Anda di halaman 1dari 15

MODEL EVALUASI PROGRAM YANG DIKEMBANGKAN OLEH MICHAEL

SCRIVEN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Evaluasi Program

Dosen Pengampu :

Drs. Wardi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Adensyah Nuralie (1102415002)


2. Dwi Eti Awaliatun (1102415003)
3. Dewi Oktaviani (1102415067)
4. Bagas (1102415095)

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Model Evaluasi
Program yang Dikembangkan oleh Michael Scriven ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta
salam kami haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang kita
tunggutunggu syafaatnya kelak di yaumul akhir.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Model Evaluasi
Program yang Dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca.

Semarang, 8 Mei 2018

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
A. Goal Free Evaluation (Model Evaluasi Bebas Tujuan) ........................................................ 6
1. Karakteristik model Goal Free Evaluation ........................................................................... 7
2. Kelebihan dan kekurangan Goal Free Evaluation ................................................................ 7
3. Tahap-tahap Goal Free Evaluation ....................................................................................... 8
B. Formative-Summative Evaluation (Model Evaluasi Formatif-Sumatif) ........................... 9
1. Karakteristik Evaluasi Formatif-Sumatif ...............................................................................10
2. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Formatif-Sumatif ........................................................10
3. Tahap-Tahap Evaluasi Formatif-Sumatif ...............................................................................11
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering dikesampingkan karena
dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan atau program.
Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan
penyempurnaan program atau kegiatan sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Madjid (2015) evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
meningkatkan kualitas, kinerja atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya. Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan
keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai
sejauh mana penyampaian belajar atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang
harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui evaluasi kita akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial,
sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik, serta keberhasilan sebuah program.
Menurut Fetrianto (2014: 394) evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam dunia
pendidikan. Melalui kegiatan evaluasi, efektifitas suatu program pendidikan dapat
dipertimbangkan kelayakannya dan ditentukan tindak lanjut pengembangannya. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran.Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan
dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan
mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau
implikasi perilaku. Dengan demikian evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau
keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing
komponennya, baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah
berlalu. Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan
dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya. Melalui evaluasi suatu program dapat

3
dilakukan penilaian secara sistematik, rinci dan menggunakan prosedur yang sudah diuji
secara cermat. Dengan metode tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya
sehingga penentuan kebijakan akan tepat, dengan catatan data yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan tersebut adalah data yang tepat, baik dari segi isi, cakupan format maupun tepat
dari segi waktu penyampaian.
Salah satu model evaluasi yang dibahas pada makalah ini adalah model evaluasi program
yang dikembangkan oleh Michae Scriven. Dalam buku Arikunto (2009) Michael Scriven
mengembangkan dua model evaluasi program, diantaranya Goal Free Evaluation Model dan
Formative Summative Evaluation Model.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana konsep model evaluasi program Goal Free Evaluation dan Formative-
Summative Evaluation Model ?
2. Bagaimana karakteristik model evaluasi program Goal Free Evaluation dan Formative-
Summative Evaluation Model ?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan model evaluasi program Goal Free Evaluation
dan Formative-Summative Evaluation Model ?
4. Bagaimana tahap-tahap evaluasi program model Goal Free Evaluation dan Formative-
Summative Evaluation Model ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1. Menjelaskan konsep model evaluasi program Goal Free Evaluation dan Formative-
Summative Evaluation Model
2. Memaparkan karakteristik model evaluasi program Goal Free Evaluation dan
Formative-Summative Evaluation Model
3. Menguraikan kelebihan dan kekurangan model evaluasi program Goal Free Evaluation
dan Formative-Summative Evaluation Model
4. Menjelaskan tahap-tahap evaluasi program model Goal Free Evaluation dan Formative-
Summative Evaluation Model

4
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa:
a. Menambah khasanah keilmuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam hal
evaluasi program pendidikan
b. Sebagai pijakan dan referensi dalam penulisan makalah selanjutnya yang berhubungan
dengan model-model evaluasi program pendidikan yang dikembangkan oleh Michael
Scriven
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa:
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang materi model-model
evaluasi program pendidikan yang dikembangkan oleh Michael Scriven
b. Bagi evaluator
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pengetahuan tentang model-model
evaluasi program yang dikembangkan oleh Michael Scriven
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan evaluasi terhadap program-
program pendidikan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Goal Free Evaluation (Model Evaluasi Bebas Tujuan)


Menurut Arikunto (2009: 25) model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven
ini dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika
dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu
sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model
Goal Free Evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan. Menurut
Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memerhatikan
apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah
bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang
terjadi, baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang
sebetulnya memang tidak diharapkan).
Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan
evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus
tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa memerhatikan seberapa
jauh masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan akhir yang diharapkan oleh
tujuan umum maka akibatnnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya.
Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas.
Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya
akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan
jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil
program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi bebas tujuan berfokus
pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam evaluasi bebas tujuan
ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak
direncanakan.
Dari uraian ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “evaluasi lepas dari tujuan” dalam
model ini bukanya lepas sama sekali dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model
ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara
rinci per komponen.

6
1. Karakteristik model Goal Free Evaluation
Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah interpretasi judgement ataupun
explanation dan evaluator yang merupakan pengambil keputusan dan sekaligus penyedia
informasi. Ciri-ciri Evaluasi Bebas Tujuan yaitu :
a. Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
b. Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus
evaluasi
c. Evaluasi Bebas Tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang
direncanakan
d. Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal
mungkin
e. Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan

2. Kelebihan dan Kekurangan Goal Free Evaluation


Model Goal Free Evaluation ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari
model bebas tujuan di antaranya adalah :
a. Evaluator tidak perlu memperhatikan secara rinci setiap komponen, tetapi hanya
menekankan pada bagaimana mengurangi prasangka (bias).
b. Model ini menganggap pengguna sebagai audiens utama. Melalui model ini, Scriven
ingin evaluator mengukur kesan yang didapat dari sesuatu program dibandingkan
dengan kebutuhan pengguna dan tidak membandingkannya dengan pihak penganjur.
c. Pengaruh konsep pada masyarakat, bahwa tanpa mengetahui tujuan dari kegiatan yang
telah dilakukan, seorang penilai bisa melakukan evaluasi.
d. Mendorong pertimbangan setiap kemungkinan pengaruh tidak saja yang direncanakan,
tetapi juga dapat diperhatikan sampingan lain yang muncul dari produk.
Walaupun demikian, yang diajukan scriven ternyata juga memiliki kelemahan seperti
berikut:
a. Model bebas tujuan ini pada umumnya bebas menjawab pertanyaan penting, seperti
apa pengaruh yang telah diperhitungkan dalam suatu peristiwa dan bagimana
mengidentifikasi pengaruh tersebut.

7
b. Walaupun ide scriven bebas tujuan bagus untuk membantu kegiatan yang paralel
dengan evaluasi atas dasar kejujuran, pada tingkatan praktis scriven tidak terlalu
berhasil dalam menggambarkan bagaimana evaluasi sebaiknya benar-benar
dilaksanakan.
c. Tidak merekomendasikan bagaimana menghasilkan penilaian kebutuhan walau pada
akhirnya mengarah pada penilaian kebutuhan.
d. Diperlukan evaluator yang benar-benar kompeten untuk dapat melaksanakan evaluasi
model ini.
e. Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi hanya menekankan
pada objek sasaran saja.

3. Tahap-tahap Goal Free Evaluation


Evaluasi model bebas tujuan ini, diajukan oleh Scrieven. Menurutnya dan
pendukungnya, seorang evaluator harus menghindari tujuandan mengambil setiap tindak
pencegahan. Menurut Scrieven evaluasi program dapat dilakukan tanpa mengetahui tujuan
itu sendiri. Oleh karena itu, evaluasi perlu menilai pengaruh nyata tentang profil kebutuhan
yang dilanjutkandengan tindakan dalam pendidikan. Pendapat ini searah dengan ahli lain,
yaitu Isaac, yang menyatakan bahwa evaluator sebaiknya menemukan pengaruh program
atas dasar kriteria yang terpisah dari kisi-kisi konsep kerja program tersebut. Untuk
melakukan evaluasi dengan model bebas tujuan, evaluator perlu menghasilkan dua item
inforamasi, yaitu:
a. Penilaian tentang pengaruh nyata.
b. Penilaian tentang profil kebutuhan yang hendak dinilai.

Jika suatu produk mempunyai pengaruh yang dapat ditunjukkansecara nyata dan
responsif terhadap suatu kebutuhan, hal ini berarti bahwasuatu produk yang direncanakan
berguna dan secara positif perludikembangkan, dan interpretasi sebaliknya terjadi, jika
suatu produk, termasuk kegiatan belajar mengajar, tidak mempunyai pengaruh nyata pada
siswanya.

8
B. Formative-Summative Evaluation (Model Evaluasi Formatif-Sumatif)
Menurut Arikunto (2009: 26) selain model “evaluasi lepas dari tujuan”, Michael Scriven
juga mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjuk adanya
tahapan dan lingkungan objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu
program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau
berakhir (disebut evaluasi sumatif).
Berbeda dengan model pertama dikembangkan, model yang kedua ini ketika
melaksanakan evaluator tidak dapat melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi formatif
memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Dengan demikian model yang dikemukakan
oleh Michael Sriven ini menunjuk tentang “apa, kapan, dan tujuan” evaluasi tersebut
dilaksanakan.
Para evaluator pendidikan, termasuk guru-guru yang mempunyai tugas evaluasi, tentu
sudah mengenal dengan baik apa yang dimaksud dengan evaluasi formatif dan sumatif.
Hampir setiap bulan guru-guru melaksanakan evaluasi formatif dalam dalam bentuk ulangan
harian. Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui sampai seberapa tinggi tingkat
keberhasilan atau ketercapaian tujuan untuk masing-masing pokok bahasan. Dikarenakan luas
atau sempitnya materi yang tercakup didalam pokok bahasan setiap mata pelajaran tidak sama,
maka tidak dapat ditentukan dengan pasti kapan evaluasi formatif dilaksanakan dan berapa
kali untuk masing-masing mata pelajaran.
Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program
masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan
evaluasi formatif tersebut antara mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat
berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-
hal yang menyebabkan program tidak lancar, mengambil keputusan secara dini dapat
mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah
untuk mencapai ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program
pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu
didalam kelompoknya. Mengingat bahwa objek sasaran dan waktu pelaksanaan berbeda
antara evaluasi formatif dan sumatif maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda.
Pembicaraan tentang hal ini secara luas dan mendalam akan dikaji dibagian selanjutnya.

9
1. Karakteristik Evaluasi Formatif-Sumatif

Scriven menyebutkan tanggung jawab utama dari para penilai adalah membuat keputusan.
Akan tetapi harus mengikuti peran dari penilaian yang bervariasi. Scriven mencatat sekarang
setidaknya ada 2 peran penting: formatif, untuk membantu dalam mengembangkan kurikulum, dan
sumatif, yakni untuk menilai manfaat dan kurikulum yang telah mereka kembangkan dan
penggunaannya atau penempatannya. Ciri-ciri Evaluasi Formatif-Sumatif yaitu:

a. Evaluasi Formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu


memperbaiki program.
b. Evaluasi Formatif dilaksanakan pada saat implementasi program sedang berjalan.
c. Fokus Evaluasi berkisar pada kebutuhan yang dirumuskan oleh karyawan atau orang-
orang dalam program
d. Evaluasi Sumatif dilaksanakan untuk menilai suatu program.
e. Evaluasi Sumatif difokuskan pada variable-variabel yang dianggap penting.
f. Waktu pelaksanaan evaluasi sumatif terletak pada akhir implementasi program.

2. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Formatif-Sumatif


Menurut Scriven Evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika
suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari
sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan.
Kelebihan
1) Evaluasi formatif digunakan untuk memperbaiki program selama program tersebut sedang
berjalan. Caranya dengan menyediakan balikan tentang seberapa bagus program tersebut
telah berlangsung. Melalui evaluasi formatif ini dapat dideteksi adanya ketidakefisienan
sehingga segera dilakukan revisi.
2) Evaluasi sumatif bertujuan meng-ukur efektifitas keseluruhan program yang bertujuan
untuk membuat keputusan tentang keberlangsungan program tersebut, yaitu dihentikan
atau dilanjutkan.

Kekurangan

Tidak terdapat langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi, hanya
menekankan pada obyek sasaran saja.

10
3. Tahap-tahap Evaluasi Formatif – Sumatif

Pada model formatif– sumatif ini, seorang evaluator tidak dapat melepaskan diridari tujuan.
Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif.Model formatif-
sumatif ini sendiri dilakukan dengan 4 tahap yaitu :

Needs Program Planning Formatif Evaluation Summative Evaluation

Assesment

(1). (2). (3). (4).

Keterangan :
1. Needs Assessment
Dalam tahap ini, evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah. Pertanyaan
yang diajukan :
1) Hal–hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan
program?
2) Kebutuhan apakah yang terpenuhi dengan adanya pelaksanaan program ini?
3) Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini?

2. Program Planning
Dalam tahap kedua dari model ini, evaluator mengumpulkan data yang terkait
langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah
diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini program pembelajaran
dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran telah disusun
berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah
dirumuskan.

3. Formative Evaluation
Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan
program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul–betul terlibat dalam program
karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembang program.

11
4. Summative Evaluation
Dalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, para evaluator diharapkan dapat
mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program. Melalui evaluasi
sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang dirumuskan untuk program
sudah tercapai, dan jika belum, dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Fungsi evaluasi bebas tujuan (Goal Free Evaluation) adalah untuk mengurangi bias dan
menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator
secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Evaluasi bebas tujuan
berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan. Dalam evaluasi
bebas tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang
tidak direncanakan.
Model Formatif-Sumatif ini dikemukan oleh Michael Scriven. Menurut Scriven,
tanggung jawab utama dari para penilai adalah membuat keputusan. Akan tetapi harus
mengikuti peran dari penilaian yang bervariasi. Scriven menunjukan dalam model formatif–
sumatif bahwa adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang
dilakukn pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program
sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).

B. Saran
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan
terstruktur. Evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan tiga unsur yaitu input,
transformasi dan output.

13
DAFTAR PUSTAKA

Madjid, Abdul. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta : Haja Mandiri

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara

Fetrianto, Farizal. 2014. Penerapan Formative Summative Evaluation Model Dalam Penelitian
Tindakan. Prosiding Seminar Nasional Profesionalisme Tenaga Profesi PJOK. Hlm. 394-
407

Muryadi, Agustanico Dwi. 2017. Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi. Jurnal
Ilmiah PENJAS, ISSN : 2442-3874 Vol.3 No.1

14

Anda mungkin juga menyukai