Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pendidikan formal (sekolah) penilaian dalam kegiatan belajar mengajar
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Melalui penilaian tersebut seorang
guru/dosen dapat mengevaluasi atau menilai sejauh mana keberhasilan dari apa
yang sudah guru/dosen berikan kepada peserta didiknya. Yang dalam
perkembangan saat ini guru tidak lagi menilai apa yang yang tidak diketahui oleh
siswa, namun sebaliknya guru/dosen menilai hal-hal yang diketahui oleh siswa.
Siswa dinilai dari berbagai hal, baik penilaian selama proses pembelajaran
berlangsung maupun terhadap hasil pembelajaran. Guru/dosen dapat
menggunakan banyak cara untuk menilai kompetensi peserta didik, penilaian
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1. Penilaian proses, 2. Penilaian produk.
3. Penilain portofolio, dalam penilaian proses dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu
tes dan nontes. Tes dapat berupa tes tertulis dan tes lisan cenderung digunakan
untuk mengukur kompetensi dari ranah kognitif dan sifat jawabannya adalah
mutlak. Nontes cenderung digunakan untuk mengukur kompetensi di luar ranah
kognitif dan sifat jawabannya adalah variatif atau tidak ada kemutlakan untuk
benar dan salahnya. Jadi, nontes lebih cenderung bersifat subyektif. Untuk
menghindari hal tersebut, diperlukan tahap-tahap penskoran yang benar dan tepat
mengukur dan menilai jawaban siswa atau bagaimana menskor pekerjaan siswa
Agar perbedaan persepsi dan unsur subyektifitas dapat diminimalisir, maka perlu
dikembangkan kriteria atau rubric yang digunakan sebagai pedoman atau alat
penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik. Dengan demikian, rubrik dapat
membantu guru/dosen untuk menilai kemampuan siswa dan menentukan tingkat
ketercapaian kinerja yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :

1
1. Apakah pengertian rubrik?
2. Apa saja tipe rubrik?
3. Bagaimana cara mendesain rubrik dan menggunakan rubrik?
4. Bagaimana menskor pekerjaan siswa?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian rubrik.
2. Mengetahui dan memahami tipe dari rubrik.
3. Mengetahui dan memahami cara mendesain dan menggunakan rubrik.
4. Mengetahui dan memahami menskor pekerjaan siswa.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai calon pendidik, mahasiswa dapat mengetahui serta memahami
rubrik meliputi pengertian, tipe, cara medesain dan cara penilaian
menggunakan rubrik, serta cara menskor pekerjaan siswa.
2. Bagi Guru
Para guru dapat menjadikan makalah ini sebagai gambaran mengenai cara
menyusun rubrik dan mengetahui kelebihan dari masing-masing rubrik
tersebut, serta mampu menskor pekerjaan siswa dengan tepat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rubrik


Rubrik adalah salah satu asesmen alternatif yang dapat digunakan untuk
mengukur dan menilai peserta didik secara komprehensif. Dikatakan
komprehensif karena kompetensi peserta didik tidak hanya dilihat pada akhir
proses saja, tetapi juga pada saat proses berlangsung. Karenanya rubrik disini
dapat berfungsi ganda, satu sisi sebagai penuntun kerja dan sebagai instrumen
evaluasi di sisi yang lainnya. Rubrik juga sangat cocok digunakan pada era
yang sangat mengedepankan kompetensi/kinerja seperti sekarang ini.
Selain itu, Heidi Goodrich Andrade (1997) dalam Zainul (2003: 5.17)
mendefinisikan rubric sebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar
seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung. Definisi yang dikemukakan
oleh Goodrich ini sangat singkat dan jelas, sehingga hanya dengan sekali
membacanya, kita sudah tahu dan mengerti apakah hakikat rubric
sebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan Goodrich, Arends mendefinisikan
scoring rubrics sebagai deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan
kriteria yang akan digunakan untuk menilainya.
Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett
(http://en.wikipedia.org/wiki/Rubrik_(academic)) rubric adalah alat skoring
untuk asesmen yang bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set
kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan
diases ke anak didik. Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Bernie dan
Nancy merincikan kembali rubric sebagai berikut: fokus untuk mengukur
suatu sasaran [kinerja, perilaku, atau mutu], menggunakan peringkat, dan
berisi karakteristik spesifik yang diatur dalam skala yang menggambarkan
standar kinerja yang akan diukur tersebut.
Lebih sederhana dari itu Nitko (1996: 241) menyatakan dalam bukunya,
Scoring rubrics adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang
digunakan untuk mengases kualitas dari performansi/kinerja mahasiswa.

3
Sama halnya dengan Goodrich, Nitko juga mendefinisikan scoring rubric
secara sederhana, singkat, dan jelas.
Secara umum, rubrik yang dimaksudkan merupakan hirarki dari standar-
standar yang digunakan untuk menskor kerja siswa (NCTM,2000b). Rubrik
ini dapat dikembangkan oleh guru, atau oleh guru bersama-sama siswa.

2.2 Tipe-tipe Rubrik


Secara umum ada dua tipe rubrics, yaitu holistik dan analitik. Rubrics
holistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang
kinerja (produk dan proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-bagian
komponennya. Sedangkan rubrics analitik menuntut pemberi skor untuk
menilai setiap komponen tugas (komponen-komponen yang terpisah). Mertler
mengatakan bahwa “rubrics holistik lebih cocok bila tugas kinerjanya
menuntut peserta didik untuk membuat respons tertentu dan tidak ada
jawaban yang mutlak benar. Rubrics analitik biasanya lebih disukai bila yang
dituntut adalah tipe respons yang agak terfokus”. Sama halnya dengan
Mertler, Gissele O. Martin-Kniep juga mengemukan bahwa rubric memiliki 2
jenis, yaitu: rubric holistik dan analitik. Rubric holistik adalah rubric yang
menggunakan skor tunggal dalam menilai produk, proses, dan penampilan.
Rubric holistik terdiri dari beberapa kriteria namun tetap merujuk dalam satu
klausa atau paragraf. Sedangkan rubric analitik menilai produk, proses, dan
penampilan dalam atribut atau dimensi yang terpisah dan mempunyai
deskriptor untuk tiap dimensinya.
Sesungguhnya dari kedua tipe rubrik ini tidak ada lebih baik ataupun
lebih buruk. Keduanya memiliki tempat dalam penilaian otentik, tergantung
pada :
 Materi yang sedang diajarkan.
Karena ada detail yang kurang untuk menganalisis dalam rubrik holistik,
dan siswa mungkin lebih mudah dapat mengintegrasikan ke dalam skema
mereka.
 Berapa banyak guru yang mencetak produk?

4
Guru yang berbeda memiliki ide yang berbeda pula tentang apa yang
merupakan kriteria yang dapat diterima. Detail ekstra dalam rubrik analitik
akan membantu nilai peserta didik dengan menekankan beberapa kriteria
yang sama.

Akan tetapi dapat disampaikan beberapa keunggulan dari masing-masing


tipe rubrik yaitu:
1. Keunggulan Rubrik Holistik antara lain :
 Pekerjaan dinilai melalui keseluruhan kualitas
 Semua proses diberikan bobot yang sama
 Menekankan pada proses berfikir dan berkomunikasi dalam matematika
2. Keunggulan rubrik analitik antara lain :
 Menekankan pada cara yang berbeda dalam menyelesaikan tugas
 Beberapa proses mungkin mendapatkan penekanan atau bobot yang
berbeda
 Lebih mudah diterapkan
 Memberikan sebagian kredit

Adapun contoh dari Rubrik Holistik dan Analitik secara umum adalah :
1. Rubrik Analitik
Keterangan Nilai dan Kriteria Umum

Pemahaman Masalah Tidak memahami (0)


Memahami sebagian (3)
Dan dapat memahami (6)
Perencanaan Strategi Strategi salah (0)
Sebagian strategi benar (3)
Dan semua strategi tepat (6)
Jawaban yang didapat Jawaban salah (0)
Sebagian jawaban benar (3)
Dan semua strategi tepat (6)

5
2. Rubrik Holistik

Nilai Keterangan Kriteria Umum

3 Sangat Menunjukkan pemahaman konsep secara tepat dan teliti,


memuaskan perhitungan benar, menggunakan tabel , gambar, dan grafik
secara benar dan teliti, menggunakan strategi yang tepat ,
serta alasan tepat dan masuk akal.

2 Memuaskan Menunjukkan pemahaman konsep yang tepat, perhitungan


benar, menggunakan tabel, gambar dan grafik benar tetapi
kurang teliti, penggunaan strategi tepat dan alasan tepat tapi
kurang masuk akal.

1 Kurang Menunjukkan pemahaman konsep kurang tepat, perhitungan


memuaskan kurang tepat, penggunaan tabel, gambar, dan grafik tidak
teliti, penggunaan strategi kurang tepat dan alasan kurang
tepat.

0 Tidak Menunjukkan ketidakpahaman konsep, perhitungan tidak


memuaskan tepat, tidak menggunakan tabel, gambar ataupun grafik,
penggunaan strategi tidak tepat dan alasan tidak tepat.

2.3 Cara Mendesain dan Menggunakan Rubrik


Untuk memulai mengembangkan rubrik, Gronlund, Linn, dan Davis
(2000) dan Wiggins (1988) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut.
1. Fokuskan pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan
kinerja anak didik yang kompleks.
2. Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan
keterampilan sentral untuk hasil-hasil belajar yang penting.
3. Minimalkan ketergantungan kinerja tugas pada keterampilan-keterampilan
yang tidak relevan dengan maksud tugas asesmen yang dimaksud.
4. Berikan kerangka kerja/instruksi kerja (scaffolding) yang dibutuhkan anak
didik agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan

6
5. Konstruksikan petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas
anak didik menjadi benar-benar jelas.
6. Komunikasikan dengan jelas ekspektasi kinerja dalam kaitannya dengan
kriteria yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja.

Dalam mengembangkan scoring rubrics, perlu memperhatikan beberapa


langkah. Donna Szppyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan langkah-
langkah pengembangan scoring rubrics sebagai berikut ((Zainul dan
Mulyana, 2003: 5.22):
1. Menentukan konsep, keterampilan, dan kinerja yang akan diases
(asesmen), serta model rubrik yang digunakan.
2. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan konsep dan atau
keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang
menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.
3. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task)
yang harus diases.
4. Menentukan skala yang akan digunakan.
5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan
kinerja yang tidak diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau
keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada
setiap gradasi atau memberi deskripsi gradasi.
6. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja
mahasiswa dengan rubric yang telah dikembangkan.
7. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja mahasiswa
dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi
kinerja, maupun konsep dan keterampilan yang akan diases.
8. Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Apakah skala tersebut
memang telah membedakan secara jelas tentang kinerja yang ditunjukkan
oleh siswa.
9. Merevisi skala yang digunakan.

7
Selain langkah-langkah diatas, agar kita memiliki gambaran mengenai apa
yang dimaksud dengan rubrik, berikut ini diberikan contoh format rubrik
analitik.
Skala 1 2 3 4
Krteria/Sub Kriteria
1. ..........................................
 .....................................
 .....................................
 ......................................

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rubrik penilain


antara lain:
1. Jenis Kriteria
Pada pelajaran matematika, kriteria yang selalu diperhatikan adalah
pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi.
Apakah siswa memperhatikan bahwa mereka sudah memahami konsep,
baik melalui pemecahan masalah atau melalui kesalahan yang dibuat?
Apakah dibutuhkan rencana atau strategi untuk memecahkan masalah?
Sudahkah siswa mengorganisasi semua informasi yang diketahui? Apakah
cara yang digunakan sistematis dan rapi? Bisakah pembaca mengikuti
alasan yang diberikan?
Disamping kriteria-kriteria diatas, apalagi yang penting? Bagaimana
dengan komputasi atau perhitungan? Apakah jawaban yang diberikan
sudah benar? Apakah kesalahan perhitungan hanya sedikit atau besar?
Apakah semua jawaban mungkin sudah diungkapkan siswa?
Perlu juga dipertimbangkan bahwa terlalu banyak kriteria yang
dipertimbangkan akan banyak memakan waktu untuk penyekoran. Tetapi
jika kriteria yang diinginkan terlalu sedikit, mungkin hasil yang diperoleh
tidak akan cukup untuk memberikan informasi dalam memperbaiki unjuk
kerja siswa.

8
2. Sub Kriteria
Seringkali beberapa kriteria memiliki beberapa kategori yang disebut
sub-kriteria. Sebagai contoh, jika seorang siswa membuat presentasi
sebagai bagian dari tugas yang diselesaikan maka kriteria penilaian dapat
berupa “kualitas presentasi” dengan sub kriterianya bisa berupa “kejelasan
dalam menyajikan”, “orisinal dan kesungguhan” dan “keterlibatan semua
anggota kelompok”.
3. Skala Penilaian
Dalam menentukan skala yang digunakan ada hal-hal penting yang
harus diperhatikan seperti berikut ini.
a. Tujuan Penilaian
Hal ini akan mempengaruhi banyaknya angka pada skala penilaian.
Jika rubrik digunakan untuk melihat kemajuan atau perkembangan
siswa maka angka pada skala akan lebih banyak daripada rubric yang
digunakan untuk penilaian saja. Rubrik yang digunakan untuk
perkembangan akan mencerminkan jangkauan usia siswa. Sebagai
contoh adalah rubrik keterampilan menggambarkan grafik yang
dikembangkan untuk siswa TK sampai siswa kelas XII akan sangat
disarankan memuat 10 angka. Untuk siswa TK sudah dianggap baik
sekali apabila mencapai tingkat 2 tetapi kalau siswa kelas X yang
mencapai tingkat ini tentu tidak sesuai dengan tingkatannya.
b. Ganjil atau Genap
Untuk tujuan penilaian, umumnya skala genap lebih disarankan.
Skala ganjil memuat nilai tengah yang nyata. Penilaian yang ragu-ragu
cenderung untuk memberi nilai angka tengah. Dalam hal ini penilaian
harus membuat keputusan untuk memberi penilaian yang pasti. Skala
penilaian yang disarankan adalah skala 4 (0 – 3 atau 1 – 4) atau skala 6
(0 – 5 atau 1 – 6). Perlu dipertimbangkan bahwa semakin besar skala
akan banyak memakan waktu untuk melakukan penilaian.
4. Membagi Skala
Sangat penting untuk menentukan batasan yang memenuhi dan
tidak memenuhi. Pada skala 5, misal 1 – 5, mudah menentukan batasan

9
memenuhi dan tidak memenuhi. Skala 1 dan 2 dapat dianggap sebagai
unjuk kerja yang tidak memenuhi, skala 3 dianggap unjuk kerja yang
cukup memenuhi, skala 4 adalah unjuk kerja yang baik dan skala 5 adalah
unjuk kerja yang sangat baik. Namun untuk skala 4, skala antara yang
memenuhi dan tidak memenuhi perlu dipikirkan masak-masak.
5. Sebutan untuk Setiap Tingkat
Sehubungan dengan keperluan untuk mendefinisikan batasan
antara memenuhi dan tidak memenuhi adalah penyebutan untuk setiap
tingkat. Pada skala 4, contoh sebutan ini adalah “tingkat 1”, “tingkat 2”,
“tingkat 3” dan “tingkat 4”. Selain itu sebutan dapat juga diungkapkan
dengan kata-kata yang positif seperti “pemula”, “mampu”, “baik” dan
“sangat baik” atau kata-kata lain yang sejenis.
6. Deskripsi unuk Tingkat Penampilan yang Berbeda
Deskripsi tingkat penampilan hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Bahasa yang Digunakan
Kata-kata yang digunakan harus deskriptif dan tidak komparatif.
Sebagai contoh kata “rata-rata” haruslah dihindari.
b. Deskripsi Semua Sub Kriteria
Jika kriteria memuat sub kriteria maka tiap-tiap sub kriteria harus
dideskripsikan dengan jelas. Sebagai contoh jika kriteria presentasi
memuat ketepatan, orisinalitas, dan keterlibatan setiap anggota
kelompok, maka deskripsi penampilan setiap tingkat harus meliputi
semua sub kriteria tadi.
7. Menghitung Skor
Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tugas unjuk kerja
yang dikerjakan siswa. Skor yang diperoleh masih harus dirubah dalam
skala angka yang ditetapkan (misal dalam bentuk 0 – 100). Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan adalah :
a. Bobot pertanyaan. Apakah bobot dari masing-masing pertanyaan sama
atau berbeda?

10
b. Cara menghitung. Bagaimana menghitung nilai dari senua skor yang
diperoleh?

Berikut ini adalah contoh rubric penilaian presentasi siswa :


Criteria yang dinilai adalah : kejelasan presentasi, pengetahuan dan
penampilan yang mempunyai sub-sub criteria seperti dibawah ini. Skala
penilaian adalah skala 4 angka dengan penyebutan tingkat 1, tingkat 2,
tingkat 3 dan tingkat 4. Jika presentasi dilakukan oleh kelompok maka
criteria penilaian dapat ditambah, misalkan criteria keterlibatan
(kontribusi) dalam kelompok dengan subkriteria yang berkaitan dengan
criteria itu.
Skala 1 2 3 4
Kriteria/Sub Kriteria

1. Kejelasan presentasi
 Sistematika dan organisasi
 Bahasa yang digunakan
 Suara
2. Pengetahuan
 Penguasaan materi presentasi
 Memberikan contoh-contoh yang
relevan
 Dapat menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan materi
presentasi

3. Penampilan
 Presentasi menarik, menggunakan
alat-alat bantu dan media yang
sesuai
 Kerapian, kesopanan, dan rasa
percaya diri

Misalkan dianggap bahwa pengetahuan adalah criteria yang


terpenting dalam penilaian tersebut maka penilaian diberi bobot 2

11
sedangkan yang lainnya diberi bobot 1. Misalkan seorang siswa yang
bernama Siska melakukan presentasi dan diberi nilai berdasarkan rubrik
tersebut sebagai berikut.
Skala 1 2 3 4 Skor
Kriteria/Sub Kriteria

1. Kejelasan presentasi (Bobot 1)


 Sistematika dan organisasi 3
 Bahasa yang digunakan 3
 Suara 3

2. Pengetahuan (Bobot 2)
 Penguasaan materi presentasi 4
 Memberikan contoh-contoh
yang relevan 4
 Dapat menjawab pertanyaan
yang berhubungan dengan
4
materi presentasi

3. Penampilan (Bobot 1)
 Presentasi menarik, 4
menggunakan alat-alat bantu
dan media yang sesuai
 Kerapian, kesopanan, dan 4
rasa percaya diri
Jumlah skor 29
Skor maksimum 44
Nilai 66

Penjelasan :
Skor yang diperoleh = tingkat x bobot
Skor untuk kejelasan presentasi = (3 x 1) + (3 x 1) + (3 x 1) = 9
Skor untuk pengetahuan = (2 x 2) + (2 x 2) + (2 x 2) = 12
Skor untuk kejelasan presentasi = (4 x 1) + (4 x 1) = 8

12
Skor total = 29
Skor maksimum = 12 + 24 + 8 = 44
Nilai Siska jika dikonversikan ke skala 0 – 100 adalah :
29/44 x 100 = 65,91 = 66

Berikut ini merupakan salah satu contoh rubric dalam pembelajaran


matematika.
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Kompetensi Dasar : Menyelesaikan operasi bilangan bulat dan mengenal
sifat operasi bilangan bulat
Indikator : Menyelesaikan operasi perkalian bilangan bulat
Materi Pokok : Bilangan Bulat

Jadwal Stand
Misalkan Anda diberi tugas untuk menjadwalkan orang-orang yang
bekerja dalam stand barang-barang antic di suatu pameran. Susunlah jadwal
yang memenuhi criteria di bawah ini dan sajikan dengan cara yang baik dan
terorganisir sehingga mudah dimengerti baik oleh pemilik stand maupun oleh
para penjaga stand.
Syarat-syarat penyusunan jadwal adalah sebagai berikut.
1. Stand buka pada pukul 9.00 – 19.00 hanya pada dua hari Sabtu dan dua
hari Minggu
2. Akan ada satu, dua atau tiga penjaga stand dalam suatu shift tergantung
pada ramainya pengunjung pada shift tertentu. Satu shift terdiri dari 2 jam.
3. Tiap-tiap penjaga stand dibayar Rp 17.000,- per jam dan setiap penjaga
tidak boleh bekerja lebih dari satu shift per hari.
4. Total anggaran untuk membayar penjaga stand selama 4 hari adalah Rp
1.400.000,- tetapi Anda tidak harus menghabiskan uang tersebut.
5. Jika mungkin, untuk tiap-tiap shift yang berbeda, pasangan penjaga stand
tidak sama. Penjaga stand tidak harus bekerja setiap hari.

13
Tugas Anda selengkapnya meliputi :
a. Jadwal untuk 4 hari (dua Sabtu dan dua Minggu) dengan identifikasi
masin-masing shift dan jumlah pekerja tiap-tiap shift.
b. Jumlah pekerja tiap-tiap shift menunjukkan perkiraan Anda seberapa
ramainya pengunjung stand.
c. Jumlah penjaga stand yang Anda perlukam.
d. Rencana anggaran untuk membayar para penjaga stand.
e. Deskripsi tertulis mengapa Anda anggap bahwa jadwal tersebut adalah
yang terbaik.

Konsep Matematika
Dalam menyelesaikan masalah ini, siswa diminta untuk mengorganisasi
informasi yang kompleks dan mengerjakan rencana anggaran.

Penyelesaian :
Akan ada banyak penyelesaian untuk masalah ini, salah satunya adalah
sebagai berikut.
Jam Jumlah Jumlah Jumlah Upah per Upah hari Upah 2 hari
Shift pekerja hari pekerja jam kerja jam Sabtu dan Sabtu dan
Sabtu hari Minggu dua hari
Minggu Minggu
9 - 11 2 - 4 Rp 17.000 Rp 68.000 Rp 136.000

11-13 3 3 12 Rp 17.000 Rp 204.000 Rp 408.000

13-15 2 2 8 Rp 17.000 Rp 136.000 Rp 272.000

15-17 3 2 10 Rp 17.000 Rp 170.000 Rp 340.000

17-19 3 - 6 Rp 17.000 Rp 102.000 Rp 204.000

Total 13 7 40 Rp 17.000 Rp 680.000 Rp 1.360.000

14
Rubrik
Kriteria 1 2 3 4
Pengorganisasian Tidak Ada Terorganisir, Sangat
dan perencanaan terorganisir,atau perencanaan dan ada terorganisir,
tidak ada bukti kasar tetapi perencanaan sistematik
perencanaan tidak cukup untuk dalam
untuk membuat menyusun
mengorganisir jadwal dan jadwal dan
informasi yang anggaran anggaran
kompleks
Ketepatan Banyak Ada beberapa Tidak ada Seperti tingkat
perhitungan kesalahan kesalahan, kesalahan dan 3, ditambah
perhitungan tetapi bisa mendapatkan jadwal dan
menghasilkan kesimpulan rencana
kesimpulan yang benar anggaran
yang benar mencerminkan
asumsi situasi
yang bagus
Penjelasan Sedikit atau Ada Sangat jelas, Sangat jelas
tidak ada penjelasan, hanya proses dan proses
penjelasan, atau tetapi sukar berfikir berfikir mudah
tidak bisa untuk kadang- diikuti
diikuti dimengerti kadang tidak
mudah diikuti

Selain cara mendesain rubrik seperti diatas, ada beberapa langkah untuk
mengajarkan siswa untuk mendesain sendiri rubriknya:
1. Sebelum siswa mendesain rubriknya sendiri, minta siswa mengisi kertas nilai dengan
rubrik yang telah dikembangkan oleh guru.
2. Mulai dari soal yang mudah atau satu level dibawah kemampuan mereka dan berikan
contoh yang baik dari masing-masing tingkatan seperti yang dideskripsikan pada
rubrik.

15
3. Lanjutkan dengan soal yang memiliki satu jawaban yang benar. Soal dengan banyak
solusi lebih susah untuk mengkonstruksi rubrik.
4. Minta siswa untuk membagi kertas menjadi dua tumpukan, tinggi dan rendah.
Kemudian minta mereka membagi pekerjaannya menjadi empat tumpukan, masing-
masing tumpukan mewakili salah satu dari empat tingkatan dari rubrik. Minta siswa
untuk berpikir tentang jenis pemikiran matematika dari masing-masing tingkatan isi.
5. Biarkan siswa menggunakan kamus atau tesaurus untuk membantu mereka
menemukan kata-kata yang menunjukkan tingkatan kemampuan.

2.4 Menskor Pekerjaan Siswa


Sementara orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting dari
pekerjaan pengukuran dalam tes adalah penyusunan tes. Jika alat tesnya sudah
disusun sebaik-baiknya maka anggapannya sudah tercapailah sebagian besar dari
maksudnya. Tentu saja anggapan itu tidak benar sama sekali. Penyusunan tes baru
merupakan satu bagian dari serentetan pekerjaan mengetes.
Disamping penyusunan dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan
menilai merupaken pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari
penilai, ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain dari
menskor adalah memberi angka.
Dal hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3
macam alat bantu yaitu:
(1) Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.
(2) Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci
skoring.
(3) Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian.

Keterangan dan penggunaannya dalam berbagai bentuk tes.


a. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah
Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kunci
jawaban adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-
soal yang kia susun, sedangkan kunci skoring adalah alat yang kita gunakan untuk
mempercepat pekerjaan skoring.

16
Oleh karena dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta melingkari huruf
B atau S maka kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor
serta huruf di mana kita menghendaki untuk melingkari (atau dapat juga diberi
tanda X).
Ada baiknya kunci jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum
menyusun soalnya agar
Pertama : dapat diketahui imbangan antara jawab B dan S.
Kedua : dapat diketahui letak atau pola jawaban B dan S.
Bentuk betul-salah sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jumlah
jawaban B hampir sama banyaknya dengan jawaban S, dan tidak dapat ditebak
karena tidak diketahui pola jawaban.[1]
Dalam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk B – S ini kita dapat
menggunakan 2 cara yaitu:
a. Tanpa hukuman atau tanpa denda.
b. Dengan hukuman atau dengan denda.
Tanpa hukuman adalah apabila banyaknya angka yang diperoleh siswa
sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci. Sedangkan dengan hukuman (karena
diragukan adanya unsur tebakan), digunakan 2 macam rumus, tetapi hasilnya
sama.
Pertama, dengan rumus:
S=R–W
Singkatan dari:
S = Score
R = Right
W = Wrong
Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi
dengan jumlah soal yang salah.
Kedua, dengan rumus:
S = T – 2W
T singkatan dari Total, artinya jumlah soal dalam tes.

17
b. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan
ganda (multiple choice)
Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu
huruf didepan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda
lingkaran atau tanda silang (X) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.
Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2
macam cara pula yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman. Tanpa hukuman
apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan
kunci jawaban.
Dengan hukuman menggunakan rumus:
S = R – W/(n-1)
Dimana:
S = Score
W = Wrong
n = banyaknya pilihan jawaban (yang pada umumnya di Indonesia 3, 4,
atau 5)

c. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab
singkat (short answer test)
Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban
berbentuk kata atau kalimat pendek. Melihat namanya, maka jawaban untuk tes
tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat
mungkin dan mengandung satu pengertian. Dengan persyaratan inilah maka
bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.
Tes untuk lisan, dianggap setaraf dengan tes jawab singkat ini.
Kunci jawaban tes bentuk ini merupakan deretan jawaban sesuai dengan
nomornya.
Bagaimana kunci pemberian skornya?
Dengan mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka
bagi tiap nomor soal mudah ditebak. Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit,
tetapi lebih sulit daripada tes bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda.

18
Sebaliknya setiap soal diberi angka 2 (dua). Dapat juga angka itu kita samakan
dengan angka pada bentuk betul-salah atau pilihan ganda jika memang jawaban
yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawaban
bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya
dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan 1.

d. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk


menjodohkan (matching)
Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda,
dimana jawaban-jawaban dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-
pertanyaannya. Dengan demikian, maka pilihan jawabannya akan lebih banyak.
Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih dibuat sedemikian rupa
sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lain.
Kunci jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan jawaban
yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat
di depan alternatif jawaban.
Telah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan
ganda yang lebih kompleks. Maka angka yang diberikan sebagai imbalan juga
harus lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap
nomor adalah 2 (dua).
e. Kunci jawaban dana kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian
(essay test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih
dahulu pokok-pokok jawaban yang kita hendaki. Dengan demikian, maka akan
mempermudah kita dalam pekerjaan mengoreksi tes itu.
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban
yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa sati ke siswa
lain. Untuk menentukan standar lebih dahulu, tentulah sukar. Ada sebuah saran,
langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan
memberi angka tes bentuk uraian. Saran tersebut adalah sebagai berikut.
1) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban.
2) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut.

19
3) Memberikan angka bagi soal pertama.
4) Membeca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban,
dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.
5) Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat, dan
seterusnya hingga seluruh soal diberi angka.
6) Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk
tes bentuk uraian.
Apa yang diterangkan diatas ini adalah cara memberikan angka dengan
menggunakan atau mendasarkan pada norma kelompok (norm reference test).
Apabila dalam memberikan angka menggunakan atau mendasarkan pada standar
mutlak (criterion referenced test), maka langkah-langkahnya akan lain. Apa yang
dilalui diatas, tidak diperlukan.
Yang dilakukan haruslah demikian
1) Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan
dengan kunci jawaban yang telah kita susun.
2) Membubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban.
3) Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal, dan
terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian.
Dengan cara kedua ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan
jawaban paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan
dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan sudah ditentukan oleh guru.

f. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas


Kunci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok-pokok yang
harus termuat didalam pekerjaan siswa. Hal ini menyangkut kriteria tentang isi
tugas. Namun sebagai kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolak
ukur tertentu.
Tolak ukur yang disarankan adalah:
1) Ketepatan waktu penyerahan tugas.
2) Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan mahsiswa dalam
mengenakan tugas.
3) Sistematika yang menunjukkan alur kerurutan pikiran.

20
4) Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi.
5) Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah
ditentukan oleh dosen.
Maka nilai akhir untuk tugas tersebut diberikan dengn rumus:

NAT adalah Nilai Akhir Tugas

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Secara umum ada dua tipe rubrics, yaitu holistik dan analitik. Rubrics
holistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang
kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-
bagian komponennya. Sedangkan rubrics analitik menuntut pemberi skor
untuk menilai komponen-komponen yang terpisah atau tugas-tugas
individual yang berhubungan dengan kinerja yang dimaksud.
2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rubrik penilain
antara lain:
1. Jenis Kriteria
2. Sub Kriteria
3. Skala Penilaian
4. Membagi Skala
5. Sebutan untuk Setiap Tingkat
6. Deskripsi unuk Tingkat Penampilan yang Berbeda
7. Menghitung Skor

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan pada bagian sebelumnya maka saran
yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Mengingat pentingnya penilaian unjuk kerja (rubrik) dalam proses belajar
mengajar, maka dipandang perlu sebuah pemahaman akan pengertian
rubrik, tipe-tipe rubrik serta cara mendesainnya yang nantinya akan
digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses penilaian.
2. Kepada pihak-pihak lain yang terkait yang dalam dunia pendidikan agar
dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi dan acuan dalam
pelaksanaannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

---. 2012. CARA MENGOLAH SKOR ATAU NILAI DAN MENCARI NILAI
AKHIR. Diakses pada tanggal 14 september 2012 dari
http://kampusryan.blogspot.com/2012/06/cara-mengolah-skor-atau-nilai-
dan.html.

NCTM.2000.Mathematics Assesment a Practical Handbook for Grades 6-8.


Diakses tanggal 14 september 2012 dari
http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP04_UnjukKerja.pdf.
[1] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta:Bumi Aksara,2003), h. 223-224

23

Anda mungkin juga menyukai