Disusun Oleh:
1. Alfan Hadzik M (20123136)
2. Aprilia Kartika P (20123264)
3. Aliya Azzahra (20123261)
4. Indah Rahmayani (20123272)
KELAS G
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN
WAHID PEKALONGAN
2024
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan serta kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Tes dan Penyusunan Tes Hasil Belajar” sesuai dengan tugas yang
diberikan. Sholawat serta salam juga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW semoga kita para pengikutnya mendapatkan syafaat di yaumil
akhir nanti. Aamiin.
Dalam makalah ini penulis akan menyajikan pembahasan topik “Tes dan
Penyusunan Tes Hasil Belajar” yang diharapkan memberikan wawasan,
pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca maupun penulis. Aamiin yaa
robbal‘alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………......
i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
1. Tes Tertulis...................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin
juga sekolah informal maupun nonformal, tak terhindar dari pengukuran
(measurement) dan tes. Suatu tes adalah alat pengukuran (measurement)
yang memberi informasi tentang siswa, mungkin juga orang lain, akan
tetapi dalam dunia Pendidikan yang menjadi pokok perhatian adalah
siswa. Terdapat beberapa macam tes dan berdasarkan tes ini para pendidik
memperoleh informasi tentang siswanya kemudian menjadi landasan
untuk mengambil keputusan yang dapat menentukan nasib siswa tersebut.
Dalam proses Pendidikan tes dan pengukuran merupakan factor
sangat perlu diperhatikan karena hasil evaluasi umat diperlukan untuk
menentukan berbagai macam tujuan dan pengambilan Keputusan antara
lain seleksi, penempatan , predidksi, pengembangan kurikulum, perbaikan
proses belajar-mengajar, dan pertanggungjawaban pelaksanaan progam
Pendidikan. Berkaitan dengan bidang Pendidikan, evaluasi secara khusus
bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai tujuan-
tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dan mendiagnosis
kesulitan belajar siswa (Gronlund, 1985). Untuk dapat membuat
Keputusan dengan tepat maka dalam evaluasi dibutuhkan informasi
tentang tujuan-tujuan beljar siswa yang telah dicapai dengan akurat,
relevan, dan komprehensif. Agar informasi yang diperoleh betul-betul
merupakan gambaran kemampuan siswa yang sebenarnya maka
diperlukan instrument pengukuran dan prosedur pelaksanaan pengukuran
yang dapat memperoleh hasil yang berpedoman dengan objektivitas tinggi
karena seringkali kita temukan pengukuran dan pengambilan Keputusan
mengandung subjektivitas disebabkan proses evaluasi merupakan kegiatan
yang terdiri dari kegiatan yang kompleks.
1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tes dan penyusunan tes hasil belajar
2. Batasan tes dan tes hasil belajar
3. Ciri-ciri tes hasil belajar
4. Jenis-jenis tes hasil belajar
5. Penskoran tes hasil belajar
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Tes dan Tes hasil Belajar
2. Mengetahui Batasan Tes dan Tes Hasil Belajar
3. Mengeetahui Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar
4. Mengetahui Jenis-jenis Tes Hasil Belajar
5. Mengetahui Penskronan Tes Hasil Belajar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh)
dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,
sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut)
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memeperoleh sejumlah
materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan
siswa atas materi tersebut.4
Mengajar adalah mengorganisasikan fasilitas dan lingkungan yang
memungkinkan siswa belajar. Mengajar dilakukan untuk mengusahakan
perubahan perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Fasislitas dan lingkungan yang disediakan dalam pembelajaran membuat
siswa belajar. Belajar adalah usaha siswa menimbulkan perubahan
perilaku dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan
mengajar dan belajar menimbulkan perubahan perilaku tertentu dalam
berbagai ranah kejiwaan siswa. Perubahan perilaku sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang terjadi akibat proses bejalar dan mengajar merupakan
hasil belajar.
Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur suatu hasil belajar
yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan
pembelajaran telah dapat dicapai oleh para siswa. Dalam mengukur hasil
belajar, siswa didorong untuk menunjukan penampilan maksimalnya. Dari
penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam jawaban atas TBH dapat
diketahui penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dan dipelajari.
4
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes (Mitra Cendekia:
Yogyakarta, 2008), hlm. 67
4
B. Batasan Tes dan Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan internasional
yang telah ditetapkan. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
(ruang lingkup) harus jelas, dan soal harus dituangkan menjadi satu atau
lebih, butir soal sesuai dengan tuntunan indikator. Tes hasil belajar harus
mengukur secara jelas hasil belajar (learning out comes) yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional.5Tes merupakan salah satu
cara untuk menaksir besarnya Tingkat kemampuan manusia secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap sejumlah stimulus atau
pertanyaan.6
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang
benar. Pertanyaan atau pernyataan tersebut menuntut adanya keharusan
orang yang diuji untuk menjawab dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari orang yang diuji tersebut. Dalam menjawab pertanyaan
atau pernyataan tersebut harus mengikuti aturan-aturan atau petunjuk yang
sudah dirumuskan. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis
untuk mengukur karakteristik orang atau objek tertentu dengan ketentuan
atau cara yang sudah ditentukan.
5
diartikan dengan: tepat, benar, shahih, abash: jadi kata validitas dapat
diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabshahan.
“validitas” merupakan sebuah kata benda, sedangkan “valid” merupakan
kata sifat.Apabila kata valid dikaitkan denga fungsi tes sebagai alat
pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan
secara tepat, secara benar, secara shahih, secara abash dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Dengan kat lain, sebuah tes dikatakan telah
memiliki “validitas” apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih
atau abash telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya
diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
Jadi, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar
tersebut (sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan
secara tepat, benar, shahih atau abash telah dapat mengukur atau
mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik,
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jamgka waktu
tertentu.
Dalam pembelajaran evaluasi pada umumnya orang hanya
mengenak valid untuk alat evaluasi atau instrument evaluasi. Hingga saat
ini belum banyak buku yang menerapkan istilah valid untuk data. Dalam
buku ini dicoba menjelaskan asal pengertian valid untuk data. Sebuah data
atau informasi dapat dikatakan valid apabil sesuai denga keadaan
senyatanya.
Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat
dikatakan bahwa instrument tersebut valid, karena dapat memberikan
gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan
sesungguhnya. Jadi dapat disimpilkan jika data yang dihasilkan oleh
instrument benar dan valid, sesuai dengan kenyataan, maka instrument
yang digunakan tersebut juga valid.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur. Istilah “valid”, sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah
baru yang mulai diperknalkan, yaitu sahih sehingga validitas diganti
6
menjadi keshahihan. 7Walaupun istilah “tepat” belum dapat mencakup
semua arti yang tersirat dalam kata “valid”, dan kata “tepat” kadang-
kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata
“tepat” dalam menerangkan kata “valid” dapat memperjelas apa yang
dimaksud.
b. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability
dalam Bahasa inggris, berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat
dipercaya. Kata realibilitas sering diterjemahkan dengan keajegan (=
stability) atau kemantapan (= consistency). Apabila istilah tersebut
dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur mengenai keberhasilan
belajar peserta didik, maka sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan
reliabel (= reliable) apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subyek yang sama,
senantiasa menunjukan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.
Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah memiliki reliabilitas (= daya
keajegan mengukur) apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para
peserta ujian untuk pekerjaan ujianya, adalah stabil, kapan saja – dimana
saja – dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa prinsip reliabilitas akan
menyangkut pertanyaan: “seberapa jauhkah pengukuran yang dilakukan
secara berulangkali terhadap subjek atau kelompok subyek yang sama,
memberikan hasil-hasil yang relative tidak mengalami perubahan.” Bila
hasil-hasil yang diperoleh selalu sama (setidak-tidaknya mendekati sama),
maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur berupa tes tersebut telah
memiliki reliabilitas yang tinggi. Jadi prinsip reliabilitas menghendaki
adanya keajegan dari hasil pengukuran yang berulang-ulang terhadap
seseorang subyek-subyek yang diukur itu tidak mengalami perubahan-
perubahan.
7
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes (Mitra Cendekia: Yogyakarta,
2008), hlm. 70
7
Guna mengetahui, apakah sebuah tes hasil belajar telah memiliki
reliabilitas yang tinggi ataukah rendah, dapat digunakan tiga jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan single test atau single trial, (2)
pendekatan test retest, dan (3) pendekatan alternateforms.’
c. Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diletahui bahwa
objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan
dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk
memengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada factor subjektif yang memengaruhi. Hal ini
terutama terjadi pada system skoringnya.
Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang
obyektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan “”menurut apa
adanya”. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, maka istilah “apa
adanya” itu mengandung pengertian bahwa materi tes tersebut adalah
diambilkan atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus yang
telah ditentukan. Bahan pelajar yang telah diberikan atau diperintahkan
untuk dipelajari oleh peserat didik itulah yang dijadikan acuan dalam
pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar tersebut. Ditilik dari segi
pemberian skor dan penemuan nilai hasil tesnya, maka dengan istilah “apa
adanya” itu terkandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian
skor dan penentuan nilainya terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang
melekat pada diri penyusun tes.
d. Praktikabilitas
Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar
tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu
a) Bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan yang
banyak atau peralatan yang sulit pengadaanya.
8
b) Lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan
petumjuk mengenai cara mengerjakanya, kunci jawabanya dan
pedoman scoring serta penentuan nilainya.
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis di sini ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak, dan waktu yang lama.
2. Tes Afektif
Tes afektif (sikap) merupakan salah satu aspek dalam penilaian sikap
dan nilai peserta didik,tes ini berkaitasn dengan sikap karakter, minat,
sikap emosi, dan perilaku individu akan diukur dan diperoleh nilai
yang menunjukan kinerja individu tersebut dalam ranah efektif. Tes
afektif ini dapat dilakukan selama siswa melakukan pembelajaran,
seperti dalam prndidikan jasmani. Tes afektif dapat diguanakan secara
non-tes, seperti observasi, skala sikap, dan daftar cek. Untuk
Menyusun instrument penilaian afektif, ada beberapa jenis-jenis tes,
9
salah satunya menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap
kondisi, gejala, kesadaran.
3. Tes lisan
Tes yang dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap antara
guru dan murid. Tes lisan berisi sekumpulan pertanyaan yang di buat
secara terencana, diberikan oleh guru pada peserta didik, yang
memberikan jawaban secara tertulis atau berbicara. Tes lisan bertujuan
untuk menilai kemampuan siswa dalam mengatur dan menyimpulkan
dirinya, memahami dan mengaplikasikan materi yang diberikan, serta
mengkomunikasikan dengan baik. Tes lisan dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu; tes lisan bebas adalah tes lisan yang tidak
menggunakan pedoman yang disiapkan secara tertulis, dan tes lisan
berpedoman adalah tes lisan yang menggunakan pedoman tertulis
tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
10
1. Tes Formatif
Kata formatif berarti membentuk. Tes formatif dimaksudkan sebagai
tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar. Progam atau
pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan
dalam tujuan pembelajaranya.
2. Tes Sumatif
Kata sumatif berarti juamlah atau total.tes ini dimaksudkan sebagai tes
yang digunakan untuk mengetahui penguasa siswa atas semua jumlah
materi yang disampaikan dalam suatu waktu tertentu seperti semester.
Setelah semua materi selesai disampaikan maka evaluasi dilakukan
atas perubahan perilaku yang terbentuk pada siswa tersebut setelah
memperoleh materi pelajaran.
3. Tes Diagnostik
Dalam evaluasi diagnostik, THB digunakan untuk mengidentifikasi
siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah
yang dihadapi. Maka guru dapat mengusahakan pemecahan masalah
yang tepat sesuai dengan permasalahanya.
4. Tes Penepatan
Tes penepatan adalah pengumpulan data TBH yang diperlukan untuk
menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya. Misalnya : siswa sma memperoleh tes penempatan untuk
menempatkan siswa kedalam kelompok ips,ipa atau bahasa.
11
Pelajaran yang dijabarkan dalam kompetensi dasar (KD) dan dalam
Tingkat satuan Pendidikan yakni standar kompetensi lulusan (SKL).
Penskoran tes hasil belajar merupakan salah satu aspek penting
dalam proses evaluasi Pendidikan. Proses ini menentukan nilai yang
diperoleh siswa berdasarkan jawaban mereka pada tes. Nilai tersebut
kemudian digunakan untuk mengukur Tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan.
a) Jenis-jenis penskoran tes
1. Penskoran objektif
Pilihan ganda: setiap jawaban benar diberi skor 1
dan jawaban salah diberi skor 0.
Isian singkat: jawaban siswa dibandingkan dengan
kunci jawabanyang benar
Benar-salah: setiap jawaban benar diberi skor 1 dan
jawaban salah diberi skor 0.
2. Penskoran subjektif:
Uraian: Jawaban siswa dinilai berdasarkan
kelengkapan, ketepatan, dan organisasi jawaban.
Kinerja: Penilaian berdasarkan demonstrasi
ketrampilan atau kemampuan siswa.
12
1. Penskoran Manual: Dilakukan secara manual oleh guru
atau pemeriksa.
2. Penskoran Mesin: Dilakukan de gan menggunakan
mesin penskor tes.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang
perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh
testee. Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memeperoleh sejumlah
materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan
siswa atas materi tersebut.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang
lingkup) harus jelas, dan soal harus dituangkan menjadi satu atau lebih,
butir soal sesuai dengan tuntunan indicator. soal harus sesuai dengan
indikator, isi materi yang ditanyakan sudah sesuai denga jenjang, jenis
sekolah, atau tingkat sekolah. Tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai
tes yang baik apabila mempunyai 5 ciri yaitu, validitasi, reliabilitas,
objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Tes hasil belajar terdapat empat
jenis yaitu, tes tertulis, tes afektif, tes lisan dan tes perbuatan. Untuk
penskoran tes hasil belajar sendiri merupakan aspek paling penting dalam
evaluasi pendidikan proses ini menentukan nilai yang diperoleh siswa
berdasarkan jawaban mereka pada tes. Didalam penskoran terdapan dua
jenis jenis tes hasil belajar yang meliputi objektif dan subjektif,dan juga
memiliki prinsip-prinsip tes hasil belajar yaitu penskoran objektif dan
penskoran subjaktif.
13
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki,
baik dari tulisan maupun bahasan yang kami gunakan, oleh karena itu
kamu mohon saran, kritik dan bimbingan yang membangun dari berbagai
pihak, baik dari bapak dosen maupun teman-teman agar kami bisa
membuat makalah lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi wawasan untuk kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
Denis, G., Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes hasil Belajar, Evaluasi:
Jurnal Evaluasi Pendidikan IPS, 2018.
https://www.researchgate.net/publication/356412155_Teknik_Penyusunan_dan_P
elaksanaan_Tes_Hasil_Belajar
Junaidah, Kualitas Tes Sebagai Alat Ukur Prestasi Belajar Siswa di Sekolah,
JURNAL EKSPERIMENTAL Media Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah 8(1), 2019.
https://www.researchgate.net/publication/367174293_KUALITAS_TES_SEBAG
AI_ALAT_UKUR_PRESTASI_BELAJAR_SISWA_DI_SEKOLAH
15
16
17