan, suatu program,
dan kebutuhan dan
ekonomi dalam mendeskripsikan
rangkaian proses yang
kegiatan aktual

Hubungan Memutuskan dalam hal Memilih SDM Untuk Untuk memut


pengambilan menyajikan perangkat, sebagai implementasi dalam kegiatan s
keputusan tujuan asosiasi, dengan pendukung, dan kontinu, menghen
dengan mendiskusikan solusi strategis, memperbaiki (mengakhiri),
proses kebutuhan dan peluang, dan desain desain program modifikasi, men
perubahan dan sasaran asosiasi prosedural untuk dan prosedur kembali
untuk perubahan perubahan untuk efektivitas perubahan ak
perencanaan kebutuhan struktur kerja proses kontrol dengan tahapan m
(aktivitas) yang lain dalam p
perubahan
mengatur ke
aktivitas perubahan

Level pertama (atau juga disebut sebagai Participant Reaction)


adalah mengevaluasi efektivitas training dengan cara menanyakan
kepuasan dari para peserta mengenai berbagai aspek pelatihan, misalnya
kepuasan terhadap mutu materi, kualitas instruktur atau pun mutu tempat
akomodasi pelatihan. Jadi dalam level ini yang jadi fokus pengukuran
adalah kepuasan peserta pelatihan. Pengukuran semacam ini sudah lazim
dilakukan oleh setiap penyelnggaran pelatihan.

Selanjutnya, dalam level kedua yang diukur adalah aspek


pembelajaran para peserta - yakni apakah pengetahuan para peserta
menjadi kian bertambah setelah mengikuti kegiatan training. Level kedua
ini disebut juga sebagai level Learning. Evaluasi level kedua ini umumnya
dilakukan dengan cara memberikan pre- dan post-test untuk menguji daya
serap para peserta mengenai beragam materi yang telah diajarkan dalam
proses pelatihan.

Level ketiga evaluasi bersifat lebih vital karena ia mengukur


apakah materi pelatihan yang diajarkan telah diaplikasikan oleh para
peserta dalam pekerjaan sehari-harinya. Level ketiga ini disebut juga
sebagai Behavior Application. Jadi disini, dilihat apakah materi training
memang benar-benar dipraktekkan untuk merubah perilaku para peserta
menuju perilaku unggul yang diharapkan. Tak banyak perusahaan yang
melakukan kegiatan evaluasi pada level ini - padahal aspek ini merupakan
elemen yang sangat penting. Pengukuran level ini biasanya dilakukan
enam bulan hingga satu tahun setelah proses pelatihan; dan difokuskan
untuk melihat sejauh materi training memberikan dampak positif bagi
perubahan perilaku dan peningkatan kinerja para peserta pelatihan.

Level pengukuran terakhir dari proses evaluasi training adalah


mengukur apakah kegiatan training yang telah dilakukan dapat
memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan atau unit bisnis
dimana para peserta bekerja. Level ini disebut juga sebagai Business
Impact. Secara spesifik, fokus dari pengukuran pada level ini adalah
melihat sejauh mana kontribusi kegiatan pelatihan terhadap kinerja bisnis.
Misal, apakah setelah dilakukan training mengenai selling skills, terdapat
peningkatan volume penjualan atau tidak. Atau juga setelah dilakukan
training mengenai Quality Management, apakah terdapat penurunan yang
signifikan terhadap jumlah produk cacat atau tidak.

Para pengelola training semestinya selalu melakukan evaluasi atas


kegiatan training yang telah mereka selenggarakan - baik pada level 1 dan
2, dan juga yang lebih penting pengukuran pada level 3 dan 4. Sebab
hanya dengan itulah, kita bisa yakin apakah anggaran training yang telah
diinvestasikan benar-benar memberi value bagi kemajuan perusahaan.

D. Standar untuk Menilai Program


Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi program seorang evaluator
harus mengikuti kaidah dan prosedur tertentu untuk menjamin evalusi
berjalan baik sesuai standar evaluasi program. Standar evaluasi ada 4
kategori yaotu standar utility (kegunaan), fasibility (kelaakan), propriety
(kesahihan), dan accuracy (ketetapan).

1. Standar Utilyty (kegunaan


Standar utilitas ini untuk memastikan bahwa evaluasi akan
menyajikam informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai standar
utilitas (disingkat U) terdiri dari 7 komponen (U1-U7), sebagai berikut:
a. U1 Stakeholder Identification (idntifikasi stakeholder) pihak yang
terlibat atau terpengaruh oleh evaluasi ini perlu diidentifikasi agar
kebutuhan mereka tercapai
b. U2 Evaluator Credibility (kredibilitas evaluator) seseorang yang
melaksanakan evaluasi harus terpecaya dan kompeten sehigga hasil
evaluasi mencapai kredibilitas dan penerimaan yang tinggi
c. U3 Information Scope and Selection (seleksi dan ruang lingkup
informasi yang didapat harus luas dan juga terseleksi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan program
dan responsive terhadap kebituhan klien dan stakeholder.
d. U4 Value Identification (identifikasi nilai-nilai sudut pandang)
prosedur dan alasan rasional yang digunakan untuk
menginterpretasi temuan harus digambarkan secara hati-hati
sehingga dasar untuk mempertimbangkan nilai-nilai menjadi jelas
e. U5 Report Clarity (kejelasan laporan) laporan evaluasi harus jelas
menggambarkan konteks, tujuan, prosedur, dan temuan dari
evaluasi sehingga informasi yang penting dapat dipaparkan dan
mudah dimengerti
f. U6 Repirt Timeliness and Dissemination (penyebaran dan
ketepatan waktu pelaporan.
g. U7 Evaluasi Impact (dampak evaluasi seharusnya direncanakan,
dilaksanakan dan dilaporkan dengan cara yang membuat para
stakeholder bisa menindaklanjuti dan menggunakan hasil evaluasi
tersebut.
2. Standar Kelayakan (Fasibility Standard)
Standar kelayakan diperlukan untuk menyakinkan bahwa evaluasi
berlangsung realities, cermat, diplomatis, dan hemat. Ada 3 butir
standar kelayakan disingkat F (F1-F3) sebagai berikut:
a. F1 Pratical Procedures kepraktisan prosedur evaluasi harus praktis
dan menekankan ganguguan seminimal mungkin selama
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
b. F2 Political Viability keberlangsungan politis evaluasi harus bisa
mengantisipasi beragam posisi atau kedudukan dan minat dari
kelompok kerjasama semua pihak bisa diperoleh.
c. F3 Cost effectiveness (keefektifan biaya)
3. Standar Kepatutan (Propriety Standard)
Standar kepatutan diinginkan untuk menyakinkan agar
evaluasi terlaksana secara legal, etis, dan dengan
mempertimbangkan ketentraman pihak-pihak yang terlibat dan
terpengaruh kegiatan evaluasi.
a. P1 Service Orientasi (orientasi pelayanan) orientasi pelayanan
evaluasi seharusnya didesain untuk membantu organisasi
untuk melayani kebutuhan angootanya secara luas
b. P2 Formal Agreement (perjanjian formal) kewajiban masing-
masing pihak terhadap evaluasi harus disetujui secara tertulis
c. P3 Right of Human Subject hak terhadap evaluasi harus
disetujui secara tertulis. P3 hak asasi subjek manusia evaluasi
wajib didesain dan dilaksanakan dengan menghargai dan
menjaga hak-hak asasi dan ketentraman orang-orang yang
terlibat.
d. P4 Human Interaction (interaksi yang manusiawi)
e. P4 Complete and Fair Assesment (penilaian yang lengkap dan
jujur evaluator harus adil dalam menyelidiki dan mencatat
kelebihan dan kekurangan dari program
f. P6 Disclosure of fiding (pengungkapan temuan)
g. P7 Conflic of Interes (konflik kepentingan) harus diganti
secara terbuka dan jujur sehingga tidak berkompromi dengan
proses dan hasil evaluasi
h. P8 Fiscal Responsibility (tanggung jawab fiscal
4. Standar Akurasi atau Ketelitian (Accuracy Standards)
Evaluasi harus menyiapkan dan menyampaikan informasi
yang memadai secara teknis standar akurasi ini terdiri dari 12
standar dari A1 sampai A12.
a. A1 Program Documentation (dokumentasi program)
b. A2 Context Analysis (analisa konteks)
c. A3 Described Purposes and Procedures (penggambaran
tujuan
dan prosedur,
d. A4 Defensible Information Source (sumber informasi yang
tepat)
e. A5 Valid Information (informasi yang valid)
f. A6 Reliable Information (informasi yang andal
g. A7 Systematic Information (informasi yang sistematis)
h. A8 Analysis of Quantitative Information (informasi analisis
kuantitatif)
i. A9 Analysis of Qualitative Information (informasi analisis
kualitatif)
j. A10 Justified Conclusion (kesimpulan yang masuk akal)
k. A11 Impartial Reporting (laporan yang tidak memihak)
l. A12 Metaevaluation (meta evaluasi) Evaluasi harus dievaluasi
secara formatif dan sumatif dengan standar yang tepat
sehingga pelaksanaannya terarah.
E. Evaluasi
1. Jenis-jenis Evaluasi
Setelah memahami pengertian dan defenisi evaluasi, berikut
ini jenis-jenis evaluasi yang dibedakan berdasarkan jenisnya masing-
masing.

a. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan


1) Evaluasi diagnostic
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk
menelaah kelemhan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya.
2) Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang dipakai untuk
memilih siswa yang dirasa paling cocok dengan kriteria
program kegiatan tertentu.
3) Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dipakai dalam
menempatkan siswa ke program pendudukan terntentu, sesuai
dengan karakteristik siswa tersebut.
4) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang cara melakukan
memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan suatu
proses belajar mengajar.
5) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi berdasarkan
tujuan untuk menentukan hasil dan kemauan bekerja seorang
siswa.

b. Jenis evaluasi berdasrkan sasaran


1) Evaluasi konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi yang ditujukan dalam
mengukur konteks suatu program, baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, dan kebutuhan-kebutuhan yang
muncul ketika merencanakannya.
2) Evaluasi input
Evaluasi input adalah evaluasi yang diarahkan dalam
mengetahui input baik mengenai sumber daya dan strategi yang
dipakai dalam mencapai tujuan.
3) Evaluasi proses
Evaluasi prose adalah evaluasi berdasarkan sasaran yang
ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan mengenai
kelancaran proses, kesesuaian tata cara, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang mungkin muncul dalam pelakasanaan
proses tersebut.
4) Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi atau produk adalah jenis evaluasi yang diarahkan
untuk melihat hasil dari proses atau program yang dijalankan
dan dicapai sebagai dasar dalam menentukan keputusan
terakhir, dengan diperbaiki, ditingkatkan atau dihentikan.

5) Evaluasi outcome
Evaluasi outcome adalah atau bisasa disebut dengan lulusan
merupakan evaluasi yang diarahkan guna melihat hasil belajar
seorang siswa lebih lanjut, evaluasi setelah terjun ke
masyarakat.

c. Jenis evaluasi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran


1) Program pembelajaran, evaluasi jenis ini mencakup tujuan, isi,
strategi dan aspek-aspek dari proses pembelajaran lain di
sekolah atau dalam proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh seorang siswa dengan tenaga pengajar alias guru.
2) Proses pembalajaran, evaluasi ini mencakup kesesuaian antara
suatu proses pembelajaran secara garis besar dari progrm
pembelajaran yang ditetapkan lalu kemampuan guru dalam
melaksanaan proses pembelajaran, kemampuan sswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3) Hasil pembelajaran, evaluasi dari bagian ini mencakup tingkat
penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, bisa secara umum maupun khusus bila ditinjau
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

d. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek


1) Input, evaluasi pada siswa yang mencakup kemampuan akan
kepribadian, sikap dan keyakinan.
2) Transformasi, adalah sebuah evaluasi akan unsur-unsur
transformasi dari proses pembelajaran yang berisi antara lain,
materi, media hingga metode lain.
3) Output, merupakan evaluasi terhadap suatu lulusan yang
mengacu pada ketercapaian hasil dari pembelajaran.

2. Persyaratan Evaluasi

Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi


belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi (test instrument) yang
sesuai dengan kebutuhan, dalam artian tidak menyimpang dari
indicator dan jenis prestasi yang diharapkan. Persyaratan pokok
penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi belajar
(The Psychology of learning) meliputi dua macam, yakni: (Cross,
1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).

a. Reliabilitas
Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan
uji atau dapat dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable
atau tahan uji apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil.
b. Validitas
Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat
evaluasi dipandang valid atau abash apabila dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam
mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006:194-198) terurai sebagai berikut :

1) Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang
dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa
yang seharusnya di evaluasi. untuk memperoleh hasil evaluasi
yang sahih, dibutuhkan insturmen yang memiliki/memenuhi
syarat-syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi. Kesahihan
instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil
pengalaman.
2) Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah
kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu
instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat.
Gronlund dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:196)
mengemukakan bahwa, “keterandalan menunjukkan kepada
konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimana keajegan
skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran
yang satu ke pengukuran yang lain”. Dengan kata lain,
keterandalan dapat kita artikan sebagai tingakat kepercayaan
keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrument
evaluasi.
3) Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-
kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh
hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.

c. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program


Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-
kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya. Dalam
melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis
yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan
yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling
berkaitan satu sama lain dalam menunjang kinerja dari objek yang
dievaluasi. Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek
yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang
berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai
perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang
diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.
Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai
masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana
program yang telah ditentukan. Agar informasi yang diperoleh
dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui
bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada
identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi
subkomponen, sampai pada indikator dari program evaluasi.
Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu
bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat
diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan. Dari hasil
penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan
akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
3. Kesalahan dalam Melakukan Evaluasi
Apa yang dipermaslahkan dalam suatu kegiatan evaluasi
program bisanya perlu dijelaskan terlebih dahulu dalam laporan
evaluasi. Ini wajar dan dapat dimengerti sebab setiap evaluasi adalah
untuk menjawab suatu permasalahan. Adanya kegiatan evaluasi
dikarenakan adanya suatu masalah yang ingin dipecahkan melalui
evaluasi yang dilaporkan itu. Segi – segi mengenai masalah evaluasi
bisa mencangkup beberapa hal, seperti bagaimana rumusan
masalahnya, latar belakang mengenai masalah tersebut dipilaih untuk
di evaluasi, apa tujuan yang ingin dicapai dengan mengevaluasi
masalah tersebut, dan tujuan teori/ atau kepustakaan/ hasil – hasil
evaluasi sebelumnya yang berkaitan dengan evaluasi tersebut.
Dalam laporan evaluasi kajian mengenai teori kepustakaan hasil
– hasil evaluasi sebelumnya tidak dimaksudkan untuk merumuskan
hipotesis. Hal ini dilakukan untuk menentukan asumsi – asumsi yang
digunakan, ruang lingkup,evaluasi, dan batasan – batasan istilah
konsep yang digunakan. Dalam laporan evaluasi pun perlu disertai
penjelasan tentang letak ( site ) tempat evaluasi diselenggarakan.

F. Istilah – istilah dalam Evaluasi Program Pembelajaran


1. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan
performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka Alwasilah et al.(1996),
2. Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk
mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.
3. Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa
menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan
suatu keterampilan atau pengetahuan.
4. Standardized Test, adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas
dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan percobaan-percobaan terhadap
sampel yang cukup besar dan representatif.
5. Penilaian formatif yaitu proses penilaian yang dilakukan ketika
sedang berlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian ini
dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama
proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback)
bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil
belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik.
Soal-soal penilaian formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar,
bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program
pembelajaran yang akan dinilai.
6. Penilaian sumatif yaitu penilaian yang dilakukan jika satuan
pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap telah
selesai. Contohnya adalah ujian akhir semester dan ujian nasional.
7. Penilaian Penempatan. Pada umumnya penilaian penempatan dibuat
sebagai prates (pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui
apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan
hinggamana peserta didik telah menguasi kompetensi dasar
sebagaimana yang tercantum dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Tujuan yang pertama masalahnya berkaitan
dengan kesiapan peserta didik menghadapi program baru, sedangkan
tujuan yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran
dengan kemampuan peserta didik.
8. Penilaian diagnostik. biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran
dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajagi pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik. Dengan kata lain,
apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk dapat mengikuti materi pelajaran lain. Penilaian
diagnostik semacam ini disebut juga test of entering behavior.
9. Instrumen yaitu alat ukur yang digunankan untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan siswa dalam proses pembelajara. alat ukur ini
dapat berupa tes maupun nontes.
10. Kisi-kisi, adalah format pemetaan soal yang menggambarkan
distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan
jenjang kemampuan tertentu.
11. Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat
dicapai oleh peserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka
diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu : kunci jawaban, kunci skoring,
dan pedoman konversi.
12. Analytical method, yaitu suatu cara untuk mengoreksi jawaban
peserta didik dan guru sudah menyiapkan sebuah model jawaban,
kemudian dianalisis menjadi beberapa langkah atau unsur yang
terpisah, dan setiap langkah disediakan skor-skor tertentu. Setelah satu
model jawaban tersusun, maka jawaban masing-masing peserta didik
dibandingkan dengan model jawaban tersebut, kemudian diberi skor
sesuai dengan tingkat kebenarannya.
13. Sorting method, yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk
memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi
menjadi unsur-unsur.
14. Multiple-Choice, yaitu Soal tes berbentuk pilihan-ganda yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan
berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa
pokok persoalan dan pilihan jawaban.
15. Distracters, yaitu salah satu bentuk soal tes pilihan ganda yang
setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang
benar.
16. Variasi negatif, yaitu salah satu bentuk soal tes pilihan ganda yang
setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang
salah
17. Variasi berganda, yaitu salah satu bentuk soal tes pilihan ganda yang
menuntut siswa untuk memilih beberapa kemungkinan jawaban yang
semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
18. Short Answer (jawaban singkat) dan Completion (melengkapi), yaitu
bentuk tes yang menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
19. Performance Test, adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan.
20. Penilaian portofolio, adalah suatu pendekatan atau model penilaian
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membangun dan merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya melalui
pengumpulan (collection) bahan-bahan yang relevan dengan tujuan
dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil
pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam
periode tertentu.
21. Mutual trust, yaitu prinsip penilaian portofolio yang berarti saling
mempercayai. Artinya jangan ada saling mencurigai antara guru
dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Mereka harus sama-
sama saling percaya, saling membutuhkan, saling membantu, terbuka,
jujur, dan adil, sehingga dapat membangun suasana penilaian yang
lebih kondusif. Guru juga hendaknya dapat menciptakan suasana
penilaian yang kondusif, wajar dan alami, sehingga hasil penilaian
yang diperoleh betul-betul menggambarkan kemampuan peserta didik
yang sesungguhnya.
22. Confidentiality, yaitu prinsip penilaian portofolio yang mempunyai
arti kerahasiaan bersama. Artinya bahwa seorang Guru harus menjaga
kerahasiaan semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang
ada, baik perorangan maupun kelompok, tidak boleh diberikan atau
diperlihatkan kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik yang mempunyai kelemahan tidak
merasa dipermalukan. Menjaga kerahasiaan bersama ini juga
mempunyai arti lain, yaitu memotivasi peseta didik untuk
memperbaiki hasil pekerjaannya dan meningkatkan kepercayaan
peserta didik kepada guru.
23. Joint Ownership, yaitu prinsip penilaian portofolio yang mempunyai
arti milik bersama, Artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan
dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara guru dan
peserta didik, karena itu guru harus jaga bersama, baik
penyimpanannya maupun penempatannya. Berikan kemudahan
kepada peserta didik untuk melihat, menyimpan dan mengambil
kembali portofolio mereka. Hal ini dimaksudkan juga untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab peserta didik.
24. Satisfaction (kepuasan), artinya semua dokumen dalam rangka
pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus
dapat memuaskan semua pihak, baik guru, orang tua maupun peserta
didik, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta
didik sebagai hasil pembinaan guru.
25. Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang
diharapkan. Kesesuaian ini pada gilirannya berkaitan dengan prinsip
kepuasan.
26. Non-Guessing Formula, yaitu cara pemberian skor mentah untuk tes
objektif. Biasanya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat
kebaikannya. Caranya ialah menghitung jumlah jawaban yang betul
saja. Setiap jawaban yang betul diberi skor 1, dan jawaban yang salah
diberi skor 0.
27. Guessing Formula, yaitu cara pemberian skor mentah untuk tes
objektif. Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah
pernah diujicobakan dan dilaksanakan, sehingga dapat diketahui
tingkat kebenarannya.
28. Konversi skor, adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai
peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk
menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh.
29. Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu suatu pendekatan penilaian
yang lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh
peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang
telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil
dari suatu keseluruhan program.
30. Penilaian Acuan Norma (PAN), Pada umumnya, penilaian acuan
norma dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan ini
dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen
sebagai sampel dari bahan yang telah disampaikan.
31. Difficulty Index, adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran
suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu
soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.
32. Discriminating Power, adalah pengukuran sejauhmana suatu butir
soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai
kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi dapat memberikan pendekatan yang lebih banyak lagi dalam
memberikan informasi kepada pendidikan untuk membantu perbaikan dan
pengembangan sistem pendidikan. Karena evaluasi dapat membantu
mengadakan informasi tersebut, maka para pembuat aturan pendidikan dapat
memakai hasil evaluasi untuk alasan dalam proses perbaikan pendidikan.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. (2008). Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Adjadan, Suriadi. 2015. Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah (Studi Evaluatif Pascadiklat di LPMP Provinsi Maluku
Utara). Jurnal Teknologi Pendidikan, Volume 17. Nomor 3.
Drs. Zainal Arifin, M.Pd. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam
Putro, Eko Widoyoko, 2014. Evaluasi Program Pembelajaraan,,
Yogyakarta;Pustaka Pelajar, Cet. VI.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), h. 1
Tayibnafis, Farida Yusuf, (2000), Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta.

Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis


Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
http://catatannana.blogspot.com/2010/11/standar-evaluasi-program.html diakses
pada 30 Januari 2020
http://hepimakassar.wordpress.com/2012/04/29/standar-evaluasi-program/ diakses
pada 30 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai