Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN DAN MODEL EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi Pada Mata Kuliah Evaluasi
Program Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Hesti Kusumaningrum, S.Kom., M.Pd.

Disususn Oleh :
Kelompok 3
Audina Aprilia (11200182000112)

Adytyas Lillwar Rifai (11200182000109)


Ahmad Fazar (112000182000037)

Ahmad Saiful Rohman (112000182000038)

Alif Adji Sihabuddin (11200182000040)

M. Naufal Arkan (11200182000122)

SEMESTER 6B
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa ummatnya dari zaman kebodohan kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini. Makalah yang berjudul Pendekatan dan Model
Evaluasi Program Pendidikan ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Evaluasi Program Pendidikan semester 6 pada Program Studi Manajemen
Pendidikan. Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dan terlibat
dalam pembuatan maalah ini, yaitu:
1. Ibu Dr. Hesti Kusumaningrum, S.Kom., M.Pd selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Evaluasi Program Pendidikan.
2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
3. Rekan-rekan kelompok yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan
makalah ini.
Sekian ucapan terimakasih yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun menyadari
masih terdapat banyak kesalahan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu penyusun berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan yang sebagaimana
mestinya.

Bogor, 23 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A.Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C.Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................. 2
D.Metode Penulisan Makalah ............................................................................................. 2
E.Sistematika Penulisan Makalah ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
A. Pendekatan Evaluasi Program Pendidikan .................................................................. 4
B. Model-Model Evaluasi Program Pendidikan ............................................................... 7
C. Model Evaluasi CIPP .................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Evaluasi sangat penting bagi berjalannya suatu program, baik program


pendidikan, pembelajaran atau pelatihan. Tujuan dari diadakannya evaluasi
ialah untuk mengetahui apakah program yang sudah dijalankan seperti
program-program tersebut tersampaikan kepada peserta dengan baik atau
sesuai dengan target/tujuan dari program tersebut ataukah belum sama
sekali.1
Evaluasi program merupakan suatu proses atau kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh sebagai upaya pengendalian,
penjaminan, dan penerapan suatu program berdasarkan kriteria tertentu untuk
membuat suatu keputusan dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan
program. Adapun aspek penting dalam evaluasi program, salah satunya
adalah menentukan pendekatan dan model evaluasi program. Dalam setiap
perencanaan dan kegiatan selalu membutuhkan evaluasi, tujuannya adalah
untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan sebuah perencanaan atau
kegiatan tersebut. Tetapi, tidak semua orang menyadari bahwa setiap kita
selalu melakukan pekerjaan evaluasi.2
Pendekatan dalam evaluasi program harus ditegaskan dan dijelaskan
sejak awal menyusun desain evaluasi program. Hal, ini dianggap
penting karena pendekatan evaluasi program akan mempengaruhi
langkah-langkah selanjutnya, seperti menentukan metode evaluasi, sumber
data atau populasi dan sampel, intrumen evaluasi, dan analisis data.
Adapun model evaluasi program yang harus diperhatikan sesuai dengan
karakteristik programnya. Setiap program memiliki karakteristik yang
berbeda dan setiap model evaluasi memiliki asumsi, pendekatan,
terminology, dan logika berpikir berbeda. Maka dari itu, pemilihan
pendekatan dan model evaluasi program dianggap sangat penting dalam
proses awal evalasi program.

1
Rina, Ambyar dan Fahmi, Pendekatan Evaluasi Program Tyler: Goal-Oriented, Jurnal Pendidikan,
Vol. 18, No. 1, 2020, h. 139
2
Mardiah dan Syarifudin, Model-Model Evaluasi Pendidikan, Jurnal pendidikan dan konseling, Vol.
2, No.1, h.38.

1
Dalam evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang bisa
digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan
yang lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang
dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan
dalam menentukan tindak lanjut suatu program. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai pendekatan dan model-model yang digunakan dalam evaluasi
program pendidikan, maka penyusun akan membahas lebih dalam pada
makalah berikut ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:
1. Apa saja pendekatan evaluasi program pendidikan?
2. Apa saja model-model evaluasi program pendidikan?
3. Apa itu model evaluasi CIPP?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
evaluasi program pendidikan, serta menjelaskan kepada para pembaca
mengenai pendekatan evaluasi program pendidikan, model-model evaluasi
program pendidikan dan memahami model evaluasi CIPP.

D. Metode Penulisan Makalah

Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode


pustaka. Metode pustaka adalah metode yang digunakan dengan mempelajari
dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik
berupa buku, e-book, jurnal, artikel, maupun informasi yang berasal dari
internet.

E. Sistematika Penulisan Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut:

2
BAB 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pembahasan, mengenai pendekatan dan model-model evaluasi
program pendidikan serta model evaluasi CIPP.
BAB III : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Evaluasi Program Pendidikan

Pendekatan Evaluasi merupakam pendapat tentang apa tugas evaluasi,


bagaimana evaluator melakukan evaluasi, dengan kata lain pendekatan
evaluasi adalah beberapa prosedur dan tujuan evaluasi. Ada beberapa
pendekatan dalam evaluasi program, setiap pendekatan memberi
petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang berguna dalam beberapa
kondisi. Semua pendekatan paling tidak mempunyai tujuan yang sama
yaitu bagaimana memperoleh informasi yang berarti atau tepat untuk
pemakai atau klien. Adapun Pendekatan - Pendekatan pada evaluasi program
Pendidikan diantaranya :

a. Objective-Oriented Approach
Objective-Oriented Approach (pendekatan berorientasi pada tujuan)
adalah pendekatan dalam melakukan evaluasi program yang menitik beratkan
pada penilaian ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, pandangan ini
mempersyaratkan bahwa suatu program pendidikan harus menetapkan atau
merumuskan tujuan-tujuan spesifiknya secara jelas. Terhadap tujuan-tujuan
program yang sudah ditetapkan tersebut barulah evaluasi program difokuskan.
Tujuan program yang dimaksud bisa saja hanya tujuan dari sebuah program
pembelajaran di kelas dalam satu mata pelajaran, atau juga tujuan program
dalam pengertian yang lebih luas, misalnya tujuan program sekolah dalam satu
tahun.
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana
pencapaian tujuan telah dicapai. Ini memberi petunjuk pada pengembangan
program, menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dan
hasil yang akan dicapai. Evaluator dalam pendekatan ini membantu klien
merumuskan tujuannya dan menjelaskan hubungan antara tujuan dan kegiatan.
Evaluator juga dapat membantu klien menerangkan rencana penerapan dan
melihat proses pencapaian tujuan yang memperlihatkan kemampuan program
menjalankan kegiatan sesuai rencana. Hasil evaluasi berisi penjelasan tentang

4
status tujuan program.

b. Management-oriented approach
Management-oriented approach merupakan salah sau pendekatan
dalam penilaian pendidikan yang memfokuskan pada kepentingan manajerial
Oleh karena itu, pendekatan penilaian berorientasi manajemen sangat berarti
dalam membantu para pengambil keputusan. Hal ini mengingat pentingnya
informasi hasil penilaian sebagai bagian dari pengamblan keputusan yang
baik. Artinya, bahwa pengambilan keputusan akan tepat dan berguna jika
didasarkan pada informasi-informasi hasil penilaian. Dalam bidang
pendidikan, dengan pendekatan ini dimungkinkan seorang evaluator memberi
informasi yang bermanfaat kepada guru, komite sekolah, pengambil
keputusan/ birokrasi pendidikan, administrator pendidikan, atau pihak lainnya;
sesuai dengan tingkat kewenangan pengambilan keputusan masing-masing.
Berdasarkan level kewenangan tersebut menjadi jelas siapa yang akan menjadi
pengguna utama hasil-hasil penilaian, bagaimana mereka akan
menggunakannya, dan pada aspek-aspek apa mereka akan mengambil
keputusan. Aspek-aspek yang menjadi cakupan penilaian dalam pendekatan
ini biasanya diklasifikasi berdasarkan komponen system, yakni: input, proses,
dan output.

c. Pendekatan Experimental

Pendekatan experimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada


penggunaan experimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini
berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian
akademik. Tujuan evaluator yaitu memperoleh kesimpulan bersifat umum
tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-
banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program. Evaluator berusaha
menggunakan metode saintifik sebanyak mungkin. Misal: evaluator
menciptakan situasi yang dikontrol, dimana beberapa subjek menerima
perlakuan, sedang yang lainnya tidak, dan membandingkan kedua kelompok
untuk melihat dampak program. Evaluator memakai teknik dasar desain
eksperimental acak, kelompok kontrol, dan analisis longitudinal untuk
menarik kesimpulan tentang dampak perlakuan.

5
d. Pendekatan Berfokus Pada Keputusan (The Decision Focused Approach)
Pendekatan ini menekankan peranan informasi yang sistematik
untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Informasi akan sangat
berguna jika dapat membantu pengelola program membuat keputusan.
Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai kebutuhan untuk
keputusan program. Pengumpulan data dan laporan dibuat untuk
menambah efektifitas pengelola program. Pada tingkat perencanaan,
pembuat program memerlukan informasi tentang masalah dan kapasitas
organisasi. Selama dalam tingkat implementasi administrator memerlukan
informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila program sudah selesai,
keputusan penting akan dibuat berdasar hasil yang dicapai.

e. Pendekatan Berfokus Pada Pemakai (The Used Oriented Approach)


Pendekatan ini menekankan pada perluasan pemakaian informasi.
Pemakai informasi yang potensial adalah tujuan utama. Evaluator menyadari
sejumlah elemen yang cenderung mempengaruhi kegunaan evaluasi. Hal ini
termasuk elemen seperti cara pendekatan dengan klien, kepekaan, faktor
kondisi, dan situasi seperti kondisi yang telah ada, keadaan organisasi dan
pengaruh masyarakat, dan situasi dimana evaluasi dilakukan dan dilaporkan.
Elemen paling penting mungkin keterlibatan pemakai yang potensial selama
evaluasi berlangsung. Evaluator menekankan usaha pada pemakai dan cara
pemakaian informasi. Dalam pendekatan ini, evaluator lebih menaruh
perhatian pada situasi dan hubungan antarpersonel daripada aturan penelitian
atau pada keperluan pengukuran. Evaluator juga berperan bukan sebagai ahli,
tapi rekan yang mencoba menolong untuk hal-hal yang diperlukan organisasi.
Kemudian Patton menamakan pendekatan ini sebagai “active, reactive,
adaptive” dimana evaluator memberikan ide pada kelompok pemakai,
menerima saran mereka, dan mengadaptasikan evaluasi sesuai kebutuhan klien
atau pemakai.

f. Pendekatan yang Responsif (The Responsive Approach)


Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi berarti mencari pengertian
suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang
berminat, dan berkepentingan dengan program. Tujuan evaluator yaitu
berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandangan yang

6
berbeda. Evaluator juga mengadopsi pendekatan bermacam-macam dalam
penelitiannya dan dalam masalah mencari tahu dinamika organisasi. Evaluasi
responsif ditandai ciri penelitian kualitatif, naturalistic, bukan kuantitatif.
Evaluator mengobservasi, merekam, menampi data, mengecek pengetahuan
awal peserta program, dan mencoba membuat model yang mencerminkan
pandangan berbagai kelompok. Elemen penting dalam pendekatan ini yaitu
pengumpulan dan menyintesis data. Data utama pendekatan ini yakni
observasi langsung dan tak langsung, dan bentuk laporan adalah studi kasus
atau gambaran deskriptif. Evaluator bertindak sebagai organisator
antropologis, pencari pengertian realitas melalui perspektif orang program,
peserta program, dan kelompok lain dipengaruhi program tersebut. Pengaruh
pendekatan ini terhadap pemfokusan evaluasi ialah evaluator menghabiskan
banyak waktu berbicara dengan klien, mengamati kegiatan program, mencoba
menyaring hal-hal yang dipandang penting oleh klien, dan masalah-masalah,
konsep-konsep dan isu-isu dari berbagai sudut pandangan.

B. Model-Model Evaluasi Program Pendidikan

Terdapat model-model evaluasi program yang dikembangkan oleh para


ahli yang dapat dipakai untuk mengevaluasi sebuah program. Model evaluasi
merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang
biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya.
Menurut Arikunto & Jabar meskipun terdapat perbedaan pendapat tentang
model-model evaluasi, namun maksudnya sama yaitu kegiatan pengumpulan
data yang berkaitan dengan objek yang dievaluasi sebagai bahan bagi
pengambilan keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.3
Ada beberapa model evaluasi program pendidikan yang dapat digunakan,
antara lain:4
1. Evaluasi Model CIPP
Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield
adalah sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil

3
S. Arikunto dan Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 40
4
Darodjat dan Wahyudhiana M, Model Evaluasi Program Pendidikan. (ISLAMADINA, Volume
XIV.No.1. 2015) h. 4

7
keputusan untuk memberikan bantuan kepada administrator atau leader
pengambil keputusan. Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu
konteks, input, proses, dan produk. Evaluasi dilakukan dengan melihat
konteks program, input program, pelaksanaan program, dan hasil program.
2. Evaluasi Model Provus (Discrepancy Model)
Evaluasi model provus atau discrepancy model merupakan salah satu
model evaluasi yang dikembangkan oleh Malcolm Provus yang bertujuan
untuk menganalisis suatu program apakah program tersebut layak untuk
diteruskan, ditingkatkan atau bahkan dihentikan. Provus mendefinisikan
evaluasi sebagai alat untuk membuat pertimbangan atas kekurangan dan
kelebihan suatu objek berdasarkan diantara standar dan kinerja. Model ini
menekankan pada terumuskannya standard, performance dan discrepancy
secara rinci dan terukur. Evaluasi program yang dilaksanakan oleh
evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap konsumen
program, maka langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan secara jelas.
Model discrepancy atau model kesenjangan ini untuk mengetahui tingkat
kesenjangan antara standard yang sudah ditentukan dengan kinerja.
Kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi:
a. Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program
b. Kesenjangan antara yang diduga akan diperoleh dengan yang
terealisasikan
c. Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan
yang ditentukan
d. Kesenjangan tujuan
e. Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah
f. Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten.
3. Evaluasi Model Stake (Countenance Model)
Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake dari University Illinois.
Dalam model ini stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam
evaluasi yaitu description dan judgement, dan membedakan adanya tiga
tahap yaitu antecedent (context), transaction/process, dan outcomes.
Dalam model ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara satu
program dengan program lain yang dianggap standar. Stake menyatakan
bahwa apabila menilai suatu program pendidikan, maka harus melakukan
8
perbandingan yang relatif antara satu program dengan program lainya.
Dalam model Stufflebeam & Shinkfield menjelaskan tiga tahap evaluasi
program model Stake ini yaitu antencedent (masukan) Antecedents
mengacu pada informasi dasar yang terkait, kondisi/kejadian apa yang ada
sebelum implementasi program, transaction (proses) apakah yang
sebenarnya terjadi selama program dilaksanakan, apakah program yang
sedang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program. Termasuk tahap
ini adalah informasi yang dialami oleh peserta didik berkaitan dengan
guru, orang tua, konselor, tutor, dan peserta didik lainnya. dan Sedangkan
outcomes (hasil) berkaitan dengan apa yang dicapai dengan program
tersebut, apakah program itu dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan
termasuk di dalamnya: kemampuan, prestasi, sikap dan tujuan.
4. Evaluasi Model Brinkerhoff
Brinkerhoff sebagai pengembang model evaluasi ini mengemukakan tiga
pendektan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-
elemen yang sama yaitu:
a. Fixed vs Emergent Evalution Design
Desain evaluasi ini harus direncanakan dan disusun secara sistematik
dan terstruktur sebelum program dilaksanakan. Desain evaluasi ini
dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian disusun
pertanyaan- pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
diperoleh dari sumber-sumber tertentu.
b. Formative vs Sumative Evaluation
Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat
membantu memperbaiki program, dilaksanakan pada saat
implementasi program sedang berjalan. Evaluasi sumatif dilaksanakan
untuk menilai manfaat suatuprogram, dari hasil evaluasin ini dapat
ditentukan apakah sebua program akan diteruskan atau dihentikan.
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan
pembelajaran sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat
kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secara menyeluruh.
c. Experimental & Quasi-Experimental Designs vs Unobtrusive Inquiry.
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif,
random sampling, memberikan perlakuan dan mengukur dampak.
9
Tujuanya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program
pembelajaran.
5. Evaluasi Model Kirkpatrick
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick ini telah mengalami
beberapa penyempurnaan, terakhir diperbarui tahun 1998 yang dikenal
dengan Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick’s
evaluation model. Model ini terdiri dari empat level evaluasi, yaitu
a. Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)
Catalanello & Kirkpatrick menjelaskan bahwa evaluasi terhadap reaksi
peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan peserta. Program
pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasa
menyenangkan peserta, sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk
belajar dan berlatih. Sebaliknya, apabila peserta tidak merasa puas
terhadap proses pelatihan yang diikutinya, maka mereka tidak akan
termotivasi untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut.
b. Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)
Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick evaluasi hasil belajar dapat dilihat
pada perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, dan atau peningkatan
keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program. Peserta
program dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami
perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan
keterampilan.
c. Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)
Penilaian difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta
kembali ke tempat kerja, disebut juga evaluasi terhadap outcomes dan
kegiatan pelatihan. Perubahan apa yang terjadi di tempat kerja setelah
peserta mengikuti program tersebut, baik menyangkut pengetahuan,
sikap maupun keterampilannya.
d. Evaluasi Hasil (Result Evaluation)
Evaluasi pada tahap ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena
peserta telah mengikuti suatu program.

10
Evaluasi dilakukan dengan mengukur reaksi peserta terhadap program,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta, perubahan
perilaku peserta, dan dampak program pada organisasi.5
6. Model Scriven
Michael Scriven lengkapnya Michael John Scriven seorang filsuf
akademis dan akademisi yang terkenal karena konstribusinya dalam teori
dan praktik evaluasi. Salah satu yang sering disebut sebagai Scriven Model
adalah model evaluasi formatif dan sumatif. Model ini menekankan pada
evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan selama program
berlangsung untuk memperbaiki program. Evaluasi dilakukan dengan
melihat tujuan program, pengembangan program, pelaksanaan program,
dan hasil program.6 Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan
selama perancangan dan pengembangan program, dengan maksud
memberikan umpan balik untuk meningkatkan obyek yang dievaluasi,
dapat juga fokus pada rencana program atau desain.
Model ini menekankan pada evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang
dilakukan selama program berlangsung untuk memperbaiki program.
Evaluasi dilakukan dengan melihat tujuan program, pengembangan
program, pelaksanaan program, dan hasil program.
7. Measurement Model
Tokoh-tokoh penilaian yang dipandang sebagai pengembang model ini
adalah R. Thorndike dan R.I. Ebel. Pengukuran dipandang sebagai suatu
kegiatan yang ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang
persoalan termasuk ke dalam bidang pendidikan. Pengukuran, menurut
model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah.
Jumlah ini akan menunjukkan besarnya (magnitude) objek, orang ataupun
peristiwa sehingga dengan demikian hasil pengukuran itu selalu
dinyatakan dalam bentuk bilangan. Pengukuran dengan demikian
dipandang sebagai kegiatan menentukan besarnya suatu sifat (attribute)
tertentu yang dimiliki objek, orang, dan peristiwa dalam bentuk unit
ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan
dalam proses penilaian untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-

5
Kirkpatrick, D. L. Evaluating Training Programs: The Four Levels. Berrett-Koehler Publishers.1996.
6
Scriven, M. Prospects for a Science of Evaluation. Harvard Educational Review, 1972, h. 9-49

11
perbedaan individual maupun perbedaan-perbedaan kelompok dalam hal
kemampuan serta minat dan sikap. Hasil pengukuran mengenai aspek-
aspek tingkah laku di atas digunakan untuk keperluan seleksi siswa,
bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi siswa itu sendiri.
8. Congruence Model
Tokoh-tokoh evaluasi yang mengembangkan model ini antara lain Raph
W. Tyler, John B. Carrol, dan Lee J. Cronbach. Model evaluasi ini untuk
memeriksa kesesuaian anatara tujuan yang diinginkan dengan hasil yang
telah dicapai. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku siswa.
Secara lebih khusus, yang dinilai adalah perubahan tingkah laku yang
diinginkan yang diperhatikan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan.
Tingkah laku hasil belajar ini tidak hanya terbatas pada aspek
pengetahuan, melainkan juga mencangkup aspek keterampilan dan sikap
sebagai hasil dari proses pendidikan.
9. Illuminative Model
Tokoh-tokoh evaluasi yang dipandang sebagai pengembang model ini
adalah Mmalcolm Parlett. Tujuan evaluasi ini adalah mengadakan studi
yang cermat terhadap sistem yang bersangkutan. Hasil evaluasi yang
dilaporkan bersifat deskripsi dan interpretasi bukan pengukuran dan
prediksi. Model ini memandang fungsi evaluasi sebagai bahan atau input
unttk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian dan
penyempurnaan sistem yang sedang dikembangkan.

C. Model Evaluasi CIPP

Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat
digunakan dalam mengevaluasi program pembelajaran. Salah satu model
tersebut adalah evaluasi model CIPP (Contex, Input, Prosess and Product)
pertama kali dikenalkan oleh Stufflebeam. Kemudian Sutfflebeam
mengembangkan model evaluasi CIPP pada tahun 1966. Model evaluasi CIPP
merupakan kerangka yang komperhensif untuk mengarahkan pelaksanaan

12
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek,
personalia, produk, institusi, dan sistem.7
Model CIPP berpijak pada pandangan bahwa tujuan terpenting dari
evaluasi program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan meningkatkan
(to improve). Karenanya, model ini juga dikategorikan dalam pendekatan
evaluasi yang berorientasi pada peningkatan program atau bentuk evaluasi
pengembangan Artinya, model CIPP diterapkan dalam rangka mendukung
pengembangan organisasi dan membantu pemimpin dan staf organisasi
tersebut mendapatkan dan menggunakan masukan secara sistematis supaya
lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting atau, minimal, bekerja
sebaik-baiknya dengan sumber daya yang ada.8
Kemudian Stufflebeam, dalam bukunya Education Evaluation and
Decision Making, menggolongkan sistem pendidikan atas empat ruang
lingkup yaitu context, input, process, and product atau disebut juga dengan
model CIPP.
Adapun jenisnya dijelaskan oleh Stufflebeam sebagai berikut:
a. Evaluasi context
evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang
mendasari disusunnya suatu program. Evaluasi konteks utamanya
mengarah pada identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi dan pada
pemberian masukan untuk memperbaiki organisasi. Tujuan pokok dari
evaluasi konteks adalah menilai seluruh keadaan organisasi,
mengidentifikasi segala bentuk kelemahannya, menginventarisasi
kekuatannya yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kelemahannya,
mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi organisasi, dan mencari
solusi-solusinya. Evaluasi konteks juga bertujuan untuk menilai apakah
tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas yang telah ditetapkan memenuhi
kebutuhan- kebutuhan pihak-pihak yang menjadi sasaran organisasi.
b. Evaluasi input

7
Esti Wahyu Kurniawati, Evaluasi Program Pendidikan Perspektif Model Cipp, (GHAITSA: Islamic Education
Journal Vol. 2 No.1, 2021) h. 22
8
George F. Madaus, Michael S. Scriven, dan Daniel L. Stufflebeam, Evaluation Models: Viewpoints on
Educational and Human Services Evaluation (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1983), h. 24.

13
evaluasi ini mengidentifikasi problem, aset, dan peluang untuk membantu
para pengambil keputusan mendefinisikan tujuan, prioritas- prioritas, dan
membantuk kelompok-kelompok pemakai untuk lebih luas menilai tujuan,
prioritas, dan manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana
tindakan, rencana staf, dan anggran untuk fasibilitas dan potensi untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Evaluasi input
terpenting dimaksudkan untuk membantu menentukan program guna
melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input mencari
hambatan dan potensi sumber daya yang tersedia. Tujuan utamanya ialah
membantu klien mengkaji alternatif-alternatif yang berkenaan dengan
kebutuhan- kebutuhan organisasi dan sasaran organisasi. Dengan
perkataan lain, evaluasi input berfungsi untuk membantu klien
menghindari inovasi-inovasi yang sia-sia dan diperkirakan akan gagal atau
sekurang-kurangnya menghambur-hamburkan sumber daya.
c. Evaluasi process
evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk
membantu staf program dan menginterpretasikanmanfaat. Evaluasi proses
dapat meninjau kembali rencana organisasi dan evaluasi-evaluasi
terdahulu untuk mengidentifikasi aspek-aspek penting dari organisasi yang
harus dimonitor. Di sini yang mesti diingat adalah bahwa evaluasi proses
terutama bertujuan untuk memastikan prosesnya. Penyimpangan-
penyimpangan dari rencana semula dijelaskan. Fungsi utama dari evaluasi
proses ialah memberikan masukan yang dapat membantu staf organisasi
menjalankan program sesuai
dengan rencana, atau mungkin memodifikasi rencana yang ternyata buruk.
Pada gilirannya, evaluasi proses menjadi sumber informasi yang vital
untuk
menafsirkan hasil-hasil evaluasi produk.
d. Evaluasi product
evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan
manfaat, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Lebih jelasnya, evaluasi produk bertujuan
untuk menilai keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sasaran program. Penilaian-penilaian tentang keberhasilan
14
program atau organisasi ini dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat
secara individual atau kolektif, dan kemudian dianalisis. Artinya,
keberhasilan atau kegagalan program dianalisis dari berbagai sudut
pandang. fungsi evaluasi hasil adalah membantu untuk membuat
keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir dan modifikasi
program, apa hasil yang telah dicapai, serta apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa
evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang
dihasilkan akan sangat menentukan apakah program diteruskan,
dimodifikasi atau dihentikan. Model CIPP saat ini disempurnakan dengan
satu komponen O, singkatan dari outcome, sehingga menjadi model
CIPPO. Bila model CIPP berhenti pada mengukur output, sedangkan
CIPPO sampai pada implementasi dari output. Dibandingkan dengan
model-model evaluasi yang lain, model CIPP memiliki beberapa kelebihan
antara lain: lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada
hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan (input), proses,
maupun hasil.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi model CIPP
yang dikemukakan oleh Sufflebeam tidak hanya mengevaluasi hasil saja,
melainkan dari seluruh aspek antara lain aspek context, input, process dan
product (prodak yang dihasilkan). Sehingga penilaian yang dilakukan
bersifat komplek atau menyeluruh.
Adapun Langkah-Langkah dalam Evaluasi Model CIPP :9
Secara umum langkah-langkah pokok evaluasi pendidikan meliputi tiga
kegiatan uatama, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengolahan hasil.
Dalam evaluasi model CIPP, terdapat empat komponen yang harus
dievaluasi yaitu, contex, input, process, dan program.

Evaluasi ini dilakukan dengan langkah-langkah menurut Farida sebagai


berikut:

9
Op.cit., Esti Wahyu Kurniawati, h. 23-24

15
a. Memfokuskan evaluasi
b. Mendesain evaluasi
c. Mengumpulkan informasi
d. Menganalisis informasi
e. Melaporkan hasil evaluasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam
pelaksanaan evaluasi haruslah sistematis, dimulai dari observasi terhadap
objek yang akan dievaluasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data,
hingga memberikan kesimpulan sebagai proses terakhir dalam evaluasi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara konsep evaluasi program Adalah suatu unit atau satuan


kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang guna mengambil kepurusan. Pada dasarnya tujuan dari
diadakannya evaluasi program yaitu memperoleh dasar bagi pertimbangan
akhir suatu periode kerja.
Evaluasi program terdiri dari beberapa model, diantaranya yaitu
model evaluasi CIPP, model evaluasi provus, model evaluasi stake, model
evaluasi Brinkerhoff, Model Scriven, measurement model, congruence
model dan illuminative model. Dan Dalam evaluasi program memiliki
beberapa pendekatan yang perlu dilakukan dalam evaluasi program yaitu
Objective-Oriented Approach, Management-oriented approach,
Pendekatan Experimental, Pendekatan Berfokus Pada Keputusan (The
Decision Focused Approach), Pendekatan Berfokus Pada Pemakai (The
Used Oriented Approach), dan Pendekatan yang Responsif (The
Responsive Approach).
Kemudian ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para
ahli yang dapat digunakan dalam mengevaluasi program pembelajaran.
Salah satu model tersebut adalah evaluasi model CIPP (Contex, Input,
Prosess and Product) pertama kali dikenalkan oleh Stufflebeam. Model
CIPP diterapkan dalam rangka mendukung pengembangan organisasi dan
membantu pemimpin dan staf organisasi tersebut mendapatkan dan
menggunakan masukan secara sistematis supaya lebih mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan penting atau, minimal, bekerja sebaik-baiknya
dengan sumber daya yang ada.

17
B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan


jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, E. W. (2021). Evaluasi Program Pendidikan Perspektif Model Cipp.


GHAITSA: Islamic Education Journal Vol. 2 No.1, 22-24.
Madaus, George F., (1983). Michael S. Scriven, dan Daniel L.
Stufflebeam. Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human
Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Rina, Ambyar & Fahmi. (2020) Pendekatan Evaluasi Program Tyler:
Goal-Oriented, Jurnal Pendidikan, Vol. 18, No. 1, h. 139
Mardiah & Syarifudin, Model-Model Evaluasi Pendidikan, Jurnal
pendidikan dan konseling, Vol. 2, No.1, h. 38.
Kirkpatrick, D. L. (1996). Evaluating Training Programs: The Four Levels.
Berrett-Koehler Publishers.
Scriven, M. (1972). Prospects for a Science of Evaluation. Harvard Educational
Review, 42 (1), 9-49.
Jabar & S. Arikunto. (2008). Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara. h. 40
Wahyudhiana M & Darodjat (2015). Model Evaluasi Program Pendidikan:
ISLAMADINA, Volume XIV.No.1. h.4

19

Anda mungkin juga menyukai