Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PENDEKATAN SAINTIFIC”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dra. Sularmi, M.Pd

Disusun oleh :

1. Isvana Munawaroh (K7120143)


2. Ginari Almar Atus Ghaniy (K7120108)
3. Yunita Dwi Ardianti (K7120277)

Kelas 3B

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pendekatan Saintific ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan Dr. Sularmi, M.Pd pada mata kuliah Inovasi Pembelajaran. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pendekatan saintific bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sularmi, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Inovasi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Surakarta, 15 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………4
1.1 Latar Belakang………………………………………………….5
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………..5
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… .6
A. Pengertian Pendekatan santific...............…………………..6
B. Konsep Pendekatan Santific................…………………….7
C. Kriteria Pendekatan saintific.................................................9
D. Langkah-Langkah pendekatan saintific................................11
E. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan saintific.................14

BAB III PENUTUP………………………………………………………..17

A. Simpulan.………………………………………………………17

B. Saran…………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik,


bukan kepada guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan saintifik berisikan proses
pembelajaran yang didesain agar peserta didik mengalami belajar secara aktif melalui
suatu tahapan-tahapan.

Pendekatan saintifik diperkenalkan pertama kali dalam dunia pendidikan di Amerika


sejak abad ke-19, pendekatan ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum dalam
memperbaiki proses pembelajaran. Pendekatan saintifik juga dikenal sebagai pendekatan
ilmiah. Pendekatan saintifik ini lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional.

Pendekatan saintifik ini suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur
yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari
sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah. Pendekatan saintifik ini sudah mencakupdidalamnya
komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
menciptakan. Komponen-komponen ini harus dimunculkan saat setiap pembelajaran,
agarsiswa dapat berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dikelasmaupun diluar
kelas.

Pendekatan saintific pembelajaran di SD/MI pada kelas tinggi sangat penting, karena
guru lebih mudah melakukan penilaian dan siswa juga lebih mudah memahami
pembelajaran.

Maka dari itu makalah ini kami buat agar kita mengetahui dan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan saintific?
2. Apa saja tujuan dari pendekatan saintific?
3. Apa saja langkah-langkah pendekatan saintific?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan pendekatan saintific?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang diharapkan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pendekatan saintific
2. Untuk mengetahui tujuan dari pendekatan saintific
3. Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah pendekatan saintific
4. Untuk mengetahui apa kekurangan dan kelebihan dari pendekatan saintific

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui dan memahami pendekatan saintific dalam suatu pembelajaran
2. Mampu menerapkan langkah-langkah pendekatan saintific dalam
pembelajaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Saintific


Pengertian secara Istilah pendekatan scientific merupakan proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa yang mana tujuannya agar peserta
didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui beberapa tahapan
seperti, mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, kemudian menarik kesimpulan serta
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang telah ditemukan (Sufairoh,
2016). Secara konseptual, pendekatan scientific dianggap lebih unggul daripada
konsep eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK) karena pendekatan scientific
mendorong siswa untuk aktif mengamati, menanya, mencari data melalui eksperimen,
menyimpulkan menggunakan penalaran, dan mengkomunikasikan hasil temuannya.
Pendekatan scientific adalah pendekatan yang berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan bersifat pada kira-kira,
khayalan atau dongeng (Akhyar H. M. Tawil, 2014).
Pendekatan scientific ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum
untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam
langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk
siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford,
2008:31). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di
Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan
ada juga yang menjadikan sebagai metode. Namun, karakteristik dari pendekatan
scientific ini tidak berbeda dengan metode scientific. Menurut Nur (dalam Ibrahim,
2010:3), pendekatan atau metode scientific adalah pendekatan atau metode untuk
mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan jalur
pengamatan. Adapun wujud operasional dari pendekatan scientific adalah
penyelidikan ilmiah. Penyelidikan ilmiah ini didefinisikan sebagai usaha sistematik
untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau pertanyaan. Dengan demikian, ciri
khas pendekatan scientific adalah pemecahan masalah melalui penalaran dan
pengamatan. Lebih rinci dalam Permendiknas No. 81a (2013:35) disebutkan lima

6
kegiatan pembelajaran dalam pendekatan scientific yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh definisi pendekatan scientific yaitu
titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang berbasis
penyelidikan ilmiah. Adapun proses pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah
diwujudkan dalam usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas suatu
permasalahan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

B. Konsep Pendekatan Saintific


Pendekatan saintific merupakan bagian dari pendekatan pedagogis yang
menerapkan metode ilmiah dalam pembelajaran di kelas. Pengertian penerapan
pendekatan saintific tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi
siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir siswa sehingga dapat
mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Menurut majalah Forum
Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004, sebagaimana dikutip
Wikipedia, pendekatan saintific mencakup strategi pembelajaran yang
mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji
secara ilmiah dengan kemampuan bervariasi. Selain itu, penerapan pendekatan
saintific membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintific menurut Hosnan, 2014
adalah  (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi peserta didik. (2) untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. (3) terciptanya kondisi pembelajaran
dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. (4)
diperolehnya hasil belajar yang tinggi (5)  untuk melatih peserta didik dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah (6) untuk
mengembangkan karakter peserta didik (Hosnan, 2014).
Terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan saintific.
Pertama, belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau
belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar
berpusat pada siswa, adanya assessment yaitu pengukuran kemajuan belajar siswa
dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar. Kedua, keberagaman,

7
mengandung makna pendekatan saintific mengembangkan pendekatan keragaman.
Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk
keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta
konteks. Ketiga, metode ilmiah, yaitu teknik merumuskan pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan.
Menurut Hosnan, 2014 terdapat beberapa prinsip pendekatan saintific dalam
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa,
2. Pembelajaran membentuk student self concept,
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip,
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir
siswa,
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru,
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi,
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. ( Hosnan,2014 : 37)

Penerapan metode ilmiah mencakup aktivitas yang dapat diobservasi, seperti


mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut: (1) merumuskan
pertanyaan, (2) merumuskan latar belakang penelitian, (3) merumuskan hipotesis, (4)
menguji hipotesis melalui percobaan, (5) menganalisis hasil penelitian dan
merumuskan simpulan, serta (6) jika hipotesis terbukti benar, maka dapat dilanjutkan
dengan pelaporan; sebaliknya jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian,
maka dilakukan pengujian kembali.
Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta
dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai sehingga
kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir
ilmiah. Informasi baru digali untuk menjawab pertanyaan. Karena itu, penguasaan
teori menjadi dasar untuk menerapkan metode ilmiah. Dengan menguasi teori, siswa

8
dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, dan memandu
perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu,
teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan
mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.

C. Kriteria Pendekatan Saintific


Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan saintific harus dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan saintific. Pendekatan ini bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang
suatu kebenaran. Menurut Daryanto (2014), proses pembelajaran harus dilaksanakan
dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Sebuah proses
pembelajaran yang dikelola oleh seorang tenaga pendidik dapat disebut ilmiah bila
proses pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut.
1. Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan tenaga pendidik, respons peserta didik, dan interaksi edukatif tenaga
pendidik-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat
dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain
dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons
substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.

9
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah
yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal
berpikir kritis.

1. Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya


bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi
yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini
sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif
biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari.
Namun demikian, intuisi sama sekali menafikkan dimensi alur pikir yang
sistemik.
2. Akal sehat. Tenaga pendidik dan peserta didik harus menggunakan akal sehat
selama proses pembelajaran karena memang hal itu dapat menunjukkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika tenaga
pendidik dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat
pula menyesatkannya dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata
atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan
seseorang (tenaga pendidik, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi
pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya,
seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah
yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau
pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika
diolah secara baik. Sebaliknya, akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap
tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif.
4. Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud
atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan
yang ditemukan dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak
memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Jika terpaksa dilakukan,
tindakan coba-coba harus disertai dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai
dengan menemukan kepastian jawaban.
5. Asal berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ada pada semua orang, khususnya
mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran

10
kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang berpendidikan tinggi. Orang seperti
ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil
pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil
eksperimen yang valid dan reliabel karena pendapatnya itu hanya didasari atas
pikiran logis.

Ada perbedaan signifikan antara pembelajaran yang dilakukan dengan


pendekatan saintific dan nonsaintific. Pembelajaran dengan pendekatan saintific
mempunyai perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen hasil belajar yang konsisten dan
dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, atau terbuka untuk
dibuktikan kembali. Di sisi lain, pembelajaran dengan pendekatan nonsaintific,
walaupun belum tentu salah, kemunculannya tidak terprogram sehingga keberhasilan
pembelajaran tidak dapat didiagnosis melalui penilaian hasil belajar dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

D. Langkah-langkah Pendekatan Saintific


Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada ranah sikap mengandung substansi agar
peserta didik “tahu mengapa.” Ranah pengetahuan mengandung agar peserta didik
“tahu apa”. Sedangkan pada ranah keterampilan, agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Dari itu semua maka, hasil akhir dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah meningkatnya atau seimbangnya antara kemampuan untuk menjadi manusia
yang baik (soft skill) dan manusia yang cakap atau berpengetahuan (hard skill).
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimulai dengan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan yang terakhir
mengkomunikasikan. Lima langkah tersebut, haruslah melalui beberapa kegiatan
belajar, yakni:
1. Mengamati
Kegiatan ini dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya penemuan
data. Mengutip dari Patton, Andayani menyatakan “Tujuan pengamatan adalah
mendeskripsikan setting yang dipeljari, aktivitasaktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
prespektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut”. Oleh
karenanya, kegiatan belajar pada tahap ini seorang pendidik harus memfasilitasi
peserta didiknya untuk melakukan pengamatan dengan atau tanpa alat. Adapun

11
kegiatan mengamati ini adalah dengan membaca, mendengar, menyimak, atau
melihat (dengan atau tanpa alat). Dengan begitu, peserta didik dilatih untuk
bersungguh-sungguh, teliti, serta mencari informasi untuk memecahkan
permasalahan.
2. Menanya
Sedangkan kegiatan belajar pada tahap ini adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Adapun
kompetensi yang dikembangkan adalah kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis akan perlunya hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, kegiatan menanya ini
merupakan tindak lanjut dari mengamati dengan tujuan mendapatkan informasi
tambahan. Sehingga, peserta didik pun menjadi lebih kritis.
3. Mengumpulkan informasi
Pada langkah ini dilakukan dengan cara, membaca sumber lain (selain buku
teks), mengamati objek atau kejadian, juga wawancara dengan sumber yang
berkaitan. Sedangkan, kompetensi yang dikembangkan adalah sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan dalam berkomunikasi dan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, selain itu juga
mengembangkan kebiasaan belajar. Sehingga, pada tahap ini peserta didik
menjadi lebih banyak tahu dengan hal-hal yang baru dan berhubungan dengan apa
yang dibutuhkan.
4. Mengasosiasikan atau mengolah informasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata asosiasi bisa berarti pembentukan
hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra.
Sedangkan, mengasosiasikan berarti menautkan sesuatu pada orang atau barang
lain. Adapun langkah pembelajaran mengasosiakan ini dilakukan dengan kegiatan
pembelajaran mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan informasi (langkah pembelajaran ketiga) maupun
hasil dari kegiatan mengamati (langkah pembelajaran kedua).
Pengolahan informasi yang dikumpulkan melalui langkah keempat ini bersifat
menambah keluasan dan kedalaman. Sampai pada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

12
berbeda sampai pada pendapat yang bertentangan. Kompetensi yang
dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan .
5. Mengkomunikasikan
Pada langkah yang terakhir ini peserta didik menyampaikan hasil dari
pengamatan. Dengan kata lain, peserta didik menyampaikan kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, ataupun media lainnya. Oleh
karena itu, kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar. Kesimpulannya, pada tahap ini peserta didik dilatih untuk menyusun
ucapan atau tulisan untuk mengkomuinikasikan hasil dari semua yang didapat.

E. Kelebihan dan Kekurangan


Dilihat secara rinci, maka kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik secara
khusus atau dilihat dari masing-masing langkah pembelajaran adalah:

No Langkah Kelebihan Kekurangan


1. Mengamati  Peserta didik dapat  Pendidik memerlukan
menemukan fakta persiapan yang matang
dengan sendirinya agar apa yang disajikan
 Menjadikan peserta untuk diamati sampai
didik lebih teliti dan pada maksud yang
sungguhsungguh diinginkan
dalam mencari
informasi
2. Menanya  Membentuk  Tidak semua peserta
pemikiran yang didik mempunyai
kritis keberanian untuk
 Mendorong peserta bertanya.
didik untuk berani  Pendidik harus siap
bertanya. dengan segala
 Peserta didik pertanyaan tak terduga

13
mendapatkan info
atau jawaban dari
apa yang kurang
dipahami.
3. Mengumpulkan  Mendorong peserta  Memerlukan waktu
informasi atau didik untuk lebih yang agak lama untuk
eksplorasi aktif dalam mencari mendapatkan jawaban.
sumber lain (selain
buku)
 Peserta didik
mendapatkan
jawaban dari apa
yang dipertanyakan
dengan usahanya
sendiri.
4. Mengasosiasi atau  Melatih peserta  Informasi yang
mengolah informasi didik untuk lebih diperoleh peserta didik
teliti dalam megolah terkadang kurang sesuai
data yang atau kurang tepat.
diperolehnya.
 Meningkatkan
kemampuan dalam
hubungan sebab
akibat.
 Pengetahuan yang
dihasilkan lebih
mendalam dan luas.
5. Mengkomunikasika  Menumbuhkan  Tidak semua peserta
n keberanian dalam didik siap
mengemukakan mengemukakan
pendapat atau hasil pendapat di depan.
kerja.  Pendapat yang
 Mengembangkan disampaikan terkadang
kemampuan tidak jelas.

14
berbahasa.
 Mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
dengan singkat,
padat, dan jelas.
Melihat penjelasan itu semua maka dapat disimpulkan kelebihan dan kelemahan
dari implemantasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran secara umum adalah sebagai
berikut

1. Mendorong atau melatih peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
2. Mengembangkan kreatifitas berfikir atau menjadikan peserta didik berinovasi saat
pembelajaran berlangsung.
3. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide.
4. Penilaian hasil akhir dari pembelajaran didapat dari semua aspek, tidak sebatas
pengetahuan saja. Oleh karenanya, pembelajaran dengan pendekatan saintifik
diharapkan menjadikan peserta lebih berkarakter baik dan berpengatuhuan.
5. Karena proses pembelajarannya berpusat pada pesera didik dan dengan praktek secara
langsung maka, pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan lebih melekat dalam
ingatan.
6. Mendorong pendidik untuk meningkatkan kualitasnya dalam penerapan pendekatan
saintifik.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari pendekatan saintifik dalam pembelajaran


adalah memerlukan waktu yang relatif lama juga persiapan yang matang agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

15
BAB III
PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik,
bukan kepada guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan saintifik berisikan
proses pembelajaran yang didesain agar peserta didik mengalami belajar secara
aktif melalui suatu tahapan-tahapan.

2. Langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik ada 5M, yaitu:


mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi penulisan maupun pemilihan kata. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari para pembaca guna untuk
perbaikan makalah berikutnya. Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna bagi
pendidikan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai