Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN KRITERIA, DASAR PEMBUATAN

KRITERIA DAN CARA MENYUSUN KRITERIA


EVALUASI BELAJAR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Rani Febriyanni, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1) Fadilah
2) Rahmat Hidayat

Semester : VI – PAI A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Pengertian
Kriteria, Dasar Pembuatan Kriteria dan Cara Menyusun Kriteria Evaluasi
Belajar” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Ibu Rani Febriyanni, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Tanjung Pura, 17 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Pengertian Kriteria........................................................................... 2
B. Dasar Pembuatan Kriteria................................................................ 3
C. Cara Penyusunan Kriteria Evaluasi Belajar .................................... 5

BAB III PENUTUP......................................................................................... 10


A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program adalah realisasi dari suatu kebijakan. Sedangkan evaluasi program
adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, atau dengan kata
lain, untuk mengetahui implementasi dari suatu kebijakan. Dengan demikian,
kegiatan evalugsi program mengacu pada tujuan, atau dengan Kata lain, tujuan
tersebut dijadikan ukuran keberhasilan.
Pertanyaannya, apakah perbedaan antara evaluasi program dengan penelitian?
Atau bagaimana perbandingan antara evaluasi. dengan penelitian? Di depan sudah
disinggung secara singkat persamaan dan perbedaan antara penelitian dengan
evaluasi program. Perbedaan yang sangat mencolok terletak pada arah
kegiatannya. Evaluasi program mempunyai ukuran keberhasilan, yang dikenal
dengan istilah kriteria. Dikarenakan dalam evaluasi program kedudukan kriteria
sangat penting maka perlu dibicarakan secara mendalam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kriteria?
2. Bagaimana pembuatan kriteria?
3. Bagaimana cara penyusunan kriteria evaluasi belajar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kriteria.
2. Untuk mengetahui pembuatan kriteria.
3. Untuk mengetahui cara penyusunan kriteria evaluasi belajar?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriteria
Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata tolak ukur,
atau standar. Dari nama-nama yang digunakan tersebut dapat segera dipahami
bahwa kriteria, tolak ukur atau standar adalah sesuatu yang digunakan sebagai
patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. Kriteria atau standar dapat
disamakan dengan “takaran”. Jika untuk mengetahui berat beras digunakan
timbangan, panjangnya benda yang digunakan adalah meteran maka, kriteria atau
tolak ukur digunakan untuk menakar kondisi objek yang dinilai. 1
Tentang batas yang ditunjuk oleh kriteria sebagian orang mengatakan
bahwa tolak ukur adalah “batas atas”, artinya batas maksimal yang harus dicapaI.
Sementara orang lainnya mengatakan bahwa tolak ukur atau kriteria adalah batas
bawah, yaitu batas minimal yang harus dicapai. Dengan itu dapat disimpulkan
bahwa kriteria atau tolak ukur itu bersifat jamak, karena menunjukkan batas atas
dan batas bawah, sekaligus batas-batas diantaranya. Dengan demikian kriteria
menunjukkan gradasi atau tingkatan dan ditunjukkan dalam bentuk kata keadaan
atau predikat.
Permasalahan kriteria evaluasi kurikulum adalah aturan tentang bagaimana
menentukan peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai,
agar data yang diperoleh dapat dipahami oleh orang lain dan bermakna dalam
pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan lebih lanjut. Jika
evaluator tidak berniat membuat kriteria khusus sebaiknya menggunakan kriteria
yang sudah lazim yang dikenal oleh umum misalnya skala 1 sampai 10 atau skala
1 sampai 100.
Kriteria atau tolak ukur perlu dibuat oleh evaluator karena evaluator terdiri
dari beberapa orang yang memerlukan kesepakatan di dalam menilai. Selain
alasan sederhana tersebut, ada beberapa alasan lain yang lebih luas dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan, yaitu:2

1
Suharsimi Arikunto dan Abdul Jabar, Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 76
2
Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT. Remaja Rosdakary, 2009), h. 103

2
1. Evaluator dapat lebih mantap dalam melakukan penilaian terhadap objek yang
akan dinilai karena ada patokan yang diikuti.
2. Dapat digunakan untuk menjawab atau mempertanggung jawabkan hasil
penilaian yang sudah dilakukan, jika ada orang yang ingin menelusuri lebih
jauh atau ingin mengkaji ulang.
3. Untuk mengekang masuknya unsur subjektif yang ada pada diri penilai.
Dengan adanya kriteria maka dalam melakukan evaluasi, evaluator dituntun
oleh kriteria, mengikuti butir demi butir, tidak mendasarkan diri atas pendapat
pribadi (yang mungkin sekali “dikotori” oleh seleranya).
4. Hasil evaluasi akan sama meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda dan
dalam kondisi fisik penilai yang berbeda pula. Misalnya penilai sedang dalam
kondisi badan yang masih segar atau dalam keadaan lelah hasilnya akan sama.
5. Memberikan arahan kepada evaluator apabila banyaknya evaluator lebih dari
satu orang. Kriteria atau tolak ukur yang balk akan ditafsirkan sama oleh siapa
saja yang menggunakannya.

B. Dasar Pembuatan Kriteria


Yang dimaksud dengan istilah "dasar" dalam pembuatan standar atau kriteria
adalah sumber pengambilan kriteria secara keseluruhan. Dengan pengertian
bahwa kriteria adalah suatu ukuran yang menjadi patokan yang harus dicapai
maka kriteria tersebut harus “top” kondisinya. Timbul pertanyaan, dari manakah
yang "top" itu diambil? Mengingat banyaknya Objek yang diukur dan dengan
harapan serta kondisi yang berbeda-beda muka ada beberapa sumber pembuatan
kriteria. Kriteria atau tolok ukur sebaiknya dibuat bersama, dan sebaiknya dibuat
Oleh orang-orang yang akan menggunakannya, yaitu calon evaluator, dengan.
maksud agar pada waktu menerapkannya tidak ada masalah karena mereka sudah
memahami, bahkan tahu apa yang melatarbelakanginya. 3
1. Sumber Pertama
Apabila yang dievaluasi merupakan suatu implementasi kebijakan maka
yang dijadikan sebagai kriteria atau tolok ukur adalah peraturan atau ketentuan
yang sudah dikeluarkan berkenaan dengan kebijakan yang bersangkutan.

3
Rukajat Ajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 106

3
Apabila penentu kebijakan tidak mengeluarkan ketentuan secara khusus maka
penyusun kriteria menggunakan ketentuan yang pernah berlaku umum yang
sudah dikeluarkan oleh pengambil kebijakan terdahulu dan belum pernah
dicabut masa. berlakunya.
2. Sumber Kedua
Dalam mengeluarkan kebijakan biasanya disertai dengan buku pedoman
atau petunjuk pelaksanaan Juklak). Di dalam juklak tertuang informasi yang
lengkap, antara lain dasar pertimbangan dikeluarkannya kebijakan, prinsip,
tujuan, Sasaran, dan rambu-rambu pelaksanaannya. Butir-butir yang tertera di
dalamnya, terutama dalam tujuan kebijakan, mencerminkan harapan dari
kebijakan. Oleh karena itu, pedoman atau petunjuk pelaksanaan itulah yang
distatuskan sebagai sumber kriteria.
3. Sumber Ketiga
Apabila tidak ada ketentuan atau petunjuk pelaksanaan yang dapat
digunakan Oleh penyusun sebagai sumber kriteria maka penyusun
menggunakan konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku-buku ilmiah.
4. Sumber Keempat
Tidak ada ketentuan, peraturan atau petunjuk pelaksanaan, dan juga tidak
ada teori yang diacu, penyusun disarankan untuk menggunakan hasil
penelitian. Dalam hal ini sebaiknya tidak langsung mengacu pada hasil
penelitian yang baru saja diselesaikan seorang peneliti (apalagi peneliti
pemula), tetapi disarankan sekurang-kurangnya hasil penelitian yang sudah
dipublikasikan atau diseminarkan. Jika ada, yang sudah disajikan kepada
orang banyak, yaitu disimpan di perpustakaan umum.
5. Sumber Kelima
Apabila penyusun tidak menemukan acuan yang tertulis dan mantap, dapat
minta bantuan pertimbangan kepada orang yang dipandang mempunyai
kelebihan dalam bidang yang sedang dievaluasi sehingga terjadi langkah yang
dikenal dengan expert judgment.
6. Sumber Keenam
Apabila sumber acuan tidak ada, sedangkan ahli yang dapat diandalkan
sebagai orang yang lebih memahami masalah dibanding penyusun juga sukar

4
dicari atau dihubungi maka penyusun dapat menentukan kriteria secara
bersama dengan anggota tim atau beberapa orang yang mempunyai wawasan
tentang program yang akan dievaluasi. Perbedaan cara ini dengan expert
judgment adalah bahwa. seorang expert tentunya memiliki keahlian yang
menonjol, sedangkan kelompok yang diundang dalam diskusi ini tidak harus
yang sangat mempunyai kemampuan lebih. Kriteria atau tolok ukur yang
tersusun dari diskusi ini merupakan hasil kesepakatan kelompok.
7. Sumber Ketujuh
Dalam keadaan yang sangat terpaksa karena acuan tidak ada, ahli juga
tidak ada, sedangkan untuk menyelenggarakan diskusi terlalu sulit maka jalan
terakhir adalah melakukan pemikiran sendiri. Dalam hal ini penyusunan
kriteria atau tolok ukur hanya mengandalkan akal atau nalar penyusun sendiri.
Sebagai dasar untuk menyusun kriteria yang akan digunakan dalam
mengevaluasi program. Jika ternyata sesudah digunakan dalam mengevaluasi
masih menjunjung kesulitan, penyusun harus meninjau kembali dan wajib
memperbaikinya berkali kali sampai mencapai suatu4 rumusan yang sesuai
dengan kondisi yang diinginkan.5

C. Cara Penyusunan Kriteria Evaluasi Belajar


Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan
evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah- langkah sebagai berikut:6
a. Menentukan Tujuan Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi seorang guru harus mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi, misalnya untuk mengetahui
penguasaan peserta didik dalam kompetensi atau sub kompetensi tertentu
setelah mengikuti proses pembelajaran. Dapat pula evaluasi tersebut yang
bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik. Tujuan evaluasi
tersebut harus jelas sehingga dapat memberikan arah dan lingkup
pengembangan evaluasi selanjutnya.

4
Ibid, h. 108
5
Kasman, Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. (Jurnal Pendais. Vol 3. No.1, 2021), h.
74
6
Arikunto Suharsimi dan Cepi Safrudin, dkk, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010), h. 96

5
Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan
evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka
evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat
mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
b. Penyusunan Kisi-kisi Soal
Kisi-kisi soal dikenal pula dengan nama test blue-print atau table of
specification. Pada intinya, kisi-kisi ini diperlukan sebelum seseorang yang
menyusun suatu tes kisi-kisi adalah suatu deskripsi mengenai ruang lingkup
dan isi apa yang diujikan, serta memberikan perincian mengenai soal-soal
yang diperlukan dalam mengevaluasi.
Penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat
menghasilkan alat ukur tes yang baik. Penulisan soal adalah penulisan
indikator jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian dalam kisi-kisi.
Dengan demikian setiap pernyataan atau butir-butir soal perlu dibuat
sedemikian rupa sehingga jelas pula jawaban apa yang dituntut. Mutu setiap
butir soal akan menentukan mutu secara keseluruhan.
Setelah diketahui ruang lingkup pelajaran yang akan dinilai dan
evaluasi disusunlah bagan perincian, yaitu suatu bagan yang merupakan
pedoman dalam penyusunan alat evaluasi selanjutnya. Dalam penyusunan
bagian perincian perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Pokok bahasan bidang studi atau bidang studi atau mata pelajaran yang
akan dinilai.
2. Taraf-taraf penguasaan aspek-aspek yang akan diukur kognitif
(ingatan/recall, pemahaman/comprehension, penerapan/application),
afektif dan psikomotor.
3. Jumlah item yang akan di susun beserta alat evaluasi yang akan
dipergunakan.
4. Jumlah item setiap aspek dari setiap pokok bahasan. Besarnya ditentukan
oleh guru berdasarkan tingkat penguasaan atau aspek-aspek yang akan
dinilai. jumlah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut.
c. Telaah atau Review dan Revisi Soal

6
Langkah ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena
seringkali kekurangan yang terdapat pada suatu soal tidak terlihat oleh penulis
soal. Review dan revisi soal ini idealnya dilakukan oleh orang lain yang
berkompeten (bukan si penulis soal) dan terdiri dari suatu tim peneliti yang
terdiri dari ahli-ahli bidang studi, pengukuran dan bahasa.
Setelah selesai menyusun soal, selanjutnya harus menelaah soal-soal
yang telah dibuat. Dengan menelaah soal berarti sudah menganalisis soal
tersebut secara kualitatif. Telaah soal meliputi hal-hal berikut: materi,
kontruksi, dan bahasa.
d. Uji coba ( Try out)
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan
informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut
segala, hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti tingkat kesukaran
soal, pada jawaban, tingkat daya, pembeda soal, pengaruh budaya, bahasa
yang dipergunakan, dan sebagainya.
e. Penyusunan Soal
Agar skor yang diperoleh dapat dipercaya, diperlukan banyak butir
soal. Sebab itu dalam penyajian butir-butir soal perlu disusun menjadi suatu
alat ukur yang terpadu titik hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas tes
seperti urutan nomor soal, pengelompokan bentuk-bentuk soal, kalua dalam
suatu perangkat tes terdapat lebih dari satu bentuk soal, “tata layout” soal dan
sebagainya haruslah diperhatikan dalam penyusunan soal menjadi sebuah tes.
Ada beberapa yang harus diperhatikan:
1. Perletakan soal dengan soal yang lainnya, jangan sampai membuat siswa
menebak-nebak jawabannya.
2. Perintah pengerjaan soal tertulis secara rinci, jelas, lengkap dan tidak
mempersulit siswa.
3. Layout soal yang diliputi jenis huruf, spasi, ukuran kertas dan sejenisnya
harus disesuaikan dengan usia siswa.

7
f. Penyajian Tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) diberikan atau disajikan kepada
peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian teks ini adalah
waktu penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara menjawab atau
mengerjakan tes, ruangan dan tempat duduk peserta didik. Pada prinsipnya,
hal-hal yang menyangkut segi administrasi penyajian teks harus diperhatikan
sehingga evaluasi dapat terselenggara dengan benar dan baik.
g. Scoring (Pemeriksaan)
Scoring atau pemeriksaan terhadap lembar jawaban dan pemberian
angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi kualitatif dari
masing-masing peserta didik. Pada prinsipnya, scoring ini harus diusahakan
agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya, apabila scoring dilakukan oleh
dua atau lebih yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau
angka yang sama. Atau jika orang yang sama mengenai proses
pengscoran/pemeriksaan , akan dihasilkan skor yang sama.
h. Pengolahan Hasil Tes
Setelah dilakukan scoring, hasilnya perlu dipilah dengan mencari
konversi nilai. Dalam proses konvensi ini adalah norma dan ada pula skala,
yaitu normal relatif dan penilaian acuan norma (PAP) dan norma mutlak
dengan penilaian acuan patokan (PAP), masing-masing dengan skala 5 (A, B,
C, D, E) skala 9 (1-9) skala 11 (1-11), skala 100, skala z score, skala T score.
Kemudian dilakukan prosedur statistik mencari ranking (rank order), mean,
media. Modus dan mode.
i. Pelaporan Hasil Tes
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan scoring, hasil pengetesan
tersebut perlu dilaporkan laporan tersebut dapat diberikan kepada peserta didik
yang bersangkutan. Kepada orang tua peserta didik, kepada kepala sekolah,
dan sebagainya. Laporan kepada masing-masing yang berkepentingan dengan
hasil tes ini sangat penting karena dapat memberikan informasi yang sangat
berguna dalam rangka menentukan kebijaksanaan selanjutnya.
Laporan hasil penilaian tersebut harus diketahui oleh siswa yang
melakukan penilaian guru untuk mendapat umpan balik terhadap

8
pembelajaran yang telah dilakukan. Pihak sekolah untuk mengetahui mutu
pembelajaran yang telah dilaksanakan guru-guru dan juga orang tua sebagai
stakeholder dari jasa yang ditawarkan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan.

j. Pemanfaatan Hasil Tes


Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian sangat berguna sesuai
dengan tujuan ujian. Informasi atau data hasil pengukuran dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem proses atau kegiatan belajar-
mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan
kebijakan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena
tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.
Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur
tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari
norma kelompok serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang
memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.
Istilah kriteria dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata tolak ukur,
atau standar. dari nama-nama yang digunakan tersebut dapat segera dipahami
bahwa kriteria, tolak ukur, atau standar, adalah sesuatu yang digunakan sebagai
patokan atau batas minimal untuk seesuatu yang diukur.
Permasalahan kriteria evaluasi kurikulum adalah aturan tentang bagaimana
menentukan peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai,
agar data yang diperoleh dapat dipahami oleh orang lain dan bermakna dalam
pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan lebih lanjut. Jika
evaluator tidak berniat membuat kriteria khusus sebaiknya menggunakan kriteria
yang sudah lazim yang dikenal oleh umum misalnya skala 1 sampai 10 atau skala
1 sampai 100.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan dari para
pembaca, guna memotivasi kami untuk menjadi lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ajat, Rukajat, 2018, Teknik Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish.

Arikunto, Suharsimi dan Abdul Jabar, Safruddin, 2007. Evaluasi Program


Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kasman, 2021. Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Pendais. Vol 3. No.1

Rukajat, Ajat. 2018, Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish

Suharsimi, Arikunto dan Cepi Safrudin, dkk, 2010. Evaluasi Program


Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Zainal, Arifin, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

11

Anda mungkin juga menyukai