Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EVALUASI PENDIDIKAN (PENGERTIAN

TES, PERSYARATAN TES, CIRI-CIRI TES YANG BAIK, JENIS-JENIS TES)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3:

Nadia Yunita(2020045)

Fikri Marhadi(2020048)

Uswatun Hasanah(2020049)

Wirdatun Qoriah(2020049)

Yosman Rahmat(2020070)

DOSEN PENGAMPU :

Alfiyandri,S. Pd, M.Pd. T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA

PADANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaika
makalah ini yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Evaluasi Pendidikan. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad SAW.

Evaluasi Pendidikan adalah salah satu dari mata kuliah wajib dengan bobot 3 SKS yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa di kampus UNIVERSITAS ADZKIA PADANG. Evaluasi
Pendidikan ilmu ini disertai penerapannya secara real.

Untuk itu, saya menyusun makalah yang berjudul “Pengertian Tes,Persyaratan Tes,Ciri-ciri Tes
yang Baik,dan Jenis-jenis Tes” untuk memenuhi persyaratan kuliah dan bahan belajar untuk
teman teman. Demikianlah makalah ini saya buat. Atas perhatian, kerjasama, serta bantuan
Teman teman dan dosen pengampu saya ucapkan Terimakasih.

Padang, 15 Maret 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes…………………………………………………………………………………4
B. Persyaratan Tes……………………………………………………………………………..…5
C. Ciri-Ciri Tes Yang Baik…………………………………………………………………….…6
D. Jenis-jenis Tes…………………………………………………………………………….…....7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup manusia. Lembaga
pendidikan,sekolah misalnya. Memegang peranan yang cukup penting dalam proses pendidikan.
Guru sebagai pelaksana pendidikan juga berperan sebagai pendidik sekaligus fasilitator yang
mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan,seorang guru harus mengadakan evaluasi. Dengan


evaluasi,maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui,dan dengan evaluasi
pula,kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah
menjadi lebih baik lagi ke depan.

Oleh karena itu,penting bagi seorang guru untuk mengetahui genre,analisis, jenis-jenis tes dalam
evaluasi pelajaran. Tes yang digunakan pun harus sesuai dengan standar yang berlaku untuk
menilai dan mengevaluasi jalannya proses pendidikan sehingga hasil evaluasi pun dapat diterima
dan digunakan untuk membuat berbagai putusan yang berkaitan dengan pengajaran dan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian tes?
2. Bagaimanakah persyaratan dari tes tersebut?
3. Bagaimanakah ciri-ciri tes yang baik?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari tes.
2. Menjelaskan persyaratan dari tes
3. Menguraikan ciri-ciri tes yang baik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TES

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang
berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai
sebuah  piring yang dibuat dari tanah.
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian
tes ini kepada masyarakat melalui bukunyayang berjudul Mental Test and Measurument.
Banyak ahli yang mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal
adalah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama Binet, yang
kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal dengan
tes Binet-Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-
bedakananak menurut inteligensinya.
Dari inilah kita kenal dengan istilah: umur kecrdasan (mental age) umur kalender
(cronologial age), dan indeks kecerdasan.
Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari
beberapa istilah yang berhubungan dengan tes ini.
a. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini
tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: Melingkari salah satu huruf didepan pilihan
jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, dan sebagainya.
b. Testee
(Dalam istilah bahasa Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
Orang inilah yang dinilai dan diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan
sebagainya.

2
c. Tester
            (Dalam istilah indonesia pencoba) adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi, tugas
tester adalah:

a. Menpersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.


b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c. Menerangkan cara mengerjakan tes.
d. Mengawasi responden mengerjakan tes.
e. Memberikan tanda-tanda waktu.
f. Mengumpulkan pekerjaan responden.
g. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).

B. PERSYARATAN TES
Dalam buku dasar-dasar evaluasi pendidikan pada awal pembahasan disebutkan mengukur
panjang sisi meja dengan menggunaka karet elasti yang diulur-ulur sama halnya dengan tidak
mengukur. Hasil ukurannya tidak akan dapat dipercaya. Apabila situasi ini kita pindahkan
kepada pelaksanaan evaluasi atau tes, maka dapat disajikan dalam situasi berikut ini:
Seorang guru yang belum berpengalaman dalam bidang menyusun tes, mengadakan tes
bahasa Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa pertanyaan yang
bermaksud untuk mengukur kemampuam siswa menangkap isi bacaan tersebut. Kemudian siswa
disuruh untuk mengambil beberapa kata sukar dari bacan itu dan menerangkan artinya. Pada
waktu tes berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling bekerja sama. Tes berjalan dengan tertib.
Dari contoh dan keterangan diatas dengan singkat dapat dikaatakan bahwa sumber
persyaratan tes didasarkan atas dua hal:
Pertama  : menyangkut mutu tes
Kedua     : menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.

3
Walaupun dalam pelaksanaan tes sudah diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara,
dan prosedur yang telah ditentukan namun tes ini sendiri mengandung kelemahan. Gilbert
sax (1980) menyebutkan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1) Adakalanya tes (secara psikologis tepaksa) menyinggung pribadi seseorang walaupun
secara tidak disengaja.
2) Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni. Di
dalam penelitiannya, Kirkland menyimpulkan bahwa:
a. Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil belajar siswa.
b. Murid yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan
anak yang berkemampuan tinggi.
c. Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya, mengurangi timbulnya kecemasan
dalam tes.
d. Bila soal bersifat ingatan, maka simurid akan mendapat hasil yang baik. Akan tetapai
hasilnya tidak baik bila soalnya bersifat pikiran.
e. Anak perempuan mempunyai kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.

3) Tes mengkata gorikan siswa secara tetap


   Dengan mengikuti hasil tes pertama kadang-kadang orang membedakan cap kepada siswa
menurut kelompok atau katagorinya, misalnya A termasik pandai, sedang, atau kurang. Sangat
sukar bagi tester untuk mengubah predikat tersebut jika memang tidak jelek hasil tes selanjutnya.
 

4) Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siwa


                Dengan rumusan soal tes yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang
pandaihanya melihat pada kalimat secara sepintas. Cara seperti ini boleh jadi menguntungkannya
karena bisa mengefektifkan waktu. Siswa yang pandai, karena terlalu hati-hati
mempertimbangkan susunan kalimat, dapat terjebak pada suatu butir ted dan merekapun bisa
kehilangan banyak waktu.

4
5) Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
Manusia mempunyai seperangkat sifat yang tidak semuanya tepat diukur melalui tes. Tingkah
laku sebagai cermin dari sifat-sifat manusia, adakalanyalebih cocok diketahui melalui
pengalaman secara cermat. Beberapa sifat lain mungkin perlu diukur dengan berbagai instrumen
yang bukan tes.

C. CIRI-CIRI TES YANG BAIK


 Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes,
yaitu memiliki:
1. Validitas
Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu perbedaan arti istilah
dari “Validitas” dengan “Valid” . Validitas merupakan sebuah kata benda. Sedangkan “valid”
merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit siswa atau guru mengatakan:
“tes ini baik karena sudah validalitas” jelas kalimat tersebut tidak tepat. Yang benar adalah: “tes
ini sudah baik karena sudah memiliki validalitas yang tinggi”.
Sebuah data dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataan senyatanya. Sebagao
contoh, informasi tentang seseorang bernama A menyebutkan bahwa dia orang yang pendek
karena tingginya tidak lebih dari 140cm. Data tentang si A dikatakan valid apabila memang
sesuai dengan kenyataannya.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
a. Validitas logis
Kata “logis” berasal dari kata “logika” yang berarti penalaran. Dengan makna demikian validitas
logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Misalnya membuat sebuah karangan,
jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik.
b. Validitas empiris
Kata “empiris” yang artinya pengalaman. Sebuah insrumen dapat dikatakan memiliki validitas
empiris apabila sudah diuji dari pengalamannya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari
seseorang dapat dikatakan jujur apabiladalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut
memang jujur.
5
c. Reliabilitas
Reabilitas diambil dari kata reability yang artinya dapat dipercaya. Seorang dikatakan dapat
dipercaya jika orang tersebut selalu bicara benar, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu
ke waktu.
d. Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah
subjektif, artinya terdapat unsur prbadi yang masuk mempengaruhi. Ada dua faktor yang
mempengaruhi subjektivitas yaitu:
a) Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian, akan banyak memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai
menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan
soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.
b) Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk
uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain: kesan penilai terhadap siswa,
tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. Untuk menghindari
atau mengurangi masuknya unsur subjektifitas dalam pekerjaan penilaian, maka penilaian harus
dilakukan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah
administrasian yaitu kontinuititas (terus menerus) dan komprehensif (menyeluruh).
e. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis.mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kapada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
oleh siswa.
b. Mudah memeriksanya, artinya tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman
skoringnya.
f. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
6
D. JENIS-JENIS TES
Bila kita membahas jenis-jenis tes, Anda akan dapat mencermati dalam lima jenis atau cara pembagian
yaitu:
1. Tes Diagnostik
Tes-tes ini digunakan untuk mendiagnosis seberapa banyak siswa tahu dan apa yang mereka
ketahui. Tes diagnostik dapat membantu guru mengetahui apa yang perlu ditinjau atau diperkuat
di kelas. Mereka juga memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi kelemahannya.

2. Tes Penempatan
Tes ini digunakan untuk menempatkan siswa di kelas atau tingkat yang sesuai. Misalnya, di
sekolah bahasa, tes penempatan digunakan untuk memeriksa tingkat bahasa siswa melalui tata
bahasa, kosa kata, pemahaman membaca, menulis, dan berbicara. Setelah menetapkan level
siswa, siswa ditempatkan di kelas yang sesuai dengan kebutuhannya.

3. Tes Kemajuan atau Prestasi


Tes kemajuan atau prestasi mengukur peningkatan siswa dalam kaitannya dengan silabus yang
telah ditetapkan oleh guru. Tes-tes ini hanya berisi soal-soal yang diajarkan siswa di kelas. Ada
dua jenis tes kemajuan:

a.) Tes kemajuan jangka pendek memeriksa seberapa baik siswa memahami atau
mempelajari materi yang tercakup dalam unit atau bab tertentu. Tes ini memungkinkan
guru untuk memutuskan apakah perbaikan atau konsolidasi diperlukan.
b.) Tes kemajuan jangka panjang juga disebut Tes Pelatihan (Course Tests) karena
memeriksa kemajuan siswa selama pelatihan. Tes ini memungkinkan siswa untuk
menilai seberapa baik kemajuan mereka. Secara administratif, tes ini sering menjadi
satu-satunya dasar keputusan untuk mempromosikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Tes kemajuan juga dapat disusun sebagai kuis, bukan sebagai tes. Ini dapat dijawab oleh
kelompok siswa, bukan individu.

7
4. Tes Kecakapan

Tes-tes ini memeriksa tingkatan kecakapan sehubungan dengan standar umum. Tes ini
memberikan gambaran luas tentang pengetahuan dan kemampuan. Dalam pembelajaran bahasa
Inggris, contohnya adalah ujian TOEFL dan IELTS, yang wajib bagi penutur bahasa asing yang
ingin masuk ke universitas berbahasa Inggris.

5. Tes Internal

Tes internal adalah yang diberikan oleh institusi tempat psiswa atau pelajar mengambil kursus.
Tes ini sering diberikan pada akhir kursus dalam bentuk ujian akhir.

6. Tes Eksternal

Tes eksternal adalah tes yang diberikan oleh lembaga di luar tempat belajar siswa. Contohnya
adalah TOEFL, TOEIC, IELTS, SAT, ACT, LSAT, GRE dan GMAT. Ujian itu sendiri adalah
dasar untuk masuk ke universitas, rekrutmen pekerjaan, atau promosi.

7. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang memiliki jawaban benar atau salah. Sehingga dalam pembuatan tes
pilihan ganda termasuk dalam kelompok ini. Siswa harus memilih jawaban yang benar yang
telah ditentukan sebelumnya dari tiga atau lima kemungkinan.

8. Tes Subyektif

Tes subyektif mengharuskan pemeriksa untuk membuat penilaian subyektif yang layak.
Contohnya adalah pertanyaan esai dan wawancara lisan. Untuk tes seperti itu, sangat penting
bahwa baik penguji dan siswa menyadari kriteria penilaian untuk meningkatkan validitasnya.

9. Tes Kombinasi

Banyak tes merupakan kombinasi dari gaya objektif dan subyektif. Misalnya, pada TOEFL iBT,
Tes Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing, bagian membaca dan mendengarkan bersifat objektif,
dan bagian menulis dan berbicara bersifat subjektif.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang
sudah ditentukan. Didalam persyaratan tesdidasarkan atas dua hal yaitu: mutu tes, dan
mengyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memiliki persyaratan tes, yaitu:
 Validitas
 Reliabilitas
 Objektivitas.

B. Saran
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran pengetahuan kami selaku pemakalah dan calon tenaga
pendidik beserta pengajar kedepan sangatlah dangkal, apalagi dibidang TES. Oleh sebab itu,
pemakalah sangat mengharapkan masukan dari pembaca sekalian baik mahasiswa maupun
kalangan umum. Kami mengharapkan banyak masukan yang berupa positif demi
menyempurnakan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

. Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. 2007

https://penelitianilmiah.com/pengertian-tes/

Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Brookhart Susan M, Nitko J. Anthony. (2007). Educational Assesment of Student. Fifth edition. New
Jersey: Meril Prentice Hall.

Johson David, W & Johson, Roger T. (2002). Meaningful Assessment. Arlington Street Boston: Ally &
Dacon A Pearson Education Company.

Koufman, R. and Thomas, S. (1990). Evaluations Without Fear. New York: A Division of Franklin Watts.

Poerwanti E. (2001). Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis tes. Jakarta: Dit-Jen Dikti.

Silverius, S. (2001). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana.

Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell Macmillan
International.

Sudiyono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syaifuddin, A. (2002). Test Prestasi

10

Anda mungkin juga menyukai