Anda di halaman 1dari 7

RESPONSIV EVALUATION MODEL

A. Pengertian Evaluasi program

Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan Kegiatan penilaian dalam evaluasi program tidak hanya dilaksanakan
pada akhir kegiatan program, tetapi sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari
penyususnan rancangan program, pelaksanaan program dan hasil dari program
tersebut. Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai model-model
evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa
model ada juga yang sama. Ada banyak model evaluasi program yang
dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai untuk mengevaluasi
program.namun yang akan menjadi pembahasan kali ini adalah Responsive
Evaluation Model (Robert Stake’s).

B. Pengertian Responsive Evaluation Model

Salah satu pelopor evaluasi responsive adalah Robert Stake (1975), yang
pada mulanya menamai Countenance of Educational Evaluation. Pada awalnya
Stake berpikir tentang bagaimana mengevaluasi program yang merupakan
pengembangan ilmu pengetahuan sosial empiris dan psikometrik, dimana
objektifitas dan personalisasinya lebih dihargai. Dalam upayanya melakukan
evaluasi perubahan kurikulum, Stake menemukan bahwa tidak satupun desain
maupun tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat memberi jawaban
yang memadai.

Evaluasi responsif adalah pendekatan, kecenderungan, untuk evaluasi


pendidikan dan program lainnya. Dibandingkan dengan kebanyakan pendekatan
lain, pendekatan ini menarik perhatian pada aktivitas program, keunikan program,
dan pluralitas sosial masyarakatnya. Kecenderungan yang sama terhadap kelebihan
dan kekurangan dapat dibangun atau dapat dikenali dalam pendekatan lain, seperti
evaluasi pemangku kepentingan atau evaluasi konosersip.

Responsive evaluation menekankan pada metode inkuiri subjektif untuk


meningkatkan pemahaman yang mendalam terhadap concern, issue dan hal yang
berhubungan lainnya.

Concern adalah segala sesuatu yang mana para stakeholder merasa tidak
nyaman atau terancam. Atau juga setiap klaim yang mana mereka ingin untuk
mendapatkan dukungan.Issue adalah setiap poin pernyataan tentang stakeholder.

Ada 4 fase yang diidentifikasi oleh Egon Guba dan Yvonna Lincoln dalam
evaluasi responsif

1. Inisiasi dan organisasi evaluasi. Dalam tahap ini stakeholder diidentifkasi.


2. Identifikasi isu dan concern kunci, melalui wawancara dengan stakeholder.
3. Pengumpulan informasi yang berguna, melalui berbagai cara seperti observasi
natural, interview, kuisioner, dan tes terstandar.

Evaluasi responsive adalah proses pencarian dan pendokumentasian kualitas


program. Esensi pendekatan evaluasi responsif adalah respon terhadap isu-isu inti
atau masalah, terutama isu atau masalah yang menjadi perhatian masyarakat di
tempat kegiatan evaluasi. Bukan responsive terhadap teori program atau tujuan yang
telah ditentukan tetapi lebih kepada hal yang menjadi perhatian pemangku
kepentingan. Kata kuncinya adalah bahwa evaluasi ini fokus pada aktifitas program
apakah memiliki pengaruh terhadap sasaran program. Perhatian pada keunikan
program dan keragaman sosial masyarakatnya berkenaan dengan nilai yang ada
didalam program, seberapa besar pengaruhnya atau efek yang di timbulkan terhadap
sasaran pr Evaluasi responsive adalah proses pencarian dan pendokumentasian
kualitas program. Esensi pendekatan evaluasi responsif adalah respon terhadap isu-
isu inti atau masalah, terutama isu atau masalah yang menjadi perhatian masyarakat
di tempat kegiatan evaluasi. Bukan responsive terhadap teori program atau tujuan
yang telah ditentukan tetapi lebih kepada hal yang menjadi perhatian pemangku
kepentingan. Kata kuncinya adalah bahwa evaluasi ini fokus pada aktifitas program
apakah memiliki pengaruh terhadap sasaran program. Perhatian pada keunikan
program dan keragaman sosial masyarakatnya berkenaan dengan nilai yang ada
didalam program, seberapa besar pengaruhnya atau efek yang dirimbulakn terhada
sasaran prvgram baik efek psitif maupun negative.

Menurut Stake, evaluasi responsif meliputi kesepakatan untuk memulai


penelitian dengan observasi, waktu dan tempat dapat dinegosiasikan dengan para
pemangku kepentingan. Evaluator akan menggunakan data dari hasil observasi
untuk mempersiapkan laporan singkat yang meliputi data naratif, menampilkan
produk (karya siswa), dan grafik. Kemudian, Para pemangku kepentingan diminta
untuk menunjukkan aspek apa saja dalam laporan awal yang bernilai bagi mereka
dan apa perbedaan pendapat yang ada diantara mereka. Lebih lanjut, para pemangku
kepentingan diminta untuk memberi reaksi terhadap akurasi laporan, pentingnya
berbagai penemuan, dan relevansinya. Semuanya dapat dilakukan dengan adil
secara informal; evaluator menyimpan rekaman tulisan mengenai hal yang muncul
dan reaksi para pemangku kepentingan.

Wirawan menjaba Zan proses pelaksanaan Model Evaluasi Responsif sebagi berikut.
1. Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku kepntingan
(responden). Jika jenisnya terlalu banyak, maka harus dirangking berdasarkan
pentingnya setiap pemangku kepentingan bagi program. Evaluasi memiliki
keterbatasan sumber dan waktu pelaksanaan.
2. Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepantingan. Evaluator dapat
mengunjungi sampel pemangku kepentingan secara langsung dan berbincang-
bincang dengan mereka. Dengar pendapat merupakan bagian dari penelitian
pendahuluan.
3. Menyusun proposal. Proposal evaluasi disusun dengan memerhatikan pendapat
para pemangku kepentingan.
4. Melaksanakan evaluasi. Kegiatan evaluasi dikukan dengan menjalin komunikasi
dengan para pemangku kepentingan dan pimpina serta staf program.
5. Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan. Proses ini untuk
mendapatkan masukan, kritik, dan saran sebanyak mungkin dari para pemangku
kepentingan termasuk pimpinan dan staf program.
6. Pemanfaatan hasil evaluasi.Evaluator merekomendasikan hasl evaluasi untuk
diterima dan digunakan oleh para pemangku kepentingan

Evaluasi responsive merupakan model evaluasi yang memenuhi tiga


kriteria sebagai berikut:

1. Lebih berorientasi secara langsung kepada aktifitas program dari pada tujuan
program
2. Merespons kepada persyaratan kebutuuhan informasi audiens
3. Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang yang di layani dilaporkan
dalam kesuksesan dan kegagalan dari program.
Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan
kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigius serta tidak fokus.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
1. pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi
2. tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok
3. membutuhkan waktu dan tenaga. Evaluator harus dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang diamati.
Evaluasi responsif ditandai ciri-ciri penelitian yang kualitatif, naturalistik.
Evaluator mengandalkan observasi langsung dan tak langsung terhadap kejadian
dan interpretasi data yang impresionistik. Evaluator mencoba responsif terhadap
orang-orang yang berkepentingan pada hasil evaluasi. Evaluator bukan berarti
menghindari pengukuran dan teknik analisis sama sekali tetapi tes tradisional dan
instrumen menjadi pertimbangan kedua. Kelebihannya adalah bahwa ada
kepekaan terhadap berbagai titik pandangan, dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat. Pendekatan rsponsif dapat beroperasi pada situasi
yang terdapat banyak perbedaan minat dan kelompok yang berbeda-beda.
Keterbatasannya adalah sukar untuk membuat prioritas, atau penyederhanaan
informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak mungkin
menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok.
C. Kesimpulan
Evaluasi berbasis tujuan ingin mengukur apakah tujuan program atau
proyek yang telah ditetapkan, dapat dicapai atau tidak. Model evaluasi ini
memfokuskan pada mengumpulkan informasi yang bertujuan mengukur pencapaian
tujuan kebijakan, program dan proyek untuk pertanggungjawaban dan pengambilan
keputusan. Jika program tidak mempunyai tujuan, atau tidak mempunyai tujuan
yang bernilai maka program tersebut merupakan program yang buruk.
Evaluasi bebas tujuan adalah model evaluasi dimana evaluator melakukan
evaluasi tanpa mempunyai pengetahuan atau referensi dari goal dan objective serta
pengaruh yang diharapkan oleh perancang program. Pengaruh program yang
sesungguhnya mungkin berbeda atau lebih banyak atau lebih luas atau mungkin
lebih sedikit dari tujuan yang dinyatakan dalam program. Goal free evaluation
model berupaya mengukur keluaran dan pengaruh yang sesungguhnya tanpa
dipengaruhi oleh tujuan dan pengaruh yang diharapkan dalam rencana program.
Evaluasi responsive adalah proses pencarian dan pendokumentasian
kualitas program. Esensi pendekatan evaluasi responsif adalah respon terhadap isu-
isu inti atau masalah, terutama isu atau masalah yang menjadi perhatian masyarakat
di tempat kegiatan evaluasi. Bukan responsive terhadap teori program atau tujuan
yang telah ditentukan tetapi lebih kepada hal yang menjadi perhatian pemangku
kepentingan. Perhatian pada keunikan program dan keragaman sosial
masyarakatnya berkenaan dengan nilai yang ada didalam program, seberapa besar
pengaruhnya terhadap sasaran program baik efek positif maupun negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Stake, R. (2003). Responsive Evaluation. In: Kellaghan, T., Stufflebeam, D.L. (eds)
International Handbook of Educational Evaluation. Kluwer International
Handbooks of Education, vol 9. Springer, Dordrecht.DOI: 10.1007/978-94-
010-0309-4_5

Musringudin.Rahman A. Ghani.Dwi Priyono.2022.Modul Pembelajaran Evaluasi


Program pendidikan.CV.MEDIA SAINS INDONESIA.Jawa Barat

Fadjarajani,Siti.Ely Satiyasih Rolasi dkk.2020.Metodologi Penelitian,Pedekatan


Multidisipliner.Ideas Publishing.Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai