Anda di halaman 1dari 19

MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program
Pendidikan
yang diampu oleh Hamidah Abdul Shomad Elfin Nikmati, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 10 PGMI 3E
1. Dwi Cahya Alvin Chusnia (126205201038)
2. Urvadila Ayus Widya M. (126205201053)
3. Miftahul Hanifah (126205201021)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2021
PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas selesainya


makalah berjudul “Model-Model Evaluasi Program Pendidikan” ini tepat waktu.
Selawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta
keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Beberapa pihak telah membantu dan mendukung dalam menyusun makalah


ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih disampaikan
pada pihak-pihak berikut ini.

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN SATU Tulungagung.


2. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd. selaku Wakil Rektor 1.
3. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan FTIK UIN SATU
Tulungagung.
4. H. Muh. Nurul Huda, M.A. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah.
5. Hamidah Abdul Shomad Elfin Nikmati, M.Pd.I. selaku dosen pengampu
mata kuliah Perencanan dan Evaluasi Program Pendidikan.
6. Civitas akademika UIN SATU Tulungagung yang telah membantu
terwujudnya makalah ini. Serta teman-teman PGMI kelas 3E yang telah
memberi dukungan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan Model-Model Evaluasi Program
Pendidikan. Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari sejawat atau pembaca mengenai isi makalah ini.

Tulungagung, 06 Oktober 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan .................................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2

BAB II Pembahasan .................................................................................................3

A. Ruang Lingkup Model Evaluasi Program ....................................................3


B. Klasifikasi Model Evaluasi Program ...........................................................3
C. Model-Model Evaluasi Program ..................................................................6

BAB III Penutup ....................................................................................................15

A. Kesimpulan ................................................................................................15
B. Saran ...........................................................................................................15

Daftar rujukan ........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi evaluasi yang diajukan para pakar sangat bervariasi, misalnya
definisi yang dikemukakan oleh Fitzpatrick, Sanders, dan Worthen bahwa
evaluasi adalah: "identification, clarification, and application of defensible
criteria to determine an evaluation object's value (worth or merit) in relation to
those criteria". Artinya evaluasi adalah proses identifikasi, klarifikasi, dan
penerapan kriteria untuk menentukan nilai suatu objek evaluasi (nilai atau
manfaat) berkaitan dengan kriteria tersebut. Sedangkan evaluasi program
menurut Joint Commite, seperti yang dikutip oleh Brinkerhof adalah aktivitas
investigasi yang sistematis tentang suatu yang berharga dan bernilai dari suatu
objek.

Dalam konteks pelaksanaan program, kriteria yang dimaksud adalah kriteria


keberhasilan pelaksanaan dan hal yang dinilai adalah hasil atau prosesnya
itu sendiri dalam rangka pengambilan keputusan. Evaluasi dapat
digunakan untuk memeriksa tingkat keberhasilan program berkaitan dengan
lingkungan program dengan suatu pertimbangan (judgment) apakah program
diteruskan, ditunda, atau dihentikan1.

Dalam makalah yang akan dibahas ini penulis akan mencoba sedikit
menjelaskan tentang model-model evaluasi program pendidikan yang
didalamnya mencakup ruang lingkup, klasifikasi, dan model-model evaluasi
program.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana ruang lingkup model evaluasi program?
2) Bagaimana klasifikasi model evaluasi program?
3) Bagaimana model-model evaluasi program?

1
Agustanico Dwi Muryadi, 2017, Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi,
Vol. 3, No. 1, Januari 2017, hal. 4.

1
2

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk menjelaskan ruang lingkup model evaluasi program.
2) Untuk menjelaskan klasifikasi model evaluasi program.
3) Untuk menjelaskan model-model evaluasi program.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Model Evaluasi Program

Terdapat banyak model evaluasi program yang dikembangkan oleh para ahli
yang dapat dipakai untuk mengevaluasi sebuah program. Model evaluasi adalah
desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya
dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya.

Beberapa model yang banyak dipakai untuk mengevaluasi program


pendidikan antara lain, model evaluasi CIPP, model evaluasi ini banyak dikenal
dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model CIPP (Context,
Input, Process and Product). Model ini pertama kali dikenalkan oleh
Stufflebeam pada tahun 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the
Elementary and Secondary Education ACT).

Menurut Madaus dkk, tujuan penting evaluasi model ini adalah untuk
memperbaiki, dikatakan the CIPP approach is based on the view that the most
important purpose of evaluation is not to prove but to improve. Evaluasi model
Stufflebeam terdiri dari empat dimensi yaitu; context, input, process, and
product, sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP.

B. Klasifikasi Model Evaluasi Program

Issac dan Michael mengklasifikasikan bahwa enam model evaluasi program


dengan pendekatan dan tujuan yang berbeda antara masing-masing model.
Klasifikasi didasarkan atas dua belas karakteristik perbedaan dan persamaan
dari masing-masing model evaluasi yaitu: definisi, tujuan, penekanan, peran
evaluator, keterkaitan dengan tujuan, keterkaitan dengan pembuatan rancangan,
tipe evaluasi, konstruk, kriteria penilaian, implikasi terhadap rancangan,
kontribusi dan keterbatasan. Klasifikasi 6 (enam) model tersebut adalah2:

2
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, 2017, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, Medan:
Perdana Publishing, hal. 36.

3
4

1) Goal oriented evaluation model. Evaluasi dilakukan secara


berkesinambungan dan kontinyu yang
bertujuan untuk menilai sejauh mana
program telah tercapai.
2) Decision oriented evaluation Evaluasi diorientasikan untuk
model. memberikan masukan dan
pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
3) Transactional evaluation model. Evaluasi ditujukan untuk
menggambarkan proses program dan
perspektif nilai dari tokoh-tokoh
penting dalam masyarakat.
4) Evaluation research model. Evaluasi dilakukan untuk menjelaskan
pengaruh kependidikan dan
pertimbangan strategi pembelajaran.
5) Goal-free evaluation model. Evaluasi tidak mengacu pada tujuan
program, namun fokus mengevaluasi
pengaruh program baik yang
diharapkan maupun yang tidak
diharapkan namun terjadi.
6) Adversary evaluation model. Evaluasi yang bertujuan
mengumpulkan kasus-kasus menonjol
untuk diinterpretasi nilai program dari
dua sisi dengan menggunakan
informasi yang sama tentang program.

Berdasarkan pendekatan dalam melakukan evaluasi, maka model evaluasi


program diklasifikasikan oleh Brinkerhoff kepada sembilan kelompok
sebagaimana dikutip oleh Purwanto dan Suparman ialah sebagai berikut.

(1) Pendekatan kesepadanan dan ketaatan atau congruency and compliance.


Dalam pendekatan ini kemajuan program dan aktivitas dicatat dan
dibandingkan dengan rencana (desain, maksud atau tujuan), beberapa
standar eksternal atau kriteria.
(2) Pendekatan pembuatan keputusan (decision making). Dalam pendekatan ini
informasi dikumpulkan dengan sebaik-baiknya dan selengkap mungkin
agar dapat diolah dan dianalisis sehingga dapat dijadikan dasar bagi
kegiatan pembuatan keputusan.
5

(3) Pendekatan responsif (responsive). Menurut pendekatan ini evaluasi harus


mampu menjawab permasalahan yang muncul atau yang diprediksi akan
muncul dalam kegiatan.
(4) Pendekatan objectives based. Termasuk dalam kelompok ini adalah
evaluasi yang dikembangkan oleh Popham’s yaitu instructional objectives
approach.
(5) Pendekatan naturalistic. Jenis-jenis evaluasi yang termasuk paling cocok
dengan pendekatan ini adalah evaluasi transaksional, evaluasi bebas tujuan
dan adversaty evaluation.
(6) Pendekatan expert judgement. Berdasarkan pendekatan ini evaluasi harus
dilaksanakan oleh evaluator yang benar-benar memiliki kompetensi dan
kemampuan dibidangnya.
(7) Pendekatan eksperimental. Data tentang hasil secara hati-hati dicari dan
diukur di bawah kondisi perlakuan yang terkontrol, sesudah menggunakan
kelompok kontrol atau metode statistik untuk mengukur dan mengontrol
kesalahan.
(8) Pendekatan cost analysis. Pembiayaan program ditetapkan dan dianalisis
untuk menentukan jumlah yang dialokasikan untuk kegiatan apa dan
untuk tujuan mana? Tujuan; keterkaitan antara peningkatan hasil dengan
peningkatan biaya, memfasilitasi upaya-upaya replikasi. Model ini
adalah cost effectiveness analysis dari Levin's.
(9) Pendekatan pengembangan organisasi (organizational development).
Informasi tentang staf dan masalah-masalah proyek, harapan-harapan
dan kemajuan secara regular dikumpulkan, kemudian dikembalikan
kepada staf. Tujuan evaluasi dengan pendekatan ini adalah untuk membantu
meningkatkan pengetahuan dan kepastian tentang apa yang terjadi
bagaimana kejadiannya dan mengapa, membantu staf agar lebih efektif,
produktif dan puas, mengidentifikasi kebutuhan pengembangan staf
dan pengembangan organisasi, memfasilitasi pertumbuhan staf dan
proyek.
6

C. Model-Model Evaluasi Program

Terkait dengan model-model evaluasi program maka dalam kajian literatur


terdapat berbagai ragam model evaluasi yang dapat digunakan oleh evaluator
sebagai acuan dalam melakukan evaluasi suatu program. Untuk memilih
berbagai model evaluasi program kiranya pendekatan ecletic dapat dijadikan
rujukan.3

Pendekatan ecletic yaitu memilih berbagai model dari beberapa pilihan yang
terbaik sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan situasi dan sesuai dengan
kondisi setempat. Pemilihan suatu model evaluasi akan tergantung pada
kemampuan evaluator, tujuan evaluasi serta untuk siapa evaluasi itu
dilaksanakan.

1. Evaluasi Konteks

Banyak rumusan evaluasi konteks yang dinyatakan oleh para ahli evaluasi,
diantaranya adalah menurut Sax yang dikutip oleh Darodjat dan Wahyudhiana,
Sax menjelaskan bahwa evaluasi konteks adalah context evaluation is the
delineation and specification of project’s environment, its unmet needs, the
population and sample of individuals to be served, and the project objectives.
Context evaluation provides a rationale for justifying aparticular type of
program intervention. Maksud dari kutipan di atas yaitu evaluasi konteks adalah
kegiatan pengumpulan informasi untuk menentukan tujuan, mendefinisikan
lingkungan yang relevan.

Evaluasi konteks ini dikategorikan menjadi tiga macam, diantaranya:

a. Evaluasi masukan

Menurut Stufflebeam dan Shinkfield, orientasi utama evaluasi masukan


adalah menentukan cara bagaimana tujuan program dicapai. Evaluasi
masukan dapat membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-

3
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, 2017, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, Medan:
Perdana Publishing, hal. 42.
7

sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

b. Evaluasi proses

Menurut Stufflebeam & Shinkfield, esensi dari evaluasi proses adalah


mengecek pelaksanaan suatu rencana atau program. Dalam hal ini
Stufflebeam melihat tujuan evaluasi sebagai:

(1) Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai


keputusan alternatif.
(2) Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat
program pendidikan atau obyek.
(3) Membantu pengembangan kebijakan dan program.

Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi rancangan prosedur atau


rancangan implementasi selama tahap implementasi menyediakan
informasi untuk keputusan program, dan sebagai rekaman atau arsip
prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian
yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.4

c. Evaluasi hasil

Sependapat dengan Stufflebeam, Shinkfield menjelaskan bahwa tujuan


dari product evaluation adalah untuk mengukur, menafsirkan, dan
menetapkan pencapaian hasil dari suatu program, memastikan seberapa
besar program telah memenuhi kebutuhan suatu kelompok program yang
dilayani. Sedangkan menurut Sax, fungsi evaluasi hasil adalah to make
decision regarding continuation, termination, or modification of program.
Jadi, fungsi evaluasi hasil adalah membantu untuk membuat keputusan yang
berkenaan dengan kelanjutan, akhir dan modifikasi program, apa hasil yang
telah dicapai, serta apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.

4
Ibid., hal. 6-7.
8

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi


produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan
sangat menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi atau
dihentikan.

2. Evaluasi Model Provus

Kata discrepancy berarti kesenjangan, model ini menurut Madaus,


Sriven dan Stufflebeam, berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui
kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang
seharusnya diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya
terjadi (performance). Model ini menekankan pada dirumuskannya
standard, performance, dan discrepancy secara rinci dan terukur.

a. Evaluasi Model Stake

Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake dari University of Illinois.


Worthen dan Sanders mengatakan bahwa Stake menekankan adanya dua
dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan judgement, dan
membedakan adanya tiga tahap yaitu, antecedent atau context, transaction
atau process, dan outcomes. Deskripsi menyangkut dua hal yang
menunjukkan posisi sesuatu yang menjadi sasaran evaluasi yaitu, apa tujuan
yang diharapkan oleh program, dan apa yang sesungguhnya terjadi.

b. Evaluasi Model Kirkpatrick

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick ini telah


mengalami beberapa penyempurnaan. Evaluasi terhadap program pelatihan
mencakup empat level evaluasi yaitu, reaction, learning, behavior, and
result.
9

c. Evaluasi Model Brinkerhoff

Brinkerhoff mengemukakan bahwa tiga pendekatan evaluasi yang


disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama yaitu:

(1) Fixed vs emergent evaluation design.


(2) Formative vs sumative evaluation.
(3) Experimental & quasi-experimental design vs unobtrusive inquiry.
d. Measurement Model

Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam sejarah
penilaian dan lebih banyak dikenal didalam proses penilaian pendidikan.

e. Congruence Model

Model yang kedua ini dipandang sebagai reaksi terhadap model yang
pertama, sekalipun dalam beberapa hal masih menunjukkan adanya
persamaan dengan model yang pertama.

f. Illuminative Model

Model illuminatif ini lebih menekankan pada penilaian kualitatif.


Tujuan evaluasi model ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap
sistem maupun program yang bersangkutan.

g. Model Logik

Model logik adalah suatu penggambaran program yang logis dan tepat
menurut kondisi tertentu dalam rangka memecahkan problem.

Secara sederhana model logik dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam hal ini Stepphen Isaac membedakan adanya empat hal yang
dipergunakan untuk membedakan ragam model evaluasi, yaitu goal
10

oriented (berorientasi pada tujuan), decision oriented (berorientasi pada


keputusan), transactional oriented (berorientasi pada kegiatan dan orang-
orang yang menanganinya) dan research oriented (berorientasi pada
pengaruh dan dampak program).5 Model evaluasi dibedakan menjadi tujuh,
yaitu6:

1) Goal oriented evaluation Model (dikembangkan oleh Tyler)

Model ini merupakan model yang muncul paling awal, yang menjadi
obyek adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum
program dimulai. Adapun prosedur yang perlu diikuti untuk membentuk
ujian pencapaian, yaitu:

1) Mengenal pasti sasaran program yang hendak dijalankan.


2) Menguraikan setiap tujuan dalam bentuk tingkah laku dan isi
kandungan.
3) Mengenal pasti situasi dimana tujuan yang hendak digunakan.
4) Menentukan arah untuk mewakili situasi.
5) Menentukan arah untuk mendapatkan hasil.

Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai perbandingan antara hasil


yang dikehendaki dengan hasil yang sebenarnya. Menurut Tyler penilai
harus menilai tingkah laku peserta didik, pada perubahan tingkah laku
yang dikehendaki dalam pendidikan. Dalam model ini, langkah pertama
adalah mengenali tujuan suatu program, kemudian indikator-indikator
pencapaian tujuan dan alat pengukuran diketahui pasti7.

2) Goal Free Evaluation Model (dikembangkan oleh Michael Scriven)

Dalam pelaksanaan suatu evaluasi program evaluator tidak perlu


memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu diperhatikan

5
Arikunto, 2004, hal. 22.
6
Kaufman dan Thomas, 2015, hal. 50.
7
Azizi, 2008, hal. 77.
11

dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program dengan jalan


mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi baik hal-hal yang
positif (hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (hal yang tidak
diharapkan). Maksudnya bukan lepas sama sekali dari tujuan, akan tetapi
lepas dari tujuan khusus dan hanya mempertimbangkan tujuan umum yang
akan dicapai oleh program bukan secara perkomponen.

3) Formatif Summatif Evaluation Model (dikembangkan oleh Michael


Scriven)

Model ini menunjukkan terhadap tahapan dan lingkup objek yang di


evaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan
(evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi
sumatif). Adapun tujuan dari evaluasi formatif memang berbeda dengan
tujuan evaluasi sumatif, ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat
melepaskan diri dari tujuan.

Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan


ketika program masih berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana program yang dirancang dapat berlangsung dan sekaligus
mengidentifikasi hambatannya. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program berakhir dengan tujuan untuk mengukur ketercapaian
program. Adapun fungsinya untuk mengetahui posisi atau kedudukan
individu di dalam kelompoknya.

4) Countenance Evaluation Model (dikembangkan oleh Stake)

Menurut Fernandes model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan


dua hal pokok yaitu deskripsi (description) dan pertimbangan (judgment)
serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program
yaitu anteseden yang diartikan sebagai konteks, transaksi yang diartikan
sebagai proses dan outcome yang diartikan sebagai hasil8. Tiga hal tersebut
itu dituliskan di antara dua matrik untuk menunjukkan objek atau sasaran

8
Arikunto, 2004, hal. 30.
12

evaluasi yang selanjutnya digambarkan sebagai deskripsi dan pertimbangan,


menunjukkan langkah-langkah yang terjadi selama proses evaluasi.

Matriks pertama yaitu deskripsi yang berkaitan atau menyangkut dua hal
yang menunjukkan posisi sesuatu yaitu apa maksud tujuan yang diharapkan
oleh program dan pengamatan akibat atau apa yang sesungguhnya terjadi
atau apa yang betul-betul terjadi, selanjutnya evaluator mengikuti matriks
kedua yang menunjukkan langkah pertimbangan yang mengacu pada
standar, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan.
Maka harus melakukan dua perbandingan, yaitu (1) membandingkan kondisi
hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program lain, dengan
objek sasaran yang sama; (2) membandingkan kondisi hasil pelaksanaan
program dengan standar program yang bersangkutan dan didasarkan pada
tujuan yang akan dicapai.

5) Responsive Evaluation Model (dikembangkan oleh Stake)

Stake telah menggariskan beberapa ciri pendekatan model evaluasi


responsif, yaitu9:

(a) Lebih ke arah aktivitas program (proses) daripada tujuan program.


(b) Mempunyai hubungan dengan banyak kalangan untuk mendapatkan
hasil evaluasi.
(c) Perbedaan nilai perspektif dari banyak individu menjadi ukuran
dalam melaporkan kegagalan dan keberhasilan suatu program.

Pendekatan ini adalah sistem yang mengorbankan beberapa fakta dalam


evaluasi dengan harapan dapat meningkatkan penggunaan hasil evaluasi
kepada individu atau program itu sendiri. Model ini berdasarkan pada apa
yang biasa individu lakukan untuk menilai suatu perkara. Untuk
melaksanakan evaluasi ini, evaluator dipaksa bekerja lebih keras untuk
memastikan individu yang dipilih memahami apa yang perlu dilakukan

9
Azizi, 2008, hal. 40.
13

evaluator juga perlu membuat prosedur yang baku dan mencari serta
mengatur tim untuk memperhatikan pelaksanaan program tersebut. Dengan
bantuan tim, evaluator akan menyediakan catatan, deskripsi, hasil tujuan
serta membuat grafik.

Adapun tahapannya, yaitu:

(a) Pelaksanaan awal evaluasi, evaluator dan klien (stakeholder)


membuat perundingan tentang kontrak mengenai tujuan penilaian,
validitas dan jaminan kerahasiaan.
(b) Mengenal pasti concern (perhatian), isu dan nilai-nilai
dari stakeholder.
(c) Mengumpulkan informasi yang memiliki hubungan dengan tujuan,
isu, nilai yang dikenal pasti oleh stakeholder.
(d) Penyediaan laporan mengenai keputusan atau alternatif. Laporan ini
mengandung beberapa isu-isu dan perhatian yang dikenal betul
oleh stakeholder.
6) CSE-UCLA Evaluation Model (dikembangkan oleh Alkin)

CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE dan UCLA. CSE
merupakan singkatan dari Center for the Study of Evaluation, sedangkan
UCLA merupakan singkatan dari University of California in Los Angeles.
Ciri dari model CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam
evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan
dampak. Fernandes (1984, dalam Arikunto 2004) memberikan penjelasan
tentang model CSE-UCLA menjadi empat tahap, yaitu:

(1) Needs Assessment, yaitu evaluator memusatkan perhatian pada


penentuan masalah. Pertanyaan yang diajukan diantaranya:
(a) Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
keberadaan program?
(b) Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya
pelaksanaan program ini?
(c) Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui
program ini?
14

(2) Program Planning yaitu evaluator mengumpulkan data yang terkait


langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan
kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap
perencanaan ini program PBM dievaluasi dengan cermat untuk
mengetahui apakah rencana pembelajaran telah disusun berdasarkan
hasil analisis kebutuhan.
(3) Formative Evaluation yaitu evaluator memusatkan perhatian pada
keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan
betul-betul terlibat dalam program karena harus mengumpulkan data
dan berbagai informasi dari pengembang program.
(4) Summative Evaluation yaitu evaluator diharapkan dapat
mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.
Melalui evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah
tujuan yang dirumuskan untuk program sudah tercapai dan jika
belum, dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya.
7) CIPP Evaluation Model (dikembangkan oleh Stufflebeam)

Model ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran


pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta
didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan,
prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Stufflebeam
melihat tujuan evaluasi sebagai:

(a) Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai


keputusan alternatif.

(b) Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat


program pendidikan atau obyek.

(c) Membantu pengembangan kebijakan dan program.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Beberapa model yang banyak dipakai untuk mengevaluasi program
pendidikan antara lain, model evaluasi CIPP, model evaluasi ini
banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi
model CIPP (Context, Input, Process and Product).
2. Klasifikasi 6 (enam) model tersebut adalah: Goal oriented
evaluation model, Decision oriented evaluation model,
Transactional evaluation model, Evaluation research model, Goal-
free evaluation model, Adversary evaluation model.
3. Evaluasi konteks, evaluasi model provus, evaluasi model Stake,
evaluasi model Kirkpatrick, evaluasi model Brinkerhoff,
Measurement model, Congruence model, Illuminative model, model
logik.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis uraikan, di harapkan dengan adanya
pembahasan makalah ini, pendidik dan calon pendidik dapat memahami
Model-Model Evaluasi Program Pendidikan, dan kita sebagai mahasiswa
dapat lebih giat belajar serta memahami makna yang terdapat dalam
makalah. Sehingga dapat diterapkan dengan baik.
Dan semoga dengan makalah ini bagi pendidik dan calon pendidik
dapat mengambil inti sari dari pembahasan diatas.

15
Daftar Rujukan
Ananda, Rusydi dan Tien Rafida. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan.
Medan: Perdana Publishing.
Darodjat dan Wahyudhiana M. (2015). Model Evaluasi Program Pendidikan,
Volume XIV, No. 1, Maret 2015.
Fikri, Miftahul, Neni Hastuti, dkk. 2019. Pelaksanaan Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Nulis Buku.
Muryadi, Agustanico Dwi. (2017). Model Evaluasi Program Dalam Penelitian
Evaluasi, Vol. 3, No. 1, Januari 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai