Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

“Strategi Penilaian, Prosedur Penilaian, dan Prosedur Evaluasi Pembelajaran”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dra. Jenny Indrastoeti Siti P., M.Pd.

Disusun oleh:
1. Ayu Ragil Kinasih (K7120054)
2. Chaerinna (K7120064)
3. Dyah Rahma Julia Mardani (K7120087))
4. Michelia Dyan Cindy Wardhani (K7120167)
5. Yunita Dwi Ardianti (K7120277)

Kelompok 2/ 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat serta hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai strategi penilaian, prosedur penilaian, dan
prosedur evaluasi pembelajaranguna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir,
penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dra. Jenny Indrastoeti Siti P., M.Pd
selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Bagi kami
sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Surakarta, 13 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Konsep Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran..............................................6
B. Teori Pengembangan Evaluasi Pembelajaran.................................................................7
C. Proses Pengembangan Evaluasi Pembelajaran...............................................................9
D. Jenis-jenis Instrumen Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik...........15
E. Jenis-jenis Instrumen Penilaian.....................................................................................21
G. Jenis-jenis Instrumen Evaluasi.....................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................25
A. Simpulan.......................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pendidikan, penilaian dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting.
Komponen tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Perubahan paradigma
kurikulum membawa implikasi terhadap paradigma evaluasi dan penilaian. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan yang memadai
secara konseptual maupun praktikal dalam proses evaluasi pembelajaran. Hal tersebut
digunakan untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi yang telah dilakukan
sebagai tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh peserta didik secara menyeluruh.
Penilaian merupakan bagian dalam pembelajaran. Dengan melakukan
penilaian, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan,
dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk
menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Oleh karena itu, evaluasi
harus dilakukan secara terencana dan sistematis, agar keputusan yang diambil oleh
guru tidak tersalah karena kurangnya persiapan dan perencanaan dalam melaksanakan
evaluasi yang pembelajaran. Dengan demikian, untuk memperoleh informasi yang
akurat, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan prinsip
evaluasi.
Penilaian dan evaluasi pada bidang apapun, dilakukan dengan menggunakan
prosedur dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur
penilaian yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan
perlakuan yang adul pada peserta didik. Hal tersebut juga mempertimbangkan waktu,
tempat, dan karakteristik yang dimiliki setiap peserta didik. Sedangkan instrumen
yang standar adalah instrumen yang disusun menggunakan prosedur pengembangan
instrumen yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat validitas dan
reliabilitasnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1. Bagaimana konsep prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimana teori pengembangan evaluasi pembelajaran?
3. Bagaimana proses pengembangan evaluasi pembelajaran?
4. Apa saja jenis-jenis dari instrumen pengukuran, penilaian, dan evaluasi?
5. Apa saja jenis-jenis dari instrumen penilaian?
6. Bagaimana konsep dan strategi penilaian hasil belajar?
7. Apa saja jenis-jenis dari instrumen evaluasi?

C. Tujuan

4
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui teori pengembangan evaluasi ppembelajara.
3. Untuk mengetahui proses pengembangan evaluasi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari instrumen pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis dari instrumen penilaian.
6. Untuk mengetahui konsep dan strategi penilaian hasil belajar.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis dari instrumen evaluasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran


1. Prosedur
Prosedur merupakan serangkaian aksi yang spesifik atau tindakan atau operasi
yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu
memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama. Dalam kapasitasnya
sebuah prosedur biasanya mengakibatkan sebuah perubahan. Kamaruddin (1992:
32), mendefinisikan prosedur sebagai suatu susunan yang teratur dari kegiatan
yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan
melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa prosedur adalah suatu
tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tujuan
tertentu dan memiliki pola kerja yang sistematis.

2. Pengembangan
Pengembangan berasal dari kata dasar “kembang” yang bisa diartikan tumbuh.
Pengembangan merupakan sebuah pembangunan secara bertahap dan teratur yang
menjurus ke sasaran yang dikehendaki.

3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi menurut (Ramayulis, 2008), mengandung dua makna, yaitu;
measurenment dan evaluation. Measurenment (pengukuran) merupakan proses
untuk memperoleh gambaran beberapa angka dan tingkatan ciri yang dimiliki
individu. Evaluation (penilaian) merupakan proses mengumpulkan, menganalisis
dan mengintepretasikan informasi guna menetapkan keluasaan pencapaian tujuan
oleh individu. Sedangkan pembelajaran merupakan kata yang berasal dari kata
dasar belajar yang berarti sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan
yang lain. Dengan demikian pembelajaran merupakan proses dalam melakukan
perubahan yang dilakukan oleh perubah dan yang akan diubah. Tujuan
pembelajaran menggambarkan kemampuan atau tingkat penguasaan yang
diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu proses
pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran adalah penilaian terhadap kompetensi yang sudah
dicapai oleh peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar (Ramayulis,
2008), fungsi evaluasi pembelajaran sebagai tolak ukur keberhasilan proses
belajar mengajar. Taufik (2010), menyatakan, bahwa indikator keberhasilan
belajar mengajar diantaranya:

6
a. Daya serap terhadap materi yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individu maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan oleh SK dan KD telah dicapai oleh peserta didik
baik individu maupun klasikal.

B. Teori Pengembangan Evaluasi Pembelajaran


1. Pentingnya Pengembangan Evaluasi Penilaian Hasil Belajar
Banyak teori berkaitan dengan prosedur kegiatan evaluasi ini, salah satunya
prosedur evaluasi yang dikembangkan oleh (Zainal, 2011), bahwa prosedur yang
harus diikuti evaluator meliputi perencanaan evaluasi, monitoring pelaksanaan
evaluasi, pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil evaluasi, dan pemanfaatan
hasil evaluasi.
Untuk itu, seorang evaluator dalam melakukan kegiatan evaluasinya harus
mengikuti prosedur-prosedur yang digariskan. Tujuannya adalah agar evaluasi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, sistematis, efisien dan dapat
dipertanggung jawabkan.

2. Prinsip-prinsip Prosedur Evaluasi Penilaian Hasil Belajar


Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, menurut
(Sudjana, 1989), maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian
hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian sebagai
berikut:
a. Dalam menilai hasil belajar, hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga
jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian.
b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagia integral dari proses belajar
mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada tiap saat proses
belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
c. Agar diperoleh hasil belajar yang obyektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif (mencakup
berbagai ranah, sepesrti kognitif, afektif, dan psikomotorik).
d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siapapun.

3. Kaidah Prosedur Evaluasi Penilaian Hasil Belajar


Pada dasarnya prosedur evalusi pembelajaran adalah langkah-langkah teratur
dan tertib yang harus ditempuh seorang evaluator pada waktu melakukan evaluasi
pembelajaran. Terdapat dua langkah pokok dalam prosedur evaluasi yankni
prosedur kualitatif dan kuantitatif. Kaidah evaluasi menyatakan bahwasannya
evaluasi pembelajaran harus berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang
terjadi.
Prosedur untuk evaluasi kuantitatif yakni sebagai berikut :
a. Penentuan masalah atau pertanyaan evaluasi

7
b. Penentuan variabel, jenis data dan sumber data
c. Penentuan metodologi
d. Pengembangan instrumen
e. Penentuan proses pengumpulan data
f. Penentuan proses pengolahan data
Prosedur untuk evaluasi kualitatif, menurut (Hasan, 2008) ada tiga hal pokok
yang harus dilakukan evaluator ketika melakukan evaluasi kurikulum dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan fokus evaluasi
b. Perumusan masalah dan pengumpulan data
c. Proses pengolahan data
d. Menentukan perbaikan dan perubahan program
Secara sepintas lalu telah disambungkan di atas bahwa dalam pendidikan orang
mengadakan evaluasi memenuhi dua tujuan yaitu:
a. Untuk mengetahui kemajuan anak, atau orang yang dididik setalah si
terdidik tadi menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan
b. Untuk mengetahui tingkat effisiensi metode-metode pendidikan yang
diperguanakan pendidikan selama jangka waktu tertentu tadi.

4. Prosedur Pengembangan Tes


Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu menetapkan
terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur.
Adapun proses penentuannya secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut
ini

Menentukan tujuan penilaian

Memperhatikan standar kompetensi

Menentukan kompetensi dasar


Tes Nontes

Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut :


a. Menentukan tujuan penilaian
Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan
yang berbeda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau
seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi
yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi

8
yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas
individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan
kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).
Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi
atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau
melalui gabungan kompetensi dasar.
c. Menentukan jenis alat ukur
Menentukan jenis alat ukur, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting
sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang
diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik),
kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap
mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan seharihari tinggi
(UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan
menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila
jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan
bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat,
maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance),
penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
d. Menyusun Kisi-kisi
Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman
penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan
kaidah penulisan soal.

C. Proses Pengembangan Evaluasi Pembelajaran


Memahami diantara proses evaluasi pembelajaran, (Zainal, 2011), membatasai proses
evaluasi pembelejaran, kepada; (1) perencanaan evaluasi, (2) pelaksanaan dan
monitoring, (3) pengolahan data dan analisis, (4) pelaporan hasil evaluasi, dan (5)
pemanfaatan hasil evaluasi.
1. Perencanaan Evaluasi
Perencanaan evaluasi pembelajaran, pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan Evaluasi Pembelajaran
Analisis kebutuhan evaluasi pembelajaran, adalah suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan
skala prioritas pemecahannya. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
analisis sistem dapat mengikuti langkah-langkah metode pemecahan
masalah, yaitu;
1) Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah,
2) Mengajukan hipotesis,
3) Mengumpulkan data, analisis data dan kesimpulan.
Melalui analisis kebutuhan, evaluator akan memperoleh kejelasan masalah
dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada

9
pembuat atau penentu kebijakan. Sehubungan dengan hal tersebut, evaluator
harus memahami dengan tepat apa, mengapa, bagaimana, kapan, di mana dan
siapa yang melakukan analisis kebutuhan. Pendekatan dapat digunakan
secara individual atau kelompok, sedangkan strategi akan menentukan
metode, media, dan sumber belajar yang akan digunakan.
b. Menentukan Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan
sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup
materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian.
Dalam penilaian hasil belajar, ada emapat kemungkinan tujuan penelitian,
yaitu:
1) Untuk memperbaiki kinerja tau proses pembelajaran (formatif),
2) Untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif),
3) Untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran (diagnostik),
4) Untuk menempatkan posisi peseta didik sesuai dengan kemampuannya
(penempatan).
c. Mengidentifikasi Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peserta didik
dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan keterampilan, sikap
dan nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, semua jenis kompetensi dan
hasil belajar sudah dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum, seperti
standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator. Guru
tinggal mengidentifikasi kompetensi mana yang akan dinilai.
d. Menyusun Kisi-Kisi
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh
guru kepada peserta didik.
- Jika materi penilaian tidak relevan dengan materi pelajaran yang telah
diberikan, maka akan berakibat hasil penilaian itu kurang baik.
- Jika materi penilaian terlalu banyak dibandingkan dengan materi
pelajaran, maka akan berakibat sama.
Untuk melihat apakah materi penilaian relevan dengan materi pelajaran atau
apakah penilaian terlalu banyak atau kurang, guru harus menyusun kisi-kisi.
Hal itu dimaksudkan bahwa:
1) Kisi-kisi adalah format pemetaan soal, berfungsi menggambarkan
distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan
jenjang kemampuan tertentu.
2) Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman untuk menulis sosal atau merakit
soal menjadi perangkat test.
3) Dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi soal disusun berdasarkan
silabus setiap mata pelajaran.
10
4) Guru, harus melakukan analisis silabus terlebih dahulu sebelum
menyusun kisi-kisi soal.
Dalam menyusun kisi-kisi harus memperhatikan domain hasil belajar yang
akan diukur dengan sistematika:
1) Aspek recall, yang berkenaan dengan aspek-aspek pengetahuan tentang
istilah-istilah, definisi, fakta, konsep, metode dan prinsip-prinsip;
2) Aspek komprehensif, yaitu berkenaan dengan kemampuan-kemampuan
antara lain: menjelaskan, menyimpulkan suatu informasi, menafsirkan
fakta (grafik, diagram, tabel, dan lain-lain), mentransfer pernyataan dari
suatu bentuk ke dalam bentuk lain (pernyataan verbal ke non-verbal atau
dari verbal ke dalam bentuk rumus), memprakirakan akibat atau
konsekuensi logis dari suatu situasi;
3) Aspek aplikasi yang meliputi kemampuan-kemampuan antara lain:
menerapkan hukum/prinsip/teori dalam suasana sesungguhnya,
memecahkan masalah, membuat (grafik, diagram dan lain-lain),
mendemonstrasikan penggunaan suatu metode, prosedur dan lain-lain.
e. Mengembangkan Draf Instrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu langkah
penting dalam prosedur penilaian, antara lain:.
1) Instrumen penilaian dapat disusun dalam bentuk tes maupun nontes,
dalam bentuk tes, berarti guru harus membuat soal.
2) Penilaian sosial adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi.
3) Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa
yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya.
4) Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan.
5) Setelah semua soal ditulis, sebaiknya soal tersebut dibaca lagi, jika perlu
didiskusikan kembali dengan tim penelaah soal, baik dari ahli bahasa,
ahli bidang studi, ahli kurikulum, dan ahli evaluasi.
6) Dalam bentuk notes, guru dapat membuat angket, pedoman observasi,
pedoman wawncara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat,
minat, dan sebagainya.
f. Uji coba dan Analisis Soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu di uji cobakan
terlebih dahulu dilapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana
yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal
mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal
yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan
atas analisis empiris dan rasional. Analisis empiris dimaksudkan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang diginakan.
g. Revisi dan Merakit Soal (instrumen baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan
proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian, ada
soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus

11
direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif
jawaban (option), bahkan ada soal yang harus dibuang atau disisihkan.
Berdaarkan hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perkaitan soal menjadi
suatu instrumen yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat
mempengaruhi validitas skor tes, seperti nomor urut soal, pengelompokan
bentuk soal, penataan soal, dan sebagainya haruslah diperhatikan.

2. Pelaksanaan dan Monitoring Evaluasi


a. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi
sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dengan kata lain tujuan evaluasi, model
dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instrumen evaluasi, sumber data,
semuanya sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan evaluasi yang
pelaksanaannya bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis
evaluasi yang digunakan akan mempengaruhi seorang evaluator dalam
menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data
dan sebagainya, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan:
1) Non-tes
Non-tes, dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah
laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pendapat
terhadap kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar, minat belajar,
motivasi belajar dan mengajar dan sebagainya. Instrumen yang
digunakan: angket; pedoman observasi; pedoman wawancara; skala
sikap; skala minat; daftar chek; rating scale; anecdotal records;
sosiometri; dan home visit.
2) Tes
Bentuk Tes, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi menggunakan bentuk tes pensil dan kertas (paper and pencil
test) dan bentuk penilaian kinerja (performance), memberikan tugas atau
proyek dan menganalisis hasil kerja dalam bentuk portofolio.
b. Monitoring Pelaksanaan dan Evaluasi
Monitoring dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi
pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah ditetapkan
atau belum, dengan tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan meningkatkan
efisiensi pelaksanaan evaluasi.
Monitoring mempunyai dua fungsi pokok;
1) Melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencaan evaluasi;
2) Melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi dengan
mencatat, melaporkan dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya.
Dalam pelaksanaannya dapat digunakan teknik:
1) Observasi partisipatif;
2) Wawancara bebas atau terstruktur;
3) Studi dekumentasi.

12
Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan acuan untuk memperbaiki
pelaksanaan evaluasi selanjutnya.

3. Pengolahan dan Analisis Data


a. Pengolahan Data
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan
menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi
yang berbentuk kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan
data hasil evaluasi yang berbentuk kuantitatif diolah dan dianalisis dengan
bantuan statistika deskriptif maupun statistika inferensial. Ada empat langkah
pokok dalam mengolah hasil penelitian:
1) Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai
oleh perserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan
tiga jenis alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman
konversi
2) Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu
3) Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau
angka
4) Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui derajat
validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola (difficulty index)
dan daya pembeda
b. Menafsirkan Hasil Pengolahan
Mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu.
Memberikan interpretasi maksudnya adalah memberikan pernyataan
(statement) mengenai hasil pengolahan data. Interpretasi terhadap suatu hasil
evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu
secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi
dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam
melaksanakan evaluasi. Sebaliknya jika penafsiran data tidak berdasarkan
kriteria atau norma tertentu, maka ini termasuk kesalahan besar dan ada dua
jenis penafsiran data:
1) Penafsiran kelompok, yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang meliputi
prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap
pendidik dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok.
Tujuannya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran
kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok
dan untuk menggandakan perbandingan antarkelompok.
2) Penafsiran individual, yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara
perseorangan diantaranya bimbingan dan penyluhan atau situasi klinis
lainnya. Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya.

13
Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik mencapai
taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau
tidak, ada kesulitan atau tidak.
c. Konversi Nilai
Setelah dilakukan scorsing, hasilnya perlu dipilah dengan mencari
konvermasi nilai.
d. Mencari dan Menentukan Rangking
Kemudian dilakukan prosedur statistik mencari ranking (rank order), mean,
media, dan modus.

4. Pelaporan Hasil Evaluasi


a. Pelaporan Hasil Tes
Laporan kepada masing-masing yang berkepentingan dengan hasil tes ini
sangat penting karena dapat memberikan informasi yang sangat berguna
dalam rangka penentuan kebijaksanaan selanjutnya. Pelaporan hasil penilaian
tesebut harus diketahui oleh siswa yang melakukan penilaian, guru untuk
mendapat umpan balik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, pihak
sekolah untuk mengetahui mutu pembelajaran yang telah dilaksanakan guru-
guru, dan juga orang tua sebagai stake holder dari jasa yang ditawarkan
sekelah dalam menyelenggarakan pendidikan.
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi
antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan
menjaga hubungan kerja sama yang harmonis, oleh karena itu ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan;
1) Konsisten dengan pelaksanaan nilai di sekolah;
2) Memuat perincian hasil belajar peserta didik beradasarkan kriteria yang
telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi
perkembangan peserta didik;
3) Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam
belajar;
4) Mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi;
Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif dan akurat. Laporan
kemajuan dapat dikategorikan menjadi dua jenis:
1) Laporan prestasi mata pelajaran, yang berisi informasi tentang pencapaian
komptensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi peserta
didik dilaporkan dalam bentuk angka yang menunjukkan penguasaan
komptensi dan tingkat penguasaannya;
2) Laporan pencapaian, yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik
sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui
berbagai kegiatan, baik intra, ekstra dan ko kurikuler.

5. Penggunaan Hasil Evaluasi


a. Penggunaan Hasil Evaluasi untuk Memberikan feedback kepada Semua
Pihak

14
Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan yang
dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
melandaskan diri:
1) Pada kesimpulan-kesimpulan yang telah diperoleh dalam evaluasi
tersebut, evaluator mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-
kebijakan yang dipandang perlu untuk dilaksanakan.
2) Kekurangan-kekurangan dan hambatan, yang ditemukan dalam perjalanan
mencapai tujuan yang telah ditentukan, oleh evaluator, diusahakan adanya
perbaikan dan penyempurnaan, sebagai jalan keluar, untuk masa
berikutnya lebih baik dan lebih sempurna daripada masa kini. (Siti
Farikah, 1995: 12)
b. Penggunaan Hasil Evaluasi untuk Kepentingan Berdasarkan Tujuan
Julian C. Stanley (Dimyati dan Mudjiono, 1994), mengemukakan ”hanya apa
yang harus dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan program”. Terdapat
lima kepentingan penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan, antara lain
sebagai berikut: Laporan Pertanggungjawaban, dengan asumsi banyak pihak
yang berkepentingan terhadap hasil evaluasi, oleh karena itu laporan ke
berbagai pihak sebagai bentuk akuntabilitas publik.
1) Seleksi, dengan asumsi setiap awal dan akhir tahun terdapat peserta didik
yang masuk sekolah dan menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan
tertentu dimana hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi baik
ketika masuk sekolah/jenjang atau jenis pendidikan tertentu, selama
mengikuti program pendidikan, pada saat mau menyelesaikan jenjang
pendidikan, maupun ketika masuk dunia kerja
2) Promosi, dengan asumsi prestasi yang diperoleh akan diberikan ijazah
atau sertifikat sebagai bukti fisik setelah dilakukan kegiatan evaluasi
dengan kriteria tertentu baik aspek ketercapaian komptensi dasar, perilaku
dan kinerja peserta didik.
3) Diagnosis, dengan asumsi hasil evaluasi menunjukkan ada peserta didik
yang kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang
yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan diagnosis untuk mencari
faktor-faktor penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam
menguasai komptensi tertentu sehingga diberikan bimbingan atau
pembelajaran remedial. Bagi yang telah menguasai kompetensi lebih cepat
dari peserta didik yang lain, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan
tindak lanjut untuk mengoptimalkan laju perkembangan mereka.
4) Memprediksi, masa depan peserta didik, tujuannya adalah untuk
mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari
peserta didik, serta dalam hal apa peserta didik diangap paling menonjol
sesuai dengan indikator keunggulan, agar dapat dianalisis dan dijadikan
dasar untuk pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang
pendidikan atau karier pada masa yang akan datang

15
D. Jenis-jenis Instrumen Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Di tinjau dari dimensi kompetensi yang
ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
(Diknas, 1995:25)
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawannya mengembangkan metode pengklasifikasian
tujuan pendidikan yang disebut dengan taksonomi (taxonomy). Mereka berpendapat
bahwa taksonomi tujuan pembelajaran mengacu kepada tiga jenis domain atau ranah,
yaitu ranah proses berfikir (kognitif); ranah nilai atau sikap (afektif); dan ranah
keterampilan (psikomotor).
1. Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori, dari yang sederhana
sampai yang kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada
level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai
(Sudijono, 1996:49- 50). Tingkat kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut:

Tingkatan pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali, misalnya,


pengetahuan mengenai istilah-istilah, pengetahuan mengenai klasifikasi dan
sejenisnya. Jadi, tingkatan pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
Tingkatan pemahaman adalah kemampuan menggunakan informasi dalam
situasi yang tepat, mencakup kemampuan untuk membandingkan, menunjukkan
persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi karakteristik, menganalisis, dan
menyimpulkan.
Tingkatan penerapan mencakup kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain,
yaitu mampu mengaplikasikan atas pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki
sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Tingkatan analisis yaitu mengenal kembali unsur-unsur, hubungan- hubungan
dan susunan informasi atau masalah, misalnya: menganalisis hubungan-hubungan
meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan atau membedakan

16
komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau
kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya
konstraksi.
Tingkatan sintesis yaitu mengkombinasikan kembali bagian-bagian dari
pengalaman yang lalu dengan bahan yang baru menjadi suatu keseluruhan yang baru
dan terpadu, misalnya membuat suatu rencana atau menyusun usulan kegiatan
dengan suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain
sehingga tercipta suatu bentuk baru.
Tingkatan evaluasi yaitu menggunakan kriteria untuk mengukur nilai suatu
gagasan, dan karya. Misalnya menimbang dan memutuskan mencakup kemampuan
untuk membuat penelitian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,
produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di kelas,
pilihan berganda, uraian objektif, uraian nonobjektif, jawaban singkat,
menjodohkan, unjuk karya dan portofolio (Mardapi, 2004:35-40).

2. Pengukuran Ranah Afetktif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah
salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah
laku. Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Krathwohl,
Bloom, dan Masria (1964) mengembangkan taksonomi yang berorientasi kepada
perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam
mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman
baginya dalam bertingkah laku.
Domain afektif, Krathwohl membaginya atas lima kategori/ tingkatan yaitu;
Pengenalan (receiving), pemberian respon (responding), penghargaan terhadap nilai
(valuing), pengorganisasian (organization) dan pengamalan (characterization) (WS.
Winkel: 150).

17
Menurut A.J. Nitko Jenjang Afektif sama dengan pendapat Kratwohl, pembagian
bersifat hierarkhis, pengenalan tingkat yang paling rendah dan pengamalan sebagai
tingkat yang paling tinggi seseorang memiliki kompetensi pengamalan jika sudah
memiliki kompetensi pengenalan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai
pengorganisasian.
Pengenalan/penerimaan mencakup kemampuan untuk mengenal, bersedia
menerima dan memperhatikan berbagai stimulasi. Dalam hal ini peserta didik
bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Pemberian respon
mencakup kemampuan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan,
benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan.
Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa
suatu gagasan, benda atau cara berfikiir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini
peserta didik secara konsisten berprilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak
ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan.
Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai- nilai tertentu
dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas
lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini peserta didik menjadi commited
terhadap suatu sistem nilai.
Pengamalan(characterization) berhubungan dengan pengorganisasian dan
pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan
melalui prilaku yang konsistem dengan sistem nilai tersebut. Ini adalah merupakan
tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik philosophy of life yang
mapan.

18
Afektif yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar tentunya
sangat tergantung kepada mata pelajaran dan jenjang kelas, tetapi yang pasti setiap
mata pelajaran memiliki indikator afektif dalam kurikulum hasil belajar.
Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap
(afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala pilihan ganda, (3) Skala thurstone, (4)
Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6) Pengukuran minat.
Ada dua komponen afektif yang penting untuk dinilai setiap mata pelajaran
yaitu sikap dan minat. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif, netral dan negatif.
Diharapkan sikap siswa terhadap semua mata pelajaran positif sehingga akan
muncul minat yang tinggi untuk mempelajarinya, karena minat belajar yang besar
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar yang kurang
akan menghasilkan prestasi yang rendah.

3. Pengukuran Ranah Psikomotorik


Harrow (1972) menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam lima tingkat
sebagai berikut:
(1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini diharapkan peserta didik dapat
meniru suatu perilaku yang dilihatnya, (2) Manipulasi. Tujuan pembelajaran pada
tingkat ini menuntut peserta didik untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan
visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Namun, diberi petunjuk berupa tulisan
atau instruksi verbal, (3) Ketepatan Gerakan. Tujuan pembelajaran pada level ini
peserta didik mampu melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual
maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang dan
akurat, (4) Artikulasi. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik mampu
menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan
yang tepat, dan (5) Naturalisasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini peserta didik
mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan tanpa berpikir lagi cara
melakukannya dan urutannya.

19
Pengukuran ranah piskomotorik merupakan merupakan pengukuran yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik menunjukkan unjuk kerja. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis
karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya. Untuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium,
dan mengoperasikan suatu alat.
Pengukuran ranah psikomotorik perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
a. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
b. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

20
c. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua
dapat diamati.
d. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati

Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain:


a. Daftar Cek
Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan daftar
cek (ya - tidak).
b. Skala Rentang
Pengukuran menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai
penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh
lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat.

E. Jenis-jenis Instrumen Penilaian


Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM).
Sesuai dengan PERMEN DIKBUD NO 66 tahun 2013 tentang Stadar Penilain, telah
dinyatakan ruang lingkup, teknik, dan instrumen penilaian.
1. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah
ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

2. Teknik dan Instrumen Penilaian


Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
a. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui beberapa cara,
sebagai berikut.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara ber-
kesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri.
3) Penilaian antarpeserta didik/ penilaian “teman sejawat” (peer evaluation)
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pen-capaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

21
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating
scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
a) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.

F. Konsep Dan Strategi Penilaian Hasil Belajar


1. Metode dan instrumen penilaian
Berbagai metode dan instrumen baik formal maupun nonformal digunakan
dalam penilaian untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan
menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan
setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik

22
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah
melakukan penilaian informal terhadap performansi peserta didik tersebut.
Penilaian proses formal merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang
dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan
peserta didik. Penilaian ini disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan
untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.

2. Komponen Penilaian Hasil Belajar


a. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakangagama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
10) Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan
pendidikan peserta didik
b. Karakteristik Penilaian
1) Belajar Tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya,
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan
hasil yang baik.
2) Otentik
Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik
harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Penilaian
otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi
lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3) Berkesinambungan

23
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantauproses, kemajuan, dan
perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai
jenis ulangan secara berkelanjutan.
4) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya,
tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan masing- masing.
5) Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

G. Jenis-jenis Instrumen Evaluasi


1. Instrumen Evaluasi Bentuk Tes
Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum
digunakan dalam kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang
terbaik dan tepat untuk beberapa tujuan. Jenisnyajuga bermacam-macam. Misalnya
tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat
(aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test), dan tes penempatan (placement test).
Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu
bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).

2. Instrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes


Hasil dari satu proses pembelajaran mencakup tidak hanya aspek kognitif, tapi juga
aspek afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat
berupa pengetahuan teoritis, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat
diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan
menggunakan tes perbuatan. Sedangkan, hasil belajar berupa perubahan sikap hanya
dapat diukur dengan teknik non-tes.
Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika ingin mengetahui kualitas
proses dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif,
seperti sikap, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen
evaluasi jenis non-tes adalah observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.

24
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penjabaran pada makalah ini dapat ditarik simpulan bahwa penilaian dan
evaluasi pada bidang apa pun, dilakukan dengan menggunakan prosedur dan
instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur penilaian yang
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan perlakuan yang adil
pada peserta didik. Hal tersebut juga mempertimbangkan waktu, tempat, dan
karakteristik yang dimiliki setiap peserta didik.
Langkah-langkah pokok dalam evaluasi pembelajaran yaitu mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi, pengolahan dan analisis data,
serta pelaporan hasil evaluasi. Perencanaan evaluasi pembelajaran, pada umumnya
mencakup kegiatan-kegiatan seperti analisis kebutuhan evaluasi pembelajaran,
menentukan tujuan penilaian, mengidentifikasi hasil belajar, menyusun kisi-kisi dan
mengembangkan draf instrumen,  serta menganalisis dan merakit soal (instrumen
baru). Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi
sesuai dengan perencanaan. Sedangkan monitoring dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang
telah ditetapkan atau belum, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan
evaluasi. Pada pengolahan dan analisis data terdapat empat langkah pokok yaitu yang
pertama memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh peserta didik.
Selanjutnya mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu.
Langkah ketiga mengonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau
angka kemudian analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui  tingkat kesukaran
soal. Langkah selanjutnya yaitu pelaporan hasil evaluasi melalui laporan kemajuan
belajar peserta didik.
Jenis-jenis instrumen pengukuran ada tiga yaitu pengukuran ranah kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (sikap dan nilai), serta ranah psikomotorik. Jenis
instrumen penilaian dan evaluasi ada dua yaitu bentuk tes dan non-tes. Jika dilihat
dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes
tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian
(essay) dan bentuk objektif (objective). Sedangkan, hasil belajar berupa perubahan
sikap hanya dapat diukur dengan teknik non-tes. Instrumen evaluasi jenis non-tes
dapat digunakan jika ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu
pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat,
motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah
observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.

B. Saran
Dengan mengetahui kegiatan penilaian dan evaluasi, diharapkan dapat
membantu memberikan pengetahuan kepada guru agar bisa memahami kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki peserta didik, termasuk metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran apakah sudah tepat atau belu

25
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinarbaru.
Taufik, A. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problema Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
Zainal, A. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

26

Anda mungkin juga menyukai