Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Evaluasi Program
Dosen Pengampu : Pak Syarifuddin, M.Pd
Disusun oleh
Kelompok 7
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Model Scriven Dalam Evaluasi Program” dengan tepat waktu. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Dosen Syarifuddin, M.Pd pada bidang Evaluasi Program di
Universitas Ibn Khaldun Bogor T.A 2023. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang “Model Scriven Dalam Evaluasi Program”.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Syarifuddin, M.Pd selaku
dosen Evaluasi Program. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh kami. Kami juga mengucapkan terimakasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima dengan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa konsep dari Scriven Model.
2. Dapat memahami apa saja model yang dikembangkan dari Scriven Model.
3. Dapat memahami bagaimana langkah-langkah Scriven Model.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tidak pasti atau bahkan tidak diketahui? Untuk itulah Scriven mengembangkan
evaluasi program model bebas tujuan sehingga evaluator menginvestigasi apa
dampak dari program atau apa yang sedang dilakukan oleh program sehingga
hasil yang muncul adalah hasil yang sebenarnya, bukan sekedar hasil yang
dinginkan. Menurut Scriven sendiri, evaluasi bebas tujuan digunakan untuk
melengkapi, bukan menggantikan penilaian berbasis tujuan dikarenakan jika
evaluasi ini digunakan sendirian, maka tidak dapat memberikan informasi yang
cukup untuk mengambil keputusan. Scriven mengungkapkan yang perlu
diperhatikan dalam evaluasi bebas tujuan adalah bagaimana terjadinya (kinerja)
suatu program, dengan jalan identifikasi penampilan-penampilan yang terjadi
(pengaruh) baik hal-hal tersebut termasuk hal-hal yang positif atau hal- hal yang
diharapkan maupun hal-hal negatif atau hal-hal yang tidak diharapkan.
Model evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil dari suatu program
pendidikan secara sengaja dan tidak terduga. Model evaluasi ini tidak kaku
mengikuti retorika desainer instruksional tentang apa yang ingin mereka capai,
tapi model evaluasi ini lebih berfokus pada hasil-hasil yang didapatkan oleh
program pendidikan yang dibuat oleh desainer. Model evaluasi bebas tujuan
bekerja dengan mencoba untuk melihat efek total dari program yang dijalankan
sehingga menghindari informasi bias/ informasi yang “salah” dari tujuan-tujuan
program. Dengan cara ini, efek samping mungkin datang dari tujuan program
pendidikan bisa dikurangi.
Ciri-ciri
Adapun ciri-ciri Model Goal Free Evaluation sebagai berikut :
1. Secara sengaja menghindari mengetahui tujuan program.
2. Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan
menyempitkan fokus evaluasi.
3. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan hasil
yang direncanakan.
4. Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat
seminimal mungkin.
3
Langkah-langkah Penerapan
Metodologi ataupun langkah-langkah dalam menerapkan Goal Free Model,
yaitu:
1. Pertama, desain evaluasi dikerjakan. Dengan kata lain, pemilihan dilakukan
terhadap metode dan teknik untuk mengevaluasi objek yang dimaksud.
Rancangan evaluasi perlu mempertimbangkan cara pengumpulan dan
analisis data. Lebih lanjut, semua (sub) langkah dalam pengumpulan dan
analisis data harus dimasukkan ke dalam perencanaan operasional studi
evaluasi. Perencanaan ini idealnya mencakup informasi tentang aspek
keuangan dan pengeluaran waktu.
2. Pemilihan penilai. Penting untuk diingat bahwa ia harus dapat memulai
evaluasi program kebijakan tanpa pengetahuan sebelumnya tentang tujuan
kebijakan formal. Evaluator, hampir menurut definisi, bukanlah ahli dalam
topik kebijakan tempat evaluasi dibuka. Dengan cara ini, jarak maksimum
dijaga antara penilai dan tujuan yang ingin dicapai. Penilai adalah bagian
dari tim penilai, yang masing-masing memiliki bidang keahlian tematik. Ini
diperlukan karena evaluator awal seharusnya mengevaluasi kebijakan tanpa
pengetahuan sebelumnya tentang kebijakan yang akan dipertimbangkan.
Oleh karena itu, agar dapat menginterpretasikan temuan secara memadai,
selanjutnya perlu menghadirkan anggota tim yang memiliki pengetahuan di
bidang kebijakan yang bersangkutan. Penilai sebaiknya berpengalaman. Ini
direkomendasikan karena dia harus dapat mengandalkan keahlian
metodologis mereka sendiri selama eksplorasi efek (samping).
3. Evaluasi goal free. Bergantung pada efek kebijakan yang diidentifikasi oleh
penilai, kriteria dirumuskan untuk menilai hasil ini. Menurut Scriven
(1991), kebutuhan pemangku kepentingan harus didahulukan dalam hal ini.
4. Langkah terakhir adalah merumuskan rekomendasi kebijakan. Ini terjadi
atas dasar hasil evaluasi. Karena metode evaluasi ini memperhitungkan dari
semua efek dan konsekuensi kebijakan, rekomendasi kebijakan mungkin
4
diharapkan lebih luas dan lebih dalam daripada kasus evaluasi berbasis
tujuan.
Langkah-langkah
Tahap-tahap Formatif dan Sumatif Evaluation Model, Dalam model
evaluasi formatif dan sumatif dilakukan dengan menggunakan empat tahap yaitu:
5
Needs Program Formative Summative
Assessment Planning Evaluation Evaluation
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model evaluasi scriven salah satunya ialah evaluasi formatif-sumatif. Evaluasi
formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat program sedang berlangsung dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan suatu program. Evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah program dilaksanakan untuk mengukur pencapaian
program.
Evaluasi formatif hendaknya mengarah kepada keputusan tentang program,
termasuk perbaikan, modifikasi dan penyempurnaan. Sedangkan evaluasi sumatif
mengarah kepada keputusan mengenai kelanjutan program berikutnya atau program yang
diteruskan pengapdosiannya. Kedia evaluasi ini penting karena keputusan yang diperlukan
selama proses tingkat pengembangan program untuk memperbaiki dan memperkuat
keputusan program yang diambil.
7
DAFTAR PUSTAKA
Fetriano, Fajar. Universitas Negeri Malang. Penerapan Formative and Summative Evaluation
Model Dalam Penelitian Tindakan.
Halima dan Mustofa. 2022. Goal Free Evaluation Vol. 6 No. 2. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Mardinah dan Syarifuddin. Jurnal : Model-Model Evaluasi Pendidikan Vol. 02 No. 01. STAI
Auliaurrasyidin Tembilahan.
Wardani, dkk. 2022. Jurnal : Model-Model Evaluasi Pendidikan Dasar (Scriven Model, Tyler
Model, dan Goal Free Evaluation) Vol 6 No 1, Januari 2022. Universitas Negeri Yogyakarta.